Anda di halaman 1dari 13

Keperawatan Keluarga dan Komunitas

Fajar Prakarsa Wicaksono

Asuhan keperawatan Keluarga dengan Remaja

A. Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja


1. Pengertian
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga
dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat
jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah
hingga berumur 19 atau 20 tahun ( Friedman, 1998, hal. 124).
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20 tahun.
Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai
menurun perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan
ini seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini
tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya. ( diadaptasi dari Duval, dalam
Setiawati & Dermawan, 2008, hal. 20).
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada
usia 19 sampai 20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa ( Mubarak, 2009, hal. 89 ).
Berlangsung di usia 13-19 tahun (selama 6-7 tahun). Metamorfosis: pergeseran yang luar
biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, pergeseran dimulai dengan kematangan fisik
remaja, sejalan dengan peran orangtua memasuki pertengahan hidup (Preto, 1988, dalam
perawatindonesia.org, 2010).

2. Peran, Tanggung Jawab, dan Masalah Orang Tua


Tidak perlu dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja merupakan tugas paling sulit saat
ini. Namun demikian, orang tua perlu tetap tegar menghadapi ujian batas-batas yang tidak
masuk akal tersebut, yang telah terbentuk dalam keluarga ketika keluarga mengalami proses
”melepaskan”. Duvall (1977) juga mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting
karena masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan bertanggung jawab ketika remaja
menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1957) juga mendefinisikan bahwa
tugas orang tua selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak
( Friedman, 1988, hal. 125 )
Ketika orang tua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan
mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa
konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentuk pola untuk semacam menerima
diri yang sama. Hubungan antara orang tua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orang tua
merasa produktif, puas, dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri ( Kidwell et al,
1983) dan orang tua/keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988, dalam Friedman, 1988, hal.
125 ).
Schultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka bahwa kompleksitas
kehidupan mereka yang meningkat telah membuat peran orang tua tidak jelas. Orang tua merasa
berkompetensi dengan berbagai kekuatan sosial dan institusi mulai dari otoritas sekolah dan
konselor hingga keluarga berencana dan seks pra nikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor
lain menambah pengaruh mereka yang semakin berkurang tersebut. Karena adanya spesialisasi
jabatan profesi, orang tua tidak lagi bisa membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana
untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya hubungan orang dewasa yang kontinu bagi
remaja dan orang tua, selain ketidakmampuan banyak orang tua untuk mendiskusikan masalah-
maslah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan obat-obatan secara terbuka
dan tidak menghakimi bersama anak-anak mereka memberikan kontribusi pada masalah-masalah
orang tua-remaja ( Friedman, 1988, hal. 125 ).

B.Konsep Tumbuh Kembang Individu Remaja


Menurut Setiadi 2008 tahap keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai pada saat anak
pertama berusia 13 tahun biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebutuhan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi dewasa.

Berdasarkan tumbuh kembang Adolescense (anak remaja) :


1. Pertumbuhan fisik :
 Pertumbuhan yang pesat (growth sprut) TB 25% BB 50%
 Semua sistem berubah, paling banyak perubahan endokrin
 Bagian-bagian tubuh tertentu memanjang misalnya : tangan, kaki, proporsi tubuh
memanjang.

2. Sosial emosional
 Kemampuan bersosialisasi meningkat
 Relasi dengan teman wanita/pria, tetapi lebih penting dengan kawan sejenis
 Penampilan fisik adolescense sangat penting, karena supaya diterima oleh kawan dan
disamping itu persepsi terhadap badannya mempengaruhi konsep diri
 Peranan orangtua/keluarga sudah tidak dianggap penting, tetapi sudah beralih pada teman
sebaya

3. Sosialisasi pada adolescense di bagi dalam tiga (3) tahap :


 Tahap awal :
Orangtua masih berperan penting baik fisik, sosial, emosional, tetapi ketergantungan ini tidak
sebesar pada usia dini
 Tahap kedua :
Anak berubah menjadi independent, periode ini sering terjadi konflik dengan orang tua
 Tahap ketiga :
Relatif independent dengan orang tua, anak memperlihatkan peran independent dalam fungsi di
masyarakat

4. Bermain pada anak


Pada usia ini anak dapat bermain dalam kelompok (keluar) misalnya melalui sepak bola,
basket, badminton, mendengar musik atau TV serta dengan buku-buku.

5. Hospitalisasi pada anak dan keluarga


Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat dirumah sakit adalah akibat perpisahan
dengan teman-teman sebaya/kelompok. Anak tidak merasa takut berpisah dengan orangtua tetapi
takut kehilangan status dan hubungan dengan teman sekelompok, kecemasan lain disebabkan
oleh akibat yang di timbulkan akibat penyakit fisik, kecacatan serta kurangnya privacy.

6. Pola minat dan seks


 Minat pada perubahan
 Suka lawan jenis

. Tugas Perkembangan Keluarga


Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri. Orang tua harus mengubah hubungan
mereka dengan remaja putri atau putranya secara progresif dari hubungan dependen yang
dibentuk sebelumnya kearah suatu hubungan yang makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam
hubungan anak dan orang tua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik
sepanjang jalan ( Friedman, 1998, hal. 126).
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua anggota keluarga,
khususnya orang tua, harus membuat “perubahan sistem” utama yaitu, membentuk peran-peran
dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja. Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas
perubahan yang diperlukan ini “secara paradoks sistem keluarga yang dapat membiarkan
anggotanya adalah sistem yang akan bertahan dan menghasil sistem itu sendiri secara efektif
pada generasi-generasi berikutnya” ( Friedman, 1998, hal. 126).
Orang tua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, tidak
membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi”. Oleh remaja bila perpisahan
berlangsung kemudian. Orang tua dapat juga mempercayai anak agar mandiri secara prematur,
dengan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan ketergantungannya. Dalam hal ini remaja ini dapat
gagal mencapai kemandirian (Wright an Leahey, 1984, dalam Friedman, 1998, hal. 126).

C. Masalah Defisit Pengetahuan yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak
Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya
pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau buat komentar-
komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi
selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada
titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih
selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada
diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi,
mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa
remaja. Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan
tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan
pola perilaku yang tenang dan lebih matang.Jadi penting bagi keluarga untuk mempertahankan
komunikasi yang baik dengan anak remajanya.
Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena
memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan
orang tuanya.Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam
masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-
temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya.

ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ners C melakukan kunjungan rumah keluarga bapak T yang menurut informasi dari kader
kesehatan mempunyai anak remaja perempuan A (14 tahun). Hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
konjungtiva anemis dan anak A mengeluh sering pusing jika beraktifitas.
Anak A mengidolakan KPOP Lisa Blackpink, anak A ingin bermimpi memiliki tubuh seperti
idolanya tersebut. Kemudian anak A melakukan diet ketat dengan cara tidak makan.
Keluarganya tidak mengetahui kondisi anak A, karena sibuk bekerja. Anak A memiliki rutinitas
sehari-hari menonton drama korea setiap malam hari, suka menari mengikuti idolanya, dan malas
makan. Saat dikaji klien sedang haid dan mengeluhkan nyeri dengan skala 2 . Anak A terlihat
kurang tidur dan tampak kelelahan. Anak A kurang percaya diri karena dia mengangap dirinya
tidak secantik idolanya. Anak A berkata ingin memiliki berat badan seperti lisa 44 kg. seminggu
yang lalu anak a timbang bb 52 kg. ketika diperiksa perawat Hasil pemeriksaan fisik BB 45 kg
TB 160cm, tampak pucat, anemis, dan sulit berkonsentrasi.

1. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga
- Nama : Tn T
- Umur : 50 tahun
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Alamat : Tangerang
b. Komposisi keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Keluarga Pekerjaan Pend. Terakhir
.
1. Tn. T L 45 Kepala Wiraswasta SMA
Thn keluarga
2. Ny. N P 40 Istri Wiraswasta SMA
Thn
3. An. A L 14 Anak Pelajar SMP
Thn

c. Genogram

+ + + +

Keterangan :
: Laki-laki masih hidup
: Perempuan masih hidup
+ : Meninggal
: Menikah
------ : Tinggal satu rumah

8 : Klien

d. Tipe keluarga
a.) Jenis tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.T adalah tipe keluarga inti atau nuclear family yang terdiri ayah,
ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah
b.) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
-Ketidaktahuan orng tua akan masalah kesehatan yang sedang dialami anaknya
-Ketidaktahuan orangtua akan pemenuhan kebutuhan anak akan pertumbuhan dan
pekembanganya sesuai dengan tahap usianya.

e. Suku bangsa
a.) Asal suku bangsa
Tn.T dan istrinya adalah orang yang berasal dari suku jawa.
b.) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan
Tn T mengatakan tidak ada yang bertentangan dalam budaya suku bangsa jawa yang
bertentangan atau bertolak belakang dengan kesehatan

f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan


Agama keluarga Tn.T ini adalah Islam dan tidak ada satupun ketentuan islam yang
bertentangan dengan kesehatan.

g. Status sosial ekonomi Keluarga


-Anggota Keluarga yang mencari nafkah
Adalah Tn.T (Kepala Keluarga ) dan Ny N (istri).
-Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga jarang melakukan rekreasi hanya saat cuti bersama saja Tn T
menyempatkan waktu bersama keluaganya untuk rekreasi ke tempat-tempat wisata.
Rekreasi yang bias dilakukan dirumah adalah menonton TV bersama anak dan
istrinya sepulang kerja nya.

2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap Perkembangan keluarga saat ini adalah
Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja. Tn.T berumur 45 tahun dan memiliki
anak berusia 14 tahun yang sudah menginjak masa remaja.
b. Tahap Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya
Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja yeng belum terpenuhi adalah deficit
perhatian (kurangnya perhatian) keluarga baik ibu maupun ayah untuk memperhatikan pola
tumbuh kembang anak yang seharusnya harus dipenuhi anak menginjak usia remaja
sehingga terkesan kurangnya kasih sayang orang tua kepada anak. Selama ini orang tua
hanya menyerahkan anak nya ketika mereka sedang bekerja dengan nenek (ibu dari Tn T)
yang rumahnya juga bersebelahan dengan Tn T.
c. Riwayat kesehatan keluarga Inti
- Riwayat Kesehatan keluarga saat ini
Tn T dan Ny N tidak menderita penyakit apapun. Dan An.A menderita malnutrisi karena
pola dietnya.
- Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya pada keluarga Tn.T.
- Pelayanan Kesehatan yang dimanfaatkan
Pelayanan Kesehatan yang digunakan oleh Tn.T ini adalah puskesmas yang jaraknya tidak
begitu jauh dari rumahnya
- Riwayat Kesehatan keluarga Sebelumnya
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang berbahaya apapun.
- Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
NO Nama Umur BB(kg) Imunisasi Masalah Tindakan yang telah
(BCG/POLIO/HB/CAMPAK) kesehatan di lakukan
1. Tn.T 45 70 Lengkap Sehat
Th
2. Ny.N 40 60 Lengkap Sehat
Th
3. An.A 14 27 Lengkap Malnutris Konsultasi ke
Th i Puskesmas

3. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

a) Karakteristik Rumah
Tidak ada masalah / kendala dengan kondisi interior rumah, kebersihan, dan
pembuangan limbah
b) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tidak ada masalah dengan kebiasaan interaksi maupun adat budaya lingkungan
setempat
c) Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga tinggal dekat dengan Puskesmas.

I. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Pola Komunikasi yang diterapkan kan adalah komunikasi terbuka, hanya saja waktu
untuk berkumpul sangat kurang. Pembuat keputusan adalah Bp. T, adalah Kepala
Keluarga, Istrinya juga bekerja dan mengurus rumah tangga, An. A bertugas belajar dan
membantu ibu nya dalam mengurus rumah tangga, nilai budaya yang dianut adalah
anak harus hormat pada orang tua.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam pengambilan keputusan yang tersering diambil oleh Bapak T.
c. Struktur Peran Keluaga
Bapak T sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk mencari nafkah, dan dalam
pengelolaan dana diserahkan kepada istrinya. Ibu N sebagai istri juga bekerja dan
mengurus rumah tangga. Anak A bertugas belajar .
d. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga menganut agama Islam dan dalam keluarga diajarkan norma agama Islam
yang dianut keluarga kepada seluruh anggota keluarga, dan saling menghargai dalam
keluarga.
II. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Bp. T mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling terbuka
dalam menyampaikan pendapat walaupun An.A termasuk anak yang pendiam dan
jarang menyampaikan pendapatnya.
b. Fungsi Sosialisasi
Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik. Hubungan
anggota keluarga dengan tetangga juga baik
c. Fungsi Perawatan Keluarga
Bp. T mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka yang sakit akan
langsung dibawa ke Klinik
III. Stres dan koping Keluarga
Pertanyaan :
Apakah yang membuat bapak dan keluarga khawatir tentang perkemgangan An. A ?
a. Stresor Jangka pendek
Bapak T mengkhawatirkan An A karena tampak pucat, anemis dan BB kecil. Apabila
terjadi masalah yang Bp. T mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang
terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalahyang ada.
b. Stresor jangka Panjang
Ibu N mengatakan bahwa sudah menyediakan makan instan, bahan makanan di lemari
es untuk dimasak. Namun An A masih memiliki BB kecil .
c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Bila ada keluarga yang sakit , akan didatangkan dokter keluarga
d. Strategi Koping Yang Digunakan
Ibu n mengatakan untuk makan, menyerahkan kepada pembantu . Karena Ibu N kalau
sudah lelah istirahat saja.
IV. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan Ns. C berkunjung ke rumahnya adalah keluarga
dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian keluarga berharap akan
selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan mendapatkan
banyak pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara perawatannya.

HASIL PEMERIKSAAN FISIK


Anggota keluarga
Pemeriksaan fisik
An. A
a. Tanda vital
Suhu 36,8 0 C
Nadi 75 x/mnt
RR 18 x/mnt
TD 110/70 mm Hg
Scoring Nutrisi 3
BB/TB 35 kg/160 cm
b. Fisik
1. Kepala Rambut hitam
2. Mata Konjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak ada keluhan
penurunan penglihatan.
3. Telinga Simetris, tida ada serumen, tidak ada peradangan, tidak ada
keluhan penurunan pendengaran
4. Hidung Tidak ada sekret, mengeluh sering pilek, hidung terasa gatal
5. Mulut dan gigi Tampak kering, pucat
6. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7. Dada/ thorax Bentuk dada simetris, bunyi nafas vesikuler, tidak ada keluhan
sesak dan nyeri. Ronkhi atau wheezing tidak ditemukan.
Mengatakan kadang batuk berdahak
8. Abdomen Tidak ada pembesaran, bising usus (+), tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran hepar
9. Ektremitas Normal. kekuatan otot
5555 5555
5555 5555

Analisa data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Data subyektif: Koping, Defensif (Nanda)
- anak A melakukan diet ketat dengan cara tidak
makan
- Anak A kurang percaya diri karena dia
mengangap dirinya tidak secantik idolanya
- Anak A berkata ingin memiliki berat badan
seperti lisa 44 kg

Obyektif:
- An A jarang berkomunikasi dengan keluarga
- Anak A memiliki rutinitas sehari-hari menonton
drama korea setiap malam hari, suka menari
mengikuti idolanya, dan malas makan.

Diagnosa Keperawatan
Koping, Defensif (Nanda)

Intervensi Keperawatan

Komponen Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Etiologi : Setelah diberikan intervensi Aktivitas Keperawatan


keperawatan
Pengkajian
selama……………pasien tidak
Batasan Karakteristik : akan menggunakan koping  Kaji tingkat sikap defensif dan penyangkalan yang
Subjektif defensif yang dibuktikan oleh mengganggu pengkajian diri.
penerimaan: status kesehatan,  Kaji tingkat harga diri
 Mengingkari masalah dan adaptasi dengan  Kaji perasaan ketidakberdayaan
kelemahan yang terlihat nyata  Kaji penyalahguanaan zat
ketunadayaan fisik, koping
 Kesulitan uji realitas
yang efektif, harga diri positif,
 Proyeksi kesalahan dan
tanggung jawab dan keterampilan interaksi Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Rasionalisasi kegagalan sosial positif, serta
perkembangan anak: remaja  Ajarkan perilaku alternatif untuk memperoleh penghargaan
normal positif melalui terapi kelompok, terapi individu, bermain
Objektif peran dan model peran.

 Waham kebesaran Setelah dilakukan tindakan


 Kesulitan dalam keperawatan
Aktivitas kolaboratif
mempertahankan atau membina selama……….pasien akan
hubungan memperlihatkan koping, yang  Rujuk ke sumber komunitas yang sesuai (misalnya,
 Tertawa sinis atau mengolok- di buktikan dengan indikator konseling keluarga atau perkawinan dan kelompok
olok orang lain sebagai berikut (sebutkan 1-5: penyalahgunaan zat)
 Hipersensitivitas terhadap tidak pernah, jarang, kadang-  Rujuk ke tenaga kesehatan jiwa profesional jika
celaan dan kritikan diperlukan, terutama jika klien berkoping menghadapi
kadang, sering, atau selalu)
 Kurang mengikuti atau kejadian traumatik.
berpartisipasi dalam perawatan  Memodifikasi gaya hidup,
atau terapi sesuai dengan kebutuhan
 Tingkah laku superior terhadap  Mencari informasi tentang Aktivitas lain
orang lain penyakit dan terapi
 Mencari bantuan  Komunikasikan penerimaan, perlihatkan sikap
profesional, jika perlu menghargai, dan validasi kekhawatiran pasien.
 Mengungkapkan secara  Bantu pasien dalam mengidentifikasi perilaku koping yang
Faktor yang Berhubungan:
verbal tentang penerimaan negatif
 Penyakit fisik (sebutkan) situasi  Identifikasi dan diskusikan subjek, stuasi, dan orang yang
 Krisis situasional (sebutkan)  Menggunakan strategi memicu timbulnya perilaku koping negatif
 Gangguan fisiologis ( mis, harga koping yang efektif  Berikan umpan balik dalam lingkungan yang mendukung
diri rendah) terhadap bagaimana persepsi orang lain terhadap perilaku
 Berikan uji realitas pada saat terdapat perilaku waham
Setelah dilakukan tindakan kebesaran, penyangkalan terhadap masalah yang nyata,
keperawatan selama………. dan proyeksi kesalahan dan tanggung jawab
pasien akan:  Gunakan situasi kelompok tempat klien dapat menerima
umpan-balik mengenai persepsi orang lain tentang
 Menyadari masalah dan penggunaan penyangkalan klien
konflik spesifik yang  Peningkatan Kesadaran Diri (NIC):
menghambat interaksi dan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak
hubungan sosial penyakit terhadap konsep diri
 Menunjukan penurunan  Ungkapkan secara verbal mengenai penyangkalan
sikap defensif pasien terhadap realitas, dengan tepat
 Mengekspresikan perasaan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi prioritas hidup
tentang perubahan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi aspek positif pada
kesehatan dirinya
 Mengekspresikan perasaan
harga diri
 Memformulasikan kembali
konsep sehat sebelumnya
Perawatan di Rumah
 Mempertahankan interaksi
yang efektif dengan orang  Kaji pola komunikasi keluarga terhadap dukungan dan
lain disfungsi
 Sertakan keluarga dalam terapi, sesuai kebutuhan
 Buat perujukan ke layanan perawatan kesehatan jiwa di
rumah
 Dukung keluarga untuk menggunakan agama sebagai
metode koping
Untuk Lansia
 Kaji adanya depresi dan/atau demensia yang dapat
menyebabkan Koping Defensif

Saran Penggunaan

Diagnosis ini kurang spesifik, dibandingkan dengan Penyangkalan tidak efektif yang sebenarnya
merupakan satu dari banyak manifestasi Koping defensif. Gunakan diagnosis yang lebih spesifik pada
saat berusaha untuk menyelesaikan penyangkalan yang digunakan secara salah atau digunakan terlalu
berlebihan. Ketidakberdayaan dapat menyebabkan Koping defensif, sehingga penting untuk
menentukan fokus intervensi jika kedua kondisi ini terjadi.

Alternatif Diagnosa yang Disarankan

1. Koping, ketidakefektifan
2. Penyangkalan, tidak efektif
3. Perilaku sehat, berisiko
4. Ketidakberdayaan
5. Proses pikir, gangguan

Hasil NOC

1. Penerimaan: Status Kesehatan: Rekonsiliasi terhadap perubahan kondisi kesehatan bermakna.


2. Adaptasi dengan Ketunadayaan Fisik: Respons adaptif terhadap tantangan fungsional yang
bermakna akibat ketunadayaan fisik.
3. Perkembangan anak: Remaja: Penanda perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial dari usia 12
sampai 17 tahun
4. Koping: Tindakan personal untuk mengelola stressor yang membebani sumber-sumber individu
5. Harga diri: Penilaian individu tentang harga diri
6. Keterampilan interaksi sosial: Perilaku individu dengan memfasilitasi hubungan yang efektif dengan
orang lain.

Intervensi NIC:
Modifikasi Perilaku: Keterampilan Sosial: Membantu pasien untuk mengembangkan atau memperbaiki
keterampilan sosial interpersonal.
Peningkatan Citra Tubuh: Memperbaiki persepsi sadar dan tidak sadar serta sikap pasien terhadap
tubuhnya sendiri

Pembinaan Hubungan yang Kompleks: Membina hubungan terapeutik dengan pasien yang mengalami
kesulitan interaksi dengan orang lain.

Peningkatan koping: Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor, perubahan atau
ancaman, yang dapat mengganggu pemenuhan tuntutan dan peran hidup.
Konseling: Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau
perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian
masalah, dan hubungan interpersonal.

Dukungan Emosi: Memberikan penenangan, penerimaan, dan dukungan selama periode stress

Peningkatan Kesadaran Diri: Membantu pasien untuk mengeksplorasi dan memahami pikiran,perasaan,
motivasi, serta perilakunya

Peningkatan Harga Diri: Membantu pasien untuk meningkatkan penilaian personal terhadap harga
dirinya

Fasilitasi Tanggung Jawab Diri: Mendorong pasien untuk lebih bertanggungjawab terhadap perilakunya
sendiri

EVALUASI

Evaluasi dilakukan setelah masa observasi dari pertemuan pertama agar dapat dilihat adakah
perkembangan berat badan An A yang menunjukkan pengetahuan keluarga tentang penanganan
malnutrisi sudah berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman Marilyn. 1998.Keperawatan Keluarga.EGC:Jakarta


Perry & potter .2005.Fundamental of nursing.EGC:Jakarta
Rahmad hidayat,Dede.2009.Ilmu perilaku manusia.CV Trans Info Media:Jakarta
Suprajitno.2004. Asuhan keperawatan keluarga.EGC:Jakarta
Hurlock B Elizabeth.1980.Psikologi Perkembangan.Erlangga:Jakarta
Mubarak Wahit Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.Salimba Medika:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai