2. Sosial emosional
Kemampuan bersosialisasi meningkat
Relasi dengan teman wanita/pria, tetapi lebih penting dengan kawan sejenis
Penampilan fisik adolescense sangat penting, karena supaya diterima oleh kawan dan
disamping itu persepsi terhadap badannya mempengaruhi konsep diri
Peranan orangtua/keluarga sudah tidak dianggap penting, tetapi sudah beralih pada teman
sebaya
C. Masalah Defisit Pengetahuan yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak
Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya
pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau buat komentar-
komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi
selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada
titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih
selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada
diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi,
mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa
remaja. Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan
tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan
pola perilaku yang tenang dan lebih matang.Jadi penting bagi keluarga untuk mempertahankan
komunikasi yang baik dengan anak remajanya.
Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena
memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan
orang tuanya.Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam
masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-
temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya.
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ners C melakukan kunjungan rumah keluarga bapak T yang menurut informasi dari kader
kesehatan mempunyai anak remaja perempuan A (14 tahun). Hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
konjungtiva anemis dan anak A mengeluh sering pusing jika beraktifitas.
Anak A mengidolakan KPOP Lisa Blackpink, anak A ingin bermimpi memiliki tubuh seperti
idolanya tersebut. Kemudian anak A melakukan diet ketat dengan cara tidak makan.
Keluarganya tidak mengetahui kondisi anak A, karena sibuk bekerja. Anak A memiliki rutinitas
sehari-hari menonton drama korea setiap malam hari, suka menari mengikuti idolanya, dan malas
makan. Saat dikaji klien sedang haid dan mengeluhkan nyeri dengan skala 2 . Anak A terlihat
kurang tidur dan tampak kelelahan. Anak A kurang percaya diri karena dia mengangap dirinya
tidak secantik idolanya. Anak A berkata ingin memiliki berat badan seperti lisa 44 kg. seminggu
yang lalu anak a timbang bb 52 kg. ketika diperiksa perawat Hasil pemeriksaan fisik BB 45 kg
TB 160cm, tampak pucat, anemis, dan sulit berkonsentrasi.
c. Genogram
+ + + +
Keterangan :
: Laki-laki masih hidup
: Perempuan masih hidup
+ : Meninggal
: Menikah
------ : Tinggal satu rumah
8 : Klien
d. Tipe keluarga
a.) Jenis tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.T adalah tipe keluarga inti atau nuclear family yang terdiri ayah,
ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah
b.) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
-Ketidaktahuan orng tua akan masalah kesehatan yang sedang dialami anaknya
-Ketidaktahuan orangtua akan pemenuhan kebutuhan anak akan pertumbuhan dan
pekembanganya sesuai dengan tahap usianya.
e. Suku bangsa
a.) Asal suku bangsa
Tn.T dan istrinya adalah orang yang berasal dari suku jawa.
b.) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan
Tn T mengatakan tidak ada yang bertentangan dalam budaya suku bangsa jawa yang
bertentangan atau bertolak belakang dengan kesehatan
3. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a) Karakteristik Rumah
Tidak ada masalah / kendala dengan kondisi interior rumah, kebersihan, dan
pembuangan limbah
b) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tidak ada masalah dengan kebiasaan interaksi maupun adat budaya lingkungan
setempat
c) Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga tinggal dekat dengan Puskesmas.
I. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Pola Komunikasi yang diterapkan kan adalah komunikasi terbuka, hanya saja waktu
untuk berkumpul sangat kurang. Pembuat keputusan adalah Bp. T, adalah Kepala
Keluarga, Istrinya juga bekerja dan mengurus rumah tangga, An. A bertugas belajar dan
membantu ibu nya dalam mengurus rumah tangga, nilai budaya yang dianut adalah
anak harus hormat pada orang tua.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam pengambilan keputusan yang tersering diambil oleh Bapak T.
c. Struktur Peran Keluaga
Bapak T sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk mencari nafkah, dan dalam
pengelolaan dana diserahkan kepada istrinya. Ibu N sebagai istri juga bekerja dan
mengurus rumah tangga. Anak A bertugas belajar .
d. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga menganut agama Islam dan dalam keluarga diajarkan norma agama Islam
yang dianut keluarga kepada seluruh anggota keluarga, dan saling menghargai dalam
keluarga.
II. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Bp. T mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling terbuka
dalam menyampaikan pendapat walaupun An.A termasuk anak yang pendiam dan
jarang menyampaikan pendapatnya.
b. Fungsi Sosialisasi
Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik. Hubungan
anggota keluarga dengan tetangga juga baik
c. Fungsi Perawatan Keluarga
Bp. T mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka yang sakit akan
langsung dibawa ke Klinik
III. Stres dan koping Keluarga
Pertanyaan :
Apakah yang membuat bapak dan keluarga khawatir tentang perkemgangan An. A ?
a. Stresor Jangka pendek
Bapak T mengkhawatirkan An A karena tampak pucat, anemis dan BB kecil. Apabila
terjadi masalah yang Bp. T mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang
terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalahyang ada.
b. Stresor jangka Panjang
Ibu N mengatakan bahwa sudah menyediakan makan instan, bahan makanan di lemari
es untuk dimasak. Namun An A masih memiliki BB kecil .
c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Bila ada keluarga yang sakit , akan didatangkan dokter keluarga
d. Strategi Koping Yang Digunakan
Ibu n mengatakan untuk makan, menyerahkan kepada pembantu . Karena Ibu N kalau
sudah lelah istirahat saja.
IV. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan Ns. C berkunjung ke rumahnya adalah keluarga
dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian keluarga berharap akan
selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan mendapatkan
banyak pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara perawatannya.
Analisa data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Data subyektif: Koping, Defensif (Nanda)
- anak A melakukan diet ketat dengan cara tidak
makan
- Anak A kurang percaya diri karena dia
mengangap dirinya tidak secantik idolanya
- Anak A berkata ingin memiliki berat badan
seperti lisa 44 kg
Obyektif:
- An A jarang berkomunikasi dengan keluarga
- Anak A memiliki rutinitas sehari-hari menonton
drama korea setiap malam hari, suka menari
mengikuti idolanya, dan malas makan.
Diagnosa Keperawatan
Koping, Defensif (Nanda)
Intervensi Keperawatan
Komponen Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Saran Penggunaan
Diagnosis ini kurang spesifik, dibandingkan dengan Penyangkalan tidak efektif yang sebenarnya
merupakan satu dari banyak manifestasi Koping defensif. Gunakan diagnosis yang lebih spesifik pada
saat berusaha untuk menyelesaikan penyangkalan yang digunakan secara salah atau digunakan terlalu
berlebihan. Ketidakberdayaan dapat menyebabkan Koping defensif, sehingga penting untuk
menentukan fokus intervensi jika kedua kondisi ini terjadi.
1. Koping, ketidakefektifan
2. Penyangkalan, tidak efektif
3. Perilaku sehat, berisiko
4. Ketidakberdayaan
5. Proses pikir, gangguan
Hasil NOC
Intervensi NIC:
Modifikasi Perilaku: Keterampilan Sosial: Membantu pasien untuk mengembangkan atau memperbaiki
keterampilan sosial interpersonal.
Peningkatan Citra Tubuh: Memperbaiki persepsi sadar dan tidak sadar serta sikap pasien terhadap
tubuhnya sendiri
Pembinaan Hubungan yang Kompleks: Membina hubungan terapeutik dengan pasien yang mengalami
kesulitan interaksi dengan orang lain.
Peningkatan koping: Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor, perubahan atau
ancaman, yang dapat mengganggu pemenuhan tuntutan dan peran hidup.
Konseling: Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau
perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian
masalah, dan hubungan interpersonal.
Dukungan Emosi: Memberikan penenangan, penerimaan, dan dukungan selama periode stress
Peningkatan Kesadaran Diri: Membantu pasien untuk mengeksplorasi dan memahami pikiran,perasaan,
motivasi, serta perilakunya
Peningkatan Harga Diri: Membantu pasien untuk meningkatkan penilaian personal terhadap harga
dirinya
Fasilitasi Tanggung Jawab Diri: Mendorong pasien untuk lebih bertanggungjawab terhadap perilakunya
sendiri
EVALUASI
Evaluasi dilakukan setelah masa observasi dari pertemuan pertama agar dapat dilihat adakah
perkembangan berat badan An A yang menunjukkan pengetahuan keluarga tentang penanganan
malnutrisi sudah berkembang.
DAFTAR PUSTAKA