Anda di halaman 1dari 12

MODUL KESEBELAS PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL PADA MASA KANAK-KANAK TENGAH DAN AKHIR

Di Susun Oleh: Erna Multahada,M.Si

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS PSIKOLOGI 2010

MODUL KEDUABELAS PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL PADA MASA KANAK-KANAK TENGAH DAN AKHIR

1.

Tujuan Instruksional Umum Setelah membaca modul ini, Anda akan dapat memahami perkembangan

sosioemosional pada masa kanak-kanak tengah dan akhir 2. a. b. c. d. e. Tujuan Instruksional Khusus Setelah membaca modul ini, Anda diharapkan dapat: Mengetahui dan memahami keluarga Mengetahui dan memahami relasi teman sebaya Mengetahui dan memahami kesehatan mental Mengetahui dan memahami diri sendiri Mengetahui dan memahami perkembangan emosi

3. Keluarga Ketika anak-anak memasuki masa pertengahan dan akhir, para orangtua hanya memberi sedikit waktunya untuk mereka. Menurut suatu penelitian, waktu yang dihabiskan oleh orangtua untuk mengasuh, mengajar berbicara dan bermain dengan anak-anak mereka yang berusia 5-12 tahun kurang dari setengah dari waktu yang dihabiskan ketika anak-anak masih lebih kecil (Hill & Stanford dalam Santrock, 2002). Penurunan interaksi orangtua anak lebih tajam pada keluarga yang orangtuanya kurang berpendidikan. Orangtua dengan keterbatasan waktu yang diluangkan tetap menjadi pelaku-pelaku sosialisasi yang sangat penting dalam kehidupan anak-anak mereka. Issu Orangtua-Anak Isu masa kanak-kanak sekolah contohnya berkelahi, dan reaksi atas disiplin. Isu lain meliputi apakah anak-anak harus dilibatkan mengerjakan pekerjaan seharihari di rumah, dan kalau demikian, apakah anak-anak harus dibayar atas

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

pekerjaan-pekerjaan itu; bagaimana menolong anak-anak belajar menghibur diri mereka sendiri dan bukan bergantung pada orangtua dalam segala hal; dan bagaimana memantau kehidupan anak di luar keluarga, di sekolah, dan disekitar teman sebaya. Hal-hal yang berkaitan dengan sekolah sangat penting bagi keluarga selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Anak-anak harus belajar berhubungan secara teratur dengan orang dewasa di luar keluarga ---orang dewasa yang berhubungan dengan anak-anak sangat berbeda dari orangtua yang berinteraksi dengan anak-anak. Menerapkan disiplin kepada anak selama masa pertengahan dan akhir anakanak lebih sering mudah bagi orangtua daripada semala masa kanak-kanak awal; mungkin juga lebih mudah daripada selama masa remaja. Perkembangan kognitif mereka sudah semakin matang sehingga memungkinkan orangtua bermusyawarah dengan mereka tentang penolakan dan penyimpangan dan pengendalian perilaku mereka. Orangtua anak-anak sekolah dasar menggunakan lebih sedikit disiplin fisik dibandingkan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak-anak prasekolah. Sebaliknya, orangtua anak-anak sekolah dasar menggunakan lebih cenderung menggunakan pengurangan hak-hak istimewa, tindakan-tindakan yang diarahkan kepada harga diri anak, komentar-komentar yang dirancang untuk menggugah rasa bersalah anak, dan pernyataan-pernyataan yang menunjukkan kepada anak bahwa ia bertanggung jawab atas tindakan-tindaknnya. Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, beberapa kendali dialihkan dari orangtua kepada anak, walaupun prosesnya bertahap dan merupakan coregulation (koregulasi, aturan yang dibuat secara bersama-sama) daripada dikendalikan oleh anak saja atau orangtua saja (Maccoy dalam Santrock, 2002). Perubahan ke arah otonomi tidak terjadi hingga kira-kira usia 12 tahun. Proses koregulasi adalah suatu periode transisi antara kuatnya kendali orangtua pada masa awal anak-anak dengan meningkatnya pengurangan pengawasan umum masa remaja. Selama masa koregulasi ini, orangtua harus: Memonitor, menuntun, dan mendukung anak-anak dari jauh;

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

Menggunakan waktu secara efektif ketika mengadakan kontak langsung dengan anak; Memperkuat kemampuan anak untuk memantau perilakunya sendiri, mengadopsi standar-standar perilaku yang sesuai, menghindari resiko-resiko yang membahayakan, dan merasakan kapan dukungan dan kontak orangtua sesuai. Perkembangan koregulasi dapat mempengaruhi cara keluarga mengatasi konflik dan disiplin Efek orangtua yang bekerja dan miskin dalam atmosfer keluarga Pengaruh paling penting lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak bersumber dari atmosfer rumah. Pengaruh pekerjaan sang ibu tergantung kapada banyak factor yang berkaitan dengan anak, pekerjaan sang ibu dan perasaannya terhadap pekerjaan tersebut; apakah dia memiliki pasangan yang mendukung; status sosioekonomi keluarga; dan jenis kasih sayang yang diterima sang anak Semakin puas seorang ibu dengan status pekerjaannya, semakin efektif ia sebagai orangtua. Anak usia sekolah dari ibu yang bekerja cenderung hidup dalam rumah yang lebih terstruktur dibandingkan dengan anak dengan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, dengan peran yang jelas memberikan tanggung jawab rumah tangga yang lebh besar. Mereka juga didorong untuk lebih independen, dan mereka memiliki sikap yang lebih egaliter terhadap peran gender. Ibu yang bekerja memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi sekolah di keluarga berpenghasilan rendah pada anak laki-laki dan perempuan. Namun anak laki-laki dari ibu yang bekerja dalam keluarga kelas menengah cenderung berprestasi lebih rendah di sekolah dibandingan dengan yang memilki ibu sebagai ibu rumah tangga Orangtua yang hidup dalam kemiskinan yang terus menerus bisa jadi kesulitan dalam memberikan disiplin dan monitor serta dukungan emosional yang efektif

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

Pengaruh yang ditimbulkan oleh struktur keluarga terhadap perkembangan anak; Banyak anak pada saat ini yang tumbuh dalam keluarga berstruktur tidak tradisional. Anak-anak cenderung lebih baik dalam struktur tradisional dengan dua orangtua. Walaupun demikian, struktur keluarga kurang penting dibandingkan pengaruhnya terhadap atmosfir keluarga. Pada anak anak yang diadopsi dapat menyesuaikan diri dengan baik, walaupun mereka menghadapi tantangan khusus. Adapun untuk anak dari orangtua yang bercerai, terdapat berbagai hal yang mempengaruhi penyesuaian anak terhadap perceraian; kematangan usia, gender, tempramen, dan penyesuaian psikologis dan sosial sebelum perceraian. Penyesuaian anak terhadap perceraian tergantung pada beberapa factor yang berkaitan dengan anak; penganan orangtua terhadap situasi tersebut; perjanjian perwalian dan pengunjungan anak; situasi keuangan; kontak dengan orang yang tidak mendapatkan hak perwalian (biasanya ayah); dan pernikahan kembali orangtua Jumlah konflik dalam keluarga dan kecendrungan hal terus berlangsung hingga setelah perceraian dapat mempengaruhi sang anak terlepas apakah anak akan menjadi lebh baik apabilanya orangtuanya berkumpul. Anak yang hidup bersama satu orangtua memiliki resiko masalah perilaku dan akademik yang lebih tinggi, sebagai bagian dari masalah status sosioekonomi Anak lelaki cenderung lebih bermasalah dibandingkan dengan anak perempuan dalam menyesuaikan diri terhadap perceraian dan kehiduoan dngan oangtua tunggal tetapi cenderung menyesuaikan diri dengan baik 4. Relasi teman sebaya Kedudukan kelompok dan teman sebaya jauh lebih penting pada masa kanakkanak pertengahan. Kelompok sebaya biasanya terdiri dari anak-anak yang sama dalam hal usia, jenis kelamin, status sosioekonomi, dan yang hidup saling berdekatan atau yang pergi kesekolah bersama Kelompok teman sebaya membantu anak mengembangkan keterampilan social, memungkinkan mereka menguji dan mengadopsi nilai yang terpisah dari nilai

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

yang diajarkan orangtua, memberikan rasa memiliki kepada mereka, dan membantu mengembangkan konsep diri. Kelompok tersebut juga dapat membantu mendorong konformitas dan prasangka Populiaritas mempengaruhi harga diri dan penyesuaian diri dan di masa mendatang. Anak yang popular cenderung memiliki kemampuan kognitif dan keterampilan social. Perilaku yang mempengaruhi popularitas bisa jadi bersumber dari relasi keluarga dan nilai kultur Intimasi dan stabilitas pertemanan meningkat sepanjang masa kanak-kanak pertengahan. Anak laki-laki cenderung memiliki lebih banyak teman, sedangkan anak perempuan memiliki teman dekat 5. Kesehatan Mental Menurut Papalia dkk (2008) diperkirakan satu dari lima anak dan remaja usia 9 sampai 17 tahun di AS terdiagnosa mengalami gangguan emosional dan mental yang mengakibatkan beberapa gangguan pada fungsi sehari-hari; dan lebih dari satu dari sepuluh anak ---sekitar 4 juta anak---mengalami kerusakan fungsional yang parah. Yang paling umum adalah anxiety atau mood disorder (gangguan perasaan) (merasa sedih, tertekan, tidak dicintai, gugup, takut, atau merasa sendiri); dan disruptive conduct disorder (gangguan perilaku diruptif) (agresi, menentang, atau perilaku anti social). Sebagain masalah tampaknya diasosiasikan dengan fase tertentu dalam kehidupan anak dan akan hilang dengan sendirinya, akan tetapi masalah yang lain harus ditangani untuk mencegah masalah di masa depan. Disruptive behavior disorder; ledakan kemarahan dan penentangan, argumentative, sikap bermusuhan, perilaku mengacuhkan yang disengaja---sesuatu yang umum terjadi pada usia 4-5 tahun---biasanya menghilang pada masa kanakkanak pertengahan. Apabila pola tersebut terus berlangsung hingga usia 8 tahun, anak-anak (biasanya anak laki-laki) didiagnosa mengidap oppositional defiant disorder (gangguan perilaku menentang) (ODD), pola penentangan ketidakpatuhan, dan sikap bermusuhan terhadap figure otoritatif orang dewasa. Anak yang mengidap ODD akan berkerlahi, bertengkar, mara,merampas barang-barang, menyaahkan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

orang lain, pemarah dan pembenci, dan biasanya menguji batas kesabaran orang dewasa secara konstan. Sebagian anak dan yang mengidap ODD bergerak antisocial ke pola agresif berkesinambungan berulang, tindakan seperti membolos,

meneriakkan kebakaran, kebiasaan berboong, berkelahi, vandalism, memperkosa dan menyakiti. Ini semua di sebut conduct disorder (CD) (gangguan perilaku). Sekitar 1-4 % anak usia 9-17 tahun yang tidak tersntitusionalkan di AS mengidap CD. Banyak anak yang menderita CD juga menderita attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD). Sebagiananak usia 11-13 tahun bergerak dari CD ke kerasan kriminal---merampok, memperkosa, dan mencuridan mungkin telah menjadi seorang pelanggar serius pada usia 17 tahun. Banyak anak-anak yang antisocial menjadi orang dewasa yang antisocial juga, tetapi sebagian besar tidak. Fobia sekolah dan gangguan kecemasan lain. Anak yang mengidap fobia sekolah memiliki rasa takut yang tidak realistis untuk pergi ke sekolah. Sebagian anak memiliki alasan realistic untuk menghindari masuk sekolah seperti guru yang sarkastis, tugas berlebihan, atau bullying di lingkungan sekolah (Kochenderfer & Ladd dalam Papalia dkk, 2008). Dalam kasus tersebut lingkungan yang harus dirubah, bukan anak. Fobia sekolah sebenarnya mungkin merupakan sebuah tipe dari anxiety disorder yaitu kondisi yang mengandung kecemasan berlebihan dalam jangka waktu, paling tidak, empat minggu berkaitan dengan perpisahan dengan rumah atau dari orang yang sangat dekat dengan si anak. Separation anxiety disorder menyerang sekitar 4% dari anak-anak dan remaja awal dan mungkin terus berlangsung sepanjang masa sekolah. Anak ini biasanya datang dari rumah dengan ikatan yang kuat. Hal lain dapat dikarenakan binatang peliharannya mati, setelah menderita penyakit, ataupindah sekolah baru. Banyak anak dengan separation anxiety disorder juga menunjukkan depresi; rasa sedih, menarik diri, apatis, atau kesulitan berkonsentrasi. Anak dengan fobia sekolah cenderung merupakan siswa yang baik. mereka cenderung takut dan segan jauh dari rumah, tetapi membantah, keras kepala, dan menuntut terhadap orangtuanya. Penangannnya adalah kembali masuk sekolah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

sesegera mungkin dan secara bertahap. Biasanya anak mulai masuk sekolah tanpa banyak kesulitan setelah penangan tersebut dimulai. Fobia sekolah dapat juga merupakan bentuk fobia social; ketakutan luar biasa dan / atau menghindari situasi social. Anak sangat takut dengan penghindaan sehingga saat diminta untuk berbicara di kelas atau ketika bertemu dengan kenalan di jalan, muka mereka berubah merah, berkeringat, atau berdebar-debar. Fobia sekolah menyerang 5% anak dan 8% orang dewasa. Fobia social bersifat menurun, kemungkinan factor genetic. Seringkali dipicu oleh pengalaman traumatis seperti kegelapan yang menyerang ketika seorang anak dipanggil di kelas. Atau dapat juga terjadi dengan mengamati respon orangtua mereka terhadap situasi social. Beberapa anak mengidap generalized anxiety disorder (gangguan kecemasan tergeneralisasi), yang tidak difokuskan kepada salah satu kehidupan, seperti sekolah atau relasi social. Anak-anak mencemaskan segala hal: kenaikan kelas, tepat waktu, perang atau gempa bumi. Kecemasan mereka terpisah dari prestasi. Mereka cenderung menjadi perfeksionis, konformis dan peragu. Mereka mencari persetujuan dan membutuhkan penguat yang bersifat konstanta. Depresi masa kanak-kanak; gangguan perasaan yang ditandai dengan symptom seperti terus menerus memiliki perasaan tidak memiliki teman, ketidakmampuan untuk bergembira atau berkonsentrasi, kelelahan, aktivitas atau kelesuan ekstrem, menangis, masalah tidur, perasaan tidak berharga, perubahan berat tubuh, keluhan fisik, atau pemikiran tentang kematian atau bunuh diri yang berulang kali muncul. Pengaduan yang dapat kita temukan tidak seorang pun menyukai saya merupakan pengaduan yang biasa ditemukan pada anak sekolah yang cendrung sadar populeritas; akan tetapi perasaan tidak berteman yang berlangsung terus menerus bisa jadi salah satu tanda depresi masa kanak-kanak, gangguan perasaan melampaui rasa sedih normal dan temporer. Antara 10-15% anak-anak dan remaja memiliki symptom depresi, seperti ketidakmampuan bergembira atau berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, perubahan berat tubuh, keluhan fisik atau pemikiran tentang kematian dan bunuh diri yang berulang kali muncul. Jika lima dari 10 simptom di atas berlangsung dua minggu menunjukkan kemunginan depresi. Jika terus berlangsung perlu mendapatkan bantuan psikolog.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

Karena mereka dapat melakukan percobaan bunuh diri, yang jika terus berulang pada masa remaja maka akan cenderung berlanjut pada masa dewasa. Penyebab pasti depresi belum diketahu. Anak depresi cenderung berasal dari keluarga parental, kecemasan, substance abuse, atau perilaku antisocial yang tinggi; dan atmosfi yang ada dalam keluarga seperti itu meningkatkan resiko depresi pada anak. Depresi seringkali muncul ketika anak pindah dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama; dapat juga berkaitan dengan tekanan akademis yang kuat. Transisi ke masa sekolah pertengahan sangat menekan dan menyebabkan depresi dalam diri anak yang tidak memiliki keyakinan kecakapan diri dan hanya memiliki sedikit investasi pribadi dalam kesuksesan akademis. Teknik Penanganan Psikoterapi individual; pengangan psikologi di mana terapis bertemu dengan orang yang bermasalah empat mata. Psikoterapi anak biasanya menjadi lebih efektif apabila dikombinaskan dengan konseling orangtua. Terapi keluarga; penangan psikologis di mana terapis bertemu dengan seluruh anggota keluarga untuk menganalisa pola fungsi keluarga. Terspis bertemu dengan kelarga secara utuh, mengamati bagaimana para anggotanya saling berinteraksi, dan menunjukkan pola fungsi keluarga yang menghasilkan pertumbuhan dan menghasilkan hambatan. Ironisnya, terkadang anak yang membawa seluruh anggota keluarga ke dalam terapi adalah yang paling sehat, merespons secara terbuka kepada situasi keluagra yang sedang bermasalah. Terapi membantu orangtua menghadapi masalah mereka dan mulai memecahkannya. Ini merupakan langkah awal di dalam memecahkan masalah anak. Terapi prilaku; pendekatan terapis yang menggunakan teori pembelajaran untuk mendorong perilaku yang diharapkan atau menghilangkan yang tidak diharapkan; dikenal pula dengan sebutan modifikasi perilaku. Contohnya ledakan kemarahan atau untuk mengembangkan perilaku yang diharapkan contohnya, meletakkan mainan ke tempat semula setelah bermain. Setiap anak merapikan mainannya, maka ia akan mendapatkan imbalan, seperti pujian atau membelikan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

mainan baru. Analisis statistic banyak penelitian menemukan bahwa, secara umum, psikoterapi efektif bagi anak dan remaja, terutama bagi anak remaja wanita. Terapi perilaku lebih efektif ketimbang metode nonbehavioral. Hasil terbaik bisa didapat apabila penanganan tersebut diarahkan kepada masalah dan hasil tertentu (Weis dkk dalam Papalia, 2008). Terapi bermain; dalam terapi bermain, terapis mengobservasi anak ketika anak mengeluarkan perasaan yang terganggu dengan menggunakan materi yang dikembangkan sesuai kebutuhan. Play terapi; pendekatan terapeutik di amana anak bermain secara bebas dan pada saat yang sama terapis mengobservasi dan terkadang mengomentari, melontarkan pertanyaan, atau mengajukan usulan Art therapy; pendekatan terapeutik yang mengizinkan seorang anak untuk mengekspresikan perasaan yang terganggu tanpa kata-kata, tapi dengan menggunakan berbagai material dan media seni. Drug theraphy pemberian obat untuk menangani penyimpangan social. 6. Diri sendiri Pertumbuhan kognitif memapmukan anak engembangkan konsep diri. Merujuk Erikson, sumber harga diri adalah pandangan anak terhadap kompetensi produktirf mereka. Kebijakan ini berkembang melalui pemecahan konflik melawan inferioritas. Industry versus inferioritas adalah tahap keempat perkembangan psikososial Erikson, di mana anak harus belajar keterampilan produktif yang dituntut kultur mereka atau wajah yang menyiratkan inferioritas. Kontribusi utama harga diri adalah dukungan social ----orangtua dan teman sekelas, kemudian dari teman dan guru. Apakah mereka peduli dan menyukai dengan anak? apakah memperlakukan anak sebagai yang memiliki nilai dan ucapannya berharga untuk didengar? Anak-anak yang menarik diri secara social atau terisolasi, memiliki kecendrungan lebih besar memberikan perhatian kepada penampilan mereka dalam situasi social. Mereka akan menghubungkan penolakan tersebut pada kekuarangan pribadi yang mereka yakini tidak dapat diubah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

10

Pertumbuhan Emosi Anak usia sekolah telah menginternalisasi rasa malu dan bagga serta dapat memahami dan mengontrol emosi negative lebih baik. mereka dapat lebih baik mengatur ekspresi emosi mereka dalam situasi social, dan mereka dapat merespon tekanan emosional orang lain. Empati dan perilaku social meningkat Pada usia 7 atau 8 tahun, rasa malu dan rasa bangga, yang tergantung kepada kesadaran mereka akan implikasi tindakan mereka dan jenis sosialisasi yang pernah diterima anak terima, mempengaruhi pandangan mereka terhadap diri mereka sendiri. Secara bertahap, seorang anak dapat memverbalisasi emosi yang saling bertentangan Level pemahaman emosi yang konflik
Level 0 Perkiraan usia 3-6 thn Apa yang difahami anak Anak tidak dapat memahami dua perasaan dapat muncul sekaligus. Mereka bahkan tidak dapat menerima perasaan dua emosi yang mirip pada satu waktu (contohnya, marah dan sedih) Anak-anak mengembangkan kategori terpisah untk emosi positif dan negative. Mereka dapat menyadari dua emosi dalam satu waktu, tetapi hanya apabila kedua emosi tersebut bersifat positif saja atau negative saja dan ditujukan kepada target yang sama Anak menyadari bahwa mereka memiiki dua perasaan yang sejenis terhadap target yang berbeda. Akan tetapi, mereka tidak dapat menerima untuk memiliki dua perasaan yang berlawanan Anak dapat mengintegrasikan rangaian emosi positif dan negative. Mereka dapat memahami memiliki dua perasaan yang saling bertolak belakang dalam satu waktu, tetapi hanya jika diarahkan kepada target yang berbeda Apa yang mungkin dikatakan anak Carlos akan berkata, Kamu tidak dapat memiliki dua perasaan dalam satu waktu karena kamu hanya punya satu otak. Kayla berkata,Jika abang saya memukuli saya, maka saya akan sedih dan marah.

6-7 thn

7-8 thn

8-10 thn

Dominic berkata, saya bergairah untuk pergi ke Meksiko menemui kakek saya . saya tidak takut dan senang dalam satu waktu; sebab, saya harus menjadi dua orang dalam satu waktu! Ashley dapat mengekspresikan perasaan negative terhadap adiknya (Saya marah kepada Tony, jadi saya cubit dia) dan perasaan positf terhadp ayahnya (Saya senang ayah tidak memukul pantat saya),

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

11

11 tahun

Anak dapat mendeskripsikan perasaan yang saling bertentangan terhadap target yang sama

tetapi dia tidak menyadari bahwa dia memiliki perasaan positif dan negative (marah dan sayang) kepada mereka berdua. Lisa berkata, Saya sangat bergairah untuk mulai masuk sekolah yang baru; tetapi juga agak takut.

Control terhadap emosi negative merupakan salah satu aspek pertumbuhan emosional. Anak-anak belajar tentang apa yang membuat mereka marah, takut, atau sedih, dan bagaimana orang lain bereaksi dalam menunjukkan emosi ini, dan mereka belajar mengadaptasikan perilaku mereka dengan emosi-emosi tersebut. Mereka juga belajar perbedaan antar emosi dan mengekspresikannya. Pakar anakanak TK percaya bahwa orangtua dapat mengurangi kesedihan anak dengan membujuk si anak untuk tidak menangis atau membuat anak tidak begitu takut dengan anjing dengan mengatakan kepadanya tidak ada yang perlu ditakutkan. Anak-anak tingkat ini mengetahui bahwa emosi dapat ditekan, tetapi emosi tersebut masih tersisa. Pada masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, anak-anak menyadari dengan aturan penampilan emosional kultur mereka. Aturan kultur dikomunikasikan melalui reaksi orangtua terhadap penunjukkan ekspresi oleh anak. anak-anak A.S dengan ibu yang mendorong mereka mengekspresikan perasaan mereka secara konstruktif dan membantu mereka focus pada pemecahan akar masalah cenderung menghadapi masalah dengan lebih efektif dan memiliki keterampilan social yang lebih baik dibandingkan ibu yang merendahkan perasaan mereka dan meminimalisasi keseriusan dari sebuah institusi. Ketika orang menunjukkan ketidaksetujuan, atau menghukum, emosi negative, emosi tersebut bisa jadi semakin intens ditunjukkan dan dapat mrusak penyesuaian social anak. Atau anak belajar menyembunyikan emosi negative tetapi bisa jadi cemas dalam situasi yang membangkitkan emosi negative tersebut. Ketika anak mendekati masa remaja awal, intoleransi orangtua terhadap emosi negative dapat mempertinggi konflik orangtua-anak

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Erna Multahada SHI. M.Si.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

12

Anda mungkin juga menyukai