Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA DINI

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA (PPKK)

Pembimbing Akademik
Izma Daud, Ns.,M.Kep

Pembimbing Klinik
Nor Ella Dayani, S.Kep.,Ns

Disusun oleh

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA DINI

A. DEFINISI
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk
sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa
kanak-kanak yaitu 12 tahun.

Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi


dalamketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak
menjadi lebih baik dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan
cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya
(Berkey, 2019).

B. BATASAN
Tahap perkembangan keluarga keempat dimulai saat anak masuk sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga
sangat sibuk. Selain aktivitas disekolah masing-masing anak memiliki
aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orangtua yang mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerjasama
untuk mencapai tugas perkembangan (Friedman, 2010).

C. KARAKTERISTIK
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun
dengan ciri-ciri sebagai berikut (Netty, 2017) :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
1.1 Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota
keluarga lainnya.
1.2 Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh
dalam penampilan.
1.3 Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan
membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua
anggota keluarga.

2. Label yang digunakan pendidik/guru


2.1 Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian
diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai ketrampilan
penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler.
2.2 Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung
menetap sampai dewasa.

3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi


3.1 Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan
diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
3.2 Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar
yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan
berperilaku.
3.3 Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan
menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
3.4 Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain
yang sangat besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain.

D. TUGAS PERKEMBANGAN
Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa tahapan
ini lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat
berjalan secara rutin. Anak secara umum merasa puas mengenai hubungannya
dengan orangtua dan mulai terlibat dalam aktivitas rumah tangga.
1. Mendukung Perkembangan Anak
Mendukung perkembangan anak dilakukan dengan cara membiarkan anak
untuk pergi dan bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama,
akan semakin sedikit waktu anak tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi
hingga siang anak harus bersekolah, kemudian setelah itu tidak jarang anak
mengikuti kegiatan olahraga atau klub-klub tertentu bersama dengan
grupnya, sehingga anak pulang ke rumah dalam keadaan lelah pada malam hari
untuk beristirahat. Belum lagi ajakan temannya untuk menginap di
rumahnya, berlibur bersama, ikut camp, mengunjungi kerabat pada hari
libur, dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut diatas sangat baik untuk
perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman dan
untuk perkembangan kepribadiannya.

Orangtua harus mendukung hubungan ini, karena penelitian membuktikan


bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari anggota keluarganya
akan memegang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap keluarganya
bahkan ketika mereka sedang berinteraksi dengan orang lain. Seorang ibu
yang memiliki hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk
membiarkan anaknya bergabung dengan dunia luar.

2. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan


Kesehatan Anak
Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai
dengan kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang
dapat diperluas dan memungkinkan penggunaan energi secara efisien
yang dekat dengan sekolah dan job security. Hauenstein dalam
penelitiannya membagi populasi menjadi dua macam yaitu:
a. High stress neighborhoods : ditandai dengan crowded, susunan
keluarga mengalami kesulitan membuat suatu pertemuan
b. Low stress neighborhoods : kebanyakan adalah keluarga-keluarga
yang stabil, jalan-jalan yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di
area yang tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak
dan juga orang dewasa. Yang sering tinggal di area seperti ini biasanya
adalah keluarga yang tidak bekerja (pengangguran) dan punya masalah-
masalah dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa menyediakan tempat
tinggal yang sesuai adalah suatu tugas yang berat dan memberi
tantangan terutama dalam situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang.

Keluarga dengan anak sekolah kebanyakan menginginkan mempunyai


rumah sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu
meningkat dari waktu ke waktu. Adanya biaya pindah keluarga rata-rata
meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang tetap berada di tempat
tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan tempat tinggal
mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin tinggi, beberapa
keluarga muda mampu membeli sebuah rumah tanpa bantuan dari
kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga muda paling
banyak menerima dukungan dari keluarganya.

Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk


mencegah adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit
atau pemulihan dari kecelakaan. Banyak sistem sekolah yang
mengharuskan bukti imunisasi anak sebelum menerima mereka
kesekolah tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok
dan rubella (MMR) adalah imunisasi yang biasanya diperlukan bagi
anak dari TK sampai SMA. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab
keluarga untuk menemui dokter keluarga atau melalui departemen
kesehatan negara atau klinik.

3. Komunikasi di Dalam Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah.
Kebanyakan anak senang menceritakan pengalaman mereka,
banyak bertanya, dan mengekspresikan sesuatu. Studi longitudinal
mengindikasikan masalah awal seperti destructiveness, temper tantrums
dan overactivity menurun secara cepat di usia sekolah.

Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas menanyakan


atau berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang dialami dan
tentang peer mereka. Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan
terbuka dengan anaknya akan menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan
orangtua terhadap perasaan real mereka sama baiknya pada anak dapat
memunculkan ekspresi yang sehat dari emosi seperti fear (takut), anxiety
(cemas), resentment, anger (marah) dan cemburu.

Sibling coalition dimana anak dikontrol secara kuat dia'alnya sebagai


mekanisme bagi anak agar terikat bersama yang mungkin ikatan sepanjang
hidup antar saudara. Anak yang pertama lahir dapat memiliki orangtua yang
seutuhnya dan terus berlanjut menjadi anak yang unik dalam keluarga. Anak
yang paling akhir, oleh orangtuanya cenderung diberikan banyak toleransi.
Anak tengah merasa bahwa orangtuanya lebih banyak menghukum daripada
memberi dukungan padanya dibandingkan anak tertua dan anak terakhir.
Dalam studi tentang selfesteem, anak tengah memiliki tingkat yang rendah
selfesteem-nya dibandingkan anak pertama dan terakhir.

Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan


kembali oleh anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah
dibandingkan ia harus meluapkan emosi di luar rumah yang akan
mengganggu ketenangan di sekitar rumah. Dengana danya komunikasi
maka cinta akan mengalir dalam keluarga tersebut menggantikan rasa marah
atau energi negatif lainnya dengan energi yang positif. (Friedman et al.,
2010)
1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

E. MASALAH KESEHATAN
Masalah yang mungkin terjadi pada anak usia sekolah adalah (Baharun, 2016):
1. Masalah penglihatan, pendengaran, wicara
2. Kesulitan belajar
3. Gangguan tingkah laku
4. Perawatan gigi yang tidak adekuat
5. Penganiayaan dan menelantarkan anak
6. Penyalahgunaan zat
7. Penyakit Menular
8. Persaingan antara kakak-adik
9. Masalah kemanan anak

Masalah keperawatan yang mungkin muncul:


1. Resiko cedera
2. Resiko Trauma
3. Resiko Keracunan
4. Resiko Infeksi
5. Gangguan Penanganan Pemeliharaan Rumah
6. Perubahan menjadi Orang tua
7. Perubahan Pertumbuhan dan Perkembangan

F. Pengkajian Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep
keluarga).
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
3. Identitas anak
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
5. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
6. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari
7. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah
dicapai)
8. Pemeriksaan fisik
9. Lengkapi dengan pengkajian focus :
1) Bagaimana karakteristik teman bermain
2) Bagaimana lingkungan bermain
3) Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
4) Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana
yang dimilikinya
5) Bagaimana temperamen anak saat ini\
6) Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
7) Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
8) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
9) Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
10) Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekola
11) Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat
bermain
12) Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
13) Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
14) Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
15) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai usia anak
2. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas
keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi
perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu :
1) Masalah aktual/risiko
a. Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Menarik diri dari lingkungan social
c. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
d. Mudah dan Sering marah
e. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang
dibebankan
f. Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
g. Keengganan melakukan kewajiban agama
h. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan
untuk bermain)

2) Potensial atau sejahtera


a. Meningkatnya kemandirian anak
b. Peningkatan daya tahan tubuh
c. Hubungan dalam keluarga yang harmonis
d. Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
e. Pemeliharaan kesehatan yang optimal

G. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anak yang sakit
Tujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan
yang adekuat
Intervensi :
1.1 Diskusikan tentang tugas keluarga
1.2 Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota
keluarga sakit
1.3 Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
1.4 Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya
pertolongan yang telah dilakukan
1.5 Ajarkan cara merawat anak dirumah
1.6 Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga

2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : Ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
2.1 Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga.
2.2 Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
2.3 Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani.
2.4 Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
2.5 Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikanmasalah.
2.6 Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
2.7 Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau membaut
alternatif

3. Potensial atau sejahtera


Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga 
Tujuan : dipertahankanya hubungan yang harmonis
Intervensi :
3.1 Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada keluarga
3.2 Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas
kemampuannya
3.3 Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia sekolah)
H. Diskusikan Cara Memenuhi Kebutuhan Anggota Keluarga Tanpa Menimbulkan
Masalah
Selain mempelajara masalah, perawat dan guru akan mendeteksi banyak
defek visual, pendengaran, bicara, gangguan perilaku, perawatan gigi yang
adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat dan penyakit menular diantara
populasi anak sekolah. Perawat juga berperan sebagai narasumber bagi guru
sekolah, memungkinkan guru untuk dapat menangani kebutuhan kesehatan
muridnya yang sudah umum dan bersifat lebih individual secara efektif.

Bagi anak-anak yang memiliki masalah perilaku, perawat sekolah, klinik,


dokter, dan lembaga komunitas harus aktif mencari keterlibatan orang tua dan
memberikan konsleing suportif. Melakukan rujukan ke konseling atau terapi
keluarga sering kali sangat berguna dalam membantu keluarga menyadari
adanya masalah keluarga yang dapat dengan buruk mempengaruhi anak usia
sekolah. Ketika orangtua mampu membuat kerangka ulang masalah perilaku
anak dalam sebuah masalah keluarga dan menyelesaikan tindakan untuk
menyelesaikan masalah dengan focus tersebut, sering kali menghasilkan
fungsi keluarga dan juga perilaku anak yang lebih sehat.

Intervensi keperawatan pada masalah keluarga dengan anak usia sekolah


menurut Capernito, 2018 yaitu:
1. Monitor perkembangan anak masa kanak-kanak, perujukan bila ada indikasi
2. Pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan
3. Koordinator dengan layanan pediatri
4. Penyedia imunisasi
5. Konselor pada nutrisi dan latihan
6. Pendidik dalam isu pemecahan masalah mengenai kebiasaan kesehatan
7. Pendidik tentang hygiene perawatan gigi
8. Konselor pada keamanan lingkungan dirumah
9. Fasilitator dalam hubungan interpersonal
DAFTAR PUSTAKA

Baharun, H. (2016). Pendidikan Anak dalam Keluarga; Telaah Epistemologis.


Jurnal Pedidikan, 3(2), 96–107.

Berkey, K. M., & Hanson, S. M. (2019). Pocket Guide to Family Assessment and
Intervention. St. Louis: Mosby.

Capernito, L.J. (2018). Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Buku AJar Keperawatan
Keluarga: Riset, Teori & Praktik (5th ed.). Jakarta: EGC.

Netty Herawati, (2017). Konsep Keluarga. Jakarta: FIK UI.


Banjarmasin, April 2023

Perseptor Akademik Preseptor Klinik

(Izma Daud, Ns.,M.kep) (Nor Ella Dayani, S.Kep.,Ns)

Anda mungkin juga menyukai