Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA An.

M DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DERMATITIS DI RT 002 RW 004 KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN
PALU BARAT KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

Departemen Keperawatan Keluarga

DISUSUN OLEH :
NUR FADHILAH, S.Kep
NIM : 2019032065

MENGETAHUI :

PEMBIMBING AKADEMIK

Ns. AFRINA JANUARISTA,S.Kep.,M.Sc.

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021

1
I. KONSEP ANAK USIA SEKOLAH

Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk
sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak
yaitu 12 tahun. Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi
dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih
baik dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh
sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
A. KELOMPOK ANAK
1. Usia prasekolah           : 2 – 5 tahun
2. Usia sekolah                : 6 – 12 tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif
dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
a. Anak usia 6-7 tahun :
 membaca seperti mesin
 mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
 membaca waktu untuk seperempat jam
 anak wanita bermain dengan wanita
 anak laki-laki bermain dengan laki-laki
 cemas terhadap kegagalan
 kadang malu atau sedih
 peningkatan minat pada bidang spiritual
b. Anak usia 8-9 tahun:
 kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
 menggunakan alat-alat seperti palu
 peralatan rumah tangga
 ketrampilan lebih individual
 ingin terlibat dalam segala sesuatu
 menyukai kelompok dan mode
 mencari teman secara aktif
c. Anak usia 10-12 tahun:
 pertambahan tinggi badan lambat
 pertambahan berat badan cepat
 perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
 mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri
 memasak, menggergaji, mengecat
 menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
 membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
 teman sebaya dan orang tua penting
 mulai tertarik dengan lawan jenis
 sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan

2
3. Usia remaja : 13 - 18 tahun

B. CIRI-CIRI ANAK USIA SEKOLAH


Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota
keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh
dalam penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan
membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga
       2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan
yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa dan mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik
kurikuler maupun ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap
sampai dewasa
       3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima
oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang
disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi
konformis (pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat
besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain

C. PERKEMBANGAN FISIK
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah
lahir tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak
mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak
usia prasekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan kekebalan lemak
(Edelmen dan Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan
kelompok besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang
biasanya diperlukan selama kelas 1 merupakan kesempatan yang baik perawat

3
untuk mendiskusikan dengan anak dan orang tua tentang pengaruh genetic,
nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki laki sedikit
labih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan selama tahun pertama
sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan
pertumbuhan yang cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut
jantung rata- rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg
dan frekuensi pernafasan stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan
pernafasan menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi
pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah
mencapai ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar
meningkat dan kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan
motorik kasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan
menangkap selama bermain. Menghasilkan peningkatan ketrampilan
neuromuscular. Perbedaan individual dalam kecepatan pencapaian penguasaan
ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan individual dalam ketrampilan
motorik terbentuk dalam partisipasi anak dalam aktivitas yang membutuhkan
pergerakan otot yang terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik
kasar tetapi berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari
dan pergelangan tangan tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas.
Ketrampilan meningkatkan motorik halus pada anak dalam pertengahan masa
kanak – kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri dalam merawat
kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses
kebutuhan ini akan terpenuhi. Penyakit dan hospitalisasi mengancam
pengendalian anak dalam area ini. Maka sangat penting mengizinkan mereka
untuk berpartisipasi dalam perawatan dan mempertimbangkan kemandirian
sebanyak mungkin.
4. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative.
Jika terjadi defisiensi biasanya defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak
usia sekolah dapat belajar banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang
seimbang dengan membantu menyiapkan makanan. Perawat harus
menganjurkan orang tua untuk menyediakan makanan dalam jumlah yang
adekuat bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas.

4
D. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk
berfikir dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi
oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas.
Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif,
yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika mereka mampu mengunakan
symbol secara operasional (aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka
mulai menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode
ini di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan,
menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki
kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.  

1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di
nyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan
kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua
manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu
sebagai berikut :
a) Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang
(orang-orang suara / bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b) Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara
lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru
ucapan atau kata-kata yang di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan
pencapaian berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6
tahun memiliki kosakata sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan
meluasnya pergaulan dengan teman sebaya dan orang dewasa serta
kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa dan
mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari
aturan sintaksis, aturan merangkai kata menjadi kalimat.

E. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan
ketrampilan yang penting bagi mereka yang berfungsi sama seperti dewasa. Anak
usia sekolah yang mendapatkan keberhasilan positif merasa adanya perasaan
berharga. Anak-anak yang menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas
(biasa saja ) / perasaan tidak berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari
sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral

5
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai
kemampuan kognitif dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang
aturan sebagai prinsip dasar kehidupan, bukan hanya perintah dari yang
memiliki otoritas. Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari
lingkungan keluarga. Usaha untuk menanamkan konsep moral sejak dini
merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang di terima anak mengenai
benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya sejenis dari pada sebaya lain jenis.
Identitas jender yang kuat dapat dilihat pada ikatan yang kuat dengan teman
sejenis yang di pertahankan oleh anak biasa di sebut “geng“. Umumnya anak
laki-laki dan perempuan memandang jenis kelamin yang berbeda secara
negative. Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda selama tahap perkembangan
ini. Konformitas terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara
yang di dorong dan dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas
kelompok meningkat, seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa
pada periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya.
Sekarang ini banyak peneliti percaya bahwa anak usia sekolah memiliki
ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
4. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih
individual. Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi
seperti adanya atau tidak adanya penyakit dan keadekuatan tidur atau makan.
Kemampuan fungsional standar untuk kesehatan personal dan kesehatan yang
lain dinilai.

F. TUGAS PERKEMBANGAN ORANGTUA DENGAN ANAK USIA


SEKOLAH
Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa
tahapan ini lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat
berjalan secara rutin. Anak secara umum merasa puas mengenai hubungannya
dengan orangtua dan mulai terlibat dalam aktivitas rumah tangga.
1. Mensupport perkembangan anak
Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara membiarkan anak
untuk pergi dan bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama, akan
semakin sedikit waktu anak tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga
siang anak harus bersekolah, kemudian setelah itu tidak jarang anak mengikuti
kegiatan olahraga atau klub-klub tertentu bersama dengan grupnya, sehingga
anak pulang ke rumah dalam keadaan lelah pada malam hari untuk beristirahat.
Belum lagi ajakan temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur bersama,

6
ikut camp, mengunjungi kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan tersebut di
atas sangat baik untuk perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas
pengalaman dan untuk perkembangan kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka, orientasi
mereka mulai berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus mendukung
hubungan ini, karena penelitian membuktikan bahwa anak dengan dukungan
yang sangat baik dari anggota keluarganya akan memegang teguh norma, nilai
dan identifikasi terhadap keluarganya bahkan ketika mereka sedang berinteraksi
dengan orang lain (Bowerman&Kinch, 1959). Seorang ibu yang memiliki
hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk membiarkan
anaknya bergabung dengan dunia luar.
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai figur
otoritas. Anak akan sering berkata “…tapi kata bu guru begini…” pada
orangtuanya. Hal ini mengindikasikan bahwa anak sudah mulai keluar dari
aturan rumahnya. Anak menemukan model baru, sikap baru, dan pandangan
baru melebihi yang didapat di keluarganya. Orangtua yang dapat berempati
terhadap minat anak dan dapat lebih melonggarkan aturannya pada anak akan
lebih mudah untuk tidak terlalu mengikat anak tersebut pada masa remajanya.
Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya akan lebih
mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas luar rumahnya
dibandingkan orangtua yang memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka.
Pada masa ini, suami dan istri lebih sering bekerja bersama dalam sebuah proyek
disbanding ketika usia anaknya masih preschool ataupun remaja.(Feldman,
1961). Beberapa aktivitas bersama yang dilakukan dengan anak-anak juga,
seperti piknik keluarga mungkin dapat mengembangkan minat dari suami dan
istri untuk meneruskan hubungannya sebagai sebuah pasangan.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan
Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion Research Centre
mengindikasikan bahwa efek dari kehadiran anak pada sebuah pernikahan dapat
membawa efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada semua ras, agama, level
pendidikan, dan status pekerjaan (Davis, 1978). Sebanyak 6 survey nasional
sejak tahun 1973 sampai 1978 menemukan bahwa kehadiran anak cenderung
mengurangi kebahagiaan orangtua, dalam hal:
 Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
 Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
 Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh
afeksi, waktu dan perhatian
 Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk
beberapa saat (Glenn&Mc Lanchan,1982).
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah biasanya
lebih sering terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka mengalami 4
kali problem lebih sering. Potensi problem terbesar bisanya mengenai

7
pengaturan anak di rumah, sehingga mengurangi ekspresi afeksi dari pasangan
suami-istri, dan dijadikan nomor kedua (Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan pernikahan.
Hal ini biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran gender
tradisional dalam berhubungan, dimana hubungan keduanya kemudian hanya
menjadi sebuah kebiasaan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, dan
harapan dari satu pihak ke pihak lainnya. Model pernikahan seperti ini lebih baik
menggunakan metode diskusi daripada menghindar dalam penyelesaian
konfliknya, dan yang lebih penting berusaha untuk mengekspresikan cintanya
secara spontan (Swensen,Eskew,&Kohlhepp, 1981). Menjaga hubungan
pernikahan pada saat usia anak memasuki usia sekolah sangatlah penting, tidak
hanya untuk kepentingan suami dan istri saja, tetapi juga demi kepentingan anak
kelak

G. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA


SEKOLAH
1. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan Kesehatan Anak
Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai
dengan kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang dapat
diperluas dan memungkinkan penggunaan energi secara efisien yang dekat
dengan sekolah dan job security. Hauenstein dalam penelitiannya membagi
populasi menjadi dua macam yaitu :
a. High stress neighborhoods à ditandai dengan crowded, susunan,
keluarga mengalami kesulitan membuat suatu pertemuan
b. Low stress neighborhoods à kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang
stabil, jalan-jalan yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di
area yang tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan juga
orang dewasa. Yang sering tinggal di area seperti ini biasanya adalah keluarga
yang tidak bekerja (pengangguran) dan punya masala-masalah dalam perkawinan.
Dapat dilihat bahwa menyediakan tempat tinggal yang sesuai adalah suatu tugas
yang berat dan memberi tantangan terutama dalam situasi ekonomi yang sulit
seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan menginginkan mempunyai
rumah sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu meningkat
dari waktu ke waktu. Adanya biaya pindah keluarga rata-rata meningkat begitu
cepat, banyak keluarga yang tetap berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba
untuk meningkatkan keadaan tempat tinggal mereka. Pada waktu biaya untuk
tempat tinggal semakin tinggi, beberapa keluarga muda mampu membeli sebuah
rumah tanpa bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga
muda paling banyak menerima dukungan dari extended family

8
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk mencegah
adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau pemulihan dari
kecelakaan. Banyak sistem sekolah yang mengharuskan bukti imunisasi anak
sebelum menerima mereka ke sekolah tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis, polio,
campak, gondok dan rubella (MMR) adalah imunisasi yang biasanya diperlukan
bagi anak dari TK sampai SMA. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab keluarga
untuk menemui dokter keluarga atau melalui Departemen Kesehatan Negara atau
klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung
jawab keluarga. Pemberian fluoride secara rutin besar pengaruhnya dalam
mengurangi kerusakan gigi pada anak. Oleh karena itu, keluarga diharapkan untuk
memeriksakan dan merapikan gigi anak pada dokter gigi serta menggosok gigi
secara teratur setelah makan yang sering memerlukan monitor dan modeling dari
orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak usia
sekolah. Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih banyak mengalami
kecelakaan dibandingkan anak perempuan dan biasanya kematian paling tinggi
adalah karena kecelakan kendaraan motor. Selain itu, kecelakaan juga
menyebabkan kerusakan permanen, kelumpuhan serta kehilangan waktu untuk
sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa
keluarga. Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah sesuatu
yang normal dalam beberapa keluarga dan cukup banyak persentase orang tua
yang mengaku menendang, menggigit, memukul dengan tangan atau benda dan
mengancam menggunakan pisau atau senjata. Hasil penelitian bahwa 10 dari
seribu anak tidak menerima cinta dan dukungan tetapi sering menerima pukulan
dari orang tua mereka. Orang dewasa yang mengalami abuse pada waktu anak-
anak lebih cenderung menjadi child abuser terhadap anak mereka sendiri.
Physical abuse biasanya terjadi pada keluarga miskin tetapi kebanyakan keluarga
kaya menggunakan abuse sebagai “accident”. Banyak keluarga ekonomi bawah
yang stress dan melampiaskan rasa frustasi pada anak mereka. Child abuse sering
juga dipicu oleh respon anak yang membantah, menantang atau mengabaikan
orang tua sehingga orang tua frustasi dan kehilangan kontrol dan menggunakan
metode disiplin yang lebih keras dan meningkat menjadi abuse. Parents
anonymous merupakan organisasi nasional yang siap membantu mengatasi
kekerasan dengan melakukan pertemuan secara teratur dan menggunakan sarana
telepon untuk orang tua yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada semua
kelas sosek serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12 tahun. Anak yang
menjadi korban incest biasanya takut untuk menceritakannya pada siapapun, yang
bisa jadi petunjuk adalah penarikan diri yang tidak jelas, kecemasan, mimpi buruk
atau keluhan fisik khususnya masalah urine atau pelvic yang sakit. Bantuan untuk

9
korban incest dan keluarganya dapat ditemukan di tempat layanan perlindungan
anak, pusat krisis perkosaan atau woman’s centers. Untuk mencegah incest dapat
dilakukan dengan pemberian pendidikan seks di rumah dan di sekolah.
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi banyak
keluarga yang mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu membiayai biaya
rumah sakit dan membayar dokter. Sebanyak 83 % dari pekerja di Amerika
bekerja pada perusahaan yang memiliki asuransi kesehatan.

2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan,
kemudian untuk rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat item
utama tersebut kira-kira membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang dihabiskan
tiap individu dalam sebuah keluarga. Belum lagi untuk biaya pengobatan,
pakaian, rekreasi, dan yang lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak.
Kebanyakan ibu bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang
sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya
tidak sebesar penghasilan suaminya, tetapi mereka dapat membantu
menyediakan segala sesuatu yang dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu ketika
anak berada di sekolah atau ketika ayah mereka dapat menemani anak-anak.
Split shifts memungkinkan banyak ibu yang bekerja sementara suami berada di
rumah. Kesuksesan ibu bekerja tergantung pada pendidikan dan training,
pengalaman kerja sebelumnya, dukungan suami, usia anak, kesehatan serta
dukungan bantuan dari kerabat dekat dan orang lain. Pekerjaan ibu biasanya
harus disesuaikan secara efektif terhadap situasi yang terjadi dalam keluarga
seperti ketika anak sakit, mendapat kecelakaan atau situasi gawat lain yang
menimpa keluarga.
Dual career families merupakan keluarga dimana kedua suami dan istri yang
mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang meminta serangkaian
perkembangan dan keahlian serta memerlukan kompetensi dan komitmen yang
tinggi. Ketika salah satu dari mereka mempunyai kesempatan mengambangkan
karir di tempat lain, solusi tradisional untuk istri adalah mendukung karir
suaminya, mengorbankan dirinya dengan tinggal di rumah, mengakhiri
pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan yang
keduanya mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal di rumah
sedangkan yang lain pulang pergi kerja selama seminggu, kembali ke keluarga
untuk weekends dan liburan. Keuntungan yang besar adalah perkembangan yang
profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu untuk keluarga sehingga
tidak akan ada pengaruh negatif pada perembangan anak atau dalam masalah
perkawinan. Ini mungkin terjadi ketika ada kerja sama yang aktif dan

10
kepercayaan antara suami istri, komunikasi yang terbuka dalam keluarga,
keteguhan hati untuk mengatasi masalah, fleksibel, dan komitmen yang kuat
untuk keluarga dan pekerjaan. (Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu menjaga
keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya atau istri
yang bekerja ditemukansama-sama puas secara dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam
pekerjaan ibu, mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu
dan melihat apa yang ibu kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang tuanya
dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari merasa bahwa mereka penting
ketika dipercaya untuk memulai mempersiapkan makan malam dan melakukan
tugas rumah tangga yang lain sementara menunggu orang tuanya pulang ke
rumah.

3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah


Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu, tetapi juga
bagi ayah dan anak yang lebih tua.
a. Partisipasi anak
Partisipasi anak dalam menjaga rumah dapat dipertimbangkan,
tergantung bagaimana keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan apakah
ibu mereka bekerja atau tidak. Anak laki-laki dan perempuan dapat saling
membantu untuk memasak dan membersihkan rumah. Seperti perempuan,
laki-laki pun dapat melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring,
mengurus pekarangan, mobil dan hewan peliharaan. Ibu yang bekerja full
time, partisipasi anak dalam mengurus rumah sangat tinggi, tapi ibu yang
bekerja part-time, partisipasi anak rendah.
b. Bantuan dari suami
Studi dari 1212 pasangan di Philadelphia, menemukan bahwa pasangan
kulit hitam menyukai pembagian kerja dalam rumah tangga daripada
pasangan kulit putih (Ericksen, Yancey, & Ericksen 1979). Terdapat 2 istilah
yang harus dibedakan. Pertama Role-sharing, bahwa tanggungjawab tugas
dilaksanakan oleh pasangan suami istri. Suami menganggap mengerjakan
segala tugas tanpa harus ada nasihat atau pengingat dari istri. Istilah kedua
yaitu task sharing, bahwa pembagian tugas tanpa mengubah asumsi dasar
tentang peran-peran dari pasangan yang menikah. Task sharing, suami
membantu istrinya jika hanya seorang istri membutuhkan pertolongan
suaminya.
Studi di Middletown 1978 menemumukan perbedaanantara keluarga
business class & working class. 45 persen keluarga yang menganggap istri
memiliki tanggung jawab penuh terhadap tugas rumah tangga, istri yang
mengurus rumah tangga lebih banyak daripada suami sekitar 40 persen
pasangan, 7 persen pasangan suami istri saling berbagi tugas, laki-laki yang

11
lebih banyak mengurus rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi
masih termasuk dalam studi keluarga.
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat
keputusan ketika anak di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat penting,
karena dapat membantu anak bersikap disekolah seperti halnya hubungan
dengan peers, orangtua, dan saudara kandung (Feldman & Feldman, 1975).
Hubungan antara suami-istri dapat ditingkatkan dengan saling berbagi tugas
dalam menjaga anak dan rumah tangga.

4. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
a. diterima dalam anggota suatu kelompok
b. mengembangkan sense-nya sebagai social being
c. berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
d. antisipasi terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
e. persiapan untuk peran masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam mengembangkan
skills, attitude dan potensi seseorang di masyarakat. Sosialisasi berlangsung
terus menerus dalam kehidupan sebagai suatu peran baru di setiap situasi baru
atau kelompok yang individu tersebut baru memasukinya. Anak-anak usia
sekolah lebih mengembangkan hubungan dengan orang lain daripada dengan
keluarganya sendiri.
Rasa kedekatan dengan relatives of the family dapat dicapai dengan cara
saling mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni keluarga, dll. Anak-
anak usia sekolah dapat berkunjung ke keluarganya yang lain di saat anak
tersebut sudah bisa menjaga dirinya, siap menghadapi tantangan dan tertarik
dengan situasi yang baru. Anak usia sekolah senang berteman dengan berbagai
jenis orang. Saat anak tersebut berhadapan dengan teman yang berbeda tipe,
mereka belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan datang. “undesirable
friends” menurut orangtua
a. anak mengganggu teman mainnya yang lain jenis
b. teman lain suka menyerang
c. bermain bersama tapi tidak sesuai aturan
Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua
mempercayai anaknya untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda ras,
etnik, dan kelas sosial dapat memiliki pengalaman lebih banyak daripada anak
yang hanya berhubungan dengan “orang-orang satu jenis” dengannya, karena
dapat menghilangkan komponen pendidikan mereka dalam hidup
bermasyarakat.
Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan orangtua-guru dan kegiatan
lain yang ditekuni oleh anaknya.

12
5. Komunikasi Di Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah
Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah.
Kebanyakan anak senang menceritakan pengalaman mereka, banyak bertanya,
dan mengekspresikan sesuatu. Studi longitudinal mengindikasikan masalah awal
seperti destructiveness, temper tantrums dan overactivity menurun secara cepat
di usia sekolah. Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas
menanyakan atau berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang dialami
dan tentang peer mereka.
Diskusi tentang sex education:
1. Apa yang terjadi di dalam tubuh
2. perbedaan antara 2 sex
3. perbedaan yang dirasakan antar teman sejenis saat beranjak dewasa
4. bagaimana menerima dan dapat nyaman dengan situasi menstruasi pada
perempuan dan seminal emissions pada laki-laki
5. bagaimana cara mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan
meningkatnya fungsi glandular
6. kematangan tubuh apa yang terjadi pada saat sekarang dengan yang akan
datang
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya
akan menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap perasaan
real mereka sama baiknya pada anak dapat memunculkan ekspresi yang sehat
dari emosi seperti fear(takut), anxiety (cemas), resentment, anger(marah), dan
cemburu.
Siblings
Beberapa keuntungan memiliki siblings:
1) kakak dapat menjadi teladan bagi adiknya
2) seorang sibling mengidentifikasi dengan yang lain pada satu area
3) perbedaan antara sibling dapat mengembangkan sense
4) sibling dapat menjadi feedbacker
5) dapat saling tukar barang
6) jembatan untuk mengerti antara dunianya dan dunia orang dewasa
Sibling coalition dimana anak dikontrol secara kuat diawalnya sebagai
mekanisme bagi anak agar terikat bersama yang mungkin ikatan sepanjang
hidup antar siblings. Anak yang pertama lahir dapat memiliki orangtua yang
seutuhnya dan terus berlanjut menjadi anak yang unik dalam keluarga. Anak
yang paling akhir, oleh orangtuanya cenderung diberikan banyak toleransi. Anak
tengah merasa bahwa orangtuanya lebih banyak menghukum daripada memberi
dukungan padanya dibandingkan anak tertua dan anak terakhir. Dalam studi
tentang selfesteem anak tengah memiliki tingkat yang rendah selfesteem-nya
dibandingkan anak pertama dan terakhir.
Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan
kembali oleh anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah

13
dibandingkan ia harus meluapkan emosi di luar rumah yang akan mengganggu
ketenangan di sekitar rumah. Dengan adanya komunikasi maka cinta akan
mengalir dalam keluarga tersebut menggantikan rasa marah atau energi negatif
lainnya dengan energi yang positif.
H. PROMOSI KESEHATAN SELAMA PERIODE USIA SEKOLAH
Periode usia sekolah merupakan periode klinis untuk penerimaan latihan
perilaku dan kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Jika tingkat kognisi
meningkat pada periode ini, pendidikan kesehatan yang efektif harus
dikembangkan dengan tapat. Promosi praktek kesehatan yang baik merupakan
tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat berfokus pada pengembangan perilaku yang
secara positif berpengaruh pada status kesehatan anak. Perawat dapat berperan
untuk memenuhi tujuan kebijakan nasional dengan menigkatkan kebiasaan gaya
hidup yang sehat termasuk nutrisi. Anak usia sekolah harus berpartisipasi dalam
progam pendidikan yang memungkinkan mereka untuk merencanakan, memilih
dan menyajikan makanan yang sehat. Perawat juga mengikutsertakan orang tua
tentang peningkatan kesehatan yang tepatbagi anak usia sekolah. Orang tua perlu
mengenali pentingnya kunjungan pemeliharaan kesehatan.

I. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK PADA ANAK USIA SEKOLAH


Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi
pada anak. Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat
lahir, pembunuhan, dan penyakit jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini
memiliki angka mordibitas tinggi jumlah infeksi hamper 80% dari seluruh
penyakit anak. Infeksi pernafasan merupakan prevalensi terbanyak, flu biasa tetap
merupakan penyakit utama pada masa ini.
Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan,
sering kali sebagai akibat adanya rintangan pencapaian pelayanan kesehatan.
Retardasi mental, gangguan belajar, kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan
prevalensi terbanyak di antara anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya
fisik dan psikologis.
1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
 Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
 Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan
kebersihan diri
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
 Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan
kesempatan untuk keberhasilan social

14
 Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak
menjadi rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap
sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi
psikologisnya sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang
menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social

d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila
muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa
memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak
menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri
anak
   
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-
anak usia sekolah yaitu :
 Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan
menghambat komunikasi dengan orang lain
 Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak
jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
 Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan
sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa
bahwa ia berbeda
 Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain,
membual akan ditentang oleh temannya
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang
kurang menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat
kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olah raga untuk menjadi anggota
kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lain bila konsep

15
sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya
berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan memberikan
pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e. Bahaya moral
Bahaya umum dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-
anak :
 Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak
sesuai dengan kode orang dewasa
 Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
 Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan
 Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
 Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan
sehingga menjadi perilaku kebiasaan
 Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f. Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
 Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman
sebaya
 Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai
bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah
g. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
 Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang
tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung
mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
 Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua
sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
 Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin
lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah
dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya
menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
 Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk
dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua
cenderung membenci hal itu
 Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi
persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh
pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban
yang harus dilakukan di rumah.

16
 Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan
idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang
tuanya dengan orang tua teman-temannya.
 Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih
terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan
saudara yang dianggap kesayangan orang tua
 Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap
sanak keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan
memarahi anak serta sanak keluarga membenci sikap si anak
 Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua
kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan
perilaku yang sulit.

17
II. KONSEP DERMATITIS
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua
bentuk eczema adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %, eczema nummular
0,17 % dan dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 % hingga 5 % dari
penduduk.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana
kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun
yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering
dijumpai adalah eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala eksim akan mulai
muncul pada masa anak-anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada
beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak
sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah
gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit.
Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun
tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada
orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah
menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan
mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau
lebih gelap.

18
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis.
(Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).
A. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

19
(1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan
yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis.
Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah
tangga, dan sebagainya.

(2) Dermatitis Kontak Alergik


DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan
bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat
memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel,
obat obatan, dan sebagainya.

20
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang
kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma
bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin)
dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri,
lebih sensitif terhadap serum dan obat.

c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)


Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat,
misalnya pada inse,,Mct bite.

21
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah
ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit
mempunyai kecenderungan residif.

e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.

22
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan
penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam
bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis
ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.

B. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang
berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam
kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis
maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

23
C. WOC

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh

24
D. Manifestasi Klinis
Menurut (Djuanda Adhi, 2010)
2. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan
lecet. saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit
meradang yang akhirnya menebal.
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan
dengan tipe alergi
3. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua.
Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-
Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya
terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan
tungkai. bila anak mulai merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor
ekstremitas. seahunbagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian
lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan,
kelopak mata dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi,
hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50%
permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi,
sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai
tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
25
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi
meluas dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering,
agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi
dan sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan
akhirnya menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung
lama kemudian cenderung membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia
pertengahan dan sebagia kecil sampai tua
4. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang
tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan
menambah berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan
atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
5. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1
lesi karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan
berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi
krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan
ukuran berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan
6. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
26
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui
seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE
dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau
ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui
bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes
alergi, yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu,
tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di
kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan
menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka,
berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif
alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin
(obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis
atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah
48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan
melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).


Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini
memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses
dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan
tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
4. Skin Test (Tes kulit).

27
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan
di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan
bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul
bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan,
dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup
dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek
alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman
untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi
bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE
spesifik metode RAST.

8. Penatalaksanaan Terapi
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis
kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), pasta,
krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila
kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada
daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.

Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.
28
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan
– bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik
urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi
kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa
dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada
anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid
diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan
bila tiba – tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri
selama 10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi
reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga
membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent
diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah
kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka

29
panjang digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-potent steroid
hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan
perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun
oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya
hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

30
III. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pengkajian Pada Tanggal : 15-01-2021


A. DATA DASAR KELUARGA
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. M
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku / Bangsa : buol / Indonesia
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jl.Sarikaya 2 no. 5A palu barat
2. Susunan Anggota Keluarga
No Nama Umur JK Hubungan Agama Pendidikan Pekerjaan
dengan KK
1. Tn. M 35 tahun Lk KK islam SMA Wiraswasta

2. Ny. A 31 Tahun PR Istri islam SMP IRT

3. An. M 15 TAhun LK Anak Islam Belum lulus / Pelajar


MTS

4. An. Z 13 Tahun PR Anak Islam Belum lulus / Pelajar


SMP
5. An. G 6 tahun LK Anak Islam Belum Pelajar
Lulus / SD

6 Tn.A 74 LK Ayah Islam S1 Pensiunan


kandung

7 Ny. S 72 PR Ibu Islam D4 Pensiunan


kandung

3. Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga Tn. M terdiri dari :
 Tn. M sebagi kepala keluarga (seorang suami) didalam keluarganya dan
merupakan tulang puggung keluarga, yang bekerja sebagai seorang wiraswasta
(bengkel Las)
 Ny. A sebagai seorang ibu rumah tangga dan memiliki pekerjaan sebagai penjahit
baju (tailor)

5. Tipe Keluarga
31
Tipe keluarga Tn. M adalah  Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti
ditambah dengan keluarga lain yaitu ayah dan ibu dari Tn. M
6. Suku Bangsa
Keluarga Tn. M merupakan suku Buol dan makassar. Keluarga tinggal pada wilayah
yang kebanyakan bersuku bugis. Bahasa yang digunakan oleh Tn. R dan keluarganya
sehari-hari mengunakan bahasa Indonesia.
7. Agama
Tn. M dan Keluarga menganut agama yang sama yaitu agama Islam. Tn. M dan
keluarga rajin menjalankan ibadah shalat 5 waktu dan kegiatan keagamaan lainnya.

8. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Dalam keluarga yang bekerja untuk mencari nafkah keluarga adalah Tn. M dan di
bantu oleh Ny. A dengan pendapatan Rp. 1.000.000 - Rp.3.000.000, dan mempunyai
tabungan
9. Sifat Keluarga
a. Pengambilan Keputusan
Tn. M merupakan kepala keluarga yang berperan dalam mengambil keputusan,
tetapi sebelumnya dibicarakan / didiskusikan bersama keluarga terlebih dahulu
terutama pada ayah Tn.M.
b. Kebiasaan Hidup Sehari - Hari
 Kebiasaan rekreasi
Tn. M dan keluarga kadang-kadang melakukan rekreasi pada hari libur.
Sesekali hanya mengunjungi saudara-saudara yang berada di daearah sekitaran
palu terutama pada hari raya besar keagamaan.
 Kebiasaan makan keluarga
Semua anggota keluarga makan 3x sehari, pengolahan makanan baik, dan
selera makanan anggota keluarga baik.

10. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga, yaitu mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
hidup satu atap bersama dengan ayah dan ibu dari Tn.M, mempertahankan ikatan
keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
(penelaahan dan integrasi hidup).
b. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu memenuhi kebutuhan
dan biaya hidup yang semakin meningkat. Ny.A mengatakan dia ingin
menyekolahkan ke tiga anaknya sampai ke jenjang pendididkan perkuliahan dan
memdapatkan pekerjaan.
c. Riwayat Keluarga Inti

32
Ny. A mengatakan, keluarga Tn.M atau pun Ny. A tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan tetapi ayah dari Tn.M mempunyai Riwayat Penyakit DM.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Ny. A mengatakan anak mereka yang pertama An. M pernah mengalami sakit
selama beberapa hari, karena terkena penyakit Dermatitis. Ny A membawa
berobat ke Puskesmas terdekat kemudian dirawat secara mandiri oleh Ny.A
sampai sembuh.

11. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah (Tipe, Ukuran, Jumlah Ruangan)
Rumah yang ditempati Tn. M adalah rumah milik orang lain ( perumahan
pengurus mesjid ) dengan lebar 10m panjang 18m dengan luas 180 m2. Tipe
rumah semi permanen, kondisi dalam rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar
tidur, 1 ruang TV / keluarga, 1 dapur dan terdapat 3 kamar mandi / wc.
Denah Rumah

4
3 2 1
5
L
10m
7

9 6
8

P 18m

T
Keterangan :
= Pintu
= Jendela U S
1 = Kamar Tidur
2 = Kamar Tidur B
= Kamar Tidur
3 = Kamar Mandi/WC
4
5 = Dapur
= Ruang Keluarga
6 = Ruang Tamu
7
8 = Garasi Mobil
9 = Tempat cuci baju dan jemur pakaian
b. Kepemilikan rumah

33
Keluarga Tn. M tidak memiliki rumah sendiri sebagai tempat tinggalnya. Tn.M
menumpang di perumahan pengurus mesjid ( bapak Tn. M imam Mesjid )
c. Ventilasi Dan Penerangan
Kondisi ventilasi dan penerangan kurang baik, keluarga Tn. M rajin membuka
jendela setiap hari namun sirkulasi udara tidak begitu baik.
d. Kamar Mandi / WC
Kebiasaan keluarga Tn. M untuk BAB dan BAK menggunakan WC sendiri, jenis
jamban yang digunakan menggunakan angsatrine, sedangkan untuk sistem
pembuangan tinjanya langsung dibuang ke septi tank.
e. Kebersihan Rumah
Keadaan rumah Tn. M cukup bersih, perabotan rumah tanggah tersusun kurang
rapih, terdapat ada sampah di kantong plastik disekitar pekarangan rumah dan
tidak terdapat air tergenang.
f. Saluran Pembuangan Air Limbah
Sistem saluran pembuangan air limbah rumah tangga Tn. M langsung dibuang
melalui selokan yang mereka buat sendiri kemudian mengalir ke got.
g. Persediaan Air Bersih
Sumber air yang digunakan oleh keluarga Tn. M untuk memasak dan minum
menggunakan air ( galon ) dan untuk mandi, BAB dan BAK keluarga Tn.M
mengunakan air keran ( Sumur suntik ).
h. Pengelolaan Sampah
Kebiasaan keluarga Tn. M dalam sistem pengelolaan sampah yang dilakukan adalah
dengan cara mengumpulnya ( kantong plastik besar ) kemudian keluarga Tn.M akan
mengangkut sampah mengunakan motor dibawah ke tempat yang akan dilalui oleh
mobil pengangkut sampah.
i. Sarana Komunikasi Dan Transportasi
Tn. M dan Ny.A menggunakan sepeda motor sendiri dan alat komunikasi (Hand
Phone) sendiri.
j. Fasilitas Hiburan
Tn. M dalam fasilitas hiburan memiliki TV sendiri dirumah.
k. Fasilitas Layanan Kesehatan
Tn. M mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit mereka memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia seperti pergi ke Puskesmas yang jaraknya tidak jauh
dari rumah Tn. M atau ketika Tn.M mendapatkan rezeki mereka akan langsung ke
dokter praktek yang juga tidak jauh dari tempat tinggal mereka.
12. Sosial
a. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Tempat Tinggal
Semua tetangga Tn. M beragama islam serta komunikasi mereka cukup baik.
b. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. M tidak pernah pindah rumah.
c. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Tn. M dan Ny. A sering mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat.
d. Sistem Pendukung Keluarga

34
Keluarga biasanya mengurusi masalahnya secara interen didalam keluarganya,
kadang-kadang keluarga memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan yang terdekat
dari rumah, biasanya keluarga Tn. M pergi ke Puskesmas apabila sakit, maupun
secara medis (dokter serta layanan kesehatan yang mendukung).
13. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluaga Tn. M melakukan komunikasi secara terbuka, serta tidak menggunakan
cara kekerasan dalam berkomunikasi, sehingga dapat memberi masukan tentang
suatu hal dalam keluarganya.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn. M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga,
dan dalam mengambil keputusan Tn. M melibatkan istrinya dan ayahnya dalam
menyelesaikan masalah.
c. Struktur Peran Keluarga
Tn. M adalah seorang kepala rumah tangga yang bekerja sebagai wiraswasta
untuk mencari nafkah dalam keluarga dan dibantu oleh Ny.A sebagai penjahit
pakaian.
e. Struktur Peran (Peran Masing-Masing Anggota Keluarga)
1) Tn. M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah
tangga.
2) Ny. A sebagai ibu rumah tanggah yang juga bekerja .
3) An. M sebagai anak Tn. M dan Ny. A yang berstatus sebagai Pelajar
4) An. Z sebagai anak Tn. M dan Ny. A yang berstatus sebagai pelajar
5) An. G sebagai anak Tn.M dan Ny.A yang berstatus sebagai pelajar
6) Tn. A sebagai ayah kandung dari Tn.M yang berstatus sebagai Pensiunan
7) Ny. S sebagai ibu kandung dari Tn. M yang berstatus sebagai Pensiunan.
f. Nilai Dan Norma Keluarga
Tn. M bersuku Buol dan istri bersuku makassar. Nilai dan norma yang ada
dilingkungan Tn. M masih dalam kategori wajar dan masih sesuai.
14. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Efektif
Keluarga biasanya mengekspresikan perasaan kasih sayang dengan cara “salim”
kepada anggota keluarga dan memanggil anak-anaknya dengan penuh perhatian.
b. Fungsi Sosialisasi
Lewat interaksi sosial dengan tetangga merupakan cara keluarga untuk
memperkenalkan anggota keluarganya dengan dunia luar
c. Interaksi Dan Hubungan Dalam Keluarga
Terciptanya interaksi yang baik antara anggota keluarga dengan kepala keluarga
maupun dengan sesama anggota keluarga.
d. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga membawa anggota keluarga di Puskesmas ataupun pelayanan kesehatan
lainnya untuk berobat.
15. Penapisan Masalah Berdasarkan 5 Tugas Perawatan Kesehatan
35
a. Mengenal Masalah Kesehatan
Keluarga Tn. M sudah paham mengenai masalah kesehatan
b. Memutuskan Untuk Merawat
Jika ada anggota keluarga yang sakit parah, biasanya dibawa ke rumah sakit
terdekat. Tetapi jika sakit tidak terlalu parah, seperti demam biasanya hanya
membeli obat apotik atau bila tidak ada perubahan di bawah ke dr.praktek.
c. Mampu Merawat
Saat Tn. M sakit, Tn. M memanfaatkan ramuan herbal yang ada karena mengangap
bahwa penyakit yang diderita oleh Tn. M tidak terlalu berbahaya.
Saat Ny. A sakit keluarga Tn.M biasa langsung membawa ke dr.praktek
Saat Anak-anak yang sakit Ny. A akan merawat secara mandiri di apotik jika tidak
ada perubahan akan di bawa ke puskesmas terdekat.
Dan saat ayah ibu Tn.M sakit biasanya mereka akan langsung ke dokter praktek.

16. Stres Dan Koping Keluarga


a. Stresor Jangka Pendek Dan Panjang
Masalah yang dihadapi keluarga saat ini adalah masalah pendidikan anak untuk
bisa lanjut bersekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stresor
Keluarga berusaha semampunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta
berusaha mengatasi masalah yang ada sesuai kemampuannya dan selalu berdoa
kepada yang maha kuasa.
c. Strategi Koping Yang Digunakan
Jika bapak / ibu menghadapi masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri, maka
menceritakan kepada pasangan untuk mencari solusi bersama-sama atau meminta
pendapat kepada ke dua orang tua dari Tn.M
d. Strategi Adaptasi Disfungsional
Tidak pernah terdapat perselisihan antar anggota keluarga dalam mengambil suatu
keputusan.
17. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :
a. Ayah : Tn. M tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
b. Ibu : Ny. J tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
c. Anak : An. M saat ini menderita penyakit kulit Dermatitis.
An. Z saat ini dalam keadaan sehat.
An. G saat ini dalam keadaan sehat.

B. PEMERIKSAAN FISIK
No Pemeriksaa Fisik An. M

1 Keadaan umum Composmentis

2 Kepala Simetris,tidak ada ketombe,warna rambut hitam

36
,Rambut tampak bersih

3 Mata Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada


katarak, penglihatan jelas

4 Telinga Simetris, keadaan cukup bersih,Fungsi


pendengaran baik

5 Hidung Simetris,keadaan cukup bersih,Tidak ada


kelainan yang ditemukan

6 Mulut dan Gigi Mukosa mulut lembab,keadaan gigi cukup


bersih, jumlah gigi lengkap ,

7 Integumen : Kecoklatan, keadaan kulit terdapat Lesi psoriasis


Warna Kulit, plak pada bagian selangkangan dan bokong An. M
Turgor, Kuku ,turgor kulit elastis,Warna kuku merah muda,
kuku kurang bersih.

8 TTV TD : 110/90 mmHg


N : 72 x/m
S : 36 0C
R : 22 x/m

 Harapan keluarga
Keluarga berharap perawat dapat membantu penyelesaian masalah kesehatan tentang
penyakit terutama tentang bagaimana cara mengobati dan mencegah penyakit kulit/
dermatitis An. M agar tidak menular ke anggota keluarga mereka

C. ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawata
1  3 hari yang lalu An. M Ketidakmampuan mengenal masalah
mengalami penyakit gatal Dermatitis sehubungan dengan kurang
gatal pada daerah pengetahuan keluarga tentang penyakit
selangkangan dan bokongnya Dermatitis.
bahkan sampai iritasi.
 Keluarga Tn. M
menanyakan tentang
Dermatitis , dan faktor
penyebab dari Dermatitis.
2  An.M menderita penyakit Ketidakmampuan melakukan /
Dermatitis di tempat menjaga personal hygiene yang dapat
sekolah / pondok pesantren. mempengaruhi kesehatan anggota
 An. M kurang menjaga keluarga.
kebersihan personal hygiene.
37
 Keluarga Tn. M dan An. M
mengatakan tidak
mengetahui cara pencegahan
penyakit Dermatitis.
D. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana
Tujuan
Keperawatan Keperawatan

 Ketidakmampuan Setelah dilakukan  Memberikan


mengenal masalah tindakan keperawatan, pengetahuan pada
Dermatitis diharapkan : keluarga tentang
sehubungan dengan
pencegahan
kurang pengetahuan  Keluarga mampu
keluarga tentang penyakit
menghindari faktor Dermatitis.
Dermatitis
pencetus dari penyakit
DS :  Menjelaskan pada
Dermatitis.
- Keluarga Tn.M keluarga bagaimana
 Suasana harmonis tanda – tanda dan
menanyakan tentang
dapat tercipta dalam gejala penyakit
penyakit Dermatitis.
keluarga tidak ada dermatitis dan apa-
- Keluarga Tn. M
kecemasan dalam apa saja langkah -
mengatakan tidak
keluarga tentang langkah yang harus
mengetahui
penularan dari dilakukan apabila
penyebab penyakit
penyakit Dermatitis. mendapati hal
Dermatitis
DO : sepeti itu pada
- Tampak gatal-gatal anggota keluarga
serta iritasi pada yang lain.
bagian
selangkangan /
bokong An.M .
- Tampak An. M
kurang menjaga
kebersihan dirinya.

 Ketidakmampuan
melakukan /  Memberikan
menjaga personal Setelah dilakukan solusi untuk
hygiene yang dapat tindakan keperawatan,
mempengaruhi menjaga
diharapkan :
kesehatan anggota kebersihan
keluarga.  Keluarga dapat
DS : personal hygiene
melakukan dan
- An.M menderita An.M selama
mepertahankan cara
penyakit Dermatitis
di tempat sekolah / cara menjaga personal berada di pondok
pondok pesantren. hygiene yang baik dan serta Personal
38
- Keluarga Tn. M dan benar. hygiene pada
An. M mengatakan  Keluarga Tn.M dapat keluarga Tn.M
tidak mengetahui memahami cara
cara pecegahan berada dirumah.
mencegah terjadi
penyakit Dermatitis
penyakit Dermatitis.  Menganjurkan
DO :
- An. M tampak kepada An.M
kurang menjaga
untuk tidak
kebersihan personal
hygiene. mengunakan
barang-barang
yang sama seperti
handuk, sabun,
sikat gigi dengan
teman-teman 1
asramanya.
 Menganjurkan
keluarga klien
untuk berobat ke
fasilitas kesehatan
seperti PKM atau
pelayanan
kesehatan terdekat
apabila penyakit
Dermatitis sudah
sulit di tangani
secara mandiri.

E. SKALA PRIORITAS MASALAH


 MASALAH : Ketidakmampuan mengenal masalah Dermatitis sehubungan dengan
kurang pengetahuan keluarga tentang Dermatitis

39
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
Sifat Masalah Adanya ancaman
- Aktual 3 kesehatan yang
1 3/3 x 1 = 1
- Resiko 2 perlu ditangani
- Potensial 1 segera.
Kemungkinan Masalah Melakukan
Dapat Di Ubah penyuluhan
- Mudah 2 kesehatan pada
2 2/2 x 2 = 2
- Sebagian 1 keluarga mengenai
- Tdk dapat diubah 0 masalah penyakit
Dermatitis.
Kemungkinan Masalah Keluarga mampu
Dapat Dicegah. melakukan
- Tinggi 3 mengurangi
- Cukup 2 penyebab-
- Rendah 1 1 2/3 x 1 = 1 penyebab yang
dapat
menimbulkan
masalah kesehatan
pada keluarga.
Menonjolnya Masalah Keluarga sudah
- Segera 2 mengerti penting
- Tidak Segera 1 1 2/2 x 1 = 1 nya pencegahan
- Tidak Rasakan 0 penyakit
Dermatitis.

 MASALAH : Ketidakmampuan melakukan / menjaga personal hygiene yang dapat


mempengaruhi kesehatan anggota keluarga.

KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN


Sifat Masalah Adanya ancaman
- Aktual 3 kesehatan yang
- Resiko 2 perlu ditangani
- Potensial 1 1 2/3 x 1 = 1 segera agar tidak
mempengaruhi
kesahatan anggota
keluarga yang lain.
Kemungkinan Masalah 2 2/2 x 2 = 2 Melakukan
Dapat Di Ubah penyuluhan
- Mudah 2 kesehatan pada
- Sebagian 1 keluarga mengenai
- Tdk dapat diubah 0 masalah penyakit
40
Dermatitis.
Kemungkinan Masalah Keluarga Tn.M dan
Dapat Dicegah. An.M yang nanti
- Tinggi 3 kembali ke pondok
- Cukup 2 pesantren mampu
1 2/3 x 1 = 1
- Rendah 1 melakukan
personal hygiene
secara baik dan
benar.
Menonjolnya Masalah Keluarga sudah
- Segera 2 mengerti cara
- Tidak Segera 1 melakukan
1 1/2 x 1 = 1
- Tidak Rasakan 0 personal hygiene
yang baik dan
benar.

F. PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Diagnosa Hari Implementasi Evaluasi


keperawatan / Tanggal

41
1. Ketidakmampuan Senin, 1. 1. Keluarga mampu
mengenal masalah 25 Januari penyuluhan mengidentifikasi
Dermatitis 2021 tentang kembali pengertian,
sehubungan - pengertian penyebab tanda
dengan kurang - Penyebab gejala serta
pengetahuan - tanda dan penanganan penyakit
keluarga tentang gejala Dermatitis
Dermatitis - serta
penanganan
penyakit
Dermatitis

2. 2. Keluarga Tn.M
keluarga Tn.M mampu menerapkan
melakukan PHBS di lingkungan
perilaku hidup rumah.
bersih dan sehat
di lingkungan
rumah.

3.
3. Keluarga mengerti
keluarga untuk
dengan yang
segera berobat
dianjurkan
ke dokter bila
masalah
dermatitis tidak
bisa lagi di
tangani secara
mandiri

2. Ketidakmampuan Senin, 1. Berikan saran


1. Keluarga mengerti
melakukan / 25 januari kepada keluarga
dengan saran yang
menjaga personal 2021 agar mengunakan
diberikan sehingga
hygiene yang dapat alat-alat
anggota keluarga
mempengaruhi kebersihan diri
memiliki alat
kesehatan anggota secara terpisah
kebersihan diri
keluarga. atau tiap anggota
secara pribadi,
keluarga
misalnya
mempunyai alat
handuk,sikat
kebersihan diri
gigi.DLL
sendiri.
2. An.M melakukan
2. anjurkan kepada
dengan apa yang
An.M untuk
dianjurkan untuk
melakukan
menerapkan PHBS
perilaku hidup
42
sehat bila di lingkungan
kembali ke pondok
pondok pesantrennya
pesantren.

3. Anjurkan 3. Keluarga mampu


keluarga klien memperhatikan dan
untuk pempertahankan
memperhatikan PHBS di kehidupan
dan dan lingkungan
mempertahankan rumah mereka.
PHBS di
kehidupan dan
lingkungan
rumah mereka.

DAFTAR PUSTAKA

43
Arlina. 2012. Keluarga Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 12 September 2012
dihttp:/www.scribd
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga  Pasangan Baru Menikah dengan
Masalah KB. Dimuat dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan-
keluarga/
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE :
Appleton And Lange.
_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
_______. 2009. Konsep Keluarga. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di
http://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep-keluarga.html
_______. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada tanggal 12
September 2012 di http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan- keluarga -dengan-
stroke.html
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing

Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis

[Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17

Februari 2015. Jam 11.09]

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.

DOKUMENTASI

44
45

Anda mungkin juga menyukai