Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pada Tn.P dengan Tahap Perkembangan Keluarga Lanjut Usia

Tempat praktek : Desa Sumber Pasir, Pakis Malang

Disusun oleh :
Ardhi Wahyu Prasetyo
202210461011053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
BAB I
KONSEP DASAR

1.1. Konsep dasar keluarga


1.1.1. Definisi keluarga
Menurut (Bakri, 2017), keluarga secara universal diartikan sebaai landasan
dasar unit sosial ekonomi terkecil dari seluruh institusi dalam warga. Keluarga terdiri
dari dua maupun lebih orang yang mempunyai ikatan interpersonal, ikatan darah,
ikatan pernikahan, dan hidup dalam satu rumah tangga serta adopsi.
1.1.2. Tipe keluarga
Menurut Harmoko tahun 2012, keluarga dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:
a. Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas bapak, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu
rumah juga ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Extended Family
Keluarga inti yang telah ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakanan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Reconstitude Nuclear
Pembentukan keluarga baru dari keluarga inti melalui perkawinan yang
dilakukan suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan
anak anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan yang baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/ Aging
Suami sebagai pencari penghasilan dan Istri di rumah/kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti
karier.
e. Dyadic Nuclear
Suami dan istri yang sudah berusia lanjut dan tidak mempunyai anak,
keduanya/salah satu bekerja di rumah.
f. Single Parent
Orang tua akibat perceraian/kematian pasangannya dan anakanaknya dapat
tinggal di rumah/di luar rumah.
g. Dual Carier
Suami istri keduanya berkarier dan tanpa memiliki anak.
h. Commuter Married
Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari waktu-waktu tertentu untuk bertemu i
i. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang belum menikah, tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan menikah.
j. Three Generation
Tiga generasi atau lebih dalam satu rumah dan tinggal bersama.
k. Instituational
Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti.
l. Comunal
Satu rumah yang dihuni oleh dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan yang terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi orang lain.
o. Cohobiting Couple
Dua orang/satu pasangan yang memiliki hubungan dan tinggal bersama namun
tanpa upaya pernikahan.

1.1.3. Fungsi keluarga


Fungsi keluarga menurut Friedman dalam (Bakri, 2017), mengatakan:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi yang berhubungan dengan persepsi keluarga terkait
mengenai pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui
pemenuhan fungsi afektif ini maka keluarga dapat mencapai Fungsi afektif
adalah fungsi yang berhubungan dengan persepsi keluarga terkait mengenai
pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi
afektif ini maka keluarga dapat mencapai
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai pada saat individu dilahirkan dan berakhir jika individu
tersebut meninggal. Sosialisasi adalah suatu proses yang berlangsung seumur
hidup, karena individu secara berkelanjutan akan mengubah perilaku mereka
c. Fungsi reproduksi
Keluarga memiliki fungsi untuk meneruskan keturunannya dengan berreproduksi
dan menambah sumber daya manusia
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara
ekonomi dan suatu tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga memiliki fungsi untuk menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan
kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik kesehatan (yang
berpengaruh pada status kesehatan tiap anggota keluarga secara individual)
merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan

1.1.4. Tahap perkembangan keluarga


Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan dari sistem keluarga yang
bergerak bertahap dari waktu ke waktu. Setiap tahapan perubahan umumnya memiliki
tugas dan risiko kesehatan yang berbeda-beda. Menurut Duval dalam (Bakri, 2017)
membagi keluarga dalam 8 tahapan perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Bergaining Family)
Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk sebuah keluarga melalui
perkawinan. Pada tahap ini, pasangan baru mempunyai tugas perkembangan
untuk membina hubungan intim yang memuaskan di dalam keluarga, membuat
berbagai kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama, termasuk dalam hal
merencanakan anak, persiapan menjadi orang tua, dan mencari pengetahuan
prenatal care.
b. Keluarga dengan Anak Pertama < 30 Bulan (Child Bearing)
Tahap keluarga dengan memiliki anak pertama adalah masa transisi pasangan
suami istri yang dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia kurang dari 30
bulan. Pada masa ini sering timbul konflik yang dipicu kecemburuan pasangan
akan perhatian yang lebih ditujukan kepada anggota keluarga baru. Adapun tugas
perkembangan pada tahap ini yaitu kesadaran akan perlunya beradaptasi dengan
perubahan pertambahan anggota keluarga, mempertahankan keharmonisan
pasangan suami istri, berbagai peran dan tanggung jawab, juga mempersiapkan
biaya untuk anak.
c. Keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini mulai berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun hingga 5
tahun. Adapun tugas perkembangan yang harus dilakukan ialah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi lingkungan, cermat
dalam membagi tanggung jawab, mempertahankan hubungan kekeluargaan, serta
mampu membagi waktu untuk diri sendiri, pasangan, dan anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
Tahap ini berlangsung sejak anak pertama mulai menginjakkan sekolah dasar
sampai memasuki awal masa remaja. Dalam hal ini, sosialisasi anak semakin
meluas. Tidak hanya di lingkungan rumah, melainkan juga di sekolah dan
lingkungan yang lebih luas lagi. Tugas perkembangannya adalah anak harus
sudah diperhatikan dalam hal minat dan bakatnya sehingga orang tua bisa
mengarahkan anak dengan tepat, dukung anak dengan berbagai kegiatan kreatif
agar motoriknya berkembang dengan baik, dan memperhatikan anak anak
terhadap risiko terpengaruh oleh teman serta sekolahnya.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Pada perkembangan tahap perkembangan remaja ini orangtua perlu memberikan
kebebasan yang seimbang dan tanggung jawab yang diberikan kepada anak. Hal
ini Mengingat bahwa anak remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi. Ia ingin mengatur kehidupan sendiri tetapi masih
membutuhkan bimbingan. Oleh sebab itu, komunikasi antara orang tua dan anak
harus terus dijaga dengan cara tidak terlalu mengekang namun juga tidak terlalu
memberi kebebasan. Selain itu, beberapa peraturan juga sudah mulai diterapkan
untuk memberikan batasan tertentu tetapi masih dalam tahap wajar. misalnya
dengan membatasi jam malam untuk pulang dan lain sebagainya.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)
Tahapan ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah untuk memulai
hidupnya sendiri. Artinya keluarga sedang menghadapi persiapan anak yang
mulai mandiri. Dalam hal ini ini, orang tua mesti merelakan anak untuk pergi
jauh dari rumahnya demi tujuan tertentu seperti kuliah ataupun menikah. Adapun
tugas perkembangan pada tahap ini, antara lain membantu dan mempersiapkan
anak untuk hidup mandiri, menjaga keharmonisan dengan pasangan, memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar, bersiap mengurusi keluarga besar (orang
tua pasangan) memasuki masa tua, dan memberikan contoh kepada anakanak
mengenai lingkungan rumah yang positif.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tahapan ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah dan salah satu
pasangan bersiap negatif sakit atau meninggal. Tugas perkembangan
keluarganya, yaitu menjaga kesehatan, meningkatkan keharmonisan dengan
pasangan, anak, dan teman sebaya, serta mempersiapkan kehidupan masa tua.
h. Keluarga Lanjut Usia
Fungsi afektif adalah fungsi yang berhubungan dengan persepsi keluarga terkait
mengenai pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui
pemenuhan fungsi afektif ini maka keluarga dapat mencapai.

1.2. Konsep dasar lansia


1.2.1. Definisi lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
Lanjut Usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Dimasa ini lansia akan mengalami
keunduran fisik secara bertahap (Azizah, 2011:1).
1.2.2. Teori proses menua
Nugroho (2006) mengelompokkan teori proses menua dalam 2 bidang, yakni
biologi dan sosiologis. Masing-masing bidang tersebut kemudian dipecah lagi
kedalam beberapa bagian sebagai berikut:
1. Teori Biologi
a. Teori Genetik
1) Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori instrinsik yang menjelaskan bahwa ada jam
biologis di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur gen dab
menentukan proses penuaan. Proses menua ini telah terprogram secara
genetic untuk speises-speises tertentu. Umumnya, di dalam inti sel setiap
speises memiliki suatu jam genetic/jam biologis sendiri dan setiap dari
mereka mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replika tertentu (Nugroho, 2006 dikutip Ratnawati, 2018).
2) Teori Mutasi Somatik
Teori ini meyakini bahwa penuaan terjadi karena adanya mutase somatic
akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Nugroho, mengamini pendapat
Suhana (1994) dan Constantinides (1994) bahwa telah terjadi kesalahan
dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein/enzim. Kesalahan yang terjadi terus menerus akhirnya
menimbulkan penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker
atau penyakit. Setiap sel tersebut kemudian akan mengalami mutasi sel
kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
b. Teori Nongenetik
1) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory)
Pengulangan mutase dapat menyebabkan penurunan kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self-recognition). Seperti dikatakan
Goldstein (1989) bahwa mutasi yang merusak membran sel akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya. Jika tidak mengenalinya,
sistem imun akan merusaknya. Hal ini lah yang mendasari peningkayan
penyakit auto-imun pada lajur usia.
2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Teori ini terbentuk karena adanya proses metabolism atau proses
pernafasan didalam mitokondria. Radikal bebas (asap kendaraan, asap
rokok, zat pengawet dan radiasi sinar UV) yang tidak stabil mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan organik, yang kemudian membuat sel tidak dapat
beregenerasi (Halliwel, 1994 dikutip Ratnawati, 2018).
3) Teori menua akibat metabolism
Teori ini menjelaskan bahwa metabolism dapat mempengaruhi proses
penuaan. Hal ini dibuktikan dalam penelitian-penelitian yang menguji coba
hewan, di mana pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan
kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri
dan Alem, 1989; Darmojo, 1999; Nugroho, 2006; Ratnawati, 2018).
4) Teori rantai silang (cross link theory)
Teori ini menjelaskan bahwa lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat
(molekul kolagen) yang bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan. Hal tersebut menyebabkan adanya perubahan pada
membrane plasma yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku,
kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua (Nugroho, 2006
dikutip Ratnawati, 2018).
5) Teori fisiologis
Teori ini terdiri atas teori oksidasi stress dan teori dipakaiaus (wear and tear
theory), di mana terjadinya kelebihan usaha pada stress menyebabkan sel
tubuh lelah terpakai (Nugrogo, 2006 dikutip Ratnawati, 2018).
2. Teori Sosiologis
a. Teori interaksi sosial
Kemampuan lansia dalam mempertahankan interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosialnya. Teori ini menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada situasi tertentu. Pokok-pokok social exchange theory menurut
Nugroho (2006) dikutip Ratnawati (2017) antara lain:
 Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya
masing-masing.
 Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
 Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang
aktor mengeluarkan biaya.
b. Teori aktivitas atau kegiatan
Menurut Nugroho (2006) dikutip Ratnawati (2017), teori ini menyatakan
bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
serta dalam kegiatan sosial. Para lansia akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin. Padahal secara alamiah mereka akan mengalami penurunan jumlah
kekuatan secara langsung.
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya (Nugroho, 2006;
Ratnawati, 2017). Menurutnya, ada kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia, dimana dimungkinkan pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia.
d. Teori pembebasan atau penarikan diri (disangagement)
Teori yang pertama kali diajukan oleh Cumming dan Hendri (1961) dikutip
Ratnawati (2017) ini menjelaskan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia,
seseorang berangsur-angsur mulai akan melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya dengan demikian,
kondisi ini akan berdampak pada penurunan interaksi sosial lansia, baik
secara kualitas maupun kuntitas sehingga lanjut usia mengalami kehilangan
ganda (Triple loss): Kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial
(restriction of contact and a relationship), berkurangnya komitmen (reduced
commitment to social mores and values).

1.2.3. Faktor yang mempengaruhi proses penuaan


Menurut Bandiyah (2009) dikutip Ratnawati (2018) penuaan dapat terjadi
secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang dialami oleh manusia terjadi
sesuai dengan kronologis usia. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Hereditas atau Genetik Kematian sel merupakan seluruh program
kehidupan yang dikaitkan dengan peran DNA dalam mekanisme
pengendalian fungsi sel. Secara genetik, sel perempuan ditentukan oleh
sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu kromosom X.
Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga
perempuan berumur lebih panjang dari pada laki-laki
2. Nutrisi atau Makanan Nutrisi atau makanan kondisi kurang atau
berlebihan nutrisi dari kebutuhan tubuh mengganggu keseimbangan
rekasi kekebalan.
3. Status Kesehatan Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan
proses penuaan, sebenarnya tidak benar-benar disebabkan oleh proses
menua itu sendiri. Penyakit tersebut lebih disebabkan oleh faktor luar
yang merugikan, berlangsung tetap dan berkepanjangan.
4. Pengalaman Hidup
a. Paparan sinar matahari: kulit yang tidak terlindung sinar matari akan
mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
b. Kurang olahraga: Kegiatan olahraga fisik dapat membantu
pembentukan otot dan menyebabkan lancarnya sirkulasi darah.
c. Mengonsumsi alkohol: alkohol dapat memperbesar pembuluh darah
kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat
permukaan kulit.
5. Lingkungan Proses menua secara biologis berlangsung secara alami dan
tidak dapat dihindari, namun dengan lingkungan yang mendukung secara
positif, status sehat tetap dapat dipertahankan dalam usia lanjut.
6. Stress Tekanan hidup sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan,
maupun masyarakat yang tercemin dalam bentuk gaya hidup akan
berpengaruh dalam proses penuaan.
1.2.4. Batasan lansia
Lanjut usia dibagi oleh sejumlah pihak dalam berbagai klasifikasi dan
batasan. 1. Menurut WHO Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health
Organization) yang dikatakan lanjut usia tersebut di bagi kedalam tiga
kategori yaitu:
a. Usial lanjut : 60-74 tahun.
b. Usia tua : 75-89 tahun.
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun.
1.2.5. Perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan Fisik
a. Sistem keseluruhan
Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to lean body, mass
ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.
b. Sistem integument
Kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan keriput karena
menurunnya cairan, hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat, dan terdapat
bitnik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit, menurunnya sel-
sel yang memproduksi pigmen, kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal serta
rapuh. Pada wanita usia lebih dari 60 tahun, rambut wajah meningkat, rambut
menipis, warna rambut kelabu, serta kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun.
c. Sistem muscular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan otot
akibat menurunnya serabut otot, namun pada otot polos tidak begitu
terpengaruh.
d. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan
ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA note dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal
berkurang, sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk
meningkatkan maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
e. Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%, filtrasi glomelurus menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ urine menurun, proteinuria,
BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas
kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi
berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibat
retensi urine meningkat. Pembesaran prostat (75% usia di atas 65 tahun),
bertambahnya aliran darah renal, berkurangnya osmolalitas urine clearance,
berat ginjal menurun 30-50%, jumlah neufron menurun, dan kemampuan
memekatkan atau mengencerkan urine oleh ginjal menurun.
f. Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktivitas silia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya melebar dari
biasanya, jumlah alveoli berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75
mmHg, pada arteri tidak berganti, berkurangnya maximal oxygen uptake, dan
berkurangnya reflex batuk.
g. Sistem gastrointestinal
Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lender,
atropi indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di
lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada lambung, rasa
lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
Fungsi absobsi (daya absobsi terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan dan berkurangnya aliran darah.
h. Sistem penglihatan
Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi.
Lensa kehilangan elasitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah, ketajaman
penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang,
menurunya lapang pandang (berkurang luas pandang, berkurangnya
sensitivitas terhadap warna: menurunnya kemampuan membedakan warna
hijau atau biru pada skala dan depth perception).
i. Sistem pendengaran
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telingan dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
j. Sistem persyarafan
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikal, reaksi
menjadi lambat, kurang sensitive terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas
sel T, bertambahnya waktu jawaban motorik, hantaran neuron motorik
melemah, dan kemunduran fungsi saraf otonom.
k. Sistem endokrin
Produksi hamper semua hormone menurun, fungsi parathyroid dan sekresinya
tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH. Menurunnya
aktifitas tiroid akibatnya basal metabolism menurun, menurunnya produksi
aldosterone, menurunnya sekresi hormone gonand (progesterone, esterogen
dan aldosteron) bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormone,
vasopressin, berkurangnya tridotironin, dan psikomotor menjadi lambat.
l. Sistem reproduksi
Selaput lender vagina menurun atau kering, menciutnya ovarium dan uterus,
atrofi payudara, testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai diatas
umur 70 tahun asalkan kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum
pada saat menopause.
2. Perubahan Kognitif
Menurut Emmelia Ratnawati (2017) faktor-faktor yang mempemgaruhi
perubahan kongnitif antara lain:
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara,
dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan kehilangan kemampuan dan
pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya. Lansia cenderung mengalami
demensia.
3. Perubahan Psikososial
a. Pensiun
Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia yang
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan sebagai
berikut:
1) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).
2) Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih
bekerja dulu.
3) Kehilangan kegiatan atau aktivitas.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih cepat.
d. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
depribation).
e. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
f. Timbulnya kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
g. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan gambaran diri,
perubahan konsep diri).
ASUHAN KEPERAWATAN

PRAKTIKUM MATA AJAR KEPERAWATAN KELUARGA


PROGRAM ILMU KEPERAWATAN FIKES UMM
Jln. Bendungan Sutami No. 188A Telp. 0341 551149 psw 109

1. DATA UMUM
Nama Kepala
: Tn.P
Keluarga
Umur : 68 tahun Pekerjaan Kepala Keluarga : Pensiunan wiraswasta

Alamat dan telephon : Dusun BotoPutih Pendidikan Kepala Keluarga: SMA……...


Tipe Keluarga : Nuclear family

(*Kaji Permasalahan yang muncul terkait dengan Tipe dan Komposisi Klg )
Komposisi keluarga :

Nama Jenis Tanggal lahir/umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


kelamin
1. Tn. P L 68 thn Suami SMA Pensiunan wiraswasta
2. Ny. S P 66 thn Istri SMA Mengurus rumah tangga
Genogram : minimal 3 generasi

Latar belakang : Budaya suku jawa


budaya
Identitas religius : Islam. Klien masih menjalankan ibadah wajib sholat 5 waktu walaupun melakukan sholat dengan duduk
Status ekonomi : Klien sudah tidak bekerja. Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari ditanggung oleh 3 orang anaknya.

Aktivitas rekreasi : tidak ada kegiatan rekreasi rutin sejak sekiat 2 tahun terakhir karena pandemi dan klien memerlukan alat bantu
waktu luang jalan berupa tongkat. Untuk hiburan sehari-hari klien memanfaatkan televisi, handphone dan bermain dengan
cucunya.

2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap perkembangan : kelurga lanjut usia
keluarga saat ini
Riwayat (Kesehatan) : suami dan istri mengalami diabetes melitus. Keluhan yang dirasakan istri saat ini adalah sering nyeri sendiri,
keluarga inti susah berjalan sehingga memerlukan alat bantu jalan berupa tongkat. Keluhan yang sering dialami suami adalah
nyeri kepala.

Riwayat (Kesehatan : Suami dan istri memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus sejam 10-15 tahun yang lalu.
) keluarga
sebelumnya
3. DATA LINGKUNGAN
Karakteristik rumah (deskripsikan kepemilikan, penerangan, ventilasi, lantai, tangga, kebersihan) Lengkapi dengan
Denah Rumah

Kepemilikan : kepemilikan pribadi


Penerangan : penerangan di rumah bagian mengandalkan lampu karena tidak ada jendela akibat terlalu
berdekatan dengan tetangga
Ventilasi : ventilasi baik hanya di area ruang tamu sampai ruang tengah saja. Area kamar tidur tidak ada
ventilasi karena tidak memiliki jendela
Lantai : lantai tampak bersih, tidak tampak berdebu
Tangga : di rumah klien tidak ada anak tangga, namun di lingkungannya banyak anak tangga dan jalanan yang
tidak merata.
Kebersihan : rumah tampak bersih, tidak ada benda tergeletak berserakan

Karakteristik (deskripsikan kebersihan lingkungan, polusi)/ tetangga sekitar, kebiasaan, norma, nilai, tananan
lingkungan
Kebersihan lingkungan : lingkungan rumah tampak bersih, namun lingkungan sekitar dengan tetangga cukup
padat penduduk.
Polusi : tidak tampak adanya polusi, jarang ada warga yang suka membakar sampah
Tetangga sekitar : hubungan klien dengan warga sekitar tampak akrab, tetangga sekitar juga saling peduli terhadap
kondisi kesehatan tetangga yang lain.

4. STRUKTUR KELUARGA
Pola komunikasi Bahasa yang digunakan sehari hari adalah bahasa jawa dan bahasa indonesia. Keluarga biasa memperoleh
informasi kesehatan melalui televisi dan artikel di sosial media.

Struktur kekuasaan Suami sebagai kepala keluarga dianggap sebagai sosok yang baling perpengaruh dalam mengambil keputusan.
keluarga

Struktur peran Suami berperan sebagai kepala keluarga dan istri berpegai pengurus rumah tangga.
Struktur nilai Keluarga mempercayai bahwa masalah kesehatan yang dihadapinya adalah dari faktor pola hidup, makanan dan
usia. Keluarga sudah di taham menerima akan masalah kesehatan yang dialaminya dan mau untuk menjalani
terapi untuk menjaga kondisi kesehatannya tetap stabil.

5. FUNGSI KELUARGA
Fungsi afektif Hubungan antara anggota keluarga baik, jika ada anggota keluarga sakit yang mengalami masalah kesehatan,
anggota keluarga lain membantu untuk mencari pengobatan.

Fungsi sosialisasi Gubungan keluarga dengan tetangga di sekitar rumah akrab. Keluarga sering dibantu oleh tetangga jika ada
kegiatan pemeriksaan kesehatan rutin oleh posyandu setempat.

Fungsi perawatan Jika ada anggota keluarga yang sakit, anak-anaknya yang akan mengantarkan klien untuk berobat ke faskes.
keluarga Suami istri yang seharusnya saling support untuk kepatuhan konsumsi obat DM dan HT kurang berfungsi dengan
baik, 2 tahun terakhir keduanya tidak rutin minum obat karena enggan untk datang ke faskes.
Keluarga tidak bisa pergi ke posyandu karena mobilitasnya terhambat, sehingga kader yang melakukan
kunjungan rumah kepada klien.

Fungsi reproduksi Keluarga sudah tidak melakukan aktivitas seksual


Istri sudah mengalami memopause sejak usia 50 tahun

6. STRESS DAN KOPING KELUARGA


Kondisi stress dan : (deskripsikan stressor, cara mengatasi/strategi koping)
koping keluarga
Keluarga menganggap masalah kesehatan yang menjadi stressor saat ini adalah keluhan istri berupa rasa nyeri saat berjalan sehingga harus
menggunakan alat bantu dan suami yang sering merasakan pusing. Selain itu juga hambatan mobilisasi istri menyebabkan kesulitan untuk
pergi berobat ke faskes saat klien mengalami sakit.

PEMERIKSAAN FISIK
Hasil pemeriksaan fisik semua anggota keluarga dan berfokus pada anggota klg yang sakit
Hasil pemeriksaan fisik Tn. P GDS :
281 gr/dl
TD : 188/106 mmHg
Nadi : 99x/menit
Suhu : 36,2 celcius
BB : 80 kg
TB : 167 cm
Keluhan : sering pusing
Riwayat penyakit : Hipertensi dan DM

Hasil pemeriksaan fisik Ny. S GDS :


343 gr/dl
TD : 192/111 mmHg
Nadi : 87x/menit
Suhu : 36,4 celcius
BB : 73 kg
TB : 150 cm
Keluhan : nyeri sendi
Riwayat penyakit : Hipertensi dan DM

Malang, 29, Oktober


2022

Perawat
(Ardhi Wahyu Prasetyo)
ANALISIS DATA

Masalah
Data Etiologi
keperawatan
DS : - Usia >65 tahun Resiko jatuh
- Klien mengatakan sering mengalami - Penggunaan
nyeri sendi alat bantu jalan
DO :
- Klien menggunakan alat bantu jalan
berupa tongkat
- Jalanan di lingkungan rumah klien
terdiri dari banyak anak tangga dan tidak
rata
DS : Ketidakefektifan Manajemen
- Klien mengatakan masih sering memiliki pola perawatan kesehatan tidak
kebiasaan mengkonsumsi kopi, minuman kesehatan keluarga efektif
manis dan kue dengan kadar gula yang
tinggi
DO
- Saat dilakukan kunjungan rumah, di meja
tampak adanya segelas kopi, segelas the,
dan beberapa makanan manis

DS : Lingkungan tidak Ketidakpatuhan


- Klien mengatakan sudah tidak rutin terapeutik
minum obat karena enggan untuk
datang ke faskes
DO :
- TD : 188/106 (Tn.P) – 192/111 (Ny.S)
- GDS : 281 gr/dl (Tn.P) - 343gr/dl (Ny.S)

Daftar prioritas diagnosa keperawatan :

1. Resiko jatuh b/d usia >65 tahun dan penggunaan alat bantu jalan d/d keluhan
nyeri sendi, penggunaan alat bantu jalan dan jalanan tidak rata
2. Manajemen kesehatan tidak efektif b/d ketidakefektifan pola perawatan
kesehatan keluarga d/d kebiasaan konsumsi kopi dan makanan
minuman tinggi gula dengan riwayat hipertensi dan diabetes
3. Ketidakpatuhan b/d lingkungan tidak terapeutik d/d klien mengatakan sudah
tidak rutin minum obat karena enggan datang ke faskes, TD dan GDS tinggi
Diagnosa
SLKI SIKI Implementasi Evaluasi
keperawatan
Resiko jatuh b/d Tingkat jatuh Pencegahan jatuh - Melakukan kunjungan S : pasien mengatakan
usia >65 tahun dan - Jatuh saat berjalan Observasi rumah mengerti tentang
penggunaan alat cukup menurun - Identifikasi factor resiko jatuh - Mengidentifikasi materi yang
bantu jalan d/d - Jatuh saat - Identifikasi factor lingkungan faktor yang diedukasikan
keluhan nyeri sendi, berdiri cukup yg menyebabkan jatuh meningkatkan resiko O : pasien tampak
penggunaan alat menurun - Monitor kemampuan berpindah jatuh memahami materi
bantu jalan dan Terapeutik - Mengidentifikasi yang diedukasikan
jalanan tidak rata Keseimbangan - Gunakan alat bantu jalan lingkungan yang A : masalah teratasi
- Keseimbangan saat Edukasi meningkatkan resiko sebagian
berjalan - Abjurkan car melebarkan jarak terjadinya jatuh P : hentikan intervensi
- Keseimbangan saat kedua kaki untuk - Mengajarkan cara
berdiri meningkatkan keseimbangan berjalan dengan alat
saat berdiri bantu yang tepat agar
mengurangi resiko
Dukungan ambulasi jatuh
Observasi - Menganjurkan klien
- Identifikasi toleransi fisik untuk selalu ditemani
melakukan ambulasi orang lain yang lebih
- Monitor kondisi umum selama muda saat berjalan
melakukan ambulasi keluar rumah
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu

Edukasi pengurangan resiko


Observasi
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Beri kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Ajarkan pencegahan cedera

Manajemen Pemeliharaan Edukasi kesehatan - Mengidentifikasi S : Klien mampu


kesehatan tidak kesehatan Observasi pola hidup pasien mengulangi materi
efektif b/d - Menunjukkan - Identifikasi factor-faktor yang yang meningkatkan yang edukasikan
ketidakefektifan perilaku adaptif dapat meningkatkan dan resiko terjadinya O : klien tampak
pola perawatan cukup meningkat menurunkan motivasi perilaku hipertensi dan memahami ttg
kesehatan keluarga - Menunjukkan hidup bersih dan sehat peningkatan gula materi yang telah
d/d kebiasaan pemahaan Terapeutik darah diedukasikan
konsumsi kopi dan perilaku sehat - Sediakan materi dan media - Edukasi mengenai A : Masalah teratasi
makanan minuman cukup meningkat pendidikan kesehatan kebiasaan pasien sebagian
tinggi gula dengan Edukasi yang menyebabkan P : hentikan intervensi
riwayat hipertensi Perilaku kesehatan - Jelaskan factor resiko yang terjadinya hipertensi
dan diabetes - Kemampuan dapat mempengaruhi kesehatan dan meningkatnya
melakukan - Ajarkan perilaku hidup bersih kadar gula darah
tindakan dan sehat
pencegahan
masalah kesehatan Promosi perilaku upaya
cukup meningkat kesehatan
- Kemampuan Observasi
peningkatan - Identifikasi perilaku upaya
kesehatan cukup kesehatan yang dapat
meningkat ditingkatkan
Terapeutik
- Orientasi pelayanan kesehatan
yang dapat dimanfaatkan

Ketidakpatuhan b/d Tingkat kepatuhan Dukungan kepatuhan program - Mengidentifikasi hal S : klien mengatakan
lingkungan tidak - Verbalisasi pengobatan penyebab mengerti dan
terapeutik d/d klien mengikuti anjuran Observasi ketidakpatuhan merencakanan
mengatakan sudah cukup meningkat - Identifikasi kepatuhan - Mengidentifikasi kunjungan ke faskes
tidak rutin minum menjalani program pengobatan fungsi keluarga O : klien tampak
- Verbalisasi
obat karena enggan Terapeutik sebagai pengawas mengerti tentang
datang ke faskes, kemauan mematuhi minum obat bagi edukasi yang sudah
- Diskusikan hal-hal yang dapat
TD dan GDS tinggi program perawatan anggota keluarga yang diajarkan
mendukung atau menghambat
atau pengobatan lain A : masalah teratasi
berjalannya program - Edukasi mengenai sebagian
cukup meningkat
pengobatan keuntungan dan P : hentikam intervensi.
- Perilaku mengikuti
Edukasi kerugian jika patuh
peogram
- Informasikan manfaat yang terhadap program
perawatan/pengobat
diperoleh jika teratur menjalani pengobatan.
an cukup membaik - Menganjurkan klien
program pengobatan
untuk datang ke faskes
Dukungan tanggung jawab pada agar memporeh
Tingkat pengetahuan kelanjutan dari
diri sendiri
- Persepsi yang keliru pengobatan.
Observasi
terhadap masalah - Identifikasi persepsi tentang
cukup menurun masalah kesehatan
- Kemampuan Terapeutik
menjelaskan - Beri penguatan dan umpan
pengetahuan balik positif jika melaksanakan
tentang suatu topik tanggung jawab atau mengubah
cukup meningkat perilaku
Perilaku sesuai Edukasi
pengetahuan Diskusikan konsekuensi tidak
cukup meningkat melaksanakan tanggung jawab

Anda mungkin juga menyukai