1. Definisi
Menurut Depkes RI 2010 dalam Kemenkes 2017. Keperawatan keluarga
merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai
fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pengertian lain dari keperawatan
keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga
dalam lingkup praktik keperawatan.
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan
keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai
fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi, dengan memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang
tersedia di keluarga dan sumbersumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan
kesehatan dan sektor lain di komunitas
( Kemenkes RI, 2017).
2. Tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
a. Nuclear Family.
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah di
tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat
bekerja di laur rumah.
b. Extended Family.
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
c...Reconstitud.Nuclear.
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal
dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
d. Middle Age/ Aging Couple.
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak
sudah meningglakan rumah karena sekolah/ perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear.
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah satu bekerja
di rumah.
f. Single Parent.
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier.
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married.
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya
saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult.
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk
menikah.
j. Three Generation.
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional.
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
l. Comunal.
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage.
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang
tua dari anak-anak.
n. Unmarried parent and child.
Ibu dan anak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.
o. Cohibing Cauple.
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan (Harmoko, .2012).
3. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Fungsi Afektif. Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa,
memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi. Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi. Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama
beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat
d. Fungsi ekonomi. Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan. Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian,
tempat tinggal, perawatan kesehatan (Friedman M. , 2010)
4. Perkembangan Keluarga.
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami
istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan
yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan
keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga
dan kelompok sosial pasangan masing-masing. Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.
Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal
ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai
anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
2) Menetapkan tujuan bersama;
3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial;
4) Merencanakan anak (KB)
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri
melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga,
sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah
pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju
pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas
perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-
kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan
pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak
sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan ekerjaan (punya
waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga
dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga dalam
merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan
perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama
antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas
perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk. Selain
aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri
demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak.
Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan.
Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah
maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
sebagai berikut :
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar
2) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung
jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
sebagai berikut :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) .Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center
families).
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada
tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anaknya untuk hidup sendiri.
Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga
sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua
anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-
anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang
tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan,
dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
2. Etiologi
1) Infeksi bakteri
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat meneyebakan gastritis dan juga borok serta perdarahan
pada lambung.
5) Kelainan autoimmune
7) Rokok
3. Faktor.resiko.
1) Faktor usia
3) Faktor stress
Stres dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung dan
gerakan peristaltik lambung. Stress juga akan mendorong gesekan antara
makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya.peradangan.lambung.
4) Kebiasaan makan
4. Manifestasi klinis
5. Patofisiologi
6..Komplikasi
Komplikasi menurut (Muttaqin & Sari, 2011) antara lain :
7. Pemeriksaan penunjang
1) EGD (Esofagogastriduodenoskopi)
2) Analisa gaster
4) Pemeriksaan darah
5) Laboratorium
Tes ini untuk mengetahui kadar asam hidroklorida.
6) Pemeriksaan pernapasan
7) Pemeriksaan feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
8) Pemeriksaan endoskopi
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidak normalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
Tes ini akan melihat adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit
percernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih ketika di ronsen.
8. Pencegahan
Tindahkan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit gastritis
haruslah dengan hati – hati pada faktor resiko. Pertimbangan diet, pola
makan, serta penggunaan resep dan obat – obatan bebas, juga gaya hidup,
termasuk konsumsi alkohol dan merokok. Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan, hindari makanan yang mengandung asam tinggi dan makanan
yang makin memperburuk penyakit. Bantu untuk mengkaji faktor – faktor
yang dapat memicu peningkatan manifestasi, seperti stress atau kelelahan,
meminum obat – obatan tertentu saat perut kosong, konsumsi makanan
dan minuman, konsumsi alkohol, serta merokok (Black, 2014).
9. Penatalaksanaan
1. Pengkajian
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Sumber data
secara bersamaan (Riasmini et al., 2017). Adapun data yang harus dikaji
1) Data umum
2. Tipe keluarga
Data ini menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini. Berdasarkan tipe
3. Suku Bangsa
4. Agama
Data ini mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang.dimiliki.keluarga
keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi.
Data ini menjelakan riwayat kesehatan dari pihak suami dan istri.
1. Karakteristik rumah
4) Struktur keluarga
3. Struktur peran
5) Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi
1. Pola koping
4. Strategi koping
3. Rencana tindahkan
Kriteria hasil :
Intervensi :
(1) Bina hubungan saling percaya
(3) Jelaskan pada keluarga tentang kondis angota keluarga yang mengalami
pengobatan
pengobatan
Kriteria hasil :
membaik
3..Keluarga mampu berpartisipasi dalam mengembangkan rencana
perawatan
Intervensi
keperawatan
pengobatannya
penyakit.dan.pengobatan
Kriteria hasil :
beresiko
yang sehat
Interve nsi :
Rasional :
lebih sehat
4. Implementasi keperawatan
rencana keperawatan
proses pengobatannya
lebih sehat
5. Evaluasi keperawatan
keluarga membaik
perawatan
yang sehat
Hartati, Sri, dkk (2014). Hubungan Pola Makan Dengan Resiko Gastritis
Pada Mahasiswa Yang Menjalin Sistem KBK.JOM PSIK.Vol. 1
No.2.
Rezal. Farit, dkk. (2017). Efektiftas Media Audio Visual Dan Leafled
Terhadap Peningkatan Pengetahuan,Sikap,Dan Tindahkan Tentang
Pencegahan Gastritis:JIMKESMAS Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat Vol.2/NO.6 Mei 2017;ISSN 250-731X
7. Genogram
= Laki – laki
= Perempuan
= Perempuan meninggal
= Klien
= Remaja Laki-laki
= Remaja Perempuan
8. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. I adalah Nuclear Family (Keluarga inti) yang terdiri dari
Tn. E sebagai Ayah, Ny. S sebagai Ibu serta 2 orang anak An. T dan An. R
yang tinggal dalam 1 rumah
9. Suku Bangsa
Keluarga Klien berasal dari suku Melayu bangsa Indonesia. Kebudayaan
yang dianut tidak ada yang bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa
sehari-hari yang digunakan yaitu Melayu dan bahasa Indonesia.
10. Agama
Seluruh anggota keluarga Tn. I menganut agama Islam, Kegiatan ibadah
keagamaan keluarga Tn. I yaitu sholat lima waktu dan puasa dilakukan.
Menurut keluarga Tn. I, agama berperan sangat penting dalam kehidupan
mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang
sedang sakit, keluarga juga selalu mendoakan untuk kesembuhan anggota
keluarga yang sakit tersebut dan sebelum pandemi Covid-19 Ny. S sering
mengikuti kegiatan keagamaan rutin di masjid yang dekat dengan tempat
tinggalnya.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Dalam keluarga Tn. I yang bekerja adalah Tn. I selaku kepala rumah tangga
dan Ny. S selaku ibu rumah tangga. Pekerjaan Tn. I adalah swasta kerja di
kapal maka dari itu Tn. I terlihat jarang berada dirumah. Penghasilan yang
didapat sekitar Rp.1.000.000 – Rp. 3.000.000 perbulannya. Ny. S membuka
usaha kecil-kecilan menjual jamur di rumahnya dengan penghasilan perhari
menurut Ny. S adalah Rp.50.000-an. Penghasilan yang didapat adalah untuk
keperluan keluarga sehari – hari adalah untuk makan dan jajan An. T dan
An. R. Ny. S mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan
suaminya saat ini namun saat ini keluarga Tn. I belum memiliki tabungan.
Kamar
Dapur
mandi
Ruang Tidur
Ruang
Tidur Ruang Tamu
Warung
Teras
D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
2. Tn. I dan Ny. S sangat menyayangi keluarga, mencari nafkah untuk keluarga
dan saling menjaga. Berusaha mendidik anaknya agar selalu menghormati
orang tua dan menyayangi sesama anggota keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn. I tidak pernah bertengkar karena setiap ada permasalahan, Tn.
I langsung bersikap tegas mendiskusikan bersama-sama dan segera mencari
solusi bersama, masing-masing anggota keluarga pola interaksinya bagus,
saling bekerjasama satu sama lain mampu berhubungan baik dengan semua
sanak keluarga dan juga masyarakat disekitar rumahnya. Jika ada kegiatan
perkumpulan atau panggilan undangan keluarga Tn. I selalu mengikuti.
4. Fungsi Reproduksi
Tn.I dan Ny. S mempuyai 2 orang anak satu laki – laki dan satu
perempuan, Ny. S tidak menggunakan Akseptor sejak kelahiran anak
kedua, sebelumnya Ny. S menggunakan menggunakan kontrasepsi suntik
dan pil
5. Fungsi Ekonomi
Pemenuhan kebutuhan sandang pangan dipenuhi oleh Tn. I sebagai kepala
keluarga serta dibantu oleh Ny. S. dengan membuka warung dirumahnya
dengan masyarakat lingkungan dan sekitar lainnya sebagai pelanggan dalam
membeli kebutuhan pokok dan lainnya di warung keluarga Tn. I.
6. Perawatan Kesehatan
a. Mengenal Masalah kesehatan
Saat dikaji Ny. S tidak pernah ke Puskesmas karena jauh untuk memeriksa
sakit asam lambungnya. Keluarga belum mampu merawat anggota
keluarga yang sakit, karena hanya beranggapan harus merawat anggota
keluarga yang sakit apabila anggota keluarga yang sakit tidak lagi mampu
melakukan aktivitas dengan baik misalnya apabila Ny. S kepala terasa
pusing maka Ny.S mengkonsumsi obat yang dibeli diapotek jika sakit nya
dianggap tidak menggangu aktivitas sedangkan Ny. S mengatakan bila
badannya merasa capek karena mengurus anak-anaknya serta mengurus
rumah tangganya Ny. S akan membawanya untuk istirahat.
b. Mengambil Keputusan Mengenai Masalah kesehatan
Keluarga Tn. I sudah mampu mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari cara
menangani jika anggota keluarganya mengalami masalah kesehatan Ny.
S akan langsung memberikan obat yang dibeli di warung atau
membawanya berobat ke puskesmas.
c. Kemampuan Merawat Anggota keluarga yang Sakit
Keluarga mengatakan apabila ada anggota keluarganya yang sakit maka
mereka akan merawat dan memperhatikannya. Karena mereka merasa
sebagai satu bagian yang utuh.
d. Kemampuan keluarga Memodifikasi lingkungan
Keluarga cukup mampu memodifikasi lingkungan rumah yang sehat dan
nyaman untuk tempat tinggal. Hal ini dapat dilihat pada kondisi rumah
yang rapi dan bersih
e. Kemampuan menggunakan Fasilitas kesehatan
Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu
puskesmas dan klinik untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada .
E. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor Jangka Pendek
Tn. I pernah mengatakan sedikit khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan
keluarganya dengan layak
2. Stresor Jangka Panjang
Ny. S hanya bis asam lambung kumat dan Tn. I sedang tidak ada maka jauh
akan mengantarkan Ny. S berobat. Keluarga Tn. I mulai mencemaskan
pergaulan An. T yang sudah memasuki masa remaja yang belum pernah
mendapatkan edukasi tentang pergaulan bebas.
3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Keluarga berusaha untuk tenang jika ada masalah yang dihadapi
4. Strategi Koping Yang Digunakan
Tn. I selalu bermusyawarah dengan Ny. S jika keluarganya mengalami
masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut bersama-sama
5. Strategi Adaptasi Disfungsional
Jika ada masalah dengan anggota keluarganya Tn. I menyampaikan atau
membicarakan dengan anggota keluarganya.
16. BB/TB
17. KU Baik Baik Baik
F. HARAPAN KELUARGA
1. Terhadap Masalah Kesehatan
Keluarga berharap semua anggota keluarga selalu dalam keadaan sehat.
2. Terhadap Petugas kesehatan Yang Ada
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar terus meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang sudah ada.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
Kepeawatan
1. Data Subjektif Ketidakmampuan Ketidakefektifan
1. Keluarga mengatakan Keluarga dalam Manajemen
didalam keluarganya ada merawat anggota Regimen Terapeutik
yang memiliki penyakit mag keluarga yang Keluarga
2. Keluarga mengatakan bahwa sakit Pada Keluarga Tn. I
Ny. S pernah mengalami sakit
mag dan terkadang kumat
Data Objektif
1. Penyakit Gastritis Ny. S
kadang kambuh karena
keluarga hanya melakukan
perawatan kesehatan pada
saat Ny. Sdengan minum obat
warung.
TD:110/70 mmHg
N : 68 x/ menit
S : 36 °C
RR: 20 x/ menit
0
Total 4.6
2. Defisiensi pengetahuan
Total 1.6
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Proses :
Hasil:
3 Jumat Struktur :
28/03/2022 Indah
1. Keluarga Tn. I terutama An. T dan An. R
dapat bekerja sama dengan mahasiswa
Proses:
Hasil: