Anda di halaman 1dari 45

LP GASTRITIS

A. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

1. Definisi
Menurut Depkes RI 2010 dalam Kemenkes 2017. Keperawatan keluarga
merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga dan komponennya
sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan.
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan
keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan komponennya
sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dengan memobilisasi sumber
pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan sumbersumber dari profesi
lain, termasuk pemberi pelayanan kesehatan dan sektor lain di komunitas
( Kemenkes RI, 2017).

2. Tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
a. Nuclear Family.
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu
rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah.
b. Extended Family.
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
c...Reconstitud.Nuclear.
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya,
baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/ Aging Couple.
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah,
anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/ perkawinan/meniti
karier.
e. Dyadic Nuclear.
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah
satu bekerja di rumah.
f. Single Parent.
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier.
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married.
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult.
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk menikah.
j. Three Generation.
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional.
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
l. Comunal.
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage.
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried parent and child.
Ibu dan anak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.
o. Cohibing Cauple.
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan
(Harmoko, .2012).

3. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Fungsi Afektif. Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa,
memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi. Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi. Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama
beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat
d. Fungsi ekonomi. Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan. Menyediakan kebutuhan fisik-makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan (Friedman M. , 2010)

4. Perkembangan Keluarga.
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami
istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan
kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan
keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga
dan kelompok sosial pasangan masing-masing. Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.
Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal
ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai
anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
2) Menetapkan tujuan bersama;
3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial;
4) Merencanakan anak (KB)
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.

b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan
(2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan
suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga,
sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah
pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju
pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas
perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan
pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak
sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur
waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan
ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi
arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga
dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan
perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama
antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas
perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk. Selain
aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri
demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak.
Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas
perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah
dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik
aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar
2) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung
jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
sebagai berikut :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) .Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching


center families).
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama
pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan
dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.
Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga
sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua
anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-
anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini
orang tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai
pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.

g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)


Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini
semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah
minat sosial dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban
pasangan.

h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan
pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai
proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai
hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya
produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan
yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia
lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian
(harmoko, 2012).

B. Konsep Dasar Gastritis


1. Pengertian
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis merupakan peradangan yang
mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan
pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi
pada lambung (Sukarmin, 2012).

Penyakit gastritis atau sering juga disebut penyakit tukak lambung


merupakan tukak (borok, pekung) di dalam lambung, termasuk penyakit
pencernaan. Namun penyakit ini lebih popular disebut sebagai penyakit
maag. Penyakit ini memang sudah mulai dialami oleh orang Indonesia
sejak dari remaja sampai lanjut usia. (Saydam, 2011).

2. Etiologi
1) Infeksi bakteri

Infeksi H. pylori diketahui sebagai penyebab utama terjdinya


gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada
lapisan pelindung dinding lambung. Salah sat perubahan itu adalah
athropic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar – kelenjar penghasil
asam lambung secara perlahan rusak.
2) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus

Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,


ibuprofen, dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi
lambung. Jika pemaikan obat – obat tersebut hanya sekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat dapat mengakibatkan gastritis.

3) Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding


lambung dan membuat dinding lambung lebih rentas terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal.
4) Stress fisik

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat meneyebakan gastritis dan juga borok serta
perdarahan pada lambung.

5) Kelainan autoimmune

Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika kekebalan tubuh


menyerang sel – sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, menghancurkan kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung
dan mengganggu produksi faktor intrinsic ( yaitu sebuah zat yang
membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan vitamin B-
12, akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi
serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang
tua (Nuari, 2015).

6) Faktor makanan

Pola kebiasaan makan yang tidak teratur, kibiasaan mengkonsumsi


makanan dan minuman seperti cuka, cabe, asam, kopi, porsi makan
terlalu banyak dan sering terlambat makan.

7) Rokok

Asam nikotin pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus


yang berkontribusi dalam pada penyempitan pembuluh darah sehingga
suplai darah ke lambung mengalami penurunan. Penuruna ini dapat
berdampak pada penurunan produksi mukus yang salah satu fungsinya
untuk melindungi lambung dari iritasi. Selain itu CO2 yang dihasilkan
dari rokok lebih mudah diikat oleh Hb daripada O2 sehingga
memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada.lambung.

3. Faktor.resiko.
1) Faktor usia

Usia tua memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita gastritis


dibandingkan usia muda. Hal ini menunjukan bahwa seiring dengan
bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga
lebih cenderung memiliki infeksi H. pylori atau gangguan autoimun
daripada orang yang lebih muda. Sebaliknya jika mengenai usia muda
biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat dan
pola makan yang tidak teratur.

2) faktor jenis kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi terjadinya penyakit gastritis.


Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa jumlah penderita
gastritis antara pria dan wanita, ternyata lebig banyak di derita oleh
perempuan. karena wanita lebih sibuk pada tugas- tugas sehingga
menyebabkan telat makan, yang dapat menyebabkan asam lambung
meningkat.

3) Faktor stress

Stres dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung dan


gerakan peristaltik lambung. Stress juga akan mendorong gesekan
antara makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya.peradangan.lambung.

4) Kebiasaan makan

Menurut Suparyanto (2012) bila seseorang terlambat makan 2-3


jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih
sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan
rasa nyeri disekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan
membuat lambung sulit untuk berdaptasi. Jika hal itu berlansung lama,
produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi
dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak
peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual.

4. Manifestasi klinis

Gejala gastritis secara umum yaitu hilangnya nafsu makan, sering


disertai pedih pada ulu hati, mual dan muntah, nyeri tekan pada
epigastrium, perdarahan karena iritasi mukosa lambung, hematemesis
dan melena (Sidabutar, 2017 ).

5. Patofisiologi

Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alcohol,


obat-obatan anti inflamasi nonstreroid, infeksi helicobacter pylori.
Pengikisan ini dapat meneimbulkan reaksi peradangan. Inflamasi
pada lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung
sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual, muntah dan anoreksia.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang ditimbulkan karena
kontak HCL dengan mukosa gaster. Peningkatan sekresi lambung dapat
dipicu oleh peningkatan rangsangan
persarafan,.misalnya. dalam.kondisi cemas, stress, marah melalui serabut
saraf parasimpatik vagus dan menjadi peningkatan transmitter
asetilkolin, histamine, gastrin realizing peptide yang dapat
meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ion H+ (Hidrogen) yang
tidak diikuti peningkatan penawarnya seperti prostaglandin, HCO3+ ,
mukus akan menjadikan lapisan mukosa lambung tergerus terjadi reaksi
inflamasi. Prostaglandin dibutuhkan tubuh untuk memproduksi
kekebalan lapisan mukosa, serta bikarbonat untuk menghambat produksi
asam lambung dan menigkatkan aliran darah dalam lambung. Semua
efek ini diperlukan lambung untuk mempertahankan integritas
pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami iritasi pada mukosa
lambung.

6..Komplikasi
Komplikasi menurut (Muttaqin & Sari, 2011) antara lain :

1) Perdarahan saluran cerna atas yang merupakan kedaruratan medis.

2) Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat

3) Gangguan cairan dan eletrolit pada kondisi muntah berat.

4) Anemia pernisiosa, keganasan lambung.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Sukarmin (2012) sebagai berikut :

1) EGD (Esofagogastriduodenoskopi)

Tes diagnosik kuci untuk perdarahan GI atas, dilakukan


untuk melihat sisi perdarahan/derajat ulkus jaringan/cidera.

2) Analisa gaster
Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam nocturnal penyebab ulkus
duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster,
dipersekresi berat dan asiditas menunjukan sindrom Zallinger-Elison.

3) Amylase serum

Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah di duga gastritis.

4) Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya helicobacteri pylori


dalam darah. Tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa
anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.

5) Laboratorium
Tes ini untuk mengetahui kadar asam hidroklorida.

6) Pemeriksaan pernapasan

Tes ini dapat meneuntukan apakah terinfeksi baktri H. pylori atau


……………tidak.

7) Pemeriksaan feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau


tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.

8) Pemeriksaan endoskopi

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidak normalan pada


saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.

9) Ronsen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit
percernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih ketika di ronsen.

8. Pencegahan

Tindahkan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit gastritis


haruslah dengan hati – hati pada faktor resiko. Pertimbangan diet, pola
makan, serta penggunaan resep dan obat – obatan bebas, juga gaya
hidup, termasuk konsumsi alkohol dan merokok. Untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan, hindari makanan yang mengandung asam tinggi
dan makanan yang makin memperburuk penyakit. Bantu untuk mengkaji
faktor – faktor yang dapat memicu peningkatan manifestasi, seperti
stress atau kelelahan, meminum obat – obatan tertentu saat perut kosong,
konsumsi makanan dan minuman, konsumsi alkohol, serta merokok
(Black, 2014).

9. Penatalaksanaan

Orientasi utama pengobatan gastritis berpaku pada obat – obatan.


Obat – obatan yang digunakan adalah obat yang mengurangi jumlah
asam lambung dan dapat mengurangi gejala yang mungkin menyertai
gastritis, serta memajukan penyembuhan lapisan perut. Pengobatan ini
meliputi (Sukarmin, 2012) :
1) Antasida
Antasida yang berisi alumunium dan magnesium, serta
karbonat kalsium dan magnesium. Antasida dapat meringankan
mulas ringan atau dyspepsia dengan cara menetralisasi asam diperut.
Ion H+ merupakan struktur utama asam lambung. Dengan pemberian
alumunium hidroksida maka suasana asam dalam lambung dapat
dikurangi. Obat – obatan ini dapat menghasilkan efek samping
seperti diare atau sembelit, karena dampak penurunan H+ adalah
penurunan rangsangan peristaltic usus.
2) Histamin (H2) blocker

Histamine (H2) bloker, seperti famotidine dan ranitidine. H2


bloker mempunyai dampak penurunan produksi asam dengan
mempengaruhi langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara
menghambat rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus
vagus.

3) Inhibitor Pompa Proton (PPI)

Inhibitor pompa proton, seperti omeprazole, lansoprazole dan


dexlansoprazole. Obat ini bekerja menghambat produksi asam
melalui penghambatan terhadap eloktron yang menimbulkan
potensial aksi saraf otonom vagus. PPI diyakini lebih efektif
menurunkan produksi asam lambung daripada H2 blocker.

4) Nonsteroid Antiinflamasi Drugs (NSAID)

Jika gastritis disebabkan oleh penggunaan jangka penjang


NSAID seperti aspirin, aspilet, maka penderita disarankan untuk
berhenti minum NSAID, atau berahli ke kelas lain obat untuk nyeri.
Walaupun PPI dapat digunakan untuk mencegah stress gastritis saat
pasien skit kritis.

5) Gabungan Antasida, PPI dan Antibiotik

Jika penyebabnya adalah Helycobacter pylori maka perlu


penggabungan obat antasida, PPI dan antibiotic seperti amoksilin dan
klaritomisin untuk membunuh bakteri. Infeksi ini sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan kanker atau ulkus diusus.

6) Pemberian makan yang tidak merangsang

Walaupun tidak mempengaruhi langsung ada peningkatan asam


lambung tetapi makanan yang merangsang seperti pedas atau kecut,
dapat meningkatkan suasana asam pada lambung sehingga dapat
menaikan resiko inflamasi pada lambung. Selain tidak merangsang
makanan juga dianjurkan yang tidak memperberat kerja lambung,
seperti makanan yang keras.
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dilakukan

secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Sumber data

pengkajian dapat dilakukan dengan metode wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik. Pengkajian dalam keluarga memiliki dua tahapan,

pengkajian tahap satu berfokus pada masalah kesehatan keluarga.

Pengkajian tahapa dua menyajikan kemampuan keluarga dalam melakukan

lima tugas kesehatan. Namun dalam pelaksanaannya, kedua tahapan ini

dilakukan secara bersamaan (Riasmini et al., 2017). Adapun data yang

harus dikaji dalam keluarga adalah yaitu:

1) Data umum

1. Meliputi nama kepala keluarga alamat pekerjaan, dan status

imunisasi masing – masing keluarga serta genogram

2. Tipe keluarga

Data ini menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini. Berdasarkan

tipe pembagian keluarga tradisional dan non tradisional.

3. Suku Bangsa

Data ini mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa terkait kesehatan

4. Agama

Data ini mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan


5. Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga yang ditentukan oleh pendapatan

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Status

sosial ekonomi keluarga ditentukan juga oleh kebutuhan –

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang

yang.dimiliki.keluarga

6. Aktivitas rekreasi keluarga

Data ini menjelakan mengenai kebiasaan keluarga dala rekreasi atau

refresing. Rekreasi tidak harus ke tempat wisata, namun menonton

TV, mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi

keluarga.

2) Riwayat dan tahap perkembang keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Data ini di tentukan oleh anak tertua dari keluarga initi.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Data ini menjelaskan menegenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa

belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inri

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Data ini menjelakan riwayat kesehatan dari pihak suami dan istri.

3) Pengkajian lingkungan dan sosial

1. Karakteristik rumah

2. Karakteritik tetangga dan komunitas


3. Mobilitas geografis keluarga

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

5. Sistem pendukung keluarga

4) Struktur keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

2. Struktur kekuatan keluarga

3. Struktur peran

4. Nilai dan norma keluarga

5) Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

2. Fungsi sosialisasi

3. Fungsi perawatan kesehatan

(1) Mengenal masalah kesehatan

(2) Mengambil keputusan

(3) Merawat anggota keluarga yang sakit

(4) Memelihara lingkungan yang sehat

(5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

4. Fungsi reproduksi

5. Fungsi ekonomi

6) Stress dan koping keluarga

1. Pola koping

2. Stressor jangka panjang dan pendek

3. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor


4. Strategi koping

5. Strategi adapatsi disfungsional

7) Pemeriksaan fisik anggota keluarga

2. Diagnosa keperawatan keluarga

Diagnose keperawatan keluargadengan penderita gastritis yaitu :

1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses

penyakit dan pengobatan.

2) Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan

3) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehtan

3. Rencana tindahkan

Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindahkan yang

direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau

mengatasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang telah di

identifikasi (Mubarak, 2011).

1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses

penyakit dan pengobatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x kunjungan rumah

diharapkan keluarga dan anggota keluarga yang menderita gastritis dapat

mengetahui tentang proses penyakit dan pengobatan yang harus dijalani.

Kriteria hasil :

1. Keluarga mampu mengetahui tentang penyebab proses penyakit dan

faktor yang berkontribusi terhadapa terjadinya penyakit


2. Keluarga patut terhadap pelaksanaan proses perawatan

3. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pengobatan

Intervensi :

(1) Bina hubungan saling percaya

Rasional : Untuk memudahkan interaksi antara perawat dan keluarga

(2) Kaji tingkat pengaetahuan keluarga

Rasional : untuk mengetahui tingkat pengatahuan keluarga

(3) Jelaskan pada keluarga tentang kondis angota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan serta proses pengobatan

Rasional : meningkatkan pengetahuan terkait proses penyakit dan

pengobatan

(4) Anjurkan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

Rasional : agar keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehtan untuk

pengobatan

(5) Monitor keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehan

Rasional : untuk mengetahui respond an tingkat keterlibatan keluarga

dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan

2) Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan

Tujuan : Setelah dilakukan tindahkan keperawatan selama 2x kunjungan

rumah diharapakan manajeman kesehatan keluarga efektif

Kriteria hasil :

1..Keluarga mampu memahami dan mengidentifikasi faktor – faktor

peneyebab manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


2. Respon perilaku keluarga terhadap manajemen kesehatan keluarga

membaik

3..Keluarga mampu berpartisipasi dalam mengembangkan rencana

perawatan

4. Keluarga mamapu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

bersama denagn anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

Intervensi

(1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

Rasional : untuk memudahkan interaksi dengan keluarga

(2) Identifikasi faktor – faktor penyebab manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif

Rasional : untuk mengetahui faktor – faktor penyebab manajemen

.kesehatan keluarga tidak efektif

(3) Anjurkan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan untuk berpartisipasi dalam mengembangkan rencana

keperawatan

Rasional : untuk mengarahkan keluarga dalam menyelesaikan

masalah kesehatan anggota keluarga

(4) Monitor keterlibatan keluarga dalam perawatan anggota keluarga

yang mengalami masalah kesehatan

Rasional : untuk mengetahui respond dan tingkat keterlibatan

keluarga dalam proses perawatan anggota keluarga

yang mengalami masalah kesehatan


(5) Berikan pemahaman pada keluarga terkait dengan kondisi anggota

keluarga yang mengalami masalah kesehatan serta proses

pengobatannya

Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan keluarga terkait proses

penyakit.dan.pengobatan

3) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehtan

Tujuan : setelah dilakukan tindahkan keperawatan selama 2x kunjungan

rumah diharapkan keluarga mampu mengubah perilaku

kesehatan yang beresiko memperburuk kesehatan

Kriteria hasil :

1. Keluarga mampu mengenal perilaku kesehatan cenderung

beresiko

2. Keluarga mampu mengubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup

yang sehat

3. Keluarga mampu berpartisipasi dalam pengambilan dan

pelaksanaan keputusan terkait dengan kesehatannya

Interve nsi :

(1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

Rasional :

(2) Indentifikasi hambatan untuk merubah perilaku kearah yang

lebih sehat
Rasional :. untuk mengatahui hambatan serta

mempermudah pembuatan rencana perawatan

lanjutan

(3)Anjurkan keluarga untuk merubah gaya hidup sesuai dengan gaya

hidup yang sehat

Rasional : agar keluarga dapat merubah gaya hidup sesuai dengan

gaya hidup sehat

(4)Dorong keluarga untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan

tindakan serta proses pengobatan.

Rasional : agar keluarga mampu membuat keputusan terhadap

pelaksanaan tindahkan serta proses pengobatan

4. Implementasi keperawatan

1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

proses penyakit dan pengobatan

1) Membina hubungan saling percaya

2) Mengkaji tingkat pengaetahuan keluarga

3) Menjelaskan pada keluarga tentang kondis angota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan serta proses pengobatan

4) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

5) Memonitoring keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehtan

2) Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan


1. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga

2. Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif

3. Menganjurkan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan untuk berpartisipasi dalam mengembangkan

rencana keperawatan

4. Memonitor keterlibatan keluarga dalam perawatan anggota

keluarga yang mengalami masalah kesehatan

5. Memberikan pemahaman pada keluarga terkait dengan kondisi

anggota keeluarga yang mengalami masalah kesehatan serta

proses pengobatannya

3) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehtan

1. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga

2. Mengindentifikasi hambatan untuk merubah perilaku kearah yang

lebih sehat

3.Menganjurkan keluarga untuk merubah gaya hidup sesuai dengan

gaya hidup yang sehat

4.Mendorong keluarga untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan

tindahkan serta proses pengobatan


5. Evaluasi keperawatan

1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses

penyakit dan pengobatan

1. Keluarga mampu mengetahui tentang penyebab proses penyakit

dan faktor yang berkontribusi terhadapa terjadinya penyakit

2. Keluarga patut terhadap pelaksanaan proses perawatan

3. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pengobatan

2) Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan

1. Keluarga mampu memahami dan mengidentifikasi faktor – faktor

peneyebab manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

2. Adanya respon perilaku keluarga terhadap manajemen kesehatan

keluarga membaik

3.. Keluarga mampu berpartisipasi dalam mengembangkan rencana

perawatan

4. Keluarga mamapu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

bersama denagn anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

3) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehtan

1. Keluarga mampu mengenal perilaku kesehatan cenderung beresiko

2. Keluarga mampu mengubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup

yang sehat

3. Keluarga mampu berpartisipasi dalam pengambilan dan pelaksanaan

keputusan terkait dengan kesehatannya


DAFTAR PUSTAKA

Bakri M.H. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka


Mahardika.

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen


Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Emban
Patria.

Depkes RI. 2014. Data dan Informasi : Profil Kesehatan 2014.


Jakarta: Departemen kesehatan RI.

Dinkes Kabaupaten Sidoarjo. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten


Sidoarjo2017.Sidoarjo

Huzaifah, Z. (2017). Hubungan Pengetahuan Tentang Penyebab Gastritis


DenganPerilaku Pencegahan Gastritis. Journal Healthy-Mu,1 (1),
28 – 31. Jesica (2013). Badan Penelitian Kesehatan

Mubarak. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta:


SalembaMedika.

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal :


AplikasiAsuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Nuari, N. A., 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Gangguan


Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media

Hartati, Sri, dkk (2014). Hubungan Pola Makan Dengan Resiko


Gastritis Pada Mahasiswa Yang Menjalin Sistem KBK.JOM
PSIK.Vol. 1 No.2.

Putra, Sitiatava Rizema.2013. Pengantar Ilmu Gizi dan Diet.


Yogyakarta : D- Medika
Pratiwi, Wahyu. 2013. Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada
Remaja di Pondok Pesantren Daar El – Qolam Gintung Jayanti
Tanggerang. Skripsi. Jakarta : Fakultas Keperawatan Universitas
Islam Lamongan.

Rezal. Farit, dkk. (2017). Efektiftas Media Audio Visual Dan Leafled
Terhadap Peningkatan Pengetahuan,Sikap,Dan Tindahkan
Tentang Pencegahan Gastritis:JIMKESMAS Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol.2/NO.6 Mei 2017;ISSN
250-731X

Riasmini., (et al.). (2017). Paduan Asuhan Keperawatan Individu,


Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi Nanda,
ICNP, NOC, NIC di puskesmas dan Masyarakat. Jakarta:
Universitas Indonesia

Saydam. (2011). Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit


Pernapasan dan Gangguan Pencernaan). Bandung: Alfabeta

Sukarmin. (2012). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Suparyanto. 2012. Etiologi dan Penanganan Gastritis

Suprajitno. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. I

I. DATA UMUM
1. Nama Keluarga (KK) : Tn. I
2. Usia : 50 Tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat/Telepon : Kampung Bugis RT 002 RW 005
6. Komposisi Keluarga : Nuclear Family (Ayah, Ibu dam 2 Orang anak)

No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan


Kelamin Keluarga
1. Ny. S Perempuan Istri 26 Tahun SMP IRT
2. An. T Laki-laki Anak 19 Tahun SMA Pekerja
3. An. R Perempuan Anak 13 Tahun SMP Pelajar

7. Genogram

= Laki – laki

= Perempuan

= Laki – laki meninggal

= Perempuan meninggal

= Klien

= Anggota keluarga yang tinggal serumah

= Remaja Laki-laki

= Remaja Perempuan
8. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. I adalah Nuclear Family (Keluarga inti) yang terdiri dari
Tn. E sebagai Ayah, Ny. S sebagai Ibu serta 2 orang anak An. T dan An. R
yang tinggal dalam 1 rumah
9. Suku Bangsa
Keluarga Klien berasal dari suku Melayu bangsa Indonesia. Kebudayaan
yang dianut tidak ada yang bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa
sehari-hari yang digunakan yaitu Melayu dan bahasa Indonesia.
10. Agama
Seluruh anggota keluarga Tn. I menganut agama Islam, Kegiatan ibadah
keagamaan keluarga Tn. I yaitu sholat lima waktu dan puasa dilakukan.
Menurut keluarga Tn. I, agama berperan sangat penting dalam kehidupan
mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang
sedang sakit, keluarga juga selalu mendoakan untuk kesembuhan anggota
keluarga yang sakit tersebut dan sebelum pandemi Covid-19 Ny. S sering
mengikuti kegiatan keagamaan rutin di masjid yang dekat dengan tempat
tinggalnya.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Dalam keluarga Tn. I yang bekerja adalah Tn. I selaku kepala rumah tangga
dan Ny. S selaku ibu rumah tangga. Pekerjaan Tn. I adalah swasta kerja di
kapal maka dari itu Tn. I terlihat jarang berada dirumah. Penghasilan yang
didapat sekitar Rp.1.000.000 – Rp. 3.000.000 perbulannya. Ny. S membuka
usaha kecil-kecilan menjual jamur di rumahnya dengan penghasilan perhari
menurut Ny. S adalah Rp.50.000-an. Penghasilan yang didapat adalah
untuk keperluan keluarga sehari – hari adalah untuk makan dan jajan An. T
dan An. R. Ny. S mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan
penghasilan suaminya saat ini namun saat ini keluarga Tn. I belum
memiliki tabungan.
Sumber pendapatan keluarga dalam 1 bulan sekitar Rp. 3.000.000,00
Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga:
Makan: 1.500.000,00
Listrik: 200.000,00
Beli bensin: 200.000,00
Barang-barang yang dimiliki: Televisi, sepeda motor, kulkas, 3 buah kursi
kayu di ruang tamu
12. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton
televisi bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang-kadang dilakukan.
A. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. I merupakan tahap ke IV dan ke V,
yaitu tahap perkembangan anak usia sekolah dan anak remaja
Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja yang dilakukan oleh
keluarga antara lain:
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri. Keluarga sudah memberikan kesempatan
bagi An. T untuk memilih apa yang ingin dilakukan. An. T mengatakan
tanggung jawabnya adalah bekerja dan membantu orang tua.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Pernikahan Tn. I dan Ny. S saat ini sudah berlangsung selama 23 tahun.
Mereka berjumpa saat ada kelurga yang mengenalkan kedua pasangan
tersebut lalu saling cocok komunikasi dan tak lama merencanakjan
pernikahan. Saat ini, Tn. I dan Ny. S mengatakan untuk berusaha
membesarkan kedua anaknya dengan memenuhi segala kebutuhan
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Tn. I yang belum terpenuhi yaitu tahap
perkembangan usia pertengahan dan usia lanjut.
Walau keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. T untuk memilih
apa yang ingin dilakukan namun keluarga belum memberikan kebebasan
secara penuh dan bertanggung jawab kepada anak remajanya, keluarga
belum membangun dengan efektif komunikasi terbuka antara orang tua dan
anaknya Ny. S mengatakan bahwa An. T adalah anak yang pendiam dan
jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja,
jika berada di rumah An. T banyak menghabiskan waktunya di dalam
kamarnya. Ny. S mengatakan anaknya tidak mengetahui dengan jelas
tentang bahaya seks bebas, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan
informasi mengenai bahaya seks bebas.
3. Riwayat keluarga inti
Keluarga mengatakan saat ini setiap anggota keluarganya dalam keadaan
sehat-sehat saja. Hanya terkadang Tn. I demam batuk pilek apabila kurang
istirahat, Sementara anak-anak Tn. I kadang-kadang mengalami demam,
batuk atau pilek. Ny. S mempunyai Riwayat asam lambung atau
disebutnya mag tapi sudah lama tidak timbul rasa sakit itu. Jika anggota
keluarga Tn. I mengalami masalah kesehatan Tn. I mengatasinya dengan
membeli obat di warung, namun jika setelah minum obat warung tidak
sembuh Tn. I langsung membawa anggota keluarganya berobat ke
puskesmas. Tn. I dan anggota keluarganya tidak mempunyai masalah
dengan istirahat, makan, maupun kebutuhan dasar yang lainnya.
4. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu
Dari pihak keluarga Tn. I maupun Ny. S tidak ada riwayat penyakit
keturunan
B. LINGKUNGAN
1. Karakter Rumah
Status rumah merupakan rumah milik sendiri yang dibangun dengan
bantuan dari pemerintah kota yang berdiri diatas laut. Jenis bangunan semi
permanen, terbuat dari papan dan semen dengan luas bangunan 8 x 12 m2
yang terdiri dari: Ruang tamu, 3 ruang tidur, ruang keluarga, dapur dan
kamar mandi, Lantai rumah sebagian dari papan dan sebagian semen,
terdapat 3 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter di depan
samping pintu masuk (jarang dibersihkan), Kondisi rumah, tampak rapi dan
bersih dan terdapat beberapa perabot rumah yang sesuai. Sumber air yang
digunakan oleh keluarga berasal dari PAM dan mengalir setiap hari.
Keluarga memiliki tempat penampungan air berupa bak besar di dapur
yang ditampung langsung dari air kran. Penampungan air selalu tertutup
dan dikuras setiap 3 hari sekali.
2. Denah Rumah

Kamar
Dapur
mandi

Ruang Ruang Tidur


Keluarga

Ruang Tidur

Ruang
Tidur Ruang Tamu

Warung Teras

3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Keluarga Tn. I merupakan penduduk asli daerah itu, sebagian besar
karakteristik tetangga termasuk kelompok sosial menengah kebawah.
Rumah dan lingkungan sekitar tampak kotor, pada siang hari lingkungan
tampak sepi karena sebagian besar tetangga bekerja. Transportasi yang
digunakan adalah ojek dan kendaraan pribadi.
4. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. I merupakan penduduk yang tinggal menetap didaerah itu dan
tidak pernah transmigrasi atau imigrasi
5. Perkumpulan Keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis. Tn. I
jarang ikut dalam perkumpulan RT yang diadakan karena kerja jauh
sedangkan Ny. S sering ikut dalam kegiatan wirit atau perkumpulan
tetangga seperti rewang, gotong royong pembersihan
6. Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yaitu 4 orang. Anggota keluarga saling
mendukung dan bekerjasama satu sama lain dalam mengurus rumah
tangga.
C. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam berkomunikasi sehari-hari Tn. I dan seluruh anggota keluarga
menggunakan bahasa melayu dan Indonesia. Jika ada masalah dalam
keluarga Tn. I selalu musyawarah dengan anggota keluarga. Pangambil
keputusan adalah Tn. I sebagai kepala rumah tangga.
2. Struktur Kekuatan keluarga
Tn. I dan anggota keluarga saling mendukung dan bekerjasama satu sama
lain
3. Struktur Peran
Tn. I mampu menjalankan perannya sebagai kepala keluarga, Ny. S juga
dapat menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga dan mengurusi
segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rumah tangga, An.
T sebagai anak pertama, sekarangsudah bekerja, An. R sebagai anak yang
kedua atau bungsu, sekarang sedang sekolah dibangku kelas 1 SMP. Di
dalam keluarga Tn. I telah ada pembagian tugas secara jelas dan baik.
4. Nilai Dan Norma Budaya
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula
dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya,
bila ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas atau petugas kesehatan
yang terdekat.

D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
2. Tn. I dan Ny. S sangat menyayangi keluarga, mencari nafkah untuk
keluarga dan saling menjaga. Berusaha mendidik anaknya agar selalu
menghormati orang tua dan menyayangi sesama anggota keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn. I tidak pernah bertengkar karena setiap ada permasalahan, Tn.
I langsung bersikap tegas mendiskusikan bersama-sama dan segera mencari
solusi bersama, masing-masing anggota keluarga pola interaksinya bagus,
saling bekerjasama satu sama lain mampu berhubungan baik dengan semua
sanak keluarga dan juga masyarakat disekitar rumahnya. Jika ada kegiatan
perkumpulan atau panggilan undangan keluarga Tn. I selalu mengikuti.
4. Fungsi Reproduksi
Tn.I dan Ny. S mempuyai 2 orang anak satu laki – laki dan satu
perempuan, Ny. S tidak menggunakan Akseptor sejak kelahiran anak
kedua, sebelumnya Ny. S menggunakan menggunakan kontrasepsi suntik
dan pil
5. Fungsi Ekonomi
Pemenuhan kebutuhan sandang pangan dipenuhi oleh Tn. I sebagai kepala
keluarga serta dibantu oleh Ny. S. dengan membuka warung dirumahnya
dengan masyarakat lingkungan dan sekitar lainnya sebagai pelanggan
dalam membeli kebutuhan pokok dan lainnya di warung keluarga Tn. I.
6. Perawatan Kesehatan
a. Mengenal Masalah kesehatan
Saat dikaji Ny. S tidak pernah ke Puskesmas karena jauh untuk
memeriksa sakit asam lambungnya. Keluarga belum mampu merawat
anggota keluarga yang sakit, karena hanya beranggapan harus merawat
anggota keluarga yang sakit apabila anggota keluarga yang sakit tidak
lagi mampu melakukan aktivitas dengan baik misalnya apabila Ny. S
kepala terasa pusing maka Ny.S mengkonsumsi obat yang dibeli
diapotek jika sakit nya dianggap tidak menggangu aktivitas sedangkan
Ny. S mengatakan bila badannya merasa capek karena mengurus anak-
anaknya serta mengurus rumah tangganya Ny. S akan membawanya
untuk istirahat.
b. Mengambil Keputusan Mengenai Masalah kesehatan
Keluarga Tn. I sudah mampu mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari cara
menangani jika anggota keluarganya mengalami masalah kesehatan Ny.
S akan langsung memberikan obat yang dibeli di warung atau
membawanya berobat ke puskesmas.
c. Kemampuan Merawat Anggota keluarga yang Sakit
Keluarga mengatakan apabila ada anggota keluarganya yang sakit maka
mereka akan merawat dan memperhatikannya. Karena mereka merasa
sebagai satu bagian yang utuh.
d. Kemampuan keluarga Memodifikasi lingkungan
Keluarga cukup mampu memodifikasi lingkungan rumah yang sehat dan
nyaman untuk tempat tinggal. Hal ini dapat dilihat pada kondisi rumah
yang rapi dan bersih
e. Kemampuan menggunakan Fasilitas kesehatan
Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu
puskesmas dan klinik untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada.
E. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor Jangka Pendek
Tn. I pernah mengatakan sedikit khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan
keluarganya dengan layak
2. Stresor Jangka Panjang
Ny. S hanya bis asam lambung kumat dan Tn. I sedang tidak ada maka jauh
akan mengantarkan Ny. S berobat. Keluarga Tn. I mulai mencemaskan
pergaulan An. T yang sudah memasuki masa remaja yang belum pernah
mendapatkan edukasi tentang pergaulan bebas.
3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Keluarga berusaha untuk tenang jika ada masalah yang dihadapi
4. Strategi Koping Yang Digunakan
Tn. I selalu bermusyawarah dengan Ny. S jika keluarganya mengalami
masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut bersama-sama
5. Strategi Adaptasi Disfungsional
Jika ada masalah dengan anggota keluarganya Tn. I menyampaikan atau
membicarakan dengan anggota keluarganya.
6. Pemeriksaan fisik Keluarga

No Pemeriksaan Tn. I Ny. S An. T An. R

1. TTV TD :130/90 TD:120/78 TD:130/76


N: 90 N : 95 N : 115
S : 36,3 S : 36,7 S : 36,5
RR:20 RR: 18 RR : 20
2. Kepala Normal Normal Normal

3. Rambut Hitam ikal Hitam Hitam


sebahu
4. Mata Normal Normal Normal

5. Telinga Normal Normal Normal

6. Hidung Normal Normal Normal

7. Mulut/Bibir Normal Normal Normal

8. Leher/ Normal Normal Normal


Tenggoroka
n
9. Dada/Paru Normal Normal Normal

10. Jantung Normal Normal Normal

11. Gastrointest Normal Normal Normal


inal
12. Abdomen Normal Normal Normal

13. Ektremitas Normal Normal Normal

14. Kulit/Kuku Bersih Bersih Bersih

15. Genetalia - - -

16. BB/TB

17. KU Baik Baik Baik

F. HARAPAN KELUARGA
1. Terhadap Masalah Kesehatan
Keluarga berharap semua anggota keluarga selalu dalam keadaan sehat.
2. Terhadap Petugas kesehatan Yang Ada
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar terus meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang sudah ada.

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Kepeawatan
1. Data Subjektif Ketidakmampuan Ketidakefektifan
1. Keluarga mengatakan Keluarga dalam Manajemen
didalam keluarganya ada merawat anggota Regimen Terapeutik
yang memiliki penyakit mag keluarga yang Keluarga
2. Keluarga mengatakan bahwa sakit Pada Keluarga Tn. I
Ny. S pernah mengalami
sakit mag dan terkadang
kumat
Data Objektif
1. Penyakit Gastritis Ny. S
kadang kambuh karena
keluarga hanya melakukan
perawatan kesehatan pada
saat Ny. Sdengan minum
obat warung.
TD:110/70 mmHg
N : 68 x/ menit
S : 36 °C
RR: 20 x/ menit

2 Data Subyektif Defisiensi


1. Keluarga mengetahui secara
Pengetahuan tentang
pasti mengenai kegiatan
anak remajanya. bahaya seks bebas
2. Keluarga merasa mulai Pada Keluarga Tn .I
khawatir terhadap pergaulan
anak remajanya, apalagi
terhadap anak
perempuannya
3. Pemenuhan gizi keluarga
dilakukan oleh Ny. S dengan
menyediakan pemenuhan
kebutuhan makan 3 kali
sehari.
Data Obyektif
1. Saat ini keluarga berada
dalam tahap perkembangan
keluarga dengan anak
remaja.
2. Keluarga belum pernah
mendapatkan edukasi
mengenai bahaya seks bebas
pada remaja
3. Interaksi dalam keluarga
cukup baik, walaupun An. T
tidak terlalu sering
berinteraksi dengan anggota
keluarga lainnya karena jika
dirumah lebih sering
dikamar

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Keluarga

KRITERIA SKOR HASIL PEMBENARAN


SIFAT MASALAH  Pada Ny. S kadang
(bobot= 1) 3 3/3x1= mengalami peningkatan
Aktual 2 1 asam lambung
1
KEMUNGKINAN  Karena keluarga
MASALAH DAPAT 2/2x2= mengatakan apabila
DIUBAH (bobot=2) 2 2 sudah mengganggu
Mudah 1 aktivitas Ny. S
0 keluarga membeli obat
warung
PONTESIAL MASALAH  Dapat mencegah
DAPAT DICEGAH 3/3x1= dengan pola makan,
(bobot= 1) 3 1 minum air putih hangat
Tinggi 2
Cukup 1
Rendah
MENONJOLNYA 1/1x1=  Tidak sedang dalam
MASALAH (bobot= 1) 0.6 keadaan yang
Tidak perlu segera 2 membahayakan
kesehatan Tn. S
1

0
Total 4.6

2. Defisiensi pengetahuan
KRITERIA SKOR HASIL PEMBENARAN
SIFAT MASALAH (bobot= 1) Keluarga harus
o   Tidak sehat 3 1/3x1= ditingkatkan
o   Ancaman kesehatan 2 0.3 pengetahuan tentang
o   Krisis atau keadaan sejahtera 1 seks bebas
KEMUNGKINAN MASALAH Latar belakang
DAPAT DIUBAH (bobot=2) 1/2x2= pendidikan keluarga
o   Dengan Mudah 2 1 adalah SD, SLTP dan
o   Hanya Sebagian 1 SMA
o   Tidak dapat 0
PONTESIAL MASALAH keluarga mau diajak
DAPAT DICEGAH (bobot= 1) 1/3x1= dalam bekerjasama
o   Tinggi 3 0.3 (kooperatif)
o   Cukup 2
o   Rendah 1
MENONJOLNYA MASALAH Klien belum
(bobot= 1) 0/2x1= mengetahui tentang
o   Masalah berat, harus segera 2 0 bahaya seks bebas
ditangani
o   Ada masalah, tapi tidak perlu 1
segera ditangani
o   Masalah tidak dirasakan 0

Total 1.6

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. I


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Ketidakefektifan Manajemen  Kaji tingkat  Untuk mengetahui
manajemen regimen terapeutik pengetahuan tingkat
regimen keluarga efektif tentang pengetahuan
terapeutik dengan kreteria penyakit  Agar keluarga
keluarga b.d hasil: hipertensi lebih mengetahui
kerumitan DS:  Berikan tentang hipertens
regimen  Klien penkes tentang  Untuk mengetahui
terapeutik mengatakan hipertensi tingkat
sudah bisa  Kaji tingkat pengetahuan
menentukan pengetahuan setelah penkes
keputusan yang setelah penkes
diambilnya
2 Defisiensi Pengetahuan -kaji tingkat - mengetahui seberapa
pengetahuan b.d keluarga meningkat pengetahuan jauh pengetahuan
Kurang dengan kreteria keluarga keluarga mengenai
terpajannya hasil: mengenai bahaya masalah tersebut
Informasi -keluarga lebih seks bebas
mengenai mengetahui dan -berikan penkes -agar keluarga
bahaya seks memahami tentang seks mengetahui tentang
bebas mengenai bebas perkembangan
pertumbuhan dan -kaji tingkat psikososial remaja
perkembangan bio- pengetahuan -untuk mengetahui
psiko-sosial pada setelah dilakukan seberapa jauh
anak remaja serta penkes pengetahuan keluarga
masalahnya setelah dilakukan
penkes

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI DIAGNOSA JAM TINDAKAN KEPERAWATAN NAMA
TANGGAL KEPERAWATAN
Kamis Ketidakefektifan 11.00 Mengkaji tingkat pengetahuan tentang
31/03/2022 manajemen regimen penyakit asam lambung
terapeutik keluarga b.d Memberi penyuluhan tentang obat
Indah
kerumitan regimen tradisional rebus kunyit
terapeutik Mengkaji tingkat pengetahuan setelah
dilakukan rebus kunyit

Jumat Defisiensi pengetahuan 14.00 Mengkaji tingkat pengetahuan


28/03/2022 b.d Kurang keluarga mengenai bahaya seks bebas
terpajannya Informasi Memberikan penkes tentang seks
mengenai bahaya seks bebas Indah
bebas
Mengkaji tingkat pengetahuan setelah
dilakukan penkes

EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN

NO HARI EVALUASI KEPERAWATAN NAMA


TANGGAL

1. Jumat Struktur :
31/03/2022 Indah
1. Keluarga Tn. I terutama Ny. S dapat
bekerja sama dengan mahasiswa
2. Keluarga Tn. I terutama Ny. S mengerti
maksud dan tujuan kunjungan hari ini

Proses :

1. Ny. S dapat terlihat aktif dalam diskusi


2. Keluarga dapat memberikan respons
verbal dan nonverbal secara baik

Hasil:

Keluarga dapat menjelaskan tentang asam


lambung dan rebus kunyit

3 Jumat Struktur :
28/03/2022 Indah
1. Keluarga Tn. I terutama An. T dan An. R
dapat bekerja sama dengan mahasiswa

2. Keluarga Tn. I terutama An. T dan An R


mengerti maksud dan tujuan kunjungan
hari ini

Proses:

1. Keluarga dapat terlihat mengerti tentang


penyuluhan seks bebas

2. Keluarga dapat memberikan respons


verbal dan nonverbal secara baik

Hasil:

Keluarga dapat menjelaskan tentang bahaya


seks bebas

Anda mungkin juga menyukai