Anda di halaman 1dari 9

Studi Tentang Perilaku Membolos Pada Remaja Broken Home Di SMA Negeri 17 Surabaya

STUDI TENTANG PERILAKU MEMBOLOS PADA REMAJA BROKEN HOME DI SMA


NEGERI 17 SURABAYA

Ajeng Nefiva
S1 Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Surabaya E-mail: Ajeng.18022@mhs.unesa.ac.id

Hadi Warsito Wiryosutomo


S1 Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
SurabayaE-mail: hadiwarsito@unesa.ac.id

Abstrak
Broken home dapat terjadi pada sistem keluarga yang tidak utuh yang dikarenakan sebuah
pertengakaran kecil maupun besar oleh kedua belah pihak (suami-istri) yang
mengakibatkan keluarga menjadi terpecah-belah, sehingga anak kebanyakan menjadi
korban dalam pertikaian keluarga. Penelitian ini memiliki tujuan yakni untuk mengetahu
penyebab yang menjadi latar belakang remaja, khususnya pada remaja broken home yang
melakukan tindakan membolos pada saat pembelajaran daring di era covid-19. Selain itu
sangat disayangkan akibat dari adanya perilaku tersebut, sehingga siswa mengalami
kegagalan dalam belajar, dan jika perilaku membolos dilakukan secara terus-menerus bisa
mengakibatkan kegagalan dalam kenaikan kelas. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada dua
subjek dari siswa kelas 11 Sma Negeri 17 Surabaya yang melakukan tindakan perilaku
menyimpang di sekolah. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif studi kasus,
yang mana focus utama pada studi kasus dalam penelitian ini yakni pada pembahasan
tentang tema, isu, dan implikasi yang ada pada suatu kasus. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan Guru BK, teman sebaya, dan
kedua orang tua sebagai informasi dan data pendukung untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang menjadi penyebab siswa tersebut untuk melakukan tindakan membolos.
Observasi dilakukan di SMA Negeri 17 Surabaya serta dokumentasi sebagai bukti nyata
dalam pelaksanaan penelitian ini. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan
teknik Interactive Analysis Model yang terdiri 4 tahapan yakni, pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari pengumpulan informasi dan
data pendukung yang diperoleh peneliti, menunjukkan bahwa perselisihan antar keluarga
yang tidak harmonis atau broken home dan hubungan antara teman sebaya dapat menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi remaja melakukan tindakan menyimpang di sekolah
yakni membolos

Kata Kunci : Remaja, Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Membolos, Broken Home

Abstract
Broken home can occur in an incomplete family system due to a small or large argument
by both parties (husband and wife) which causes the family to be divided, so that most
children become victims in family disputes. The purpose of this research is to find out the
factors that become the background of teenagers, especially broken home teens who take
truant actions during online learning in the Covid-19 era. In addition, it is very unfortunate
as a result of this behavior, so students experience failure in learning, and if truant behavior
is carried out continuously it can result in failure in grade promotion. This can be shown in
two subjects from 11th grade students of Sma Negeri 17 Surabaya who commit acts of
deviant behavior at school. This research uses case study qualitative research, where the
main focus on case studies in this research is the discussion of themes, issues, and
implications that exist in a case. The data collection technique used in this study used
interview techniques with BK teachers, peers, and both parents as information and
supporting data to determine the factors that influence these students to take truant actions.
Observations were made at SMA Negeri 17 Surabaya as well as documentation as real
evidence in the implementation of this research. The data analysis technique in this study
uses the Interactive Analysis Model technique which consists of 4 stages, namely, data
collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the
collection of information and supporting data obtained by the researcher, indicate that the
condition of a family that is not harmonious or a broken home and relationships between
peers can be one of the factors that influence adolescents to take deviant actions at school,
namely truancy.

Keywords: Truant behavior , Broken Home, Adult

1081
Studi Tentang Perilaku Membolos Pada Remaja Broken Home Di SMA Negeri 17 Surabaya

PENDAHULUAN yakni 10-24 tahun dan belum menikah (Diananda


Latar Belakang 2019). Menurut pendapat ahli Papalia and Olds,
Keluarga adalah tempat paling nyaman bagi anak mengartikan masa remaja sebagai salah satu bentuk
untuk berkeluh kesah dan bernaung ketika mendapat masa transisi di mana perkembangan antara masa
suatu masalah dalam dirinya. Pentingnya fungsi kanak-kanak dan dewasa biasanya dimulai pada usia
keluarga bagi remaja ialah membantu dalam 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia remaja atau
memberikan bimbingan serta pengayoman yang kuat, awal dua puluhan. Sedangkan menurut Anna Freud,
sehingga mampu menjamin pada remaja tersebut terdapat proses perkembangan pada masa remaja
memiliki rasa aman, rasa kasih sayang, dan tempat yang meliputi perubahan yang berkaitan dengan
untuk berkeluh-kesah. Dalam kehidupan sosial perubahan psikologis, serta perubahan hubungan
banyak sekali terjadi kasus negatif yang disebabkan dengan orang tua dan aspirasinya, dimana
oleh pertikaian keluarga hingga berdampak buruk pembentukan pola pikir yang ideal merupakan bagian
bagi perkembangan remaja, baik segi fisik maupun dari proses pembentukan yang berorientasi pada masa
psikis, salah satunya yakni kasus broken home. depan (Saputro 2018).
Remaja yang memiliki permasalahan broken Hal ini dikatakan bahwa hubungan antar kedua
home tidak mudah dalam mengatasi tekanan yang orang tua yang baik, keluarga yang harmonis, dan
ada pada dirinya. Banyak penyesuaian diri dalam yang mampu membimbing anak dalam pencapaian
lingkungan yang harus dilakukan oleh remaja broken cita-citanya, maka dapat berpengaruh pada proses
home. Dalam (Pratama, Syahniar, and Karneli 2016) perkembangan belajar bagi remaja tersebut. Keluarga
mengemukakan bahwa “broken home adalah keluarga yang broken home menjadi salah satu penyebab anak
yang berselisih atau keluarga yang tidak stabil, menjadi tidak bisa maksimal dalam mencapai tujuan
berantakan yang ditandai dengan perceraian orangtua, perkembangan remajanya. Banyak sekali yang harus
atau mereka yang mempunyai orang tua yang single dicapai dalam masa perkembangan remaja yang
(single parent)”. Berdasarkan pendapat para ahli seharusnya didukung oleh peran kedua orang tua
bahwasannya broken home dapat terjadi pada sistem dalam perkembangan kognitif maupun psikososial.
keluarga yang tidak utuh, dikarenakan sebuah Beberapa hal yang penting dari bagian perubahan
pertengakaran kecil maupun besar oleh kedua belah perkembangan remaja dapat penulis uraikan dalam
pihak (suami-istri) yang mengakibatkan keluarga penelitian ini yakni, perkembangan hubungan antar
menjadi terpecah-belah, sehingga anak kebanyakan kedua orang tua dan teman sebaya bisa menjadi latar
menjadi korban dalam pertikaian keluarga tersebut. belakang faktor yang mempengaruhi remaja
Terdapat penelitian yang menjelaskan bahwa broken melakukan perilaku menyimpang disekolah pada saat
home dapat dikatakan sebagai keluarga yang retak, pembelajaran daring di era covid-19 (Desmita 2015a).
dimana kondisi hilangnya perhatian dari keluarga atau Menurut pendapat psikolog David Elkind dengan sifat
kurangnya kasih sayang dari kedua orangtua yang kecenderungan egosentrisme pada remaja adalah
disebabkan oleh beberapa hal, bisa saja karena bagaimana remaja dapat menerima dunia dan
perceraian sehingga anak hanya tinggal bersama satu menerima pribadinya dari perspektif dirinya sendiri.
orangtua kandung (Wulandri and Fauziah 2019). Hal ini terjadi pada remaja korban broken home di
Penyebab adanya broken home tidak hanya satu, SMA Negeri 17 Surabaya, dimana kedua remaja yang
namun bisa saja terjadi karena faktor menjadi korban broken home melakukan suatu
perselingkuhan, KDRT, perbedaan pendapat, dan tindakan menyimpang secara terus-menerus yakni
masih banyak lagi yang bisa menyebabkan keluarga membolos pada saat pembelajaran daring dan tidak
menjadi tidak harmonis atau broken home. Hal mengerjakan tugas, hal tersebut tentu bisa saja terjadi
tersebut bisa berdampak negatif bagi perkembangan karena sifat egosentrisme yang muncul ketika dirinya
remaja, terutama pada psikis. Individu yang kurang merasa kecewa dan marah akibat kondisi keluarga
kasih sayang dan belas kasih dari kedua orang tua yang sudah tidak utuh dan mengira seolah-olah tidak
akan cenderung memiliki masalah psikologis ada seorang pun yang dapat memahami bagaimana isi
(Fatchurrahmi, R., Sholichah 2020). hati mereka yang sesungguhnya, sehingga mereka
Menurut keterangan yang telah diterbitkan oleh melampiaskan kekesalannya pada tindakan
WHO, bahwa remaja memiliki rentang usia 10-19 menyimpang di sekolah.
tahun, dikatakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Menurut Cavan (Willis, 2010) disebutkan bahwa
RI Nomor 25 tahun 2014, mengatakan bahwa remaja “Juvenile Delinguency refers to the failure of children
merupakan individu yang cukup umur dengan rentang and youth to meet certain obligation expected of them
usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan by the society in which they live”. Kenakalan anak
dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia nya dan para remaja disebabkan oleh mereka yang tidak

1082
bisa memiliki penghargaan dari komunitas atau sampai 5 jam untuk 20,3%, 6 sampai 8 jam untuk 26,
lingkungan tempat mereka tinggal. Sehingga remaja 7%, kemudian 8 sampai 10 jam untuk 22,6%, 10
sudah terbiasa dengan kondisi dan suasana yang sampai 12 jam meningkat hingga 15,4% selama 12
menyebabkan perilaku tersebut (Feny Annisa jam hingga 8,7%. Sebagian besar orang tua tidak
Damayanti and Setiawati 2013). menemani anaknya selama sekolah yaitu 11,1% orang
Kenakalan pada remaja menurut Singgih D. tua menemani anaknya, 31,1% orang tua menonton
Gumarso (1988: 19) dibagi menjadi dua yakni TV, 23,4% orang tua berbelanja di luar rumah 29,2%
kenakalan bersifat sosial dan kenakalan bersifat orang tua adalah 5%. Dan banyak orang tua yang
melanggar hukum. Pada kasus broken home banyak hanya diam saat anaknya bermasalah, yaitu diam
sekali membawa dampak buruk bagi proses belajar 23,5%, bertanya 19,4%, menyalahkan 14,3%, diam
remaja baik dilingkungan sosial maupun sekolah, sebelum 23,2% dan tidak tahu 19,6%. (Psikologi
salah satunya perilaku membolos, berkelahi, berjudi, 2013).
mabok, tidak pernah mengerjakan tugas, Melihat dari beberapa penelitian yang
menggunakan obat-obatan terlarang, dan masih menunjukkan bahwa banyak sekali faktor yang
banyak lagi. Menurut Gunarsa (2012) sikap mempengaruhi remaja melakukan tindakan membolos
membolos adalah meninggalkan kelas tanpa alasan dalam penelitian ini. Pentingnya faktor keterikatan
atau meninggalkan sekolah tepat pada mata pelajaran yang kuat antara kedua orang tua dan anak dalam
yang berlangsung dan tidak melakukan perijinan menetapkan masa depan pada proses belajar. Terdapat
terlebih dahulu kepada pihak kepala sekolah. Perilaku faktor lain yang menjadi dampak negatif pada remaja
menyimpang yang cenderung menjadi salah satu kasus broken home yang sangat kerap sekali terjadi
kenakalan remaja dalam penelitian ini yakni dilingkungan sekolah, yaitu hubungan antar teman
membolos saat pembelajaran, dimana pada waktu sebaya. Pengaruh lingkungan teman sebaya juga dapat
covid-19 berlangsung dan pembelajaran dilakukan menyebabkan remaja melakukan tindakan
dirumah atau secara online. Berdasarkan penelitian menyimpang yang dapat mempengaruhi proses
Mogulescu dan Segal dalam (Minarni, 2017) belajarnya. Pada dasarnya hubungan antar teman
mengatakan bahwa studi mencatat sebanyak 75-85% mempunyai pengaruh yang besar sehingga dapat
pelaku kenakalan remaja berasal dari remaja yang membawa pengaruh buruk jika remaja tidak dapat
memiliki kebiasaan membolos atau sering absen tidak selektif dalam memilih pertemanan dengan baik dan
mengikuti kegiatan belajar sekolah. Didukung dengan benar. Dua ahli teori yang berpengaruh, yaitu Jean
hasil penelitian Prihartanto (2009) yang menemukan Piaget dan Harry Stack Sullivian, di mana dua ahli
perilaku membolos berada pada rating pertama menunjukkan bahwa melalui hubungan teman sebaya,
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja, anak-anak dan remaja dapat belajar antara hubungan
sementara penelitian lain menyatakan bahwa perilaku timbal balik yang simetris. Dari teori dua ahli
membolos relatif tinggi yang sering terjadi pada tersebut, anak akan belajar prinsip kejujuran dan
remaja dibandingkan dengan bentuk-bentuk keadilan melalui peristiwa atau kejadian konflik antar
kenakalan remaja yang lainnya (Rahayu, Hendriana, teman sebayanya (Desmita 2015b).
and Fatimah 2020). Pada kasus seperti ini sekolah tidak bisa
Salah satu hal yang menjadi ciri dari remaja yang membiarkan begitu saja, pelaksanaan sekolah melalui
dapat mempengaruhi hubungan antar kedua orang tua daring membuat para siswa meremehkan absensi dan
yakni perjuangan dalam memperoleh otonomi, baik pengumpulan tugas dalam pembelajaran daring.
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan Dalam mengatasi segala permasalahan yang ada
observasi dan penelitian baik secara ilmiah maupun disekolah tidak lupa Bimbingan dan Konseling juga
langsung, orang tua meluangkan lebih sedikit waktu bertugas dalam menyelesaika kasus seperti pada
bersama anak, sehingga anak lebih menghabiskan penelitian ini. Salah satu cara yang dilakukan Guru
waktu untuk berinteraksi dengan dunia yang lebih BK dalam menyelesaikan masalah siswa broken home
luas atau lingkungan sekitar yang mengakibatkan di SMA Negeri 17 Surabaya yang dapat menghambat
remaja berhadapan dengan berbagai macam proses belajar siswa yakni dengan melakukan
perbedaan pendapat serta ide yang berbeda-beda. kegiatan yang terarah, sistematis, dan berencana untuk
Dalam jurnal psikologi, volume 9 Nomor 2, menjaga perilaku- perilaku menyimpang (perilaku
Desember 2013 dengan judul “Keberadaan Orang membolos) yang ditimbulkan oleh siswa broken
Tua Bersama Anak” mendapatkan hasil penelitian home. Banyak sekali upaya yang dilakukan oleh Guru
menunjukkan bahwa orang tua yang tidak dekat BK dalam mencegah timbulnya perilaku menyimpang
dengan anak saat berada di rumah mencapai 65,5%. oleh siswa broken home diantaranya melakukan
Sedangkan 35,5 % orang tua berada di dekat anaknya pembinaan dalam bentuk pembinaan mental,
ketika di rumah, mereka menghabiskan lebih sedikit pembinaan kepribadian yang baik, pembinaan ilmu
waktu dengan anaknya ketika sedang berlibur yaitu 1 pengetahuan, pembinaan keterampilan khusus seperti

1083
bakat dan minat siswa, dan masih banyak lagi studi kasus. Fokus utama studi kasus dalam
(Marlynda 2017). Salah satu layanan dalam penelitian ini adalah membahas tema, isu, dan
bimbingan konseling yang dapat diberikan Guru BK implikasi dari sebuah kasus. Dalam bimbingan dan
untuk mengatasi perilaku menyimpang pada remaja konseling, studi kasus juga digunakan untuk
korban broken home adalah layanan konseling mengkaji gejala dan fenomena pada kasus yang
individual (Busmayaril and Umairoh 2018). muncul (Bimbingan and Konseling 2016).
Menurut Bimo Walgito (1981) konseling individu Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah sebuah bantuan yang diberikan kepada dalam penelitian ini menggunakan Triangulasi yakni
individu guna memecahkan masalah dalam pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
kehidupannya melalui wawancara dan dengan memperoleh informasi data dari sumber yang sama.
menggunakan cara-cara yang sesuai dengan keadaan Penulis menggunakan wawancara, observasi, dan
individu tersebut untuk mencapai tujuan hidupnya. dokumentasi sesuai dengan konsep yang diberikan
Melalui konseling individu yang diberikan kepada oleh Miles and Huberman dalam Sugiyono (2018:
siswa membutuhkan beberapa langkah dan tahapan- 337), serta seluruh kegiatan dalam analisis data
tahapan konseling yang harus dilakukan. Yaitu kualitatif dilakukan secara terstruktur dan
dengan wawancara konseling kepada siswa yang berlangsung secara terus- menerus pada setiap
bersangkutan dengan tujuan untuk menciptakan tahapan penelitian, sehingga sampai tuntas data yang
hubungan baik antara Guru BK dengan siswa, diperoleh dan informasi yang didapat sampai jenuh
menyajikan dan memberikan sebuah informasi dari (Maulida silmi 2021).
tahap wawancara konseling, mendorong siswa agar Menurut Miles dan Huberman (1992) teknik
lebih mampu dalam pemahaman diri, dan mendorong analisis data dalam penelitian ini menggunakan
konseli kearah penyusunan rencana tindakan yang teknik Interactive Analysis Model yang terdiri 4
konstruktif (Mochamad and Suradi 2002). tahapan yakni, pengumpulan data, reduksi data,
Dari pengamatan peneliti selama 3 bulan pada penyajian data, dan penarikan kesimpulan (LOSA,
saat pelaksanaan PLP (pengenalan lapangan Tasik, and Purwanto 2016). Pengambilan subjek
persekolahan) di SMA Negeri 17 Surabaya terlihat pada penelitian studi kasus ini dilakukan secara
beberapa siswa sering sekali melakukan pelanggaran observasi dan dokumentasi tepatnya di SMA Negeri
dan meremehkan tugas yang diberikan oleh guru mata 17 Surabaya dengan permasalahan broken home.
pelajaran pada saat pembelajaran daring. Dapat Dalam penelitian artikel studi kasus ini menjelaskan
diperlihatkan dengan adanya panggilan wali murid bahwa peneliti juga sebagai instrument dan pengamat
oleh Guru BK. Berdasarkan wawancara bersama Guru dalam pengambilan data yang harus memiliki
BK, panggilan wali murid tersebut diperuntukkan kesiapan secara matang, mulai dari proses
kepada 2 siswa yang melakukan pelanggaran dengan wawancara, observasi, hingga pada saat pemberian
problem yang sama yakni tidak mengikuti layanan bimbingan konseling. Pada saat
pembelajaran saat daring dan tidak mengerjakan pengumpulan data dengan melakukan wawancara,
tugas. pertanyaan disusun berdasarkan landasan teoritis
mengenai perilaku membolos pada anak broken
METODE home. Data yang didapat kemudian dianalisis dalam
tiga tahapan yakni reduksi data, penyajian data, dan
Pelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 17 Surabaya. penarikan kesimpulan/verifikasi.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.
Berikut informan pada penelitian ini:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Nama siswa dan karakteristik Informan Pada masa remaja hubungan antar kedua orang tua
No. Nama Usia JK dan perkembangan hubungan antar teman sebaya
(inisial) (th) menjadi salah satu hal terpenting bagi remaja untuk
1. CB 17th P mencapai proses perkembangan belajar yang
2. FRA 17 th
P maksimal. Hubungan anak dan keluarga yang tidak
utuh atau broken home dapat membawa dampak
Karakteristik Informan
negatif bagi proses belajar. Begitu pula dengan
1. Kedua orang tua dari siswa
lingkungan sosial antara teman sebaya pada
2. Teman sebaya dari kedua siswa perkembangan remaja juga sangat berpengaruh pada
3. Guru Bk proses perkembangan remaja, khususnya pada proses
4. Guru Mapel belajar di sekolah. Hal ini dapat diketahui dari
pernyataan informan yang mengatakan bahwa
Metode penelitian ini menggunakan metode perilaku membolos dapat terjadi karena pengaruh

1084
dari teman sebaya dan kondisi keluarga yang tidak maupun Guru yang ada di SMA Negeri 17
mendukung dirinya untuk belajar. Surabaya, maka pembahasan bisa diuraikan secara
Table 2 induksi yakni menarik kesimpulan menurut dari
Hasil wawancara beberapa informasi data yang bersifat spesifik guna
No. Penyebab Perilaku Infor menjadikan kesimpulan bersifat umum.
Membolos man Sebagai pengantar dari penelitian ini terdapat
(inisial Teori Skinner yang menjelaskan menegnai manusia
) bahwasannya manusia bagian dari sekumpulan reaksi
1. Keluarga unik yang berasal dari satu generasi ke generasi
a. Terlalu Bibi berikutnya. Penelitian Skinner menggunakan
dimanjakan dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
CB perilaku dan konsekuensi. Menurut Gredler, yang
dikutip oleh Baharudin dan Nur Wahyuni, Skinner
b. Hubungan Bibi mendefinisikan belajar sebagai suatu bentuk
dengan ibu tiri dari perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang
tidak baik CB dimaksud merupakan hasil dari proses penguatan
perilaku baru, yaitu agent conditioning. Kondisi
c. Kurang Ibu operasi adalah kondisi yang membuat perilaku
perhatian FRA berulang sesuai keinginan. Skinner mengungkapkan
orangtua bahwa ada sesuatu untuk dipelajari. Pertama, adanya
kesempatan terjadinya peristiwa atau perubahan
d. Akibat Paman perilaku yang memicu terjadinya respon belajar.
perceraian FRA Kedua, respon si pelajar. Ketiga, akibat yang
orang tua ditimbulkan atau konsekuensi yang bersifat
2. Lingkungan atau teman menggunakan respon tersebut, baik konsekuensinya
sebaya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
a. Bosen dan Teman Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Teori
jenuh Fra Skinner mengenai tingkah laku manusia bahwa
remaja dengan problem broken home memiliki
b. Peraturan Teman kesempatan dalam dirinya untuk melakukan tindakan
terlalu ketat Fra atau perilaku menyimpang yang dapat memicu
adanya proses belajar. Akibat yang ditimbulkan
c. Tugas banyak L, G, T dengan adanya broken home, remaja melakukan
tindakan membolos disaat pembelajaran daring dan
d. Guru mapel Teman tidak mengerjakan tugas. Perubahan tingkah laku
membosankan sebang tersebut tentunya menimbulkan berbagai
ku konsekuensi dan sebagai salah satu bentuk proses
FRA belajar oleh remaja.
3. Personal (Guru Bk dan Seperti yang dijelaskan dalam pendahuluan
Guru mapel) bahwa perilaku membolos yang dimaksud dalam
a. Sifat peralihan Guru S penelitian ini adalah tidak masuk pada saat
anak menuju pembelajaran daring disituasi pandemic covid-19
remaja secara berkali-kali , tanpa alasan tertentu baik pada
b. Hilangnya Guru S pembelajaran maupun pengumpulan tugas pada saat
motivasi kelas berlangsung secara online. Hal tersebut terjadi
belajar karena pengaruh dari hubungan antara orang tua
c. Sifat labil Guru yang belum berhasil menyelesaikan masalahnya,
M
dimana kondisi keluarga yang terpecah belah atau
d. Adanya
broken home menyebabkan komunikasi anak dengan
kekerasan Guru S
kedua orang tua menjadi tidak baik, sehingga muncul
dalam rumah
kurangnya perhatian akibat pertikaian keluarga.
tangga
Sesuai dengan penelitian yang diteliti mengenai
“Studi Tentang Perilaku Membolos Pada Remaja
Berdasarkan analisis hasil wawancara yang telah Broken Home Di Sma Negeri 17 Surayaba” dengan
dilakukan penulis dan telah menemukan hasil focus penelitian yakni faktor yang mempengaruhi
pendeskripsian dan pengkategorian yang didapat dari perilaku membolos serta dampak yang ditimbulkan
sumber-sumber informasi dari keluarga, teman,

1085
akibat adanya broken home oleh remaja diperoleh belajar, tidak berakhlaq, tidak bermoral, dan suka
data dari hasil penelitian lapangan baik secara melanggar aturan sekolah. Terdapat penelitian yang
observasi maupun wawancara dapat dipaparkan mengatakan keterlibatan orang tua dalam pendidikan
bahwa hampir dalam waktu seminggu diperlihatkan anak di Indonesia khususnya di sekolah juga sangat
dengan adanya panggilan wali murid oleh Guru BK. rendah. Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri
Terdapat penelitian terdahulu yang menjelaskan Mulyani Indrawati pernah mengatakan bahwa hingga
mengenai faktor yang mempengaruhi siswa 80% orang tua tidak pernah berkontribusi dalam
melakukan perilaku membolos diantaranya berasal pengambilan keputusan di sekolah dan hingga 30%
dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan tidak pernah berdiskusi dengan guru (Putri,
dari dalam individu tersebut (Fenny Annisa Handayani, and Akbar 2020).
Damayanti and Setiawati 2013). Jika dilihat dari hasil survei tersebut, maka dapat
Dari pengamatan peneliti panggilan wali murid dikatakan bahwa selama ini pengambilan keputusan
tersebut diperuntukkan kepada 2 siswa yang di sekolah, baik yang berkaitan dengan kebijakan,
melakukan pelanggaran dengan problem yang sama peraturan, maupun kegiatan sekolah anak
yakni tidak mengikuti pembelajaran saat daring dan didominasi oleh guru. Hal ini menunjukkan
tidak mengerjakan tugas. Siswa bernama CB berasal kurangnya minat orang tua terhadap pendidikan
dari keluarga broken home, Ibu kandung Si CB sudah anaknya di sekolah. Dalam kasus ini pentingnya
meninggal dikarenakan sakit, akhirnya sang Ayah bimbingan konseling dalam mengatasi permasalahan
memutuskan untuk menikah lagi. Setelah menikah tersebut dengan diadakannya panggilan wali murid,
bersama istri baru Si CB memiliki Ibu tiri yang melakukan konseling individu bersama siswa, dan
tinggal bersama dirinya beserta kedua anak laki-laki tak lupa dengan bantuan dari pihak kesiswaan, guru
dari Ibu tiri. Ibu tiri yang saat ini tinggal bersama mapel, dan wali kelas dengan tujuan supaya bisa
dirinya selalu memarahi dan memaki-maki jika Si CB mengerti bagaimana upaya yang telah dilakukan oleh
tidak membantu pekerjaan rumah. Selain itu Ibu tiri Guru Bk dalam menangani masalah siswa broken
sering sekali membeda-bedakan Si CB dengan kedua home di SMA Negeri 17 Surabaya. Siswa dengan
anak laki-lakinya. Kejadian tersebut sering kali keluarga broken home pasti akan mengalami
terjadi ketika sang Ayah tidak dirumah. Namun pada kesulitan dalam belajar, karena akibat tekanan mental
saat kedua orang tuanya bertengkar, sang Ayah juga yang terjadi pada konflik keluarga, sehingga
pernah memukul dan memarahi si CB. Karena membuat mereka tidak dapat berkonsentrasi belajar
kejadian tersebut CB merasa terbebani dengan dan dapat mempengaruhi perilaku belajar mereka.
kondisi keluarganya yang tidak harmonis. Sedangkan (Nugraha 2019).
siswa bernama FRA yang memiliki gangguan Peristiwa yang terjadi di SMA Negeri 17
kecemasan sosial atau gangguan sosial anxiety yang Surabaya ini siswa yang mengalami berbagai tekanan
disebabkan karena dirinya pernah menjadi korban dari kedua orang tua yang broken home, seperti yang
bullying. Asal mula dirinya di bully karena temannya dilakukan oleh siswa bernama Si CB, sering tidak
mengetahui bahwa dirinya berasal dari keluarga yang mengikuti pembelajaran daring dengan alasan tidak
tidak harmonis Hal tersebut bisa terjadi oleh remaja memiliki kuota internet, sedangkan pihak sekolah
dengan latar belakang keluarga yang broken home, selalu membuka kesempatan bagi siswa yang tidak
sebab keadaan keluarga yang tidak harmonis dapat memiliki kuota internet atau data, diperbolehkan
mempengaruhi perilaku dan minat siswa dalam kesekolah secara offline dengan catatan, tetap
belajar (Novianto, Zakso, and Salim 2017). mengikuti pembelajaran daring di sekolah. Sering
Kedua siswa bermasalah tersebut menunjukkan sekali tidak mengikuti pembelajaran daring, akhirnya
adanya perilaku yang menyimpang yakni siswa pihak sekolah memutuskan untuk memanggil wali
perempuan yang berinisial CB dan FRA. Diketahui murid Si CB dengan memberikan surat panggilan
siswi tersebut mengalami perilaku menyimpang, kedua orang tua yang telah dibuat oleh Guru BK
dikarenakan mereka sering kali mendapatkan teguran untuk wali murid CB. Namun situasi pada saat itu
atau pelanggaran dari Guru mata pelajaran karena masih dalam keadaan pandemic covid, semua siswa
tidak pernah mengumpulkan tugas, membolos disaat belajar melalui daring dan tidak diperbolehkan
pembelajaran daring, tidak mengikuti zoom meeting, berkerumun, maka salah satu upaya Guru BK untuk
selalu terlambat masuk room zoom, dan tidak pernah menyampaikan surat panggilan kedua orang tua
menghiraukan perkataan Guru. Tidak heran jika hal waktu itu adalah dengan cara menelphone. Guru BK
tersebut terjadi karena dari latar belakang keluarga menyampaikan maksut dan tujuannya untuk
broken home yang bisa saja menyebabkan mereka mengatakan bahwa siswa CB sering membolos dan
menjadi berperilaku menyimpang karena kurang tidak mengikuti pembelajaran daring. Melalui
kasih sayang, tidak adanya perhatian dan belas kasih pembicaraan seluler atau telephone dengan sang
orang tua, anak menjadi kasar, hilang semangat Ayah, saat itu terdengar kaget dan tidak menyangka

1086
bahwa anaknya Si CB sering kali tidak mengikuti tentang faktor apa yang mempengaruhi remaja
pembelajaran online, sang Ayah mengatakan bahwa melakukan perilaku membolos pada saat
anaknya selalu bangun pagi, sarapan, berpakaian rapi pembelajaran daring pada kondisi covid-19 dan
layaknya anak yang hendak pergi kesekolah, namun dampak yang diakibatkan oleh adanya keluarga
ternyata tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya. broken home. Dalam kasus ini bimbingan konseling
Sang Ayah mengatakan bahwa keadaan keluarga nya secara individu sangat penting dilakukan untuk
tidak baik-baik saja. Kondisi keluarga mereka membantu para siswa korban broken home dalam
bercerai hampir kurang lebih 3 tahun yang lalu. Sang mengatasi segala permasalahan yang dihadapi oleh
Ayah menikah lagi setelah istri nya meninggal remaja yang dapat membawa dampak negatif pada
dikarenakan sakit. Si CB mengatakan bahwa dirinya proses belajarnya. Serta dapat membantu siswa
merasa sedih dengan kondisi Ibu kandungnya yang dalam berfikir positif dan tidak melakukan perilaku
meninggalkan dirinya, kemudian sang Ayah menyimpang yang dapat merugikan proses belajar
memilih untuk menikah lagi. Ibu tirinya selalu dan minat belajar siswa (Sundah 2021). Sesuai
memarahi ketika sang Ayah sudah pergi berangkat dengan kebutuhan siswa yakni siswa CB melakukan
bekerja. dirinya merasa tak punya semangat hidup, konseling 4 kali pertemuan, sedangkan siswa FRA 3
sehingga Si CB tidak bersemangat untuk kali pertemuan, keduanya melakukan konseling
melanjutkan sekolahnya. kurang lebih selama 45 menit diruang bimbingan
Sedangkan siswa yang bernama Si FRA dan konseling. Hal ini tentunya berguna untuk
menunjukkan perilaku menyimpang dengan cara meningkatkan pemahaman, pencegahan, serta
tidak pernah mengerjakan tugas mulai dari awal pengembangan diri siswa dalam menyelesaikan suatu
pertemuan pembelajaran daring, hingga menjelang persoalan yang menimpa dirinya.
akhir semester atau kenaikan kelas. Si FRA selalu
beralasan lupa dan tidak mengetahui jika ada tugas KESIMPULAN
dari Guru. Akan tetapi, anehnya tugas yang tidak Berdasarkan penjelasan dan teori serta
dikerjakannya hanya satu mapel yakni mapel fisika. penelitian diatas, maka dapat penulis uraikan faktor
Guru mapel fisika mengatakan bahwa Si FRA yang mempengaruhi perilaku membolos pada dua
sepertinya memiliki keterbatasan dalam berfikir dan remaja broken home di SMA Negeri 17 Suarabaya
berbicara. Upaya Guru BK dalam hal ini ialah yakni karena adanya tekanan yang menimpa dirinya
bekerja sama dengan guru mapel fisika untuk disebabkan oleh keadaan keluarga serta tekanan yang
menyelesaikan kasus Si FRA dengan melakukan muncul dari sekolah antara lain tugas terlalu banyak,
layanan konseling. Si FRA mengatakan bahwa dan kebijakan dalam pengumpulan tugas. Adapun
dirinya memiliki gangguan sosial anxiety yang faktor internal yang menyebabkan remaja membolos
disebabkan karena dirinya pernah di bully pada yakni terlalu dimanjakan oleh kedua orang tua,
waktu SMP, penyebab dirinya di bully adalah karena hubungan Ibu tiri dengan siswa CB yang tidak baik,
teman-temannya mengetahui kondisi keluarga Si kurang perhatian dari kedua orang tua sehingga
FRA dari keluarga yang broken home. Ketika kondisi muncul kecemasan sosial oleh siswa FRA, serta
Ayah dan Ibunya sedang bertengkar, Si FRA akibat perceraian oleh kedua orang tua. Hal tersebut
mengatakan bahwa dirinya berusaha untuk melerai sangat menganggu proses belajar remaja sehingga
dan mengingatkan kepada kedua orang tuanya, berdampak buruk bagi motivasi diri dan
namun tak disangka kedua orang tuanya malah menghilangkan minat akademik siswa. Faktor
membentak dan menyuruh Si FRA masuk kamar lingkungan atau teman sebaya juga dapat membawa
agar tidak ikut campur kedalam urusan Ayah dan pengaruh buruk bagi remaja, salah satunya
Ibunya. FRA mengungkapkan isi hatinya, semenjak pertemanan yang membosankan dan jenuh membuat
peristiwa itu dirinya selalu merasa takut untuk siswa yang bernama FRA tidak nyaman berada
beradaptasi dengan orang disekitarnya, bahkan dikelas dan memilih untuk membolos tidak
dengan teman sebangku dirinya merasa takut akan mengikuti pelajaran. Selain itu, peraturan yang
penilaian orang terhadap dirinya. Hal tersebut yang terlalu ketat dan tugas yang terlalu banyak dari Guru
membuat Si FRA selalu tidak memperdulikan menyebabkan spekulasi muncul dari teman FRA
pembelajaran, bahkan dirinya hanya berdiam diri bahwa keadaan tersebut dapat memicu terjadinya
ketika ada Guru yang menerangkan pelajaran. membolos seperti yang dilakukan oleh siswa FRA.
Bahkan ketika diberikan pertanyaan oleh Guru, Si Terkait dengan sifat dasar anak, perubahan perilaku
FRA memilih untuk menjawab tidak tahu. Perilaku pada remaja adalah sebagai salah satu bentuk sifat
yang dilakukan oleh kedua remaja ini dapat peralihan anak menuju remaja, sifat labil, serta
disebabkan karena adanya tekanan dari kondisi adanya kekerasan dalam rumah tangga.
keluarga broken home yang menimpa mereka.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui SARAN

1087
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa fakor Iman. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
yang mempengaruhi siswa membolos yakni faktor Diananda, Amita. 2019. “Psikologi Remaja Dan
keluarga, personal, teman, orang tua dan lingkungan Permasalahannya.” Journal ISTIGHNA
sekolah. Dibawah ini saran yang dapat penulis 1(1):116–33.
uraikan sebagai berikut : Fatchurrahmi, R., Sholichah, M. 2020. “Mindfulness
a) Seharusnya pihak sekolah lebih ringan lagi for Adolescents from Broken Home Family.”
dalam memberikan kebijakan atau peraturan Nternational Journal of Latest Research in
mengenai tugas-tugas yang diberikan oleh Humanities and Social Science (IJLRHSS)
siswa. Serta menerapkan aturan yang lebih 04(02):60–65.
ketat dalam proses belajar. LOSA, J., F. Tasik, and A. Purwanto. 2016.
b) Orang tua disarankan lebih perhatian dan “PERANAN ORANG TUA DALAM
hati-hati dalam menyelesaikan pertikaian MENGATASI KENAKALAN REMAJA
AKIBAT MEMINUM ALKHOHOL CAP
rumah tangga agar tidak didepan anak.
TIKUS (Studi Kasus Di Desa Talawaan
karena hal tersebut membuat anak menjadi Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa
trauma akan keadaan keluargnya yang tidak Utara)Â.” Jurnal Administrasi Publik UNSRAT
harmonis. Dan orang tua juga lebih perduli 1(043):163104.
dengan proses belajar akademik anak Marlynda, Lilies. 2017. “Upaya Guru Bimbingan
artinya diharapkan untuk sesekali datang ke Konseling Dalam Mengatasi Perilaku
sekolah untuk mengontrol apa yang sedang Menyimpang Berpacaran Siswa.” JURNAL
terjadi pada anak. EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling
c) Bagi siswa, sebagai bentuk peralihan anak 3(1):40.
menuju remaja diharap mampu untuk lebih Maulida silmi. 2021. “Peran Guru Bk Dalam
selektif dalam memilik pertemanan dan Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Broken
bergaul, selain itu menghindari dan menolak Home Melalui Pendekatan Realita Pada Siswa
Kelas Viii Di Smpn 7 Kota Sukabumi.” 1643–
ajakan teman-teman yang membolos atau
49.
tidak menuruti kemarahan atau kekecewaan
yang diakibatkan problem broken home Mochamad, Nursalim and Sa Suradi. 2002. Layanan
Bimbingan Dan Konseling. Unesa University
yang memicu terjadinya perilaku membolos.
Press.
Serta mengisi waktu luang dengan kegiatan
yang terarah dan positif seperti olahraga, Novianto, Roy, Amrazi Zakso, and Izhar Salim. 2017.
“Analisis Dampak Broken Home Terhadap
mengikuti ekstrakulikler, dan lain-lain.
Minat Belajar Siswa.” Jurnal Pendidikan 1–8.
Nugraha, Mohamad Lutfi. 2019. “Analisis Kesulitan
DAFTAR PUSTAKA Belajar Matematika Terhadap Siswa Keluarga
‘Broken Home’ Di SMA Uswatun Hasanah
Bimbingan, Bidang and D. A. N. Konseling. 2016.
Jakarta Timur.” SAP (Susunan Artikel
“Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang
Pendidikan) 3(3):210–15.
Bimbingan Dan Konseling.” Jurnal Fokus
Konseling 2(2). Pratama, Randi, Syahniar Syahniar, and Yeni Karneli.
2016. “Perilaku Agresif Siswa Dari Keluarga
Busmayaril, Busmayaril and Efi Umairoh. 2018.
Broken Home.” Konselor 5(4):238.
“Mengatasi Perilaku Membolos Peserta Didik
Menggunakan Konseling Individual.” Psikologi, Jurnal. 2013. “Keberadaan Orang Tua
KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Bersama Anak.” 9.
(E-Journal) 5(1):35. Putri, Dina Kartika, Myrnawati Handayani, and Zarina
Damayanti, Fenny Annisa and Denok Setiawati. 2013. Akbar. 2020. “Pengaruh Media Pembelajaran
“Studi Tentang Perilaku Membolos Pada Siswa Dan Motivasi Diri Terhadap Keterlibatan Orang
Sma Swasta Di Surabaya the Study of Bad Tua Dalam Pendidikan Anak.” Jurnal Obsesi :
Behaviour of Skipping the Class Private School Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 4(2):649.
At Surabaya.” Bk Unesa 03:454–61. Rahayu, Wulan Dwiyanti, Heris Hendriana, and Siti
Damayanti, Feny Annisa and Denok Setiawati. 2013. Fatimah. 2020. “Perilaku Membolos Peserta
“Studi Tentang Perilaku Membolos Pada Siswa Didik Ditinjau Dari Faktor-Faktor Yang
Sma Swasta Di Surabaya.” Jurnal BK UNESA Melatarbelakanginya.” FOKUS (Kajian
03(01):454–61. Bimbingan & Konseling Dalam Pendidikan)
3(3):99–106.
Desmita. 2015a. “Psikologi Perkembangan.” Pp. 217–
19 in, edited by Taufik Iman. Bandung: PT Saputro, Khamim Zarkasih. 2018. “Memahami Ciri
REMAJA ROSDAKARYA. Dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.” P. 25
in Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama.
Desmita. 2015b. “PSIKOLOGI PERKEMBANGAN.”
Vol. 17.
P. 220 in RR.PK0074-09-2015, edited by T.

1088
Sundah, Ariantje J. A. 2021. “Jurnal Sosial Dan
Teknologi ( SOSTECH ) Membangun Pola Pikir
Produktif Pada Peserta Didik e-ISSN 2774-5155
Broken Home Melalui Pendekatan Konselor
Kognitif p-ISSN 2774-5147 Behavior
Kelompok Di SMP Kristen Tomohon Yang
Diwujudkan Oleh Individu Tersebut Me.”
1(11):481–88.
Wulandri, Desi and Nailul Fauziah. 2019.
“Pengalaman Remaja Korban Broken Home
(Studi Kualitatif Fenomenologis).” Empati
8(1):1–9.

1089

Anda mungkin juga menyukai