Anda di halaman 1dari 3

Menganalis Kenakalan Remaja di masa Sekolah Menengah Atas

Syifa’iyah Ramadani
Siti Aminah
Tadris Matematika Departement, Faculty Tadris Umum, Universitas Islam Zainul Hasan, Indonesia
Email: ramadhanishifa025@gmail.com
Abstrak
Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk perilakumenyimpang yang dilakukan oleh kalangan
Remaja. Berdasarkan berbagai penelitian yang ada, kenakalan remaja sering dikaitkan dengan status
sosial Ekonomi keluarga. Tulisan ini mendeskripsikan fenomena kenakalan remaja pada siswa SMA
di MA ZAHA GENGGONG. Dengan mengadopsi konsep perilaku menyimpang dari Robert Merton
yang mengaitkan perilaku Menyimpang dan status sosial ekonomi keluarga, studi ini mencoba
mengungkapkan bahwa status sosial Ekonomi keluarga mempengaruhi kehidupan keluarga dalam
aspek lingkungan fisik dan mental siswa. Status sosial ekonomi keluarga dapat diukur melalui tingkat
pendidikan, pendapatan rumah tangga, serta Pekerjaan orang tua. Berdasarkan pengamatan langsung,
tulisan ini mendapati bahwa keluarga dengan Pendapatan di atas upah minimum regional
menyediakan kenyamanan bagi siswa. Sebaliknya, keluarga Dengan pendapatan rendah menempatkan
mereka berisiko mengalami masalah perkembangan anak. Sebagai akibatnya, siswa dari keluarga
sosial ekonomi rendah lebih kesulitan mencapai tujuan dan Menempatkan mereka pada keadaan
frustrasi yang mendorong kenakalan remaja.
Kata kunci: Masalah, Kenakalan Remaja Di sekolah.

Abstrack
Juvenile delinquency is a form of deviant behavior carried out by teenagers. Based on various
existing Studies, juvenile delinquency is often associated with the family’s socioeconomic status. This
paper Describes the phenomenon of juvenile delinquency among high school students in Bandung. By
adopting The concept from Robert Merton, which links deviant behavior to the family’s
socioeconomic status, this Study tries to reveal that socioeconomic status affects family life in terms
of students’ mental and physical Environment. The students’ family socioeconomic status can be
measured through education, household Income, and parental occupation. This paper finds that
families with incomes above the regional minimum Wage provide comfort for students. Conversely,
low-income families have a risk of child development Problems. As a result, students from lower
socioeconomic families have more difficulty achieving their Goals, bringing them into a state of
frustration that drives juvenile delinquency.
Keywords: Problems, juvenile delinquency at school.

Pendahuluan
Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang sedang mengalami proses perkembangan dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasanya. Dalam masa perubahannya sering menyebabkan emosi
remaja berubahubah tanpa diketahui sebab yang jelas hal tersebut dianggap sebagai suatu hal yang
wajar. Remaja Secara psikologis adalah masa remaja dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak-anak tidak lagi merasa mereka berada dibawah tingkat orang-orang yang
lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama, sekurang kurangnya dalam masalah hak. (Gunawan,
2000, p.160-161).Banyak hal-hal yang muncul selama rentang masa remaja, masa remaja awal ialah
kematangan secara seksual contohnya perubahan tingkah laku, sikap dan nilai-nilai yang tidak hanya
mengindikasikan perubahan yang lebih cepat pada awal masa remaja.
Masalah remaja atau kenakalan remaja menurut Kartono (2017, p.6) ialah prilaku jahat (dursila)
atau kenakalan anak-anak muda merupakan dgejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang di sebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan
bentuk perilaku yang menyimpang. Mussen dkk (1994, p.71), mendefinisikan kenakalan remaja
sebagai prilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja
yang berusia 16-18 tahun. Disamping itu dapat dikatakan kenakalan remaja jika perbuatan tersebut
bertentangan dengan norma-norma.
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui
permasalahan dalam belajar pada siswa MA ZAHA Genggong tempat penelitian ini diambil di satu
tempat yaitu kantor pondok pusat putri ZAINUL HASAN GENGGONG. Pengambilan penelitian Ini
dengan cara observasi atau Wawancara terhadap siswa MA sederajat mengenai permasalahan dalam
belajar siswa. Dalam target penelitian ini adalah MA sederajat. Teknik pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara wawancara, dengan menggunakan format pertanyaan yang terencana dan
diajukan secara lisan. Wawancara ini dilakukan secara tatap muka antara peneliti dan narasumber

Pembahasan
A. Permasalahan pendidikan dan pembelajaran di sekolah MA ZAHA
1. Permasalahan pertama
Peneliti: permasalahan apa yang pernah anda alami selama bersekolah di SMA?
Siswa: saya pernah mengalami kurang fokus belajar karena masalah keluarga
Salah satu siswa di MA ZAHA GENGGONG pernah mengalami masalah kurang fokus belajar
dikerenakan masalah keluarga yaitu perceraian orang tua, siswa mengalami kurang fokus dalam
menyimak penjelasan guru di kelas dan akibatnya siswa tidak mengerti dalam mata pelajaran , siswa
mengaku sejak perceraian orang tuanya ia sangat jarang sekali bertemu dengan ayahnya karena ia
tinggal bersama sang ibu dan sang ibu pun jarang mengunjunginya karena alasan sibuk bekerja, Yang
membuatnya tidak fokus dalam belajar adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang dari keluarga ia
merasa tidak seperti siswa lain yang setiap minggunya di kunjungi oleh kedua orang tua mereka, ia
juga merasa tidak ada sosok yang bisa dijadikan tempat untuk bercerita tentang kesehariannya.
Siswa yang berasal dari keluarga broken home pada masalah kehidupan keluarga ini menghadapi
masalah Sebanyak 69,9% dan masalah terbanyak yang dihadapi siswa yaitu pada item pernyataan
perhatian Ayah/ibu mereka berkurang karena waktu sehari-hari lebih banyak untuk bekerja memenuhi
kebutuhan Keluarga dengan persentase 80%. Hal ini dikarenakan para orangtua yang telah bercerai
tentu akan Bekerja dua kali lebih keras dari pada biasanya.Sebagaimana yang diungkapkan Gestwicki
Carol (2004:512) bahwa usai perceraian, pola bekerja para ibuAkan makin meningkat dan standar
kehidupan berubah seiring dengan meningkatnya tekanan ekonomi Keluarga. Pekerjaan yang semula
dibagi berdua dengan pasangan, sekarang harus dijalani sendiri agar Kebutuhan keluarga, sekolah
anak dan lainnya dapat terpenuhi seperti sebelum terjadi perceraian. Keadaan ini membuat orangtua
tidak memiliki waktu untuk anak sehingga anak merasa tidak diperhatikan Orangtua.
2. PERMASALAHAN kedua
Peneliti: Pernahkah anda mengalami permasalahan selama bersekolah di SMA?
Siswa: Saya pernah mengalami permusuhan antara teman sekelas saya karena
asmara.
3. PERMASALAHAN ketiga
Peneliti: Pernahkan anda mengalami kesulitan atau masalah selama bersekolah di
SMA?
Siswa: Saya pernah mengalami kenakalan sering bolos
Peneliti: apa alasan anda melakukan bolos sekolah?
Siswa: Alasan saya melakukan bolos sekolah karena mata pelajaran yang tidak
begitu saya sukai dan ikut-ikut teman

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai