Anda di halaman 1dari 10

MINIRISET

Observasi Pembelajaran Siswa di SMP Negeri 2 Percut Sei Tuan

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Yang Diwajibkan


Dalam Mengikuti Perkuliahan Strategi Pembelajaran Psikologi Pendidikan

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

Afifatuh Rahma (0301203293)


Fathis Silmi Ramadani (0301203274)
Juni Tri Iswani (0301203179)
Purnama Sastra Adelia (0301203285)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat, baik
itu nikmat kesehatan, nikmat kekuatan, serta nikmat yang lainnya sehingga kami dapat
menyelesaikan Miniriset ini dengan guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
terkhusus kepada ustadz “Drs. Mardianto. M.Pd” selaku dosen pengampu yang telah
membimbing kami dalam pembuatan Miniriset ini.

Kami tentu menyadari bahwa Miniriset ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran,
agar Miniriset ini nantinya dapat menjadi Miniriset yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada Miniriset ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Medan, 15 Desember 2021

Penulis
Abstrak

Remaja merupakan aset masa depan suatu bangsa.Fenomena kenakalan remaja semakin banyak
terjadi di kalangan remaja sebagai pelajar sehingga diperlukan upaya mengatasi dan melakukan
pencegahan. hal ini merupakan masalah yang sudah tidak asing yang dilakukan oleh remaja.
Apalagi bagi kaum yang masih sekolah menengah pertama. banyak sekali faktor internal dan
eksternal penyebab kenakalan dari remaja yang menginjak kedewasaan yang perlu kita
perhatikan. untuk mengatasinya maka bimbingan dari orangtua dan juga guru maupun
lingkungan yang baik bisa menjadi penentu bagi perkembangan remaja tersebut.

Kata kunci : kenakalan remaja, moral, perkembangan remaja

A. Pendahuluan
Siswa SMP ini merupakan individu yang tengah berada pada tahap perkembangan
remaja. Pada masa remaja inilah anak mengalami perkembangan fisik dan alat reproduksi
menjadi sempurna. Pada umumnya remaja tidak mau dikekang atau dibatasi secara kaku
terutama dengan aturan keluarga.1 Karena pemikiran mereka cenderung egosentris, sulit
memahami pola pikir orang lain. Seringkali anak usia remaja terlibat konflik dengan
orang tua karena perbedaan pandangan.

Menurut Santrock (dalam Agoes Dariyo, 2013:65) “ciri lain yang cukup menonjol
pada diri remaja ialah sifat revolusioner, pemberontak, progresif, yang cenderung ingin
mengubah kondisi mapan. Apabila sifat ini terarah dengan baik, maka mereka dapat
menjadi pemimpin yang baik dimasa depan, sebaiknya bila tidak terbimbing dengan baik,
mereka cenderung akan merusak tatanan dan nilai-nilai sosial masyarakat”.

1
Harahap, Juli Yanti. "Hubungan Keharmonisan Keluarga dan Kontrol Diri dengan Kenakalan Remaja
di SMK Indoneisa Membangun 1 Medan." (2013).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Tindak kenakalan remaja yang akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan. Siswa


dengan mudahnya melakukan pelanggaran dengan cara mengabaikan norma dan
aturan yang berlaku disekolah, terbukti dengan pelanggaran tata tertib sekolah
yang hampir setiap hari terjadi.
2. Kenakalan yang dilakukan siswa tidak hanya dilingkungan sekolah, tetapi juga
diluar lingkungan sekolah. Selain itu siswa lebih sering melakukan tindak
kenakalan bersama teman-teman kelompoknya.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran tindak kenakalan remaja tersebut ?
2. Upaya apa saja yang dapat dilakukan pihak sekolah untuk menanggulangi
terjadinya tindak kenakalan remaja ?
3. Apa faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja tersebut ?
4. Bagaimana cara mencegah kenakalan remaja tersebut ?

D. Landasan Teori
Menurut Kartini (1986: 25), Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal
anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran
buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan
ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

Masa Remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja adalah Masa peralihan di antara masa
kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.2 Mereka bukanlah anak-anak
baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum
digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja
ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu12 – 15 tahun: masa remaja awal, 15 – 18 tahun;
masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun masa remaja akhir (Soekanto, 1987; 44).

E. Metode Penelitian

Pada penelitian ini kami menggunakan studi pustaka yang bersumber dari
beberapa kajioan teori dan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang berusaha
menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas sebagai suatu kesatuan
kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai kenyataan hidup
yang dinamis. Sehingga dengan penelitian ini data yang diperoleh tidak berupa
angka-angka, tetapi lebih banyak deskripsi, ungkapan, atau makna-makna tertentu
yang ingin disampaikan. Dalam pendekatan ini kami menggunakan penelitian deskriptif.
Deskriptif dimaksud untuk mendeskripsikan suatu situasi. Pendekatan deskriptif juga
berarti untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok
sosial secara akurat.3 Data yang muncul dalam penelitian kualitatif ini berbentuk kata-
kata, dan bukan rangkaian angka.

2
Departemen Sosial RI, 2004. Data Statistik Kenakalan Remaja. Jakarta: Dep. Sos RI.

3
Pratama, Randi, Syahniar Syahniar, and Yeni Karneli. "Perilaku agresif siswa dari keluarga broken
home." Konselor 5.4 (2016).
F. Hasil dan Pembahasan
OBJEK PENELITIAN
Data Miniriset Siswa SMP Negeri 2 Percut Sei Tuan
1. Biodata Hidup
Nama lengkap : Tara Aulia Rahmah
Tempat, Tgl Lahir : Medan, 25 Maret 2007
Umur : 15 Tahun
Anak ke dari : 2 dari 2 Bersaudara
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Biodata Sekolah
Nama sekolah : SMP Negeri 2 Percut Sei Tuan
Alamat Sekolah : Dusun X Jl. Gambir Pasar VIII Desa Bandar Klippa
Jarak Tempuh : 100 meter
Jenjang Kelas : 3 SMP
Peringkat Raport : 30 dari 30
Transportasi : Jalan Kaki

PENGAMATAN TERHADAP OBJEK PENELITIAN


Bermula dari Kehidupan sih anak yang berubah karena perpecahan rumah tangga yang
terjadi pada orangtuanya, kami melakukan penelitian ini.

Sebut saja Tara, anak dari seorang Buruh bangunan. Sebenarnya awalnya Tara adalah
sosok yang kalem sekaligus pendiam juga berprestasi dan aktif dikegiatan-kegiatan
sekolahnya, hingga memiliki segudang prestasi. Tetapi terinformasikan kepada kami
bahwa dari pantauan tetangga sekitarnya beberapa bulan terakhir ini Tara menjadi tak
jelas kehidupannya. Perubahan prilakunya disebabkan karena perceraian orang tuanya 3
bulan yang lalu. Tara merupakan siswi kelas delapan di salam satu SMP Negeri disalah
satu Kota Medan ini, putri kedua dari 2 bersaudara yang sekarang Tara juga memiliki
kakak yang masih duduk dibangku SMA kelas Sebelas. Ibunya sibuk bekerja serabutan
sedangkan ayahnya sudah tidak bersama mereka lagi, karena bercerai dari sang ibu.
Kami melihat Sepagi itu ia terlihat santai, tidak mempersiapkan perlengkapan sekolah
yang hendak ia bawa. Hingga kami mendatanginya lalu bertanya dan Tara pun berkata
Sedari semalam ia asik tidur di kamar, dan tidak mengerjakan PR-nya. Padahal tahu
sendiri, kalau PR tidak dikerjakan, maka hukuman akan menanti. Ibu Butet, guru yang
begitu ditakuti karena galaknya. Kalau orang bilang Butet itu guru killer. Mudah sekali
memarahi murid-muridnya kalau tugasnya tidak dikerjakan. Apalagi kalau sampai
hafalan rumus matematikanya tidak ia kuasai, alamat buruk selama diajar oleh ibu Butet
jangan harap hari itu akan terasa menyenangkan. Hukuman pastilah akan ia dapatkan.

Tak hanya Tara, karena ada anak lain yang turut menjadi korban kekerasan ibu Butet itu.
Sebenarnya bukan kekerasan fisik, karena beliau tidak pernah memukul. Tapi kekerasan
psikis lah yang paling ditakuti dirinya dan teman-temannya di sekolah. Tak sedikit ibu
Butet bilang pada siswanya: "Bodoh, kau! Mana PR gak dikerjakan, berangkat kesiangan,
di sekolah juga mengantuk." Dengan mata melotot ia memarahi siswanya lantaran PR
yang diberikan tidak dikerjakan. Hal itu juga yang mempengaruhi Tara untuk tidak
datang kesekolah dikarenakan fikirannya yang sedang kacau dan tidak bersemangat jika
harus sampai disekolah akan dimarah-marahi oleh gurunya lagi, katanya.

Singkat cerita waktu terus berjalan dan Tara pun berangkat ke sekolah namun tidak
disangka, Ibunya dipanggil pihak sekolah, lantaran Silvi terlibat perkelahian dengan
teman kelasnya. Yang mengherankan, ternyata teman ributnya itu laki-laki, tapi memang
Tara tak pernah mundur jika harus beduel dengan teman kelasnya. Lawannya pun
acapkali menyerah kalah karena terkena pukulan Tara. Sama dengan kawannya kali ini,
wajahnya penuh luka karena pukulan Tara. Maklum saja Tara memang sudah terlatih
bela diri semenjak sekolah dasar. Ia pun dulu pernah menjuarai perlombaan tingkat
sekolah.

Kala itu Tara termasuk anak yang tidak suka ribut. Ia lebih banyak mengalah dan tidak
mengabaikan gangguan temannya. Ia seringkali murung lantaran sering dibully. Pernah
suatu ketika ia tidak masuk sekolah selama seminggu. Ia tidak mau makan, keluar kamar
pun kalau mau ke toilet. Mandi pun jarang. Sikapnya berbanding terbalik 180 derajat
seperti itu setelah ayah dan ibunya bercerai. Entah ada masalah apa, keluarga yang
tadinya begitu tenang tiba-tiba berubah drastis. Keluarganya yang terlihat bahagia,
kehidupan yang berkecukupan, ternyata tidak bertahan lama.

Beberapa bulan sebelum perpisahan ayahnya dengan sang ibu, ayahnya masih tengah
naik daun karena jasanya dipakai dimana-mana sebab hasil kerja ayahnya bagus. Gaji
tinggi menanti dan tentu saja fasilitas mewah pun dirasakan ayahnya. Tapi semua itu
hanya berjalan 3 bulan tatkala perjumpaan ayahnya dengan seorang gadis yang kebetulan
baru dijumpai ketika ayahnya merantau untuk bekerja diluar kota. Perempuan ini
memang cantik, tubuh yang indah seperti biola, rambut hitam terurai, perkataannya
lembut. Sungguh siapapun yang melihat wanita ini akan terpesona. Jika disamain kayak
artis Eropa.

Singkat cerita, terbongkar semuanya, percekcokan semakin hari semakin menjadi-jadi,


dan ibu dari Tara, memaksa ayahnya meninggalkan rumah. Ayahnya digugat cerai oleh
istrinya sendiri lantaran sudah terbukti perselingkuhan itu. Anak-anak yang tadinya
terlihat tenang, tiba-tiba menangis dan terlihat sekali kepanikan dan kegaduhan mereka.
Tara menjadi salah satu anak yang merasakan kekecewaan lantaran ayahnya justru
berselingkuh dengan wanita lain.

Silvi tidak menduga, ayah yang ia percayai itu tega melakukan tindakan keji itu. Rasa
kecewa pun tertumpah dari raut wajah kedua anaknya. Tak henti-hentinya mereka
menangis. Sesaat berselang, Ayahnya meninggalkan rumah dengan membawa koper
berisi penuh pakaian. Ibunya terlihat kacau dan wajah yang acak-acakan. Niatnya untuk
menggugat suaminya sudah bulat. Meskipun ayahnya sudah meminta maaf dan berniat
tidak akan mengulangi perbuatannya. Dan sebulan kemudian, setelah melalui proses
persidangan dan mediasi, ternyata pernikahan pak Dadi dan Istrinya sudah tidak bisa
diselamatkan lagi. Keduanya bersepakat bercerai. Entah apa yang menjadi alasan Bu
Salsa kenapa tidak mau kembali menerima suaminya. Mungkin wataknya yang keras,
jadi dia tidak bisa dibohongi meskipun sekali saja.
Ibunya Tara sudah merelakan suaminya. Namun dampaknya, ternyata Tara seperti
kehilangan sosok yang dicintai. Kehidupannya terlihat kacau. Ia sudah tak mau
bersekolah lagi, meskipun saudaranya yang lain masih bersekolah, kondisinya amat
memprihatinkan. Meskipun bu Salsa sudah bekerja lagi, faktanya rumah tangga mereka
tidak seperti dulu lagi. Rumah yang dulu besar, kini menjadi kecil lantaran dijual untuk
melunasi hutang keluarga selama tidak berayah lagi. Kini terlihat suram, Silvi pun seperti
anak liar, suka nongkrong bersama pria-pria nakal di bar. Pelampiasan rasa kesalnya
lantaran keluarga yang dicintainya hancur berantakan.

G. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa kemungkinan lebih besar
untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang adalah remaja. Terlebih lagi
karena keadaan keluarga yang berantakan (Broken Home), karena pada hakikatnya
kenyaman dan ketenangan terbesar datangnya dari keluarga. Maka dari keluarga yang
tingkat keharmonisannya rendah kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan
pada tingkat yang lebih berat. Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keharmonisan tinggi
maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil.

Disarankan kepada orangtua untuk dapat menjaga hubungan yang hangat dalam keluarga
dengan cara saling menghargai, pengertian, dan penuh kasih sayang serta tidak
bertengkar di depan anak, sehingga dapat dianggap oleh anak sebagai keluarga yang
harmonis. Dan untuk Pihak sekolah disarankan dapat membantu siswa untuk mengenali
potensi-potensi yang dimiliki agar dapat meningkatkan konsep diri siswa, serta dapat
meminimalisir penggunaan kata-kata atau sikap yang dapat menurunkan konsep diri
siswa dan lebih melakukan pendekatan terhadap anak-anak muridnya.

H. Daftar Pustaka
- Departemen Sosial RI, 2004. Data Statistik Kenakalan Remaja. Jakarta: Dep. Sos RI.
- Harahap, Juli Yanti. "Hubungan Keharmonisan Keluarga dan Kontrol Diri dengan
Kenakalan Remaja di SMK Indoneisa Membangun 1 Medan." (2013).
- Pratama, Randi, Syahniar Syahniar, and Yeni Karneli. "Perilaku agresif siswa dari
keluarga broken home." Konselor 5.4 (2016).

I. Lampiran

Gambar ke-1
Remaja bernama Tara ini, kami jumpai ditelusuran Gg sambil menangis
dengan mengenai seragam sekolah yang berantakan, lalu kami ajak bercerita sembari
menenangkan Tara.

Gambar ke-2

Kami berhasil membawa Tara pulang ke rumah dan melanjutkan kisahnya yang lebih panjang

Anda mungkin juga menyukai