Kelas : Indralaya
Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Menengah
Dosen Pengampu : Silvia AR, M.Pd.
: Nur Wisma, S.Pd.I., M.Pd
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Bimbingan anak berperilaku
bermasalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Silvia AR,
M.Pd. dan Ibu Nur Wisma, S.Pd.I., M.Pd. pada mata kuliah bimbingan dan konseling
pendidikan menengah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang memberikan bimbingan anak berperilaku bermasalah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Silvia AR, M.Pd. dan Ibu Nur Wisma, S.Pd.I.,
M.Pd. selaku dosen pada mata kuliah bimbingan dan konseling pendidikan menengah yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah................................................................................................. 4
3. Tujuan Masalah.................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
I.Bentuk-bentuk Perilaku Bermasalah Pada Remaja.................................................. 5
1. Penyalahgunaan Narkoba............................................................................... 6
2. Pengguna Minuman Keras dan Mabuk-mabukan.......................................... 7
3. Merokok.......................................................................................................... 8
4. Seks Bebas...................................................................................................... 8
II.Strategi yang Bisa Digunakan dalam Upaya Menyelesaikan Masalah Remaja..... 9
A. Ciri-ciri Anak Yang Bermasalah.......................................................................... 9
B. Cara Mengatasi Anak yang Bermasalah............................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 13
B. Daftar Pustaka..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah sesuai dengan pembahasan yang kami lampirkan adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk-bentuk perilaku bermasalah pada remaja?
2. Strategi apa yang bisa digunakan dalam upaya menyelesaikan masalah remaja?
3. Bagaimana ciri-ciri anak yang bermasalah
4. Bagaimana cara mengatasi anak yang bermasalah?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bermasalah pada remaja.
2. Untuk mengetahui strategi yang bisa digunakan dalam upaya menyelesaikan
masalah remaja.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri anak yang bermasalah.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi anak yang bermasalah.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Remaja
Masa remaja, adalah masa dimana seorang manusia sedang berada dalam pencarian
jati dirinya, ingin mengenal siapa dirinya sebenarnya. Seorang manusia dikatan remaja, jika
ia sudah menginjak usia 17 tahun. Dan dalam ini, seorang manusia mengalami masa yang
permulaan masa pubertas. Saat pubertas, biasanya manusia ingin mencoba segala sesuatu
yang baru dalam hidupnya, muncul berbagai macam gejolak emosi, dan banyak masalah yang
timbul baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.
Kenakalan remaja adalah pelampiasan masalah yang dihadapi oleh kalangan remaja yang
tindakannya menyimpang. Menurut ahli sosiologi Kartono, Kenakalan Remaja atau dalam
bahasa Inggris dikenal istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Sedangkan menurut Santrock
“Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat
diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”
Penyebab Kenakalan Remaja Perilaku 'nakal' remaja dapat disebabkan oleh
faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun dari luar (eksternal):
Faktor internal:
a. Krisis identitas: Perubahan biologi dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama , terbentuknya perasaan akan menetap dalam
kehidupannya. Kedua , tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena
remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b.Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah
laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah sesuai
dengan pengetahuannya.
Faktor Eksternal :
Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
kontak negatif antar anggota keluarga dapat memicu perilaku pada remaja. Pendidikan
yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama, atau terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya
kenakalan remajaTeman sebaya yang kurang baik Komunitas/lingkungan tempat tinggal
yang kurang baik.
Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar
atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif maupun dari harapan-
harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer
adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-
menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas, buang
sampah sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang
yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti
merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lain-lain (Sadli,
1983 :35). Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah, peraturan keluarga, dan
lainlain) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (Sarwono, 2003 : 197).
Di Indonesia, secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan sebagai
kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Perilaku remaja ini mempunyai sebab musabab
yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual. Kartini Kartono (1998: 24) mengemukakan
bahwa, anak-anak remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang memiliki
kontrol diri, atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, dan suka menegakkan standar
tingkah laku sendiri, disamping meremehkan keberadaan orang lain. Kejahatan yang mereka
lakukan itu pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu
untuk mencapai satu subjek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresif. Pada umumnya
anak-anak muda tadi sangat egoistis, dan suka sekali menyalahgunakan dan melebih-lebihkan
harga dirinya.
1. Penyalahgunaan Narkoba
Salah satu persoalan yang amat berkaitan dengan meningkatnya kenakalan
remaja adalah masalah penyalahgunaan narkotika (mariyuana, heroin, morfin, kokain,
barbiturates, dsb.). Sosialisasi mengenai narkoba sudah sering diadakan sesuai dengan
program anti narkoba untuk pelajar/sekolah serta dukungan terhadap peraturan
perundangan No 35 Tahun 2009 tentang narkotika, tetapi penggunanya setiap tahun
semakin meningkat. Penelitian BNN (Badan Narkotika Nasional) di tahun 2013
dalam Jurnal P4GN 2013 membuktikkan bahwa penyalahgunaan narkoba sesuai
tingkat pendidikan didominasi oleh tingkat Sekolah Menengah Atas. Pernyataan ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Vikiat IkaMaharti mengungkapakan bahwa
mayoritas penyalahgunaan narkoba adalah pada usia remaja dengan umur berkisar
antara 15-19 tahun. Hasil penelitian Vikiat memberikan gambaran bahwa yang
menawarkan narkoba lebi banyak di kalangan teman, di tempat kerja, di luar rumah,
dan teman di sekitar rumah.
3. Merokok
Laporan WHO (World Health Organization) tahun 2008 mengungkapkan
bahwa rokok merupakan salah satu pembunuh paling ampuh. Rokok merupakan salah
satu bahan yang dapat mengganggu kesehatan dan mengakibatkan seseorang
kehilangan nyawa. Kebiasaan merokok adalah sebuah kenikmatan bagi para perokok.
Efek mengkonsumsi rokok adalah dapat dilihat dan dirasakan dalam jangka pendek
ataupun jangka panjang bagi penghisapnya. Rokok mengandung zat yang dapat
mengganggu kesehatan manusia terutama kepada penghisapnya. Terdapat zat yang
berbahaya yang terkandung dalam rokok yaitu Nikotin (terdapat pada daun tembakau),
karbon monoksida (CO) terdapat pada asap rokok,Tar (komponen pada asap rokok)
Tar sifatnya Karsinogen yaitu pemicu kanker.
4. Seks bebas
Seks bebas merupakan perilaku yang dipicu oleh gairah seksual yang
dilakukan oleh lawan jenis laki-laki dan perempuan tanpa memiliki ikatan pernikahan
yang syah, saling suka maupun dalam dunia prostitusi. Masalah perilaku seksual
pranikah di kalangan remaja di era globalisasi dewasa ini memang bukan rahasia lagi.
Strategi penyelesaian masalah remaja ini demikian kompleks karena masalahnya saling
berkaitan antara satu dan yang lainnya. Hal ini dapat dipahami mengingat interaksi dalam
masyarakat merupakan suatu sistem. Dari sekian luas penanggulangan yang bisa dilakukan,
dapat dikelompokkan usaha-usaha penaggulangannya, sebagai berikut :
1. Tindakan preventif
2. Tindakan Represif
Tindakan represif ini berupa pemberian saksi atau hukuman ketika seseorang melakukan
pelanggaran. Tindakan represif pada dasarnya merupakan pencegahan setelah terjadi
pelanggaran. Metode tindakan represif yang selama ini dijalankan oleh aparat
keamanan/Polisi/ABRI cukup memadai, tetapi beberapa hal di bawah ini menurut Dadang
Hawari, antara lain sebagai berikut :
3. Tindakan kuratif
Tindakan kuratif (penanggulangan) ini dengan prinsip untuk menolong para remaja agar
terhindar dari pengaruh buruk lingkungan dan nantinya dapat kembali lagi berperan di
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Basri, Hasan. 2005. Remaja Berkualitas ( Problematika Remaja dan Solusinya ). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Su’ud, Sudarmi. 2011. Remaja dan Perilaku Menyimpang. Studi Kasus pada Masyarakat,
Boeping, Bombana. 34 (1): 34-43.