Anda di halaman 1dari 14

BIMBINGAN ANAK BERPERILAKU BERMASALAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9


Anggota :

1. Agung Maulana : 06071282025024


2. Juwita Romadonah : 06071182025015
3. Husnul Kamila : 06071282025025
4. Rezki Amalia : 06071282025041
5. Vera Widiawati : 06071182025013

Kelas : Indralaya
Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Menengah
Dosen Pengampu : Silvia AR, M.Pd.
: Nur Wisma, S.Pd.I., M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Bimbingan anak berperilaku
bermasalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Silvia AR,
M.Pd. dan Ibu Nur Wisma, S.Pd.I., M.Pd. pada mata kuliah bimbingan dan konseling
pendidikan menengah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang memberikan bimbingan anak berperilaku bermasalah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Silvia AR, M.Pd. dan Ibu Nur Wisma, S.Pd.I.,
M.Pd. selaku dosen pada mata kuliah bimbingan dan konseling pendidikan menengah yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, 10 September 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah................................................................................................. 4
3. Tujuan Masalah.................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
I.Bentuk-bentuk Perilaku Bermasalah Pada Remaja.................................................. 5
1. Penyalahgunaan Narkoba............................................................................... 6
2. Pengguna Minuman Keras dan Mabuk-mabukan.......................................... 7
3. Merokok.......................................................................................................... 8
4. Seks Bebas...................................................................................................... 8
II.Strategi yang Bisa Digunakan dalam Upaya Menyelesaikan Masalah Remaja..... 9
A. Ciri-ciri Anak Yang Bermasalah.......................................................................... 9
B. Cara Mengatasi Anak yang Bermasalah............................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 13
B. Daftar Pustaka..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pelaksanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru


kelas yang yang secara keseluruhan bertanggung jawab atas perkembanagan anak di
kelasnya. Hal ini memungkinkan guru untuk memberi layanan bimbingan secara
terpadu melaluai proses pembelajaran. Melalaui layanan dasar bimbingan guru untuk
membantu seluruh siswa untuk memecahkan masalahnya terutama masalah belajar,.
Meskipun guru telah memberikan bantuan berupa bimbinagn terhadap siswanya,
masalah anak tetap selalu ada.
Walaupun symptom prilaku bermasalah mungkin hanya tampak pada sebagian siswa,
namun perhatian guru harus tertuju kepada semua siswa. Namun siswa yang
bermasalah ialah seorang anak yang memeliki masalah yang lebih banyak atau lebih
mendalam dibandingkan dengan anak yang lain meskipun anak tidak menyadarinya.

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah sesuai dengan pembahasan yang kami lampirkan adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk-bentuk perilaku bermasalah pada remaja?
2. Strategi apa yang bisa digunakan dalam upaya menyelesaikan masalah remaja?
3. Bagaimana ciri-ciri anak yang bermasalah
4. Bagaimana cara mengatasi anak yang bermasalah?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bermasalah pada remaja.
2. Untuk mengetahui strategi yang bisa digunakan dalam upaya menyelesaikan
masalah remaja.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri anak yang bermasalah.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi anak yang bermasalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. BENTUK-BENTUK PERILAKU BERMASLAH PADA REMAJA

 Pengertian Remaja
Masa remaja, adalah masa dimana seorang manusia sedang berada dalam pencarian
jati dirinya, ingin mengenal siapa dirinya sebenarnya. Seorang manusia dikatan remaja, jika
ia sudah menginjak usia 17 tahun. Dan dalam ini, seorang manusia mengalami masa yang
permulaan masa pubertas. Saat pubertas, biasanya manusia ingin mencoba segala sesuatu
yang baru dalam hidupnya, muncul berbagai macam gejolak emosi, dan banyak masalah yang
timbul baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.
Kenakalan remaja adalah pelampiasan masalah yang dihadapi oleh kalangan remaja yang
tindakannya menyimpang. Menurut ahli sosiologi Kartono, Kenakalan Remaja atau dalam
bahasa Inggris dikenal istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Sedangkan menurut Santrock
“Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat
diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”
 Penyebab Kenakalan Remaja Perilaku 'nakal' remaja dapat disebabkan oleh
faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun dari luar (eksternal):

 Faktor internal:
a. Krisis identitas: Perubahan biologi dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama , terbentuknya perasaan akan menetap dalam
kehidupannya. Kedua , tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena
remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b.Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah
laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah sesuai
dengan pengetahuannya.
 Faktor Eksternal :
Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
kontak negatif antar anggota keluarga dapat memicu perilaku pada remaja. Pendidikan
yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama, atau terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya
kenakalan remajaTeman sebaya yang kurang baik Komunitas/lingkungan tempat tinggal
yang kurang baik.

Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar
atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif maupun dari harapan-
harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer
adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-
menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas, buang
sampah sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang
yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti
merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lain-lain (Sadli,
1983 :35). Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah, peraturan keluarga, dan
lainlain) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (Sarwono, 2003 : 197).
Di Indonesia, secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan sebagai
kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Perilaku remaja ini mempunyai sebab musabab
yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual. Kartini Kartono (1998: 24) mengemukakan
bahwa, anak-anak remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang memiliki
kontrol diri, atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, dan suka menegakkan standar
tingkah laku sendiri, disamping meremehkan keberadaan orang lain. Kejahatan yang mereka
lakukan itu pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu
untuk mencapai satu subjek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresif. Pada umumnya
anak-anak muda tadi sangat egoistis, dan suka sekali menyalahgunakan dan melebih-lebihkan
harga dirinya.

 Bentuk-Bentuk Perilaku menyimpang pada Remaja

1. Penyalahgunaan Narkoba
Salah satu persoalan yang amat berkaitan dengan meningkatnya kenakalan
remaja adalah masalah penyalahgunaan narkotika (mariyuana, heroin, morfin, kokain,
barbiturates, dsb.). Sosialisasi mengenai narkoba sudah sering diadakan sesuai dengan
program anti narkoba untuk pelajar/sekolah serta dukungan terhadap peraturan
perundangan No 35 Tahun 2009 tentang narkotika, tetapi penggunanya setiap tahun
semakin meningkat. Penelitian BNN (Badan Narkotika Nasional) di tahun 2013
dalam Jurnal P4GN 2013 membuktikkan bahwa penyalahgunaan narkoba sesuai
tingkat pendidikan didominasi oleh tingkat Sekolah Menengah Atas. Pernyataan ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Vikiat IkaMaharti mengungkapakan bahwa
mayoritas penyalahgunaan narkoba adalah pada usia remaja dengan umur berkisar
antara 15-19 tahun. Hasil penelitian Vikiat memberikan gambaran bahwa yang
menawarkan narkoba lebi banyak di kalangan teman, di tempat kerja, di luar rumah,
dan teman di sekitar rumah.

Tingginya perilaku dan sikap pendukung penyalahgunaan narkoba,


memudahkan seseorang terpuruk dalam penyalahgunaan narkoba. Hal senada juga
diungkapkan oleh Jimmy Simangunsong dalam hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa faktor yang dominan penggunaan narkoba di kalangan remaja dipicu oleh
faktor pegaulan dengan teman sepergaulan yang bebas dan tanpa kontrol sehingga
remaja ikut terjerumus dan menggunakan narkoba (Simangunsong, 2015: 63)
Motivasi untuk mengkonsusmsi obat-obatan terlarang tersebut masing-masing
individu berbeda-beda antara lain sebagai penenang pikiran, menghilangkan rasa sakit,
menghasilkan euforia, agar dapat diterima sebagai anggota suatu kelompok. Seorang
pemakai obat-obat terlarang biasanya hadir bersama individu-individu lain yang
membentuk komunitas tersendiri (Usman, 1998: 154).2. Tawuran Antar Pelajar atau
gengKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memuat kata tawuran berarti perkelahian
massal adalah perkelahian yang dilakukan beramai-ramai. Dengan demikian tawuran
pelajar adalah perkelahian secara massal atau beramai-ramai antara satu kelompok
pelajar dengan kelompok pelajar lainnya. Tawuran antar pelajar dapat berawal dari
hal-hal sepele tetapi kemudian menjadi besar karena emosi para remaja yng masih
labil. Berawal dari sebuah kompetisi nonton bersama yang berakhir dengan
perkelahian, tersenggol di kendaraan umum, saling melecehkan, berebut, dan bahkan
tidak jarang ketika saling menatap bisa terjadi saling ketersinggungan dan perkataan
yang awalnya dianggap guyonan dapat memicu terjadinya tawuran, karena dianggap
menantang satu sama lain. Selain alasan tersebut, terdapat pula tawuran antar pelajar
yang sudah dianggap mentradisi.
Umumnya hal ini terkait dengan permusuhan antar sekolah secara menurun
dari generasi ke generasi, menjadi dendam yang berkelanjutan. Oleh karenanya
sewaktu-waktu dapat menyebabkan terjadi perkelahian. Kata tawuran, tentunya sudah
tidak asing lagi. hampir Berita tawuran antar remaja sangat sering termuat di media
masa. Munculnya geng menyebabkan makin maraknya tawuran. Hasil penelitian
Puput Wilujeng tentang perilaku agresi siswa SMK PGRI Surabaya mengungkapkan
bahwa mereka (remaja) melakukan agresi verbal dan nonverbal apabila gengnya
diperlakukan tidak baik, Mereka menyelesaikan masalah dengan berkelahi. Perilaku
anarkis dapat terjadi di tengah-tengah masyarakat. Mereka tidak berpikir bahwa
perbuatan adalah perbuatan tidak terpuji dan bisa menggangu ketentraman masyarakat.
Bahkan, mereka berpikir bahwa mereka hebat jika masyarakat itu gentar terhadap
geng/kelompok mereka.

2. Pengguna minuman keras dan mabuk-mabukan


Penyimpangan perilaku negatif di kalangan remaja juga terlihat dalam hal
mengkonsumsi minuman keras. Perilaku negatf ini tidak hanya terjadi di kalangan
remaja di perkotaan tetapi juga dilakukan oleh remaja di pedesaan. Sama halnya
mabuk-mabukan identik dengan minuman keras.
Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol merupakan
bahan psikoaktif. Bila mengkonsumsinya dapat menimbulkan penurunan kesadaran.
Mengkonsumsi minuman keras, tidak berkisar pada dilarang atau tidak untuk
digunakan tetapi karena alkohol yang terkandung dalam mirashol tersebut.
Persoalannya adalah dalam kondisi yang bagaimana seseorang boleh
mengkonsumsinya. Minuman keras adalah dapat menjadi sumber masalah karena bisa
sangat mengganggu jalannya sistem sosial dalam masyarakat. Minuman keras dapat
sebagai penyebab terjadinya tindakan kriminal. Alkohol yang terkandung dalam miras
merupakan suatu racun protoplasmic (racun yang merusak protein) yang mempunyai
efek depresan pada sistem syaraf. Ini dapat berakibat menurunnya kemampuan dalam
pengendalian diri, pengendalian fisik, psikologis, maupun sosial. Akibat dari tidak
mampunya untuk mengendalikan diri karena dalam keadaan mabuk, maka seseorang
tersebut akan dengan mudah melakukan perbuatan yang membahayakan masyarakat
di lingkungan sekitarnya, seperti melakukan tindak kekerasan dan penganiyayaan.

3. Merokok
Laporan WHO (World Health Organization) tahun 2008 mengungkapkan
bahwa rokok merupakan salah satu pembunuh paling ampuh. Rokok merupakan salah
satu bahan yang dapat mengganggu kesehatan dan mengakibatkan seseorang
kehilangan nyawa. Kebiasaan merokok adalah sebuah kenikmatan bagi para perokok.
Efek mengkonsumsi rokok adalah dapat dilihat dan dirasakan dalam jangka pendek
ataupun jangka panjang bagi penghisapnya. Rokok mengandung zat yang dapat
mengganggu kesehatan manusia terutama kepada penghisapnya. Terdapat zat yang
berbahaya yang terkandung dalam rokok yaitu Nikotin (terdapat pada daun tembakau),
karbon monoksida (CO) terdapat pada asap rokok,Tar (komponen pada asap rokok)
Tar sifatnya Karsinogen yaitu pemicu kanker.

4. Seks bebas
Seks bebas merupakan perilaku yang dipicu oleh gairah seksual yang
dilakukan oleh lawan jenis laki-laki dan perempuan tanpa memiliki ikatan pernikahan
yang syah, saling suka maupun dalam dunia prostitusi. Masalah perilaku seksual
pranikah di kalangan remaja di era globalisasi dewasa ini memang bukan rahasia lagi.

 Upaya Mengatasi Penyimpangan Perilaku Remaja


 Keharmonisan lingkungan keluarga harus tetap terjaga dengan baik, sehingga
tercipta kenyamanan serta hubungan yang komunikatif antar individu yang
ada di dalamnya.
 Kontrol dan arahan orang tua terhadap teman sepermainan harus tetap
dilakukan, di samping remaja itu sendiri cerdas dalam bergaul. Remaja
membentuk ketahanan diri sehingga tidak gampang terpengaruh apabila
kenyataannya teman sepergaulan atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan
perilaku yang diharapkan.
 Kontrol tegas dari masyarakat atau pihak yang berwenang dalam menerapkan
sanksi terhadap subkebudayaan masyarakat yang menyimpang untuk
menimbulkan efek jera.
 Selektif dalam mengakses informasi di media massa untuk menghindarkan diri
dari pengaruh negatif.5. Remaja diharapkan dapat menemukan figure yang
mampu memberikan teladan atau orang-orang dewasa dengan prilaku baik dan
mampu melewati masa remaja dengan baik dan mereka yang dapat
memperbaiki diri setelah mengalami kegagalan pada tahap pencarian jati diri
kepemudaannya.6. Cemoohan atau ejekan dari masyarakat terhadap perilaku
negatif remaja sehingga mereka malu untuk melakukan perbuatan yang
melanggar norma.

II. STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH REMAJA

A. Ciri-ciri Anak Bermasalah


1. Susah diatur dan diajak kerja sama
Hal yang paling Nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai
mengatur tidak mau ini dan itu. pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada
“pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan
kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang.
Ingat akan kebutuhan dasar manusia? Tiga hal diatas yang telah saya sebutkan, nah
kebutuhan itu sedang dialami anak. Kita hanya bisa mengarahkan dan mengawasi dengan
seksama.
2. Kurang terbuka pada Orang Tua
Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”, menjawab
dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah
ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain
(teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya
mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.
3. Menanggapi negatif
Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak
yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi
adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk
menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih
melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan
anak.
4. Menarik diri
Saat anak terbiasa dan sering Menyendiri, asyik dengan duniannya sendiri, dia tidak ingin
orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua
sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin
dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya
jelaskan. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti -
semengertinya dan sedalam-dalamnya.
5. Menolak kenyataan
Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa,
aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus
ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga
bisa sih, kan mama da kasih contoh berulang-ulang”.

B. Upaya Mengatasi Anak Bermasalah

Strategi penyelesaian masalah remaja ini demikian kompleks karena masalahnya saling
berkaitan antara satu dan yang lainnya. Hal ini dapat dipahami mengingat interaksi dalam
masyarakat merupakan suatu sistem. Dari sekian luas penanggulangan yang bisa dilakukan,
dapat dikelompokkan usaha-usaha penaggulangannya, sebagai berikut :

1. Tindakan preventif

Tindakan preventif ini merupakan pencegahan terhadap perilaku meyimpang. Pada


dasarnya tindakan preventif ini merupakan suatu pencegahan sebelum seseorang melakukan
perbuatan menyimpang. Menurut Kartini Kartono, tindakan preventif yang bisa dilakukan
antara lain berupa :

1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga.


2) Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin.
3) Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah
laku remaja dan kesulitan mereka.
4) Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remja.
5) Membentuk badan kesejahteraan anak.
6) Mengadakan panti asuhan.
7) Mengadakan lembaga reformatif untuk memberikan latihan korektif, pengoreksian,
dan asisten untuk hidup mandiri dan susila kepada anakanak dan para remaja yang
membutuhkan.
8) Membuat badan supervisi dan pengontrolan terhadap kegiatan anak delinquen,
disertai program yang korektif.
9) Mengadakan pengadilan anak.
10) Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan
oleh seorang anak dan remaja.
11) Mendirikan sekolah bagi anak gembel (miskin).
12) Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja.
13) Menyelenggaran diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk membangun
kontak manusiawi di antara para remaja delinquent dengan masyarakat luar. Diskusi
tersebut akan bermanfaat bagi pemahaman kita mengenai jenis kesulitan dan
gangguan pada diri remaja.
14) Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja delinquent dan
yang non-delinquent.

Tindakan preventif ini bersifat mencegah sehingga sebelum perbuatan juvenile


delinquency tersebut semakin parah, maka diperlukan tindakan preventif untuk meminimalisi
perilaku juvenile delinquency atau sedia payung sebelum hujan.

2. Tindakan Represif

Tindakan represif ini berupa pemberian saksi atau hukuman ketika seseorang melakukan
pelanggaran. Tindakan represif pada dasarnya merupakan pencegahan setelah terjadi
pelanggaran. Metode tindakan represif yang selama ini dijalankan oleh aparat
keamanan/Polisi/ABRI cukup memadai, tetapi beberapa hal di bawah ini menurut Dadang
Hawari, antara lain sebagai berikut :

1) Aparat keamanan/penegak hukum perlu ditingkatkan kewibaannya.


2) Sarana dan prasarana (termasuk personil) kamtibmas perlu ditingkatkan.
3) Untuk mengawasi perkelahian massal, cukuplah personil aparat keamanan
dipelengkapi dengan tongkat karet/pentungan. Penggunaan senjata api sebaiknya
dihindari, sebab yang dihadapi adalah remaja, anak sekolah/anak didik, bukan
kriminal ataupu kaum perusuh.
4) Mereka yang tertangkap hendaknya diperlakukan bukan sebagai perusuh, tetapi
sebagai anak nakal yang perlu “hukuman” atas perilaku menyimpangnya itu.
Selanjutnya mereka diberi terapi edukatif.
5) Dalam menghadapi perkelahian massal ini hendaknya petugas tetap berkepala dingin,
cukup pengendalian diri, tidak bersikap angresif dan emosional.
6) Diupayakan pada mereka yang tertangkap dapat dilakukan pemeriksaan awal yang
membedakan mana yang berkepribadian antisosial yang merupakan “biang kerok”,
dan mana yang hanya ikut-ikutan. Untuk maskud ini bantuan psikolog/psikiater
diperlukan penilaiannya.pembedaan ini perlu guna tindakan selanjutnya dalam upaya
terapi pemantauan.
7) Selama mereka dalam “tahanan”, hendaknya petugas mampu menahan diri untuk
tidak melakukan tindakan kekerasan/pukulan dan hal-hal lain yang tidak
manusiawi.20
Tindakan represif ini bersifat menekan, mengekang dan menahan sehingga diharapkan
dengan tindakan ini para pelaku juvenile delinquency berfikir dua kali untuk melakukan
perbuatan-perbuatan asosial.

3. Tindakan kuratif

Setelah usaha-usaha yang lain dilaksanakan, maka dilaksanakan tindakan pembinaan


khusus untuk memecahkan dan menanggulangi problem juvenile delinquency. Pembinaan
khusus sebagai kelanjutan usaha atau daya upaya untuk memperbaiki kembali sikap dan
tingkah laku remaja tersebut dapat kembali memperoleh kedudukannya yang layak di tengah-
tengah pergaulan sosial dan berfungsi secara wajar. Prinsip pembinaan khusus ini adalah :

1) Sedapat mungkin dilakukan ditempat orang tua/walinya.


2) Kalau dilakukan oleh orang lain, maka hendaknya orang lain berfungsi sebagai orang
tua atau walinya.
3) Kalau di sekolah atau asrama, hendaknya diusahakan agar tempat itu berfungsi
sebagai rumahnya sendiri.
4) Di mana pun remaja itu ditempatkan, hubungan kasih sayang dengan orang tua atau
familinya tidak boleh diputuskan.
5) Remaja itu harus dipisahkan dari sumber pengaruh buruk.

Tindakan kuratif (penanggulangan) ini dengan prinsip untuk menolong para remaja agar
terhindar dari pengaruh buruk lingkungan dan nantinya dapat kembali lagi berperan di
masyarakat.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Perilaku menyimpang atau perilaku bermasalah merupakan tingkah laku yang


melanggar atau bertentangan dengan atruran normatif dan pengertian normatif maupun dari
harapan- harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Penyimpangan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu penyimpangan sekunder dan penyimpangan primer. Penyimpangan
sekunder adalah perilaku menyimpang yang tidak dapat toleransi dari masyarakat dan
umumnya dilakukan berulang kali sperti memakai narkoba, menjambret dan lain- lainnya.
Sedangkan penyimpangan primer adalah perilaku menyimpang yang masih bisa ditolerir
masyarakat seperti melanngar lalu lintas, buang sampah sembarangan dan lain- lainnya.
Secara umum penyimpangan perilaku atau perilaku bermasalah remaja diartikan
sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Perilaku remaja ini mempunyai sebab
yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual. Remaja yang melakukan perilaku bermasalah
ini pada umumnya memiliki kontrol diri yang kurang, menyalahkan kontrol diri tersebut, dan
suka menegakkan standar tingkah laku sendiri. Ada banyak bentuk- bentuk perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh remaja seperti mencui, berkelahi, berjudi, membaca atau
menonton film porno, minuman keras dan berbagai perilaku bermasalah remaja lainnya.
Perilaku bermasalah remaja ini dapat dicegah atau diselesaikan menggunakan strategi
penyelesaian masalah remaja. Strategi penyelesain masalah reamaja ini demikian kmplek
karena masalahnya saling berkaitan anatara satu dengan lainnya. Ada beberpa strategi
masalah remaja yang bisa digunakan atau dilakukan untuk membantu mengatasi perilaku
bermasalah remaja ini diantaranya tindakan preventif, tindakan represif, dan tindakan kuratif.
Strategi bisa digunakan oleh tenaga pendidik ataupun orang tua.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Hasan. 2005. Remaja Berkualitas ( Problematika Remaja dan Solusinya ). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Su’ud, Sudarmi. 2011. Remaja dan Perilaku Menyimpang. Studi Kasus pada Masyarakat,
Boeping, Bombana. 34 (1): 34-43.

Anda mungkin juga menyukai