Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN MENUJU KEMANDIRIAN BANGSA

Ali Mudhofir
Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
email: aldho@gmail.com

Abstrak: Pendidikan merupakan rangkaian proses tanpa akhir untuk mendewasakan manusia. Pendi-
dikan mengisyaratkan bahwa anak yang terdidik dengan baik akan memberi warna kebaikan bagi diri-
nya sendiri, keluarga, dan masyarakat Kesadaran demikian itu sejatinya telah dipahami masyarakat In-
donesia, namun berbagai tantangan dan godaan dunia merontokkan benteng kepribadian. Kemandirian
bangsa dapat diraih melalui pendidikan yang baik pada tataran formal, nonformal, dan informal. Pe-
mahaman mengenai filsafat pada esensinya adalah memaknai hidup dengan menghargai orang lain dan
lingkungannya. Namun, kesadaran ini seolah luntur karena memahami filsafat sebatas dasar ilmu bu-
kan aplikasinya dalam kehidupan. Sosok kemandirian bangsa sesungguhnya adalah karakter individu
yang tergambar dalam perilakunya. Filsafat mendasari gerak langkah kehidupan manusia dalam pendi-
dikan dengan harapan dapat mengembangkan kemandirian dan berimplikasi pada keteraturan dan ke-
baikan di sekitarnya. Filsafat diharapkan mendasari seluruh aspek pendidikan, karena salah satu esensi
yang terkandung di dalamnya adalah kejujuran dan keadilan.

Kata Kunci: filsafat, wahana pendidikan, kemandirian bangsa

PHILOSOPHY AS AN EDUCATIONAL MEANS TOWARDS NATION’S


SELF-DEPENDENCE

Abstract: Education is essentially a never-ending process to make people more mature. Education in-
dicates that well educated children will give positive contribution to themselves, their families, and the
society. The Indonesian have been aware of this but global challenges have a bad effect on their perso-
nality. The nation’s self-dependence can be achieved through formal, non-formal, and informal edu-
cation. Understanding philosophy is essentially understanding about life and respecting others and the
environment. However, such an awareness has faded away because people understand philosophy
only as a science not to be applied in real life. The nation’s self-dependence is actually individuals’
character manifested in the behavior. Philosophy should be used as a basis for human life in education
so that it can develop self-dependence and finally it can create regularity and goodness to the environ-
ment. Philosophy is expected to be the basis for all educational aspects because one of its principles is
honesty and fairness.

Keywords: philosophy, education’s space, nation’s self-dependence

PENDAHULUAN belakang ideologi, politik, sosial, ekonomi, dan


Kemandirian suatu bangsa tidak dapat di- budaya.
capai tanpa proses pendidikan. Kemandirian da- Kehidupan masyarakat bergayut dengan
pat dicapai melalui suatu proses panjang yang harmoni. Harmoni adalah kehidupan yang da-
berbasis pada pemahaman yang utuh terhadap mai, sejahtera, dan kental nuansa kekeluargaan-
realitas, untuk mengubahnya menjadi suatu per- nya. Bangsa Indonesia saat ini menghadapi ma-
adaban mulia yang menjunjung tinggi akal se- salah yang berkaitan dengan kejujuran dan inte-
hat dan menghormati keanekaragaman dan peri gritas. Keduanya merupakan karakter yang ti-
kemanusiaan (As’arie, 2012:22). Kehidupan ma- dak terpisahkan. Rendahnya pemahaman ma-
syarakat saat ini dihiasi dengan berbagai peris- syarakat terhadap pentingnya kesadaran diri
tiwa yang kompleks yang antara lain berlatar mengakibatkan semakin menurunnya kualitas

240
241

kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu paling luas untuk berpartisipasi secara kritis da-
sarana untuk untuk memahami diri dan ling- lam kehidupan intelektual bangsa pada umum-
kungannya secara komprehensif karena pendi- nya dan khususnya dalam kehidupan intelektual
dikan berlangsung di keluarga, masyarakat, dan di universitas-universitas dan lingkungan aka-
sekolah. demis.
Pendidikan yang hanya mengedepankan
salah satu atau beberapa aspek pengembangan SUDUT PANDANG FILSAFAT
diri tanpa mempelajari secara utuh akan sia-sia. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pe-
Pemahaman yang utuh terhadap realitas antara ngetahuan. Namun, tidak dapat dibalik bahwa
lain dapat dimulai dengan mengenal ilmu filsa- kumpulan pengetahuan itu adalah ilmu penge-
fat hingga menemukan esensi terdalam dari ke- tahuan. Kumpulan pengetahuan untuk dapat di-
hidupan. Pemahaman yang memadai terhadap sebut ilmu pengetahuan haruslah memenuhi be-
ilmu filsafat diyakini mampu mengurai benang berapa syarat, dua di antaranya adalah objek
merah kehidupan masyarakat karena berbagai material (material object) dan objek formal
faktor tersebut. Faktanya ilmu filsafat secara (formal object). Objek material adalah sesuatu
formal dipelajari di bangku sekolah, sejak se- hal yang dijadikan sasaran pemikiran (gegen-
kolah dasar hingga perguruan tinggi sesuai de- stand); sesuatu yang diselidiki, dipelajari atau
ngan kapasitas perkembangan anak didik. dikaji. Objek material mencakup apa pun baik
Pendidikan mampu mengubah masa de- yang konkret (misalnya badan manusia, tum-
pan karena ia membentuk seluruh sendi kehi- buhan, batu, kayu atau tanah) maupun yang ab-
dupan secara komprehensif. Pendidikan yang strak (misalnya ide-ide, nilai-nilai). Objek for-
benar tentu tidak lepas dari esensi utama yang mal adalah sudut pandangan, cara meninjau
menjadi panduan pengembangannya. Pendidik- yang dilakukan oleh seorang pemikir atau pe-
an formal secara terstruktur mempelajari penge- neliti terhadap objek material serta prinsip-prin-
tahuan dengan tujuan relevan dengan perkem- sip yang digunakan.
bangan zamannya dan mampu memenuhi pra- Objek formal suatu ilmu tidak hanya
syarat yang melekat di dalamnya. memberi keutuhan suatu ilmu, akan tetapi pada
Berdasar penggolongannya ilmu filsafat saat yang sama membedakannya dari bidang
termasuk dalam golongan ilmu kerohanian. Se- yang lain. Satu bidang objek material dapat di-
tiap ilmu mempunyai tujuan yang ingin dicapai tinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga
oleh ilmu tersebut. Studi filsafat semakin men- menimbulkan ilmu yang berbeda. Sebagai con-
jadikan orang mampu untuk menangani per- toh misalnya objek materialnya “manusia” dan
tanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang ti- manusia ditinjau dari berbagai sudut pandangan
dak terletak dalam wewenang metode ilmu-il- sehingga ada berbagai ilmu yang mempelajari
mu khusus. Jadi, filsafat membantu untuk men- manusia di antaranya fisiologi, anatomi, psiko-
dalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia ten- logi, antropologi, sosiologi, dan pendidikan.
tang makna realitas (filsafat teoretis) dan ling- Istilah objek material sering dianggap
kungan tanggung jawabnya (filsafat praktis) sama dengan pokok persoalan (subject matter).
(Magnis-Suseno,1991:21). Pendidikan filsafat Pokok persoalan dibedakan dalam dua arti. Arti
secara nyata telah hadir dalam pendidikan for- pertama, pokok persoalan dimaksudkan sebagai
mal sejak sekolah dasar, namun tentu dengan bidang khusus dari penelitian faktual. Misalnya,
kemasan yang berbeda dengan pelaksanaan di penelitian atom termasuk dalam bidang fisika.
perguruan tinggi. Pada tulisan ini akan dibahas Penelitian tentang clorophyl termasuk peneliti-
secara lebih komprehensif pelaksanaan pendidi- an bidang botani atau biokimia. Penelitian ten-
kan filsafat di perguruan tinggi. tang bawah sadar termasuk bidang psikologi.
Kaitannya dengan pendidikan filsafat di Arti kedua, pokok persoalan dimaksudkan se-
lembaga pendidikan, Magnis Suseno (1991:23) bagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan dasar saling berhubungan. Anatomi dan fisiologi

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2


242

keduanya bertalian dengan struktur tubuh ma- sebut logika. Wacana dalam bidang pengetahu-
nusia. Anatomi mempelajari struktur, sedang- an, khususnya pengetahuan ilmiah, dipengaruhi
kan fisiologi mempelajari fungsi. Kedua ilmu oleh ide kebenaran. Orang berbicara tentang ke-
itu memiliki pokok persoalan yang sama, na- benaran dalam bidang ilmu pngetahuan, mate-
mun juga dikatakan berbeda. Perbedaan ini da- matika, filsafat, sejarah, agama dan teologi. Ke-
pat diketahui bila dikaitkan dengan corak-corak benaran juga dipersoalkan apakah hanya dalam
pertanyaan yang diajukan dan aspek-aspek yang pertimbangan pikiran ataukah dalam pengung-
diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempe- kapannya yang berbentuk bahasa, atau pada ke-
lajari tubuh dalam aspeknya yang statis, se- mampuan pencerapan indera atau pada penga-
dangkan fisiologi mempelajari tubuh dalam as- laman manusia. Persoalan yang bersangkutan de-
peknya yang dinamis. ngan ide kebenaran sangat luas. Apakah ukuran
Timbulnya filsafat karena manusia me- kebenaran itu? Bagaimanakah hubungan antara
rasa kagum, heran, dan takjub terhadap feno- kebenaran dengan kenyataan? Macam kebenar-
mena yang dihadapi. Pada tahap awal kekagum- an, misalnya kebenaran teoritis dan kebenaran
an, keheranan dan ketakjuban itu tararah pada praktis, kebenaran illahi dan kebenaran manu-
gejala-gejala alam, misalnya gempa bumi, ger- siawi, kebenaran kata dan kebenaran makna.
hana matahari ataupun bulan, banjir, pelangi, Segi moral dari kebenaran, misalnya persyarat-
wabah penyakit. Keheranan manusia berarti ada an untuk menemukan kebenaran, di antaranya
sesuatu yang tidak diketahuinya, atau dia meng- kemerdekaan berpikir dan kebebasan berdiskusi.
hadapi problem. Problem inilah yang ingin di- Kebaikan pada umumnya bersangkutan
peroleh jawabannya. Dari mana jawaban diper- dengan kehendak manusia atau realisasinya da-
oleh? Kalau jaman sekarang jawaban mudah lam tindakan atau tingkah laku dan merupakan
diperoleh misalnya dari orang lain, membaca persoalan dalam etika atau moral. Ide tentang
buku, atau mendengarkan ceramah. Pada saat kebaikan (goodness) atau yang baik (the good)
itu, pada awal munculnya filsafat banyak orang atau sifat baik (good) dapat dikatakan bersang-
yang tidak tahu, maka untuk meperoleh jawab- kutan dengan manusia, benda maupun Tuhan.
an dilakukan dengan refleksi yaitu bertanya pa- Orang dikatakan baik, kalau dia sering meno-
da dirinya sendiri, dipikirkan sendiri dan dija- long atau membantu orang lain. Suatu kehendak
wab sendiri. dikatakan baik, kalau dilatarbelakangi dorongan
Dalam hal ini, tidak semua problem mesti tanpa pamrih.
problem filsafat. Ada problem sehari-hari, pro- Bertitik tolak dari ide kebaikan, manusia
blem ilmiah, problem filsafat dan problem aga- di dalam melakukan tindakan yang menyangkut
ma. Problem filsafat berbeda dengan problem sesama manusia pada umumnya berpijak pada
yang bukan filsafat terutama yang menyangkut tiga ide pokok lainnya, yaitu keadilan, persama-
materi dan cakupannya. Ada beberapa ciri pro- an dan kebebasan. Ketiga ide itu merupakan
blem filsafat. tiga serangkai ide sebagai dasar dan ukuran da-
Bersifat sangat umum. Problem kefilsa- lam berbagai perbuatan seseorang dalam hu-
fatan tidak bersangkutan dengan objek-objek bungannya dengan orang lain. Keadilan, persa-
atau peristiwa-peristiwa khusus. Dengan kata maan dan kebebasan merupakan tiga serangkai
lain, sebagian besar problem filsafat bersang- ide pokok secara bersama-sama menjadi cita
kutan dengan ide-ide besar (great ideas), misal- yang baik bagi perbuatan manusia dalam ke-
nya ide tentang kebenaran (truth), kebaikan hidupan masyarakat di manapun. Berbuat adil
(goodness), keindahan (beauty) dan kesucian berarti berbuat baik atau mewujudkan ide ke-
(holy). Ide-ide pokok itu masing-masing ber- baikan. Menghargai persamaan dan kebebasan
sangkutan dengan lingkungan tertentu atau di- pada orang lain berarti berbuat baik atau me-
kenakan bagi pokok masalah tertentu. wujudkan ide kebaikan (The Liang Gie; 1998:
Kebenaran secara umum bersangkutan 8).
dengan pemikiran dan cabang filsafat yang di-

Filsafat sebagai Wahana Pendidikan Menuju Kemandirian Bangsa


243

Bersifat tidak semata-mata faktawi (spe- miah dalam bidang psikologi dan sosiologi
kulatif). Sifat spekulatif ini kadang dipahami se- yang memperkuat teori filsafat yang telah dike-
cara keliru bahwa filsafat berkaitan dengan fak- mukakan sebelumnya oleh para filsuf. Namun,
ta. Filsafat jelas tidak dapat meninggalkan fak- tidak dapat diingkari bahwa para filsuf telah
ta, namun persoalan yang dikaji filsafat berusa- mengajukan banyak sekali terkaan namun ke-
ha melampaui fakta tersebut. Hal ini untuk mudian ditolak oleh fakta-fakta yang dikemuka-
membedakan dengan pengetahuan ilmiah yang kan oleh para ilmuwan.
bersifat empiris atau pengetahuan yang me- Bersangkutan dengan arti (meaning) dan
nyangkut fakta atau realitas yang dapat diinde- nilai (value). Persoalan kefilsafatan senantiasa
ra. Pengetahuan fakta adalah pengetahuan yang berkaitan dengan pengungkapan secara eksplisit
dapat diukur, dihitung atau ditimbang, yang di- dan penemuan arti suatu konsep, teori atau isi-
nyatakan dalam bentuk angka atau bersifat lah yang digunakan. Hal ini sejalan dengan pe-
kuantitatif. Bila seseorang menanyakan kepada ngertian filsafat sebagai suatu analisis kritis atas
Anda tentang “Apa filsafat Anda?” berarti ja- bahasa dan istilah. Persoalan kefilsafatan juga
wabannya bukanlah definisi atau fakta historis bertalian dengan keputusan tentang penilaian
yang Anda ketahui atau informasi khusus yang moral, estetis, agama dan sosial. Filsafat meru-
Anda miliki melainkan Anda mencoba menya- pakan kegiatan untuk mencari kebijaksanaan
takan makna tentang apa yang Anda ketahui atau kearifan (wisdom) dan bukan mencari in-
dan Anda punyai. formasi tentang fakta. Kebijaksanaan adalah
Sebagai contoh, seorang ilmuwan memi- satu sikap menilai dan menimbang-nimbang se-
kirkan salah satu dari kejadian alam yang di- jumlah tindakan dengan memberikan penafsiran
sebut hujan. Ilmuwan dapat memikirkan sebab yang masuk akal.
terjadinya hujan dan memberikan deskripsi ten- Nilai adalah keberhargaan atau keunggul-
tang kejadian itu. Dalam suatu kawasan, ilmu- an pada sesuatu hal yang menjadi objek (sa-
wan dapat meramal daerah mana yang akan ter- saran) dari keinginan manusia yang didamba-
kena hujan serta tinggi rendahnya hujan dapat kan, diperjuangkan dan dipertahankan. Adanya
dinyatakan dalam bentuk ukuran yang bersifat nilai dalam kehidupan manusia, menjadikan ma-
kuantitatif. Namun, ilmuwan tidak mempersoal- nusia merasa senang, puas, atau merasa baha-
kan maksud dan tujuan hujan karena hal itu di gia. Nilai bersangkutan dengan pemahaman dan
luar batas kewenangan ilmiah. Ia tidak mena- penghayatan manusia. Para filsuf mendiskusi-
nyakan ”apakah ada kekuatan atau tenaga yang kan pertanyaan tentang nilai yang terdalam (ul-
mampu menimbulkan hujan?” Ilmuwan tidak timate value). Kebanyakan pertanyaan kefilsa-
memikirkan apakah kekuatan atau tenaga yang fatan berkaitan dengan hakikat nilai. Hasil pe-
menimbulkan hujan itu berwujud materi atau mikiran manusia tentang alam, kedudukan ma-
bukan materi. Pemikiran tentang “maksud”, nusia dalam alam, sesuatu yang dicita-citakan
“tujuan” dan “kekuatan” itu bersifat spekulatif, manusia. Semuanya itu secara tersirat mengan-
artinya melampai batas pengetahuan ilmiah. dung nilai. Misalnya pertanyaan “apakah Tuhan
Pertanyaan yang diajukan oleh para filsuf itu?” Jawaban yang diberikan berupa norma-
melampaui batas pengetahuan yang telah ma- norma (realisasi nilai) yang digunakan dalam
pan (established). Artinya, para filsuf berusaha menilai tindakan dan memberi bimbingan da-
untuk menduga kemudian yang akan terjadi. lam mengadakan pilihan atas perbuatan yang
Para filsuf telah memberikan sumbangan yang akan dilakukan.
penting, mengajukan terkaan yang cerdik (intel- Ada perbedaan antara filsafat dan ilmu
ligent guess) tentang hal yang tidak tercakup dalam kaitannya dengan problem nilai. Ilmu pe-
dalam pengetahuan yang sekarang dimiliki ma- ngetahuan menjawab pertanyaan tentang fakta
syarakat. Misalnya, tentang “kematian”, “keba- yang bersifat kuantitatif. Ilmu pengetahuan ti-
hagiaan”, “masyarakat adil makmur”, “manusia dak memberikan jawaban tentang apa yang
seutuhnya”, “civil society”. Banyak temuan il- seharusnya dilakukan oleh seorang ilmuwan.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2


244

Apabila seorang ilmuwan diajukan pertanyaan dasarkan pada moralitas. Orang yang belajar fil-
tentang hydrogen cyanide dan penicilin, maka safat melakukan aktivitas berpikir yang bertuju-
mereka sepakat menjawab bahwa hydrogen an untuk mencapai nilai kenyataan kebenaran
cya-nide adalah racun yang baik, sedangkan pe- (nilai logis dan realistis) yang didasarkan pada
nicilin adalah zat pembunuh kuman. Ilmuwan nilai kebaikan (nilai etis). Pendidikan filsafat ti-
mengemukakan jawaban berupa fakta-fakta dak sekadar pendidikan manusia untuk berpikir
yang dapat diverifikasi secara empiris. Dalam logis, tetapi juga pendidikan untuk menjadi ma-
hal ini ilmuwan tidak memberikan jawaban atas nusia yang bermoral.
pertanyaan “apakah euthanasia atau mematikan Salah satu isu utama dalam kehidupan
(bukan membunuh) pasien karena belas kasihan berbangsa dan bernegara adalah mengenai ka-
(mercykilling) dapat dibenarkan secara moral?” rakter bangsa. Persoalan ini merupakan salah
Para ilmuwan memerlukan bantuan para filsuf satu bahaya laten yang berpotensi mengganggu
moral untuk membantu menjawab pertanyaan stabilitas masyarakat dalam bernegara secara
ini. umum. Pendidikan karakter telah menjadi suatu
Bersifat sinoptik. Problem filsafat dipan- pilihan untuk membentuk manusia seutuhnya.
dang dalam pemahaman yang sinoptik. Artinya, Berangkat dari pemikiran dan pengamatan ke-
hal atau benda dipahami dalam konteks kese- adaan di masyarakat, sebagian besar dari kita
luruhan. Ilmu hanya membahas aspek khusus mulai menyadari bahwa kehidupan dengan se-
atau aspek tertentu dari benda. Dalam mengha- gala kondisinya akan tertib, teratur, dan nyaman
dapi kenyataan yang manusia terlibat di dalam- apabila lingkungannya berisi orang-orang yang
nya, para filsuf berusaha menggeneralisasikan, memiliki kepribadian baik
mensintesiskan, mengkritik dan menyatupadu-
kan (mengintegrasikan). Dengan demikian, pro- MANFAAT FILSAFAT DALAM KEMAN-
blem filsafat mencakup struktur kenyataan se- DIRIAN BANGSA
bagai suatu keseluruhan. Filsafat merupakan Ada orang yang menyatakan bahwa tidak
ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai begitu penting mempersoalkan apa yang diya-
suatu keseluruhan. kini atau dipercayai seseorang, yang penting
Bersifat implikatif. Kalau sesuatu pro- adalah melakukan hal-hal yang baik dan hasil-
blem filsafat sudah dijawab, maka jawabannya nya diharapkan juga baik. Di lain pihak, ada se-
itu akan memunculkan problem baru yang sa- kelompok orang yang berkecenderungan meni-
ling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan lai tindakan yang didasarkan pada kepercayaan
mengandung akibat lebih jauh yang menyentuh (belief) dan keyakinan. Gagasan-gagasan (ideas)
kepentingan hidup yang pokok bagi manusia. seseorang menjadi dasar dari tindakannya, de-
Contoh, seorang mahasiswa ditanya apa kriteria ngan kata lain seseorang tidak mungkin me-
Anda untuk menilai suatu pengetahuan yang be- lakukan perbuatan kecuali dia mempercayai se-
nar? Mahasiswa menjawab “Yang benar adalah suatu.
yang bermanfaat”. Kelihatannya jawaban ini Sekali seseorang menerima suatu gagas-
sudah selesai, padahal secara kritis dapat diper- an, maka hampir dapat dipastikan dia akan me-
tanyakan lagi. “Manfaat itu adalah manfaat nyatakan gagasan tersebut dalam bentuk ucap-
jangka panjang dan jangka pendek, manfaat itu an, tindakan atau sikap. Dengan demikian, ga-
ada manfaat bagi sedikit orang dan sebanyak- gasan merupakan kekuatan (daya) yang menen-
banyaknya orang, kalau begitu apa ukuran man- tukan dalam sejarah umat manusia. Filsafat se-
faat itu. Begitulah, problem filsafat jika dijawab bagai suatu ide, juga dapat memberikan sum-
akan menimbulkan pertanyaan baru. bangan bagi kehidupan manusia baik dalam ke-
hidupan sehari-hari maupun kehidupan ilmiah.
FILSAFAT DAN KARAKTER BANGSA Kehidupan akademis dan moral di masyarakat
Pendidikan filsafat adalah pendidikan ber- memang membutuhkan filsafat dan itulah salah
pikir menurut hukum-hukum logika yang di- satu roh menuju kemandirian, di mana seluruh

Filsafat sebagai Wahana Pendidikan Menuju Kemandirian Bangsa


245

elemen mampu menempatkan diri sesuai tugas aturan tersebut maka dia akan mengkritiknya
dan perannya. dan berusaha untuk mengadakan perubahan.
Pertama, setiap orang harus membuat ke- Dia akan melakukan hal ini berdasar atas fakta-
putusan dan melakukan tindakan. Kalau sese- fakta dan asas-asas yang konsisten.
orang akan memutuskan secara bijaksana dan Ketiga, filsafat adalah salah satu dari be-
berbuat secara konsisten, dia perlu menemukan berapa sarana yang tepat untuk memelihara ke-
nilai-nilai (values) dan makna sesuatu hal. Ke- biasaan berefleksi (perenungan). Refleksi ber-
hidupan memaksa manusia untuk mengadakan arti proses dari peninjauan kembali yang inte-
pilihan-pilihan dan bertindak berdasarkan pada lektual atau menengok ke belakang dengan cara
skala nilai-nilai. Manusia perlu menjawab pro- yang serius tentang apa yang telah terjadi (The
blem tentang benar dan salah, keindahan dan Liang Gie, 1977:64). Berefleksi terdiri dari be-
keburukan, bermoral dan tidak bermoral. Pen- berapa kegiatan berpikir. (1) Spekulasi, yaitu
carian atas ukuran-ukuran perbuatan dikatakan membuat dugaan yang masuk akal atau terkaan
baik dan tujuan hidup yang ingin dicapai ma- yang cerdik pada sesuatu hal tanpa bukti. (2)
nusia merupakan bagian yang penting dari tugas Deskripsi, yaitu membuat deskripsi tentang kom-
filsafat khususnya filsafat moral (ethics) dan ponen-komponen alam semesta dan mengung-
filsafat ilmu (philosophy of science). Filsafat kapkan sifat-sifatnya. (3) Analisis, yaitu meng-
tertarik pada aspek kualitatif dari hal-hal yang urai sesuatu yang utuh menjadi bagian-bagian
direnungkan. Filsafat tidak mengabaikan aspek dan mengungkapkan makna yang terdapat da-
autentik pengalaman manusia dan berusaha me- lam suatu kata, pengertian dan istilah. (4) Eva-
rumuskan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan de- luasi, yaitu penaksiran atas sesuatu yang ber-
ngan cara yang paling masuk akal. nilai yang melekat pada sesuatu hal, pengala-
Sesudah mengajukan pertanyaan tentang man atau tindakan manusia. (5) Pemahaman,
“apa guna filsafat”, Jacques Maritain menyata- yaitu kegiatan mengerti dengan sungguh-sung-
kan bahwa filsafat mengingatkan manusia atas guh atau mengerti secara cerdas tentang suatu
kegunaan yang luhur dari hal-hal yang tidak persoalan, fakta, gagasan atau implikasi. (6)
menyangkut sarana-sarana melainkan bersang- Penafsiran, yaitu aktifitas akal untuk memberi-
kutan dengan tujuan-tujuan. Manusia tidak ha- kan arti atau melimpahkan kepentingan pada
nya hidup dengan roti, vitamin dan penemuan- pengalaman-pengalaman manusia. Tujuan uta-
penemuan teknologis. Manusia juga hidup de- manya adalah dapat dipahaminya suatu penger-
ngan nilai-nilai (values) dan realitas yang meng- tian yang dialami oleh manusia.
atasi ruang dan waktu dan berharga bagi kepen- Filsafat dapat membantu memperluas wa-
tingannya sendiri. wasan bidang kesadaran untuk menjadi lebih hi-
Kedua, tindakan manusia adalah milik dup, lebih kritis dan lebih cerdas. Dalam ba-
manusia sendiri dan manusia benar-benar bebas nyak bidang pengetahuan khusus, ada kumpul-
kalau manusia menyadari pengendalian batin an fakta yang tertentu dan khusus, dan kepada
(inner controls) memilih tujuan sendiri. Kalau para mahasiswa diajukan beberapa problem se-
manusia berbuat semata-mata adat, tradisi atau hingga dipraktekkan untuk sampai pada jawab-
hukum, berarti dia tidak bebas. Keika ditanya an yang cepat dan mudah. Namun, dalam filsafat
apa yang telah dilakukan filsafat terhadapnya, ada perbedaan-perbedaan sudut pandangan yang
Aristoteles menyatakan bahwa filsafat memung- harus dipertimbangkan. Ada beberapa problem
kinkan dia berbuat secara bebas, sedangkan yang belum terselesaikan yang sangat penting
orang lain berbuat karena takut pada hukum. bagi kehidupan. Akibatnya, ada rasa kekagum-
Seseorang yang bebas adalah mereka yang an (wonder), rasa ingin tahu (curiosity) dan per-
membuat asas-asas dan aturan-aturan yang de- hatiannya pada hal-hal yang bersifat spekulatif
ngan itu dia dapat hidup. Dalam satu masyara- dari para mahasiswa dapat terus dipelihara dan
kat yang ideal, setiap orang akan menyetujui dikembangkan.
atas setiap aturan, dan kalau dia tidak suka pada

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2


246

Keempat, manusia hidup dalam abad demokratis memerlukan manusia yang cer-
yang tidak pasti, selalu berubah dan banyak das.
kepercayaan dan cara lama yang sudah tidak  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
memadai lagi. Dalam keadaan seperti itu, ma- semua aspek kehidupan, rakyat memunyai
nusia membutuhkan skala nilai-nilai dan arah akses dan tanggung jawab langsung dalam
tujuan hidup. Seperti halnya manusia merasa- membangun dan mengembangkan lembaga
kan tidak enak fisiknya bila berada di tengah sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya.
kekacauan material dan merasa tidak enak mo-  Revitalisasi budaya lokal dalam rangka pe-
ralnya bila mereka dihadapkan pada kedholim- ngembangan kapital sosial.
an dan ketidakadilan. Di samping itu, intelek-  Proses demokrasi dan globalisasi serta di to-
nya merasa terganggu hidup di tengah pandang- pang oleh teknologi informsi untuk melahir-
an dunia yang terpecah dan suasana yang me- kan nasionalisme asli sebagai identitas na-
ragukan. sional.
Kemandirian suatu bangsa terletak pada  Pengembangan ekonomi berdasarkan sum-
kemampuan belajar warganya, kemampuan yang ber daya alam yang ada di daerah-daerah.
dimaksudkan adalah penyadaran hakiki tentang  Pemerintah pusat dan daerah mengembang-
kehidupan. Elemen pembentuk kemandirian kan IPTEK secara berkesinambungan.
suatu bangsa terletak pada kesadaran individu  Pelestarian dan pemanfaatan sumber daya
yang memiliki kearifan dan kedewasaan dalam alam daerah untuk kesejahteraan masyarakat
berpikir dan bertingkah laku. Pendidikan pada lokal dan nasional.
tataran formal, non formal, maupun in formal  Memacu tersedianya kualitas manusia dan
memiliki kontribusi yang besar terhadap pe- kualitas masyarakat Indonesia yang dapat
ngembangan pribadi secara utuh. Pendidikan bersaing dan bekerjasama dalam lingkungan
yang berhasil adalah kesadaran yang luhur ter- global.
hadap nilai nilai dan tanggung jawab secara  Sebagai anggota masyarakat global yang
vertikal kepada Tuhan maupun tanggung jawab berbudaya.
horizontal kepada sesamanya. Di situlah letak Ragam persoalan yang ada di Indonesia
pentingnya mempelajari ilmu filsafat hingga ter- senyatanya berada pada tataran permukaan dan
bentuk suatu kesadaran yang mampu merubah mendalam. Hal tersebut mengindikasikan bah-
hidup dan kehidupan secara harmonis. wa sebagian persoalan yang ada merupakan
suatu ketidaksengajaan atau belum dewasanya
PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU MA- cara berpikir dan sudut pandang masyarakat ter-
SYARAKAT SEJAHTERA hadap persoalan yang ada. Mereka menyikapi
Persoalan karakter merupakan persoalan permasalahan hanya pada tataran permukaan
bangsa karena ia ada dalam kehidupan masya- serta tidak menyentuh akar permasalahan. Pada
rakat dan tumbuh dalam berbagai ragam khasa- tataran mendalam, ternyata beberapa persoalan
nah identitas. Suyanto (2006:138) mengemuka- didekati dengan cara yang tidak tepat sehingga
kan bahwa terdapat banyak aliran filsafat yang justru memunculkan persoalan baru sebagai
dapat dijadikan acuan bagi upaya menegakkan akibat cara berpikir yang keliru.
moralitas melalui pendidikan. Tilaar (2002:80- Sesuatu hal yang dihadapi manusia yang
83) menyampaikan beberapa butir perubahan berupa problem itu belum jelas duduk persoal-
sosial menuju masyarakat Indonesia baru se- annya, sehingga dibutuhkan jawaban yang da-
bagai berikut. pat menjelaskannya. Jawaban atas masalah ini
 Lahirnya masyarakat terbuka, proses demo- dapat diperoleh dengan akivitas akal yang di-
kratisasi mendorong lahirnya masyarakat sebut berpikir atau istilah teknisnya disebut
terbuka. berefleksi. Pendidikan berpikir secara filsafat
 Manusia dan masyarakat Indonesia yang bertujuan tidak sekedar untuk memperoleh ke-
cerdas, membangun masyarakat terbuka dan benaran akan tetapi berefleksi yang dilandasi

Filsafat sebagai Wahana Pendidikan Menuju Kemandirian Bangsa


247

nilai-nilai moral. Dalam hal pendidikan karakter tahuan yang mendasari segala pengetahuan in-
dinyatakan: ”lebih pedulilah dengan karaktermu derawi. Menurut Aristoteles, filsafat adalah pe-
daripada reputasimu karena reputasi adalah apa ngetahuan yang sejati. Adapun pengetahuan
yang orang mungkin berpikir tentangmu, se- yang sejati adalah pengetahuan yang mesti (ne-
dangkan karakter adalah siapa kamu sebenar- cessity), tetap dan kekal di belakang apa yang
nya” (Doty, 2006: 6-7). tidak mesti, tidak tetap dan tidak kekal yaitu
Berfilsafat adalah berpikir, namun tidak yang hanya kebetulan, senantiasa bergerak dan
dapat dibalik bahwa bepikir adalah berfilsafat. berubah. Di belakang kejadian-kejadian itu ada
Kalau dikatakan berilsafat adalah berpikir, hal sesuatu yang tidak kebetulan, tidak bergerak,
ini dimaksudkan bahwa berfilsafat termasuk ke- tidak berubah dan inilah yang disebut hakikat.
giatan berpikir. Kata “adalah” dalam “berfilsa- Kedua, berfilsafat adalah berpikir secara
fat adalah berpikir” mengandung pengertian universal. Yang dimaksud berpikir secara uni-
bahwa berfilsafat itu tidak identik dengan berpi- versal adalah berpikir tentang hal-hal dan pro-
kir melainkan berfilsafat termasuk dalam berpi- ses-proses yang bersifat umum. Berfilsafat ada-
kir. Berpikir lebih luas daripada berfilsafat. De- lah berpikir secara konseptual. Yang dimaksud
ngan demikian, tidak semua orang yang berpikir konsep di sini adalah hasil dari generalisasi dan
itu mesti berfilsafat. Akan tetapi dapat dipasti- abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta
kan bahwa orang yang berfilsafat itu pasti ber- proses-proses individual. Berfilsafat tidak ber-
pikir. Hanya saja yang dimaksud berfilsafat itu pikir tentang “manusia tertentu” atau “manusia
adalah berpikir dengan ciri-ciri tertentu. Misal- khusus” melainkan berpikir tentang “manusia
nya, seorang mahasiswa berpikir bagaimana secara umum” atau “kemanusiaan”. Berpikir se-
agar memperoleh Indek Prestasi (IP) yang ting- cara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pe-
gi pada semester sekarang, atau seorang pega- mikiran atas perbuatan-perbuatan bebas yang
wai negeri memikirkan berapa jumlah gaji yang dilakukan oleh orang-orang tertentu, orang-
akan diterima untuk bulan yang akan datang, orang khusus sebagai mana dipelajari oleh ilmu
atau seorang pedagang berpikir tentang laba psikologi, melainkan bersangkutan dengan pe-
yang akan diperoleh dalam bulan ini. Semua mikiran umum, misalnya apakah kemanusiaan
contoh yang dikemukakan itu bukanlah berpikir itu; apakah kebenaran itu; atau apakah kebaikan
secara kefilsafatan melainkan berpikir biasa itu. Ciri berpikir konsepual ini menjadikan ber-
atau berpikir sehari-hari yang jawabannya tidak pikir secara kefilsafatan melampai batas peng-
memerlukan pemikiran yang mendalam. alaman hidup sehari-hari.
Ada beberapa ciri berpikir secara kefilsa- Ketiga, berfilsafat adalah berpikir secara
fatan yang berbeda dengan berpikir secara il- koheren. Yang dimaksud koheren adalah berhu-
miah. bungan dengan sesuatu pengertian umum, ber-
Pertama, berfilsafat adalah berpikir seca- talian dengan suatu prinsip, atau sesuai dengan
ra radikal. Radikal berasal dari kata Yunani ra- kaidah-kaidah atau hukum-hukum logika. Mi-
dix yang berarti “akar”. Berpikir radikal adalah salnya, dalam bentuk penalaran: A=B; B=C;
berpikir yang sedalam-dalamnya, sampai ke jadi A=C. Suatu pernyataan dikatakan benar
akar-akarnya. Berpikir sampai ke hakikat, esen- (runtut) kalau putusan itu selaras (coherent) de-
si atau substansi yang dipikirkan. Berfilsafat ada- ngan putusan sebelumnya yang dikatakan be-
lah berpikir sampai pada keapaan (whatness) nar.
dari sesuatu hal. Pada awal munculnya filsafat, Keempat, berfilsafat adalah berpikir seca-
manusia yang berfilsafat tidak puas hanya mem- ra konsisten. Yang dimaksud konsisten adalah
peroleh pengetahuan lewat indera karena pe- sebuah konsep atau bentuk uraian yang di dalam-
ngetahuan yang diperoleh bersifat tidak tetap ya tidak mengandung kontradiksi. Kontradiksi
atau selalu berubah. Manusia yang berfilsafat adalah pertentangan yang saling menyisihkan.
dengan menggunakan akalnya berusaha untuk Contoh pernyataan yang tidak konsisten: “ling-
memperoleh pengetahuan hakikat, yaitu penge- karan yang berbentuk segitiga”, “bujangan yang

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2


248

sudah nikah”, “orang Negro yang berkulit pu- Sejalan dengan berbagai pengertian di
tih.” atas, Zuchdi, (2011:77) mengemukakan dua
Kelima, berfilsafat adalah berpikir secara faktor penting yang dapat berkontribusi bagi ke-
sistematik. Istilah sistematik berasal dari kata berhasilan pembentukan karakter individu, ya-
dasar “sistem”. Yang dimaksud sistem adalah itu keluarga dan media massa. Media massa
kebulatan dari sejumlah unsur yang saling ber- memang memunculkan fenomena baru dalam
hubungan menurut tata pengaturan untuk men- kehidupan berbangsa karena tiadanya filter yang
capai suatu maksud atau menunaikan suatu pe- baik untuk informasi yang beredar sehingga
ranan tertentu. Dalam mengemukakan jawaban menjadi konsumsi seluruh masyarakat. Contoh
terhadap sesuatu masalah, para filsuf atau ahli di atas mengisyaratkan bahwa dengan berfikir
filsafat menggunakan pernyataan-pernyataan se- filsafat maka kehidupan berbangsa dan berne-
bagai wujud dari proses berpikir secara kefilsa- gara dapat berlangsung dengan baik dan sejah-
fatan. Pernyataan-pernyataan yang merupakan tera.
uraian kefilsafatan itu harus berhubungan se- Proses pendidikan yang berlangsung da-
cara teratur dan terkandung adanya maksud lam konteks formal, nonformal, dan informal
atau tujuan megapa uraian itu dibuat. mengedepankan adanya keterkaitan yang nyata
Keenam, erfilsafat adalah berpikir secara untuk mewujudkan kehidupan yang beradab.
komprehensif. Yang dimaksud komprehensif Ketika pemikiran secara filsafat hadir dan di-
adalah berpikir yang mencakup secara keseluru- pelajari sejak anak-anak niscaya kesadaran un-
han. Filsafat berusaha untuk menjelaskan alam tuk menghargai dan menyayangi sesame bukan
semesta beserta bagian-bagiannya secara me- merupakan suatu masalah besar. Berfilsafat ada-
nyeluruh. Kalau satu sistem filsafat bersifat lah berpikir yang bertanggung jawab. Orang yang
komprehensif berarti sistem ini mencakup se- berfilsafat adalah orang yang berpikir sambil
cara keseluruhan dalam arti tidak ada sesuatu bertanggungjawab. Pertanggungjawaban yang
pun yang berada di luarnya. pertama adalah terhadap hati nuraninya (con-
Ketujuh, berfilsafat adalah berpikir se- science) sendiri. Di sini nampak ada hubungan
cara bebas. Sampai batas-batas yang luas maka antara kebebasan berpikir dalam filsafat dengan
setiap filsafat dapat dikatakan merupakan hasil etika yang mendasarinya.
dari pemikiran secara bebas. Bebas dari pra-
sangka-prasangka sosial, historis, kultural, dan PENUTUP
religius. Sikap bebas ini banyak ditunjukkan Filsafat mendasari gerak kehidupan da-
oleh para filsuf di segala zaman. Socrates me- lam berbagai aspek yang ada meskipun masih
milih minum racun dan menatap maut daripada terdapat pemahaman yang belum pas terhadap
harus mengorbankan kebebasannya untuk ber- filsafat sehingga memunculkan sikap spekulatif.
pikir menurut keyakinannya. Karena khawatir Sifat spekulatif memahami secara keliru bahwa
kehilangan kebebasannya untuk berpikir, Spi- filsafat berkaitan dengan fakta. Filsafat jelas ti-
noza menolak pengangkatannya sebagai guru dak dapat meninggalkan fakta, namun persoalan
besar filsafat di Unversitas Heidelberg. Kebe- yang dikaji filsafat berusaha melampaui fakta
basan berpikir itu adalah kebebasan yang ber- tersebut.
disiplin. Berpikir dan menyelidiki secara bebas Sumbangan filsafat bagi kemandirian
itu tidaklah berarti sembarangan, sesuka hati, bangsa diwujudkan antara melalui berbagai pe-
anarkhi, malahan sebaliknya berpikir dan me- nanganan pendidikan yang baik. Sudah semesti-
nyelidiki yang sangat terikat. Akan tetapi, ikat- nya filsafat diangkat sebagai peletak dasar pen-
an itu berasal dari dalam, dari hukum dari di- didikan mengingat pihak-pihak yang terlibat de-
siplin pikiran itu sendiri. Di sinilah berpikir dan ngan pendidikan belum sadar sepenuhnya ten-
menyelidiki dengan bebas itu berarti berpikir tang esensi ilmu yang dipelajari oleh anak-anak
dan menyelidiki menggunakan disiplin yang se- didiknya. Di dalam keluarga perlu memahami
ketat-ketatnya. filsafat dalam ragam yang lebih aplikatif untuk

Filsafat sebagai Wahana Pendidikan Menuju Kemandirian Bangsa


249

memberikan bimbingan dan pendampingan yang DAFTAR PUSTAKA


maksimal bagi anak-anaknya dengan mengede- Asy’arie, Musa. 2012. “Pendidikan Anti Reali-
pankan kejujuran dan keadilan sesuai esensi dari tas dan Kemandirian Bangsa”. Pidato
filsafat tersebut. Dies FIP UNY Tahun 2012.
Kemandirian bangsa terwujud melalui
suatu pola pendidikan yang sistematis dan te- Doty, Joseph, 2006. “Sport Build Character”.
rencana dengan mengedepankan unsur-unsur Journal of College & Character. Volume
yang lebih luas meliputi kedewasaan berpikir, VII. No. 3. April 2006.
bersikap, dan bertindak. Pendidikan saat ini cen-
derung berorientasi pada kekuatan kuantitatif Magnis-Suseno, Franz. 1991. Berfilsafat dari
yang mengedepankan persaingan dan kompetisi Konteks. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
antara anak satu dengan lainnya. Elemen utama
Suyanto. 2006. Dinamika Pendidikan Nasional:
filsafat dalam pendidikan adalah menghadirkan
dalam Percaturan Dunia Global. Jakarta:
sinergitas unsur secara utuh, bukan sepotong-
PSAP Muhammadiyah.
sepotong sehingga memunculkan suatu kedewa-
saan bangsa yang berkontribusi bagi kehidupan Zuchdi, Darmiyati (Editor). 2011. Pendidikan
yang lebih luas. Karakter. Yogyakarta: UNY Press.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih yang sebesar-besar-
nya penulis sampaikan kepada Redaktur Jurnal
Cakrawala Pendidikan. Semoga semua kebaik-
an yang telah Ibu/Bapak berikan memperoleh
kebaikan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha
Kuasa, serta tulisan kami dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pihak lainnya. Amin.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2

Anda mungkin juga menyukai