Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana individu-individu yang memiliki karakter
yang berbeda-beda bertemu untuk sebuah tujuan untuk mewujudkan masa depan yang cerah.
Dalam lingkungan tersebut timbul interaksi antar individu yang memiliki karakter yang berbeda.
Adanya perbedaan karakter menimbulkan perbedaan pendapat yang membuat terjadinya
perpecahan antar individu tersebut. Perpecahan inilah yang membuat timbulnya sebuah jarak.
Sekolah memiliki tingkatan-tingkatan yang harus dilalui oleh setiap siswa. Mulai dari
kelas yang paling awal hingga kelas akhir. Perbedaan tingkatan yang ada di sekolah membuat
adanya jarak yang harus para siswa menjaga jarak antar tingkatan. Menjaga jarak dalam artian,
siswa kelas awal merasa bahwa kelas akhir adalah kelas yang harus ditakuti. Sebaliknya, siswa
kelas akhir merasa bahwa kelas awal adalah kelas yang harus menghormati mereka. Inilah yang
menimbulkan munculnya istilah senioritas.
Senioritas menjadi salah satu masalah yang timbul di lingkungan sekolah karena adanya
anggapan-anggapan yang berbeda dari setiap individu yang ada di sekolah. Adik kelas
menganggap bahwa kakak kelas adalah orang yang ditakuti, sedangkan kakak kelas menganggap
bahwa adik kelas adalah orang yang harus menghormati mereka. Alasan ini yang membuat
kakak kelas menjadi seenaknya dalam memperlakukan adik kelas.
Tidak hanya senioritas melainkan juga junioritas. Junioritas terjadi karena adik kelas tidak
respect terhadap kakak kelas. Hal ini terjadi karena adik kelas merasa bahwa kakak kelas adalah
orang yang gila hormat, sehingga mereka menunjukkan pemberontakan melalui tindakan tidak
respect. Hal ini seharusnya tidak boleh ada dalam hubungan adik-kakak kelas. Karena,
bagaimanapun adik-kakak kelas sudah menjadi keluarga dalam satu komunitas yaitu sekolah.
Jika hal seperti ini terjadi, maka akan menimbulkan dan membuat tingkat kriminalitas antar
siswa di sekolah meningkat. Sekolah adalah tempat untuk mendapatkan ilmu dan juga untuk
membangun karakter yang sesuai dengan moral yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Kriminalitas adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan moral. Namun, jika hal ini terjadi di
lingkungan sekolah, siswa akan memiliki karakter yang tidak sesuai dengan moral. Siswa adalah
generasi penerus bangsa, maka hal ini harus benar-benar dibasmi dari lingkungan sekolah bak
membasmi hama yang ada diantara tumbuh-tumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang menyebabkan terjadinya masalah senior-junioritas di lingkungan sekolah ?
2. Bagaimana membangun kesadaran siswa untuk saling menghargai satu sama lain?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan masalah terjadinya senior-junioritas yang
terjadi di lingkungan sekolah
2. Untuk mengetahui cara membangun kesadaran untuk saling menghargai satu sama lain.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Sekolah
Sekolah menurut KBBI berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan
mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Selain itu, sekolah juga
membentuk manusia sosial. Manusia, selain sebagai suatu individu, ia juga adalah
makhluk sosial. Pendidikan dituntut mampu membentuk manusia yang dapat bergaul
dengan manusia lain. Pergaulan dimaksud diharapkan tidak terhalang oleh adanya
perbedaaan, baik suku, agama, budaya, pendapat, pendirian dan lain sebagainya.
Manusia, dengan pendidikan dipersiapkan agar dapat menyesuaikan diri dalam segala
situasi apapun yang di hadapinya.

2.2. Tujuan Pendidikan


Di dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3
disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara
yang demokratis juga bertanggung jawab.

2.3. Fungsi Pendidikan


Menurut pendapat Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang
nyata (manifest) yakni sebagai berikut:
1. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
2. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
3. Melestarikan kebudayaan.
4. Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Fungsi lain dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.


1. Mengurangi pengendalian orang tua terhadap anak-anaknya. Melalui pendidikan, sekolah
orang tua melimpahkan tugas serta wewenangnya dalam mendidik anak kepada pihak
sekolah.
2. Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah mempunyai potensi untuk
menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya
perbedaan pandangan antara sekolah serta masyarakat tentang sesuatu hal, seperti
pendidikan seks serta sikap terbuka.
3. Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan bisa
mensosialisasikan kepada anak-anak didiknya guna menerima perbedaan prestise,
privilise, serta status yang ada dalam masyarakat. Sekolah pun diharapkan menjadi
saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi ataupun paling tidak sesuai
dengan status orang tuanya.
4. Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah bisa pula memperlambat masa dewasa
seseorang sebab siswa masih tergantung secara ekonomi kepada orang tuanya.

Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai
berikut:
1. Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
2. Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
3. Menjamin integrasi sosial.
4. Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
5. Sumber inovasi sosial.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan atau metode tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal
yang mengenai objek yang diamati. Dengan demikian melalui metode penelitian,
sebagai peneliti kita dapat menentukan cara-cara yang tepat untuk menangani suatu
permasalahan yang menjadi objek penelitian.
Penelitian dilakukan tidak hanya dengan satu cara penelitian, agar hasil penelitian
menjadi semakin akurat. Penelitian yang dilakukan haruslah dengan beberapa cara
seperti, angket, wawancara, dan juga observasi. Ketiga cara ini yang akan membuat
hasil penelitian menjadi semakin akurat sesuai yang ada pada lapangan objek
penelitian.
Metode angket adalah metode dengan menggunakan lembaran kertas yang
berisikan beberapa pernyataan yang sesuai dengan keadaan pada objek penelitian.

NO Pernyataan Ya Tidak
1 Terdapat tradisi senioritas di sekolah ini
2 Adik kelas respect terhadap kakak kelas
3 Kakak kelas ramah terhadap adik kelas
4 Terjalin hubungan yang harmonis antara adik kelas dan kakak
kelas
5 Saya pernah menjadi korban tindakan senioritas

Metode wawancara merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengajukan


beberapa pertanyaan secara langsung kepada narasumber yang berhubungan dengan
objek penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti;
1. Menurut anda, bagaimana hubungan antar senior-junior di sekolah ini?
2. Bagaimana perlakuan kakak/adik kelas terhadap kamu?
3. Bagaimana kamu memperlakukan kakak/adik kelas?
4. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran respect antar siswa di sekolah ini?
5. Bagaimana meningkatkan hubungan yang harmonis terhadap kakak dan adik
kelas?
Metode yang terakhir adalah metode observasi. Metode observasi adalah metode
dimana peneliti mengamati langsung di lapangan tentang apa dan bagaimana yang terjadi
pada objek penelitian tersebut.

3.2 Subyek, Waktu, dan Tempat Penelitian


Subyek penelitian kami mengenai topik senioritas adalah siswa-siswi SMA Lentera
Harapan Toraja. Penelitian akan dilaksanakan pada tahun 2018 secara bertahap mulai dari
metode angket, metode wawancara dan yang terakhir metode observasi. Tempat penelitian yaitu
di lingkungan SMA Lentera Harapan Toraja.
BAB 4
ANALISIS DATA
4.1 Pra siklus : Observasi
Pada beberapa minggu yang lalu, kami telah melakukan observasi dengan mengamati
perilaku siswa-siswi di tingkat Sekolah Menengah Atas di Sekolah Lentera Harapan Toraja.
Kami mengamati perilaku mereka pada saat jam istirahat dan makan siang. Hasil pengamatan
kami yaitu kami melihat beberapa adik kelas yang tidak respect terhadap kakak kelas. Mereka
memperlihatkan hal tersebut lewat perilaku mereka seperti saat mereka melewati kakak kelas
mereka tidak mengatakan “permisi”.
Selain perilaku adik kelas, perilaku kakak kelas juga sangat mengkhawatirkan. Kakak kelas
juga memperlihatkan perilaku ketidakramahan mereka. Seperti, pada saat melewati koridor
kakak kelas, mereka memperlihatkan wajah yang tidak bersahabat sambil sedikit mengangkat
kepalanya.
Demikian hasil observasi kami terhadap perilaku hubungan adik-kakak kelas SMA Lentera
Harapan Toraja.

4.1.1 Hasil data kuesioner/angket siswa:


Angket ini diisi atau dijawab oleh 10 orang siswa SMA Lentera Harapan Toraja dengan hati
nurani tanpa adanya paksaan, tekanan, ataupun pengaruh dari orang lain dalam bentuk apapun.
Hasil kuesioner adalah sebagai berikut;

NO Pernyataan Ya Tidak Ket.


1 Terdapat tradisi senioritas di sekolah ini. 60% 40%
2 Adik kelas respect terhadap kakak kelas . 60% 40%
Sesuai
3 Kakak kelas ramah terhadap adik kelas. 70% 30%
ekspektasi
4 Terjalin hubungan yang harmonis antara adik kelas dan 80% 20%
kakak kelas.
5 Saya pernah menjadi korban tindakan senioritas . 10% 90%
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa di SMA Lentera Harapan Toraja terdapat
tradisi senioritas-junioritas. Tradisi ini disebabkan oleh karena perlakuan adik kelas yang kurang
respect terhadap kakak kelas dan juga karena sebagian kakak kelas kurang ramah terhadap adik
kelas. Hal inilah yang membuat hubungan antara adik dan kakak kelas menjadi tidak harmonis.
Namun, satu dari 10 siswa yang mengisi kuesioner/angkat menyatakan bahwa dirinya pernah
menjadi korban tindakan senioritas.
Demikianlah hasil data dari penelitian menggunakan metode kuesioner/angket.

4.1.2 Hasil data wawancara siswa


Kami telah melakukan wawancara terhadap beberapa siswa-siswi SMA Lentera Harapan
Toraja dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti di bawah ini;
1. Menurut anda, bagaimana hubungan antar senior-junior di sekolah ini?
2. Bagaimana perlakuan kakak/adik kelas terhadap kamu?
3. Bagaimana kamu memperlakukan kakak/adik kelas?
4. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran respect antar siswa di sekolah ini?
5. Bagaimana meningkatkan hubungan yang harmonis terhadap kakak dan adik
kelas?
Hasil wawancara terhadap beberapa narasumber, sebagian besar menyatakan bahwa
hubungan antar senior-junior di sekolah ini kurang baik karena perlakuan adik kelas yang
kurang respect terhadap kakak kelas sehingga menimbulkan hubungan yang kurang baik.
Namun, beberapa mengatakan bahwa hubungan antar senior-junior di sekolah ini baik-baik
saja karena mereka telah menerapkan 3S (senyum,sapa,salam).
Narasumber juga menyatakan bahwa kakak/adik kelas saling memperlakukan dengan
tidak baik. Sehingga mereka menyarankan beberapa usulan untuk meningkatkan kesadaran
untuk respect dan juga untuk meningkatkan hubungan yang harmonis antar senior-junior di
sekolah ini.
4.2 Siklus kedua
Kami telah melakukan penelitian tahap kedua tentang masalah senior-junioritas di SMA
Lentera Harapan Toraja. Tahap kedua kami lakukan untuk semakin mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, kami kembali mengedarkan angket/kuesioner dan juga sesi
wawancara kepada para siswa-siswi di tingkat SMA, namun dengan orang yang berbeda dari
tahap pertama.

4.2.1 Hasil data kuesioner/angket


Pernyataan Ya Tidak Ket.
Terdapat tradisi senioritas di sekolah ini. 55% 45%
Adik kelas respect terhadap kakak kelas . 30% 70%
Sesuai
Kakak kelas ramah terhadap adik kelas. 70% 30%
ekspektasi
Terjalin hubungan yang harmonis antara adik kelas dan kakak 60% 40%
kelas.
Saya pernah menjadi korban tindakan senioritas . 0% 100%

Berdasarkan hasil data kuesioner/angket di atas, sample penelitian kami mengakui bahwa
di SMA Lentera Harapan Toraja telah terjadi tradisi senioritas. Hal ini disebabkan oleh karena
adik kelas yang tidak respect terhadap kakak kelas walaupun kakak kelas telah bersikap ramah
terhadap adik kelas. Akibatnya, hubungan antara adik kelas dan kakak kelas menjadi tidak
harmonis. Walaupun demikian, dari 10 siswa yang menjadi sample kami, mengaku bahwa
mereka tidak pernah menjadi korban senior-junioritas.
Demikianlah hasil data dari penelitian menggunakan metode kuesioner/angket tahap
kedua.

4.2.2 Hasil data wawancara


Kami telah melakukan wawancara tahap kedua terhadap beberapa siswa-siswi SMA
Lentera Harapan Toraja dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti di bawah ini;
1. Menurut anda, bagaimana hubungan antar senior-junior di sekolah ini?
2. Bagaimana perlakuan kakak/adik kelas terhadap kamu?
3. Bagaimana kamu memperlakukan kakak/adik kelas?
4. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran respect antar siswa di sekolah ini?
5. Bagaimana meningkatkan hubungan yang harmonis terhadap kakak dan adik
kelas?

Hasil dari wawancara terhadap beberapa siswa-siswi SMA Lentera Harapan Toraja pada
tahap kedua menyatakan bahwa mereka memang melihatb bahwa hubungan antara adik dan
kakak kelas di sekolah ini kurang baik. Hal ini terjadi karena perlakuan kakak kelas yang kurang
ramah terhadap kakak kelas sehingga mengakibatkan adik kelas menjadi tidak respect terhadap
kakak kelas. Kesadaran akan betapa pentingnya respect harus ditingkatkan dengan cara membuat
acara yang melibatkan kakak kelas dan adik kelas di dalamnya seperti retreat. Selain itu, 3S
(Senyum, Sapa, Salam) nharus ditingkatkan untuk membangun hubungan yang harmonis.

Anda mungkin juga menyukai