2022
1. Jelaskanlah urgensi pengenalan lingkungan dan sosial budaya pada anak beserta dampak
yang ditimbulkan jika itu tidak dilakukan bagi perkembangan sosial anak selanjutnya dan
beri contoh ?
Lingkungan yang dimaksud memiliki arti yang luas termasuk lingkungan pada anak
(dirinya sendiri), keluarga dan rumah. Lingkungan sosial merupakan segala stimulus
yang berada di luar diri individu hubungannya dengan perlakuan orang lain terhadap
individu. Adapun lingkungan sosial juga memberi peran yang sangat penting dalam
pendidikan karakter anak, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
teman sebaya nya. Keluarga juga menjadi lingkungan pertama yang dikenal oleh anak,
maka dari itu orang tua harus berusaha menciptakan linkungan yang kondusif yang baik
agar bisa menjadi contoh bagi anak. Begitu juga dengan lingkungan sekolah, guru juga
harus berusaha menciptakan suasana yang nyaman bagi anak dalam proses pembelajaran
nya. Dalam hal ini bukan hanya guru saja melainkan seluruh staf yang ada di lingkungan
sekolah. Sehingga anak mampu memahami setiap informasi yang disampaikan oleh guru.
Ada 3 jenis lingkungan yang dapat mempengaruhi Yusuf (2014). Diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Lingkungan Keluarga
menajdi modeling untuk anak. Namun, ternyata tidak hanya dari anggota keluarga,
melainkan juga oleh orang lain yang berada dalam keluarga seperti pengasuh anak
atau baby sister. Beberapa orang tua memilih untuk menggunakan jasa pengasuh
anak apabila orang tua merasa tidak mampu dalam merawat anaknya, karena
keluarga. Pertama, sikap dan kebiasaan orang tua. Kedua, pola asuh yang diterapkan
orang tua.
Adapun contohnya penerapan kedisiplinan orang tua menjadi guru pertama bagi
anak, orang tua menerapkan kepada anak untuk selalu tepat waktu pergi ke sekolah,
juga menerapkan sifat mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru kepada
murid nya. Orang tua juga mengajarkan sikap tanggung jawab terhadap anak jika
anak melakukan kesalahan anak tersebut dapat langsung menerima dan meminta
maaf terhadap kesalahan nya. Dan orang tua ngajarkan anak tentang Religius yang
mana orang tuua mengajarkan tentang kewajiban nya untuk beribadah kepada Allah
SWT sseperti menerapkan pola shalat lima waktu dan mengaji setelah shalat
b. Lingkungan Sekolah
pendidikan anak menajdi warga negara yang cerdas, terampil, dan bertingkah laku
baik (Sumitro, dkk, 2006:81) .Sekolah merupakan lingkungan sosial kedua bagi
anak setelah keluarga. Sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pola pikir
sebelum menjelaskan kepada murid nya agar satu sama lain dapat berinteraksi
dengan baik. Penerapan ini tidak jauh seperti penerapan di keluarga. Guru juga
peraturan yang mana yang wajib di patuhi dan yang tidak boleh di lakukan,
diluar kegiatan kelompok. Guru juga menerapkan yang namanya Apresiasia bagi
anak yang teladan dengan cara yang sederhana seperti ucapan selamat dan guru juga
kesalahan.
c. Linkungan Masyarakat
Adapun contoh orang tua dan guru meng kontrol pergaulan anak dengan cara
menyenangkan agar anak tidak mudah bosan di rumah, atau memilah dan memilih
tempat bermain yang memberikan efek positif bagi anak agar hasil bermain pun bisa
terhadap anak yaitu pengenalan budaya. Pengenalan budaya pada anak sejak dini
sangatlah penting. Tak hanya budaya bangsa dan negaranya, budaya yang harus
dikenalkan pada anak juga termasuk budaya bangsa lain. Ketika anak telah
sosial sejak sedini mungkin. Mengenalkan budaya bangsa ini mendorong anak untuk
tidak mudah terpengaruh oleh segala hal yang bisa memecah belah bangsanya. Anak
yang telah mengenal perbedaan budaya dengan baik, mereka akan lebih menghargai
segala perbedaan yang ada di sekitarnya. Anak juga bakal lebih menghormati dan
bisa mengenalkan lewat buku, lewat cerita, lewat permainan tradisional, lewat
implementasinya ?
Perkembangan sosial anak sangat tergantung pada individu anak, peran orang tua,
dimaksud dengan perkembangan sosial anak adalah bagaimana anak usia dini
berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa dan masyarakat luas agar dapat
menyesuaikan diri dengan baik sesuai apa yang diharapkan. Ada kaitan erat antara
pengalaman positif lain selama melakukan aktivitas sosial merupakan modal dasar yang
sangat penting untuk satu kehidupan sukses dan menyenangkan dimasa yang akan
datang. Menurut Masitoh dkk (2009) perkembangan sosial anak adalah perkembangan
perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- aturan masyarakat dimana anak
itu berada. Selanjutnya menurut Beaty (2013), menyatakan bahwa perkembangan sosial
anak berkaitan dengan perilaku prososial dan bermain sosialnya. Adapun untuk teori
1) Teori Erikson
masyarakat dan institusi sosial seperti keluarga, sekolah, dan program pendidikan
anak. Pada teori Erikson tersebut kepribadian dan keterampilan sosial anak tumbuh
dan berkembang di lingkungan sekitar. Pada fase ini anak juga diharapkan dapat
menerima dan menanggapi apa yang keluarga, masyarakat, dan orang disekitar
inginkan. Adapun contohnya menyusun naskah cerita dan membuat sosiodrama. Hal
2) Teori Bandura
Dalam Trianto (2011: 77) pemodelan merupakan konsep dasar dan teori belajar
sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut bandura sebagian besar
manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku
orang lain. Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah
laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara
ulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk
tersebut, manusia belajar dengan cara mengamati tingkah laku orang lain kemudian
dari apa yang mereka lihat akan menjadi pengalaman baru bagi dirinya sendiri dan
paparan model dan persuasi verbal baik melalui diskusi maupun motivasi dari trainer
konsep diri bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana peran individu di dalam
masyarakat, keluarga, sekolah sedangkan latihan pengenalan potensi diri bertujuan
untuk membuat individu lebih mengenali kemampuan yang dimiliki sehingga dapat
dimiliki.
3) Teori Ekologi
Ecological theory dalam Surna & Pandeirot (2014: 115) mengatakan bahwa
ekologi, atau Ecological Theory, yang sebetulnya didasarkan pada upaya memahami
3. Analisislah Kompetensi sosial anak sesuai tahapan usia (0-8 tahun) secara detil yang
bersumber dari Kurtilas dan Kurmer, kemudian desainlah aktivitas yang dapat dilakukan
Kompetensi sosial perkembangan usia anak berdasarkan kurtilas dan kumer terdiri
dari:
a. Tahap usia lahir - 2 tahun, terdiri atas kelompok usia: Lahir - 3 bulan, 3- 6 bulan, 6 -
b. Tahap usia 2 - 4 tahun, terdiri atas kelompok usia: 2 - 3 tahun dan 3 - 4 tahun
c. Tahap usia 4 - 6 tahun, terdiri atas kelompok usia: 4 - 5 tahun dan 5 - 6 tahun.
Aspek nilai agama dan moral meliputi kemampuan mengenal nilai agama yang
menghormati, dan toleran terhadap agama orang lain. Adapaun contoh pendidik
menucapkan dan menjawab salam sebelum dan sesudah memulai kegiatan. Sikap ini
sangat penting bagi anak karena akan membangun sikap anak bertemu orang dewasa
2) Fisik-motorik
lingkar kepala sesuai usia serta kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat,
jempol, dan menyusun balok menjadi menara. Tentunya hal ini akan
baru
hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata
dalam cerita.
b. rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup kemampuan
permainan.
berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni
lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya seni, gerak dan tari,
4. Lakukanlah sebuah pengamatan tentang perkembangan sosial anak usia dini disekitar
saudara, temukanlah sebuah kasus dan solusi atas kasus tersebut. Kemudian berdasarkan
kasus yang saudara temukan, tuangkanlah hal tersebut dalam sebuah draft artikel yang
Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun
berada pada masa emas perkembangan. Di samping itu, pada usia ini anak-anak masih
sangat rentan, apabila penanganannya tidak tepat justru dapat merugikan anak itu sendiri.
Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan tahap-
tahap perkembangan anak. Program PAUD tidak dimaksudkan untuk mencuri start apa-
apa yang seharusnya diperoleh pada jenjang pendidikan dasar, melainkan untuk
memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai bagi anak, agar anak pada saatnya memiliki
kesiapan baik secara fisik, mental, maupun sosial/emosionalnya dalam rangka memasuki
pendidikan lebih lanjut. Pada kenyataannya, tidak semua anak dapat berinteraksi sosial
dengan baik, terlebih lagi anak dihadapkan dengan lingkungan yang baru dengan semua
hal yang baru pula. Pada saat penyesuaian diri itulah anak dihadapkan dengan berbagai
permasalahan yang memerlukan bantuan dari guru dan orangtua sebagai orang dewasa
yang dikenalnya. Salah satu permasalahan yang timbul pada anak usia dini yang masuk
dalam pendidikan TK adalah anak mengalami rasa malu yang berlebihan, yang akibatnya
terlihat pada perilaku yang ditampilkan oleh anak. Anak akan menjadi tidak nyaman
dengan lingkungan barunya, dan berusaha menutup dirinya sebagai upaya perlawanan
yang dilakukannya. Hal ini tentunya berpengaruh pada perkembangan anak, seperti
dapat dimengerti, kurangnya eksplorasi tubuh melalui aktivitas fisik karena anak malu
ikut dalam berbagai kegiatan belajar dan bermain bebas dengan anak-anak lainnya, dan
mengalami tingkat kecerdasan sosial yang rendah karena anak merasa nyaman menutup
diri dari berteman dengan anak yang seusianya, meski akibatnya anak akan kehilangan
didalam diri anak yang dimana anak mampu bersosialisasi dan mempunyai hubungan
dengan orang lain, berperilaku yang sopan dan berdisiplin dalam kehidupan sehari-hari
serta menunjukkan emosi yang wajar. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan
a. Tempertantrum
Perilaku marah yang dimiliki anak secara berlebihan. Ini terjadi pada anak yang
berumur 4 tahun. Perilaku ini muncul lebih sering pada anak saat anak
perkembagan emosi pada anak usia dini. Anak yang memiliki permasalahan pada
dipenuhi mereka akan mengamuk yang berlebihan seperti memecahkan barang yang
Adapun solusi atas kasus ini yatu alihkan perhatian anak sebab anak kecil sangat
mudah melupakan sesuatu dan tertarik pada hal baru. Misalnya, memberikan mainan
yang sudah lama tidak dimainkan atau memberikan camilan kesukaannya saat anak
b. Pemalu
Emosi yang negatif yang ada pada diri anak maupun seseorang yang sudh dewasa.
Emosi pemalu yang negative pada anak sangat berdampak tidak baik untuk
berhubungan dengan orang lain karena emosi ini bisa menghambat dan mengganggu
anak dalam berhubungan dan bersosialisasi dengan orang lain yang ada disekitarnya.
Adapun untuk solusi dalam kasus ini hanya perlu mengawasi anak saat ia bermain,
beri waktu padanya lebih banyak untuk mempelajari sekitarnya. Setelah ia sudah
merasa nyaman dengan, ia pun akan senang bermain dan tidak menjadi pemalu lagi.
Beri kepercayaan pada anak bahwa ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan.
bawah ini:
Kesimpulan:
Khususnya bagi pertumbuhan anak usia dini. Pada masa ini pendidikan karakter anak
usia dini sangatlah penting agar anak memiliki perilaku yang baik. Oleh karena itu
pendidikan karakter diberikan sejak usia dini karna pada masa itulah anak dapat
Referensi:
Yogyakarta. Childhood Education: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 1 (1)
E-Issn: 2721-0685
Anak Usia Dini Dan Implikasinya Bagi Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling
Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 2 No. 1, Januari -
Juni 2017
Anak Usia Dini Dan Implikasinya Bagi Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling
10. Nur Kholidah Nasution. (2020). Problematika Dan Solusi Dalam Perkembangan
13. Zakiyah, Nisaus. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian
Aisyiyah Yogyakarta.
14. Novita Purwati. (2022). Gangguan Dan Hambatan Perkembangan Pada Anak
Usia Dini. Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Volume 2, Nomor 1,
2022
Journal of Social Interactions and Humanities (JSIH) Vol.1, No.1, 2022: 37-50
Emosional Anak Usia 5-6 Tahun Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Di TK
Swasta Antonius. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas Vol. 7 No. 1 Juni 2021
17. Eka Supriyanti. (2019). Strategi Mengatasi Tempertantrum Pada Anak Usia 3-5
Temper Tantrum Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun). Jurnal NurseLine
19. Dwi Wasilah Wati. (2021). Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku Tantrum
Pada Anak Usia Dini Di Day Care Sekolah Dolan Perumahan Villa Bukit Tidar
Malang. Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 3 Nomor 1
21. Nenden Ineu. (2022). Menghadapi Anak Usia Dini Yang Temper Tantrum.
22. Astuti Ardi Putri (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
23. Wenny A. Lestari. (2021). Pengelolaan Perilaku Tantrum Oleh Ibu Terhadap
Anak Usia 12-48 Bulan. Jurnal Proyeksi, Vol. 16 (1) 2021, 208-219
24. Riza Oktariana. (2021). Analisis Permasalahan Anak Pemalu Pada Anak Usia 5-
25. Adhita, Restu Hanun Prawistri. (2013). Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak
https://academicareview.com/index.php/jh/article/view/44
27. Novela Rifa. (2022). Peranan Guru dalam Mengatasi Sifat Pemalu Anak dengan
Bermain Sosial (Studi Kasus Pada Anak di PAUD Ummul Qur’an Tembilahan).
Kemampuan Membaca Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak
untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal