Anda di halaman 1dari 17

RESUME STUDI SOSIAL

Putri Yolanda Arnis (22330012)

JURUSAN MAGISTER PAUD

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
1. Jelaskanlah urgensi pengenalan lingkungan dan sosial budaya pada anak beserta dampak

yang ditimbulkan jika itu tidak dilakukan bagi perkembangan sosial anak selanjutnya dan

beri contoh ?

Pengenalan terhadap lingkungan ditujukan agar anak mengenal, memahami dan

mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar di rumah maupun diluar rumah.

Lingkungan yang dimaksud memiliki arti yang luas termasuk lingkungan pada anak

(dirinya sendiri), keluarga dan rumah. Lingkungan sosial merupakan segala stimulus

yang berada di luar diri individu hubungannya dengan perlakuan orang lain terhadap

individu. Adapun lingkungan sosial juga memberi peran yang sangat penting dalam

pendidikan karakter anak, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

teman sebaya nya. Keluarga juga menjadi lingkungan pertama yang dikenal oleh anak,

maka dari itu orang tua harus berusaha menciptakan linkungan yang kondusif yang baik

agar bisa menjadi contoh bagi anak. Begitu juga dengan lingkungan sekolah, guru juga

harus berusaha menciptakan suasana yang nyaman bagi anak dalam proses pembelajaran

nya. Dalam hal ini bukan hanya guru saja melainkan seluruh staf yang ada di lingkungan

sekolah. Sehingga anak mampu memahami setiap informasi yang disampaikan oleh guru.

Ada 3 jenis lingkungan yang dapat mempengaruhi Yusuf (2014). Diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga memiliki peran penting terhadap perkembangan anak, keluarga juga

menajdi modeling untuk anak. Namun, ternyata tidak hanya dari anggota keluarga,

melainkan juga oleh orang lain yang berada dalam keluarga seperti pengasuh anak
atau baby sister. Beberapa orang tua memilih untuk menggunakan jasa pengasuh

anak apabila orang tua merasa tidak mampu dalam merawat anaknya, karena

beberapa pekerjaan. Beberapa hal ini mempengaruhi anak di dalam lingkungan

keluarga. Pertama, sikap dan kebiasaan orang tua. Kedua, pola asuh yang diterapkan

orang tua.

Adapun contohnya penerapan kedisiplinan orang tua menjadi guru pertama bagi

anak, orang tua menerapkan kepada anak untuk selalu tepat waktu pergi ke sekolah,

juga menerapkan sifat mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru kepada

murid nya. Orang tua juga mengajarkan sikap tanggung jawab terhadap anak jika

anak melakukan kesalahan anak tersebut dapat langsung menerima dan meminta

maaf terhadap kesalahan nya. Dan orang tua ngajarkan anak tentang Religius yang

mana orang tuua mengajarkan tentang kewajiban nya untuk beribadah kepada Allah

SWT sseperti menerapkan pola shalat lima waktu dan mengaji setelah shalat

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan

pendidikan anak menajdi warga negara yang cerdas, terampil, dan bertingkah laku

baik (Sumitro, dkk, 2006:81) .Sekolah merupakan lingkungan sosial kedua bagi

anak setelah keluarga. Sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pola pikir

anak karena di sekolah mereka belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan.

Adapun contohnya Guru menerapkan pemahaman materi pendidikan karakter

sebelum menjelaskan kepada murid nya agar satu sama lain dapat berinteraksi

dengan baik. Penerapan ini tidak jauh seperti penerapan di keluarga. Guru juga

menerapkan yang namanya kedisiplinan kepada murid seperti : memberitahu

peraturan yang mana yang wajib di patuhi dan yang tidak boleh di lakukan,

memberikan pengertian kepada anak agar melakukan kegiatan pembelajaran secara


mandiri seperti : tidak boleh mencontek dan mengerjakan sesuatu secara mandiri

diluar kegiatan kelompok. Guru juga menerapkan yang namanya Apresiasia bagi

anak yang teladan dengan cara yang sederhana seperti ucapan selamat dan guru juga

berhak memberikan (punishment) hukuman kepada murid yang melakukan

kesalahan.

c. Linkungan Masyarakat

Lingkunganmasyarakat merupakan lingkungan yang mecakup sangat luas dalam

kehidupan individu. Zastrow dalam (Kurniawan, dkk, t.t) mengatakan bahwa

lingkungan masyarakat merupakan seluruh individu dan sistem, yang mana

keduanya saling berinteraksi untuk membentuk pola hubungan. Sehingga,

lingkungan masyarakat juga memiliki peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai

etika dan estetika dalam pembentukan karakter anak (Subianto, 2013).

Adapun contoh orang tua dan guru meng kontrol pergaulan anak dengan cara

membatasi anak untuk bermain gadget, memberikan ide permainan yang

menyenangkan agar anak tidak mudah bosan di rumah, atau memilah dan memilih

tempat bermain yang memberikan efek positif bagi anak agar hasil bermain pun bisa

menjadi suatu pelajaran yang baik bagi si anak.

Selain pengenalan lingkungan, terdapat juga pengenalan yang harus dilakukan

terhadap anak yaitu pengenalan budaya. Pengenalan budaya pada anak sejak dini

sangatlah penting. Tak hanya budaya bangsa dan negaranya, budaya yang harus

dikenalkan pada anak juga termasuk budaya bangsa lain. Ketika anak telah

mengenal budaya bangsanya, mereka diharapkan bisa menghadapi benturan konflik

sosial sejak sedini mungkin. Mengenalkan budaya bangsa ini mendorong anak untuk

tidak mudah terpengaruh oleh segala hal yang bisa memecah belah bangsanya. Anak

yang telah mengenal perbedaan budaya dengan baik, mereka akan lebih menghargai
segala perbedaan yang ada di sekitarnya. Anak juga bakal lebih menghormati dan

merasa simpati maupun empati terhadap orang lain di sekitarnya. Cara

memperkenalkan budaya maupun segala perbedaan yang ada di dalamnya, orangtua

bisa mengenalkan lewat buku, lewat cerita, lewat permainan tradisional, lewat

kuliner atau mengajak anak berkunjung ke tempat-tempat bernilai sejarah seperti

museum dan candi.

2. Analisislah teori-teori terkait perkembangan sosial anak dan berikan contoh-contoh

implementasinya ?

Perkembangan sosial anak sangat tergantung pada individu anak, peran orang tua,

dewasa lingkungan masyarakat dan termasuk Taman Kanak-kanak. Adapun yang

dimaksud dengan perkembangan sosial anak adalah bagaimana anak usia dini

berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa dan masyarakat luas agar dapat

menyesuaikan diri dengan baik sesuai apa yang diharapkan. Ada kaitan erat antara

keterampilan bergaul dengan masa bahagia dimasa kanak-kanak. Kemampuan anak

untuk menyessuaikan diri dengan lingkungan. Penerimaan lingkungan serta pengalaman-

pengalaman positif lain selama melakukan aktivitas sosial merupakan modal dasar yang

sangat penting untuk satu kehidupan sukses dan menyenangkan dimasa yang akan

datang. Menurut Masitoh dkk (2009) perkembangan sosial anak adalah perkembangan

perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- aturan masyarakat dimana anak

itu berada. Selanjutnya menurut Beaty (2013), menyatakan bahwa perkembangan sosial

anak berkaitan dengan perilaku prososial dan bermain sosialnya. Adapun untuk teori

Perkembangan Sosial Anak yaitu:

1) Teori Erikson

Menurut Erik H. Erikson dalam Morrison (2012: 82) mengembangkan teorinya

tentang perkembangan psikososial berdasarkan pendapat, bahwa perkembangan


sosial dan kognitif terjadi bersamaan dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Erikson,

kepribadian dan keterampilan sosial anak tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat dan sebagai respons terhadap permintaan, harapan, nilai dalam

masyarakat dan institusi sosial seperti keluarga, sekolah, dan program pendidikan

anak. Pada teori Erikson tersebut kepribadian dan keterampilan sosial anak tumbuh

dan berkembang di lingkungan sekitar. Pada fase ini anak juga diharapkan dapat

menerima dan menanggapi apa yang keluarga, masyarakat, dan orang disekitar

inginkan. Adapun contohnya menyusun naskah cerita dan membuat sosiodrama. Hal

ini tentunya untuk memberikan pemahana kepada anak melalui cerita.

2) Teori Bandura

Dalam Trianto (2011: 77) pemodelan merupakan konsep dasar dan teori belajar

sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut bandura sebagian besar

manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku

orang lain. Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah

laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara

menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-

ulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk

mengekspresikan tingkah laku yang dipelajarinya. Berdasarkan Teori bandura

tersebut, manusia belajar dengan cara mengamati tingkah laku orang lain kemudian

dari apa yang mereka lihat akan menjadi pengalaman baru bagi dirinya sendiri dan

kemudian dapat di ekspresikan. Adapun contohnya yaitu pengalaman keberhasilan,

paparan model dan persuasi verbal baik melalui diskusi maupun motivasi dari trainer

mampu meningkatkan efikasi diri partisipan. Beberapa kegiatan dalam aspek

magnitude (berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas) yaitu permainan visualisasi

konsep diri bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana peran individu di dalam
masyarakat, keluarga, sekolah sedangkan latihan pengenalan potensi diri bertujuan

untuk membuat individu lebih mengenali kemampuan yang dimiliki sehingga dapat

memperkirakan tindakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

3) Teori Ekologi

Ecological theory dalam Surna & Pandeirot (2014: 115) mengatakan bahwa

perkembangan sosial anak pasti berkaitan dengan aspek-aspek perkembangan

psikologis lainnya. Tampaknya, urie Bronfenbrenner telah mengajukan acuan untuk

lebih secara komprehensif memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan sosial anak. Brofenbrenner (1917-2005) adalah pengembangan teori

ekologi, atau Ecological Theory, yang sebetulnya didasarkan pada upaya memahami

kehidupan anak dalam konteks lingkungan sosial dan dengan orang-orang

dilingkungannya yang kemudian mempengaruhi perkembangannya.

3. Analisislah Kompetensi sosial anak sesuai tahapan usia (0-8 tahun) secara detil yang

bersumber dari Kurtilas dan Kurmer, kemudian desainlah aktivitas yang dapat dilakukan

pendidik untuk mengembangkan dan menstimulasi perkembangan sosial anak sesuai

dengan hasil analisis tersebut ?

Kompetensi sosial perkembangan usia anak berdasarkan kurtilas dan kumer terdiri

dari:

a. Tahap usia lahir - 2 tahun, terdiri atas kelompok usia: Lahir - 3 bulan, 3- 6 bulan, 6 -

9 bulan, 9 -12 bulan, 12 - 18 bulan, dan 18 - 24 bulan

b. Tahap usia 2 - 4 tahun, terdiri atas kelompok usia: 2 - 3 tahun dan 3 - 4 tahun

c. Tahap usia 4 - 6 tahun, terdiri atas kelompok usia: 4 - 5 tahun dan 5 - 6 tahun.

Berdasarkan kompetensi tersebut terdapat bebrapa aspek untuk mengembangkan dan

menstimulasi perkembangan sosial anak yaitu:


1) Nilai agama dan moral 

Aspek nilai agama dan moral meliputi kemampuan mengenal nilai agama yang

dianut, mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif,

menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengetahui hari besar agama,

menghormati, dan toleran terhadap agama orang lain. Adapaun contoh pendidik

lakukan untuk mengembangkan dan menstimulasi perkembangan sosial anak dengan

menucapkan dan menjawab salam sebelum dan sesudah memulai kegiatan. Sikap ini

sangat penting bagi anak karena akan membangun sikap anak bertemu orang dewasa

2) Fisik-motorik 

Aspek fisik-motorik meliputi:

a. motorik kasar, mencakup kemampuan gerakan tubuh secara terkoordinasi,

lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan mengikuti aturan

b. motorik halus, mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan

alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk

c. kesehatan dan perilaku keselamatan, mencakup berat badan, tinggi badan,

lingkar kepala sesuai usia serta kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat,

dan peduli terhadap keselamatannya.

Adapun contoh pendidik lakukan untuk mengembangkan dan menstimulasi

perkembangan sosial anak mencoret kertas, menggambar, menggoyangkan

jempol, dan menyusun balok menjadi menara. Tentunya hal ini akan

mendukung dari perkembangan seorang anak.

3) Aspek kognitif meliputi:

a. belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah

sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima


sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang

baru

b. berfikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif,

berencana, dan mengenal sebab-akibat; dan Baca Juga Metode Pembelajaran

Mind Mapping (Pengertian dan Langkah-Langkah Pembelajarannya) Metode

Pembelajaran Blended Learning (Pengertian, Jenis, dan Keuntungannya)

Metode Pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini secara Efektif

c. berfikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan

menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu

merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.

Adapun contoh yang pendidik untuk mengembangkan dan menstimulasi

perkembangan sosial anak adalah mengenali dan menghafal warna.

Memahami perintah. Menyesuaikan dan menggambar bentuk.

4) Aspek bahasa terdiri atas:

a. memahami bahasa reseptif, mencakup kemampuan memahami cerita, perintah,

aturan, menyenangi dan menghargai bacaan

b. mengekspresikan bahasa, mencakup kemampuan bertanya, menjawab

pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang diketahui,

belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide, dan keinginan

dalam bentuk coretan; dan c. keaksaraan, mencakup pemahaman terhadap

hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata

dalam cerita.

Adapun contoh yang pendidik untuk mengembangkan dan menstimulasi

perkembangan sosial anak adalah mampu membentuk kalimat dengan tepat

saat mengutarakan keinginannya.


5) Sosial-emosional 

Aspek sosial-emosional meliputi:

a. kesadaran diri, terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri, mengenal

perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta mampu menyesuaian diri

dengan orang lain

b. rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup kemampuan

mengetahui hak-haknya, mentaati aturan, mengatur diri sendiri, serta

bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama

c. perilaku prososial, mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya,

memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak dan pendapat

orang lain; bersikap kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan.

Adapun contoh yang pendidik untuk mengembangkan dan menstimulasi

perkembangan sosial anak adalah mengarang suatu cerita dan papan

permainan.

6) Aspek seni meliputi kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri,

berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni

lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya seni, gerak dan tari,

serta drama. Adapun contoh yang pendidik untuk mengembangkan dan

menstimulasi perkembangan sosial anak adalah Warnai Gambar dll.

4. Lakukanlah sebuah pengamatan tentang perkembangan sosial anak usia dini disekitar

saudara, temukanlah sebuah kasus dan solusi atas kasus tersebut. Kemudian berdasarkan

kasus yang saudara temukan, tuangkanlah hal tersebut dalam sebuah draft artikel yang

ditunjang referensi relevan (minimal 30) ?

Perkembangan Sosial Anak Usia Tempertantrum Dan Pemalu

Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan

sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun

berada pada masa emas perkembangan. Di samping itu, pada usia ini anak-anak masih

sangat rentan, apabila penanganannya tidak tepat justru dapat merugikan anak itu sendiri.

Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan tahap-

tahap perkembangan anak. Program PAUD tidak dimaksudkan untuk mencuri start apa-

apa yang seharusnya diperoleh pada jenjang pendidikan dasar, melainkan untuk

memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai bagi anak, agar anak pada saatnya memiliki

kesiapan baik secara fisik, mental, maupun sosial/emosionalnya dalam rangka memasuki

pendidikan lebih lanjut. Pada kenyataannya, tidak semua anak dapat berinteraksi sosial

dengan baik, terlebih lagi anak dihadapkan dengan lingkungan yang baru dengan semua

hal yang baru pula. Pada saat penyesuaian diri itulah anak dihadapkan dengan berbagai

permasalahan yang memerlukan bantuan dari guru dan orangtua sebagai orang dewasa

yang dikenalnya. Salah satu permasalahan yang timbul pada anak usia dini yang masuk

dalam pendidikan TK adalah anak mengalami rasa malu yang berlebihan, yang akibatnya

terlihat pada perilaku yang ditampilkan oleh anak. Anak akan menjadi tidak nyaman

dengan lingkungan barunya, dan berusaha menutup dirinya sebagai upaya perlawanan

yang dilakukannya. Hal ini tentunya berpengaruh pada perkembangan anak, seperti

kurangnya kemampuan mengungkapkan keinginan dengan menggunakan bahasa yang

dapat dimengerti, kurangnya eksplorasi tubuh melalui aktivitas fisik karena anak malu

ikut dalam berbagai kegiatan belajar dan bermain bebas dengan anak-anak lainnya, dan

mengalami tingkat kecerdasan sosial yang rendah karena anak merasa nyaman menutup

diri dari berteman dengan anak yang seusianya, meski akibatnya anak akan kehilangan

pengalaman berharga dalam membangun identitas dirinya.

Hasil Dan Pembahasan:


Perkembangan sosial emosionla anak yaitu maksudnya kemampuan yang dimiliki

didalam diri anak yang dimana anak mampu bersosialisasi dan mempunyai hubungan

dengan orang lain, berperilaku yang sopan dan berdisiplin dalam kehidupan sehari-hari

serta menunjukkan emosi yang wajar. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan

bahwa permasalahan perkembangan sosial anak yaitu:

a. Tempertantrum

Perilaku marah yang dimiliki anak secara berlebihan. Ini terjadi pada anak yang

berumur 4 tahun. Perilaku ini muncul lebih sering pada anak saat anak

menginginkan sesuatu, dengan cara seperti marah secara berlebihan anak

mengetahui keinginannya kan dipenuhi. Tempertantrum ini adalah permasalahan

perkembagan emosi pada anak usia dini. Anak yang memiliki permasalahan pada

perkembangan emosinya, jika mereka menginginkan sesuatu yang tidak segera

dipenuhi mereka akan mengamuk yang berlebihan seperti memecahkan barang yang

ada disekitarnya, berguling-guling dilantai, meninju, menjerit, menangis, menendang

serta menghentakkan kaki.

Adapun solusi atas kasus ini yatu alihkan perhatian anak sebab anak kecil sangat

mudah melupakan sesuatu dan tertarik pada hal baru. Misalnya, memberikan mainan

yang sudah lama tidak dimainkan atau memberikan camilan kesukaannya saat anak

berteriak, marah, atau terlihat rewel.

b. Pemalu

Emosi yang negatif yang ada pada diri anak maupun seseorang yang sudh dewasa.

Emosi pemalu yang negative pada anak sangat berdampak tidak baik untuk

berhubungan dengan orang lain karena emosi ini bisa menghambat dan mengganggu

anak dalam berhubungan dan bersosialisasi dengan orang lain yang ada disekitarnya.
Adapun untuk solusi dalam kasus ini hanya perlu mengawasi anak saat ia bermain,

beri waktu padanya lebih banyak untuk mempelajari sekitarnya. Setelah ia sudah

merasa nyaman dengan, ia pun akan senang bermain dan tidak menjadi pemalu lagi.

Beri kepercayaan pada anak bahwa ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan.

Adapun draf artikel untuk mengatasi perkembangan sosial anak sebagaimana di

bawah ini:

Kesimpulan:

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hakikatnya pendidikan

sangatlah penting untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Khususnya bagi pertumbuhan anak usia dini. Pada masa ini pendidikan karakter anak

usia dini sangatlah penting agar anak memiliki perilaku yang baik. Oleh karena itu

pendidikan karakter diberikan sejak usia dini karna pada masa itulah anak dapat

mengembangkan semua aspek perkembangan

Referensi:

1. Nasution, Nur Kholidah. (2020). Problematika Dan Solusi Dalam

Perkembangan Anak Usia Dini (Aud) Di Tk Aisyiyah Busatanul Athfal Sapen

Yogyakarta. Childhood Education: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 1 (1)

E-Issn: 2721-0685

2. Suranata, Kadek Dan Sulastri Made. (2010). Masalah-Masalah Yang Dialami

Anak Usia Dini Dan Implikasinya Bagi Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling

Di Taman Kanak-Kanak, Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 43, 11

3. Anggil Viyantini Kuswanto, N. (2019). Analisis Problematika Perilaku

Perkembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak.


4. Yahdinil Firda Nadhirah. (2017). Perilaku Ketidakmatangan Sosial-Emosional

Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 2 No. 1, Januari -

Juni 2017

5. Anggil Viyantini Kuswanto. (2019). Analisis Problematika Prilaku

Perkembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jurnal Pendidikan Anak Usia

Dini Volume VI. Nomor 2. Juli-Desember 2019

6. Suranata, Kadek Dan Sulastri Made. (2010). Masalah-Masalah Yang Dialami

Anak Usia Dini Dan Implikasinya Bagi Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling

Di Taman Kanak-Kanak, Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 43, 11.

7. Rozalena, Muhammad Kristiawan. (2017). Pengelolaan Pembelajaran Paud

Dalam Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen,

Kepemimpinandan Supervisi Pendidikan 2 (1).

8. Rozalena, Muhammad Kristiawan. (2017). Pengelolaan Pembelajaran Paud

Dalam Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen,

Kepemimpinandan Supervisi Pendidikan 2 (1).

9. Srinahyani. (2017). Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok

B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua.

Jurnal SEJ 7 (4)

10. Nur Kholidah Nasution. (2020). Problematika Dan Solusi Dalam Perkembangan

Anak Usia Dini (Aud) Di Tk Aisyiyah Busatanul Athfal Sapen Yogyakarta.

Jurnal. Pendidikan Anak Usia Dini Vol 1 No 1 Januari 2020

11. Srinahyani. (2017). Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok

B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua.

Jurnal SEJ 7 (4)


12. Widiyati, Dkk. (2019). Analisis Kecemasan Anak TK Di Awal Masuk Sekolah

Dalam Interaksi Didalam Kelas Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 3. 2.

13. Zakiyah, Nisaus. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian

Temper Tantrum Pada Anak Usia Toddler Di Dukuh Pelem Kelurahan

Baturetno Banguntapan Bantul, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Aisyiyah Yogyakarta.

14. Novita Purwati. (2022). Gangguan Dan Hambatan Perkembangan Pada Anak

Usia Dini. Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Volume 2, Nomor 1,

2022

15. Agung Wibowo. (2022). Analisis Permasalahan Belajar Pendidikan Dasar.

Journal of Social Interactions and Humanities (JSIH) Vol.1, No.1, 2022: 37-50

16. Renta Ida Tampubolon. (2021). Analisis Keterlambatan Perkembangan Sosial

Emosional Anak Usia 5-6 Tahun Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Di TK

Swasta Antonius. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas Vol. 7 No. 1 Juni 2021

17. Eka Supriyanti. (2019). Strategi Mengatasi Tempertantrum Pada Anak Usia 3-5

Tahun Melalui Permainan Ular Tangga Di Tk Wilayah Tumpang Kabupaten

Malang. Jurnal Wiyata, Vol. 6 No. 1 Tahun 2019

18. Lantin Sulistyorini. (2016) Pengaruh Permainan Kooperatif Terhadap Reaksi

Temper Tantrum Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun). Jurnal NurseLine

Journal Vol. 1 No. 2 Nopember 2016 p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X

19. Dwi Wasilah Wati. (2021). Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku Tantrum

Pada Anak Usia Dini Di Day Care Sekolah Dolan Perumahan Villa Bukit Tidar

Malang. Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 3 Nomor 1

Tahun 2021 e-ISSN: 26556332


20. Cau Kim Jiu. (2021). Perilaku Tantrum Pada Anak Usia Dini Di Sekolah jurnal

Anak Usia Dini Vol. 5 No. 2 Juni 2021

21. Nenden Ineu. (2022). Menghadapi Anak Usia Dini Yang Temper Tantrum.

Jurnal pendidikan dan anak usia dini cakrawala vol. 3 no 2

22. Astuti Ardi Putri (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Tantrum Pada Anak Di Tk Bunda Dharmasraya. Jurnal Inovasi Penelitian Vol.1

No.10 Maret 2021

23. Wenny A. Lestari. (2021). Pengelolaan Perilaku Tantrum Oleh Ibu Terhadap

Anak Usia 12-48 Bulan. Jurnal Proyeksi, Vol. 16 (1) 2021, 208-219

24. Riza Oktariana. (2021). Analisis Permasalahan Anak Pemalu Pada Anak Usia 5-

6 Tahun Di Tk Fkip Unsyiah Banda Aceh. Jurnal Evaluasi Pendidikan dan

Penelitian Vol. 2, No. 3, Sep 2021,

25. Adhita, Restu Hanun Prawistri. (2013). Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak

Kelompok B Melalui Kegiatan Bermain Aktif Di Tk Pembina Kecamatan

Bantul. Jurnal Hasil Riset. Jp PAUD SD dd 2013.

26. Zulpadli, L. Adawiyah, B. R., & Embong, R. (2021). Pengaruh Metode

Parenting Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk

Cahaya Gelora. JURNAL HURRIAH: Jurnal Evaluasi Pendidikan Dan

Penelitian, 2(4), 56-61. Retrieved from

https://academicareview.com/index.php/jh/article/view/44

27. Novela Rifa. (2022). Peranan Guru dalam Mengatasi Sifat Pemalu Anak dengan

Bermain Sosial (Studi Kasus Pada Anak di PAUD Ummul Qur’an Tembilahan).

Jurnal Pendidikan Tambusa Volume 6 Nomor 2 Tahun 2022


28. Winarti, W., & Suryana, D. (2020). Pengaruh Permainan Puppet Fun terhadap

Kemampuan Membaca Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak

Usia Dini, 4(2), 873-882

29. Pradewi, R. I. (2013). Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Melalui

Bermain Kucing Dan Tikus Pada Anak Kelompok B TK Widya Kusuma

Surabaya. PAUD Teratai, 2(1)

30. Cendana, H., & Suryana, D. (2021). Pengembangan Permainan Tradisional

untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal

Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 771-778

Anda mungkin juga menyukai