Anda di halaman 1dari 7

Nama: Mely Auliya Insani

Nim : 1914090039

UTS

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

TIPS. B

1. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan sosiologi pendidikan dan apa saja ruang lingkup serta
objeknya?

Jawab :

Sosiologi pendidikan adalah kajian sosiologis yang mempelajari hubungan sosial antara masyarakat
sehingga memunculkan interaksi sosial dalam paradigma pendidikan yang pada akhirnya terjadi korelasi
pengajaran, pelatihan, dan pengetahuan dalam perubahan sosial budaya dalam masyarakat.

Ruang lingkup dalam sosiologi pendidikan, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Interaksi guru dan siswa, interaksi ini timbul dalam lembaga pendidikan yang mana dalam bentuknya
selalu berkaitan dengan pengajaran dan penyempaian pengetahuan antara seorang guru dan murid.

2. Dinamika kelompok dan di organisasi intra sekolah, problema ini menjadi fokus dalam pembahasan
sosiologi pendidikan. Hal in lantaran dalam kelompok sosial di lembaga pendidikan selalu berkaitan erat
dengan orgaganisasi intra sekolah.

3. Struktur dan fungsi sistem pendidikan. Kajian dalam sosiologi pendidikan juga memfokuskan diri pada
penanganan natara struktur dan sitem yang ada di dunia pendidikan.

4. Sistem, trakhir yang menjadi fokus kajian dalam sosiologi pendidikan adalah sistem pendidikan dalam
masyarakat yang berhasil dan tidak berhasil diterapkan atau dipaplikasikannya. Misalnya untuk sistem
pendidikan ini adalah kurikulum.

Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat
dari sudut hubungan antar manusia. Proses yang timbul dari hubungan manusia dengan masyarakat.
Manusia senantiasa mempunyai naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan sesamanya, manusia
tidak akan mungkin hidup sendiri karena manusia disamping makhluk individu sekaligus juga makhluk
sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai naluri yang disebut gregariousness. Pada hubungan
antara manusia dengan sesamanya, agaknya yang penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat
adanya hubungan atau interaksi tersebut.
2. Jelaskanlah apa saja peranan sosiologi pendidikan dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan di Indonesia dengan menggunakan teori-teori Sosiologi Pendidikan dan berikan contohnya?!

Jawab :

Peran sosiolog dalam pendidikan diantaranya menganalisis status pendidikan dalam masyarakat,
menganalisis partisipasi orang-orang terdidik atau berpendidikan dalam sosial, serta memiliki andil besar
dalan suksesnya kegiatan belajar mengajar.

Pendidikan hendaknya bisa tampil sebagai pelayan aktif dan kreatif bagi perkembangan/kemajuan
masyarakat. Pendidikan disamping itu berperan selaku pembentuk homogenitas, pengembangan
pendidikan mustilah bertolak dari realitas sosial. Bahwa cita-cita pendidikan haruslah diangkat dari
keadaan menyeluruh sesuatu masyarakat dan juga lingkungan sosial khusus/lokal, pendidikan suatu
pihak ditentukan oleh haluan nasional dan tuntutan masyarakat tetapi di lain pihak juga ikut mewarnai
dan memodifikasi struktur masyarakat itu sendiri. Sistem pendidikan juga menyiapkan sumber daya
manusia yang sesuai dengan hajat dan kebutuhan masyarakat, baik dalam artian kuantitas maupun
kualitas.

A. berfungsi menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Dalam hal ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap
perkembangan pribadi anak.

B. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial.

C. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.

contohnya:

pengajian rutin, kerja kelompok, gotong royong dll.

3. Salah satu tantangan bagi guru di sekolah adalah adanya pertentangan antar nilai-nilai yang ada
di keluarga dan sekolah. Kalau hal ini terjadi, bagaimana Anda mendamaikan nilai-nilai yang
bertentangan tersebut sehingga tidak memunculkan konflik? Berikan beberapa contoh!

Jawab :

sekolah perlu untuk melibatkan orangtua dalam proses pendidikan. Ketika sekolah dan keluarga bekerja
bersama, siswa memiliki kesempatan jauh lebih baik untuk tidak hanya sukses di sekolah tetapi juga
sukses dalam kehidupan. Kunci dari kemitraan sekolah dan orang tua Ini yakni Respect atau rasa hormat,
Responsibility atau tanggung jawab, dan Relationship atau hubungan.

1. Respect atau Rasa hormat


Kuncinya adalah sekolah menghormati dan mempercayai keberadaan orangtua. Sekolah mengakui
bahwa keluarga berperan penting dalam memberikan wawasan dan informasi tentang apa yang
dibutuhkan anak. Orang tua adalah mitra bagi sekolah dalam proses pengambilan keputusan sehingga
sekolah perlu mengembangkan kebijakan pintu terbuka. Artinya, sekolah menciptakan iklim yang
menyambut orang tua dan mengungkapkan kepedulian terhadap kebutuhan mereka, yakni kebutuhan
orang tua serta kebutuhan anak.

Namun, sekolah juga harus menyadari, orang tua juga memiliki keterbatasan, baik keterbatasan waktu,
tenaga, pemikiran, dan sebagainya. Untuk menjembatani keterbatasan itulah, sekolah memberikan
akses layanan, dukungan, sumber daya dan pertemuan di waktu dan tempat yang berfungsi untuk
mempertemukan orang tua dan sekolah. Inti dari rasa hormat ini, baik sekolah maupun orang tua benar-
benar menginginkan yang terbaik untuk anak. Karenanya, sekolah dan orangtua bersedia berbagi
tanggung jawab atas keberhasilan si anak.

2. Responsibility atau Tanggungjawab

Sekolah maupun orang tuanya tidak saling menyalahkan apabila ada masalah dengan si anak dan juga
sekolah. Sebaliknya, keduanya harus bertanggung jawab atas keberhasilan sekolah. Sekolah yang ramah
orang tua adalah dimana sekolah menyambut semua anak dan menghargai perbedaan mereka.
Sedangkan rumah yang ramah sekolah adalah rumah yang menegakkan kembali pendidikan yang sudah
diterima anak di sekolah. Itu berarti bahwa sekolah dan orangtua masing-masing memiliki tanggung
jawab untuk tetap terhubung satu sama lain. Jadi, Komunikasi harus teratur, terus-menerus, dua arah,
termasuk umpan balik dan bermakna. Komunikasi yang perlu ditularkan adalah tujuan pembelajaran,
ruang lingkup dan urutan kurikulum dan tentang tanggung jawab pekerjaan rumah.

3. Relationship atau Hubungan

Dengan rasa hormat dan tanggung jawab, sekolah dan orangtua membuka pintu untuk apa yang disebut
hubungan yang bermakna, atau hubungan yang membangun kepercayaan yang mendukung kemitraan
berkualitas. Hubungan memelihara kemitraan yang sangat diperlukan untuk kemitraan untuk bertahan
hidup dan untuk membantu anak-anak berhasil di sekolah. Makna dari ketiga R tadi adalah, bahwa
orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak mereka. Mereka memiliki tanggung jawab untuk
berinteraksi secara positif dengan anak-anak mereka, untuk membangun hubungan yang sehat, untuk
melayani sebagai teladan peran mereka dan untuk memberikan bimbingan.

Jdi orang tua dan guru itu harus kerja sama dalam mendidik anak baik dirumah Maupan dirumah
sekolah. Kemudian beberapa contoh konflik antara dilingkungan keluarga dan longkungan sekolah

A. Dalam lingkungan keluarga, di antaranya:

1) mengabaikan perintah orang tua

2) mengganggu kakak atau adik yang sedang belajar

3) ibadah tidak tepat waktu


4) menonton tayangan yang tidak boleh ditonton oleh anak-anak

5) nonton tv sampai larut malam dan

6) bangun kesiangan.

B. Dalam lingkungan sekolah, di antaranya

1) menyontek ketika ulangan

2) datang ke sekolah terlambat

3) bolos mengikuti pelajaran

4) tidak memperhatikan penjelasan guru dan

5) berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai dengan yang ditentukan sekolah

Makanya sekolah perlu untuk melibatkan orangtua dalam proses pendidikan. Ketika sekolah dan
keluarga bekerja bersama, siswa memiliki kesempatan jauh lebih baik untuk tidak hanya sukses di
sekolah tetapi juga sukses dalam kehidupan.

4. Sejatinya bertambah tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seseorang maka bertambah
tinggi pula nilai rnoralitas dan kebudayaan yang ditampilkannya. Menurut Anda, bagaimana realitanya
dalam masyarakat hari ini dan kenapa?

Jawab:

Menurut saya realitanya dalam masyarakat hari ini tingginya jenjang pendidikan tidak menjadi acuan
dalam bertingkah dan bermoral karena pada zaman sekarang ini sudah terjadi krisis moral yang menjadi
permasalahan bagi generasi zaman sekarang. Sungguh lucu, bagaimana tidak? Tayangan di televisi telah
menggerus moral bangsanya sendiri. Sinetron dengan adegan tidak senonoh banyak ditampilkan,
tayangan bernuansa romansa telah menjadi idola. Berita mengenai tindak kecurangan lainnya pun
sudah jadi makanan sehari-hari, bahkan tontonan kartun pun dilarang untuk ditayangkan. Mirisnya,
tontonan-tontonan tidak apik tersebut mengubah pola pikir generasi milenial dari berbagai bidang
kehidupan, salah satunya adalah bidang pendidikan. Degradasi moral akademik telah merajalela, mulai
lunturnya tata krama siswa hingga perilaku kecurangan akademik. Rentetan kasus panjang tersebut
semakin menambah sejarah kelam dunia pendidikan. Hal tersebut menimbulkan satu pertanyaan besar.
Siapa yang patut disalahkan?

Peristiwa-peristiwa tersebut menciptakan stigma buruk masyarakat terhadap dunia pendidikan.


Pendidikan dianggap gagal mendidik dan mencetak siswanya menjadi insan yang mulia. Padahal, tenaga
pendidik telah berupaya maksimal. Namun celakanya moral siswa memang telah tergerus dan terdoktrin
oleh berbagai pengaruh buruk dari luar. Lunturnya nilai kesopanan dan tata krama siswa terhadap
gurunya telah menjadi permasalahan yang paling krusial saat ini, khususnya di Indonesia. Padahal guru
merupakan figur yang patut dihormati dan dihargai. Namun, sering kita jumpai siswa cenderung
kehilangan etika dan sopan santun di hadapan para gurunya.

Berkat adanya pertumbuhan maka pada saatnya anak akan mencapai kematangan. Perbedaan antara
pertumbuhan dan kematangan, pertumbuhan menunjukan perubahan biologis yang bersifat kuantitatif,
seperti bertambah panjang ukuran tungkai, bertambah lebarnya lingkar kepala, bertambah beratnta
tubuh, dan semakin sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Sedangkan kematangan
menunjukan perubahan biologis yang bersifat kualitatif. Akan tetapi, perubahan kualitatif itu sulit untuk
diamati atau diukur.

Contohnya melawan atau membantah gurunya ketika diberikan nasihat. Bahkan, tak jarang ditemui
kasus pembullyan siswa terhadap gurunya. Dengan dalih “hanya bercanda” siswa dengan mudahnya
mempermalukan gurunya sendiri. Tak dapat dipungkiri jika terkadang guru dapat bertindak pula sebagai
teman, namun itu tidak seharusnya menghilangkan rasa hormat siswa terhadap gurunya. Tetapi
kenyataannya, semua itu bertolak belakang dengan realita yang ada.

5. Menurut Anda, mengapa ada guru yang melakukan tindak kekerasan terhadap siswanya dan
bagaimana solusinya?

Jawab:

Menurut saya ada beberapa faktor terhadap guru melakukan tindakan kekerasn terhadap siswanya,
diantaranya:

Pertama, disebabkan karakter siswa yang kurang terbina dengan baik di rumah maupun sekolah. Hal ini
menyebabkan banyaknya masukan konten kekerasan pada usia dini yang juga berpengaruh besar
terhadap perkembangan anak. Anak cenderung tumbuh menjadi anak yang kasar dan temperamental.

Kedua, bisa jadi ada faktor rendahnya kompetensi pedagogi yang dimiliki guru, terutama dalam
penguasaan di kelas serta dalam menciptakan suasana belajar yang kreatif dan menyenangkan.

Namun adapun solusinya terkait dalam situasi krakter guru dan mahasiswanya Yang harus dilakukan
dalam sistem pendidikan kita adalah mulai lagi digalakan pembentukan karakter, spiritual dalam bentuk
etika moral, serta attitude agar siswa tahu bagaimana harus berperilaku. Disini perlunya peran guru dan
sekolah untuk mengajarkan siswanya soal bagaimana mereka harus berperilaku, bergaul dengan
sesama, sopan santun, serta perilaku positif lainnya. Para guru juga harus sadar akan tanggung jawabnya
mendidik siswa, bukan semata-mata menjalankan pekerjaan mengajarkan mata pelajaran. Saat siswa
sekolah, berarti orangtua itu menitipkan anaknya agar terdidik dan terlindungi selama jam sekolah.
Sehingga hal-hal negatif harusnya tidak terjadi di sekolah. Saya rasa di lingkungan pendidikan itu mereka
harus tahu mereka punya kewajiban untuk melindung keselamatan siswa didik selama di sekolah dari
tindakan kekerasan, baik kekerasan fisik atau psikis. Mereka tanggung jawab guru selama di sekolah.
Tapi ada hal penting yang juga harus dikedepankan yaitu peran keluarga dalam mendidik anak. Orangtua
juga harus memberikan pendidikan informal untuk menuntutn anak berperilaku baik.
Selain itu, pemerintah pusat dan daerah perlu menyelenggarakan pelatihan manajemen pengelolaan
kelas yang baik bagi para guru. Mereka harus dibekali cara untuk menghadapi siswa yang cenderung
agresif.

6. Menurut Anda, mengapa sebagian siswa dapat atau mau belajar melalui guru yang dominatif
atau otoriter padahal siswa belajar dalam keterpaksaan (keterpaksaan dapat menghilangkan kesadaran)
dibandingkan guru yang integratif atau demokratis yang justeru belajar untuk membangun sebuah
kesadaran?

Jawaban:

Sebab guru otoriter ini Guru otoriter adalah guru yang sudah berhasil membuat siswanya mati
kreatifitas, mati insiatif, mati inovatif , sehingga hal ini akan membuat motivasi siswa akan menurun
secara drastis. Sebab ciri-ciri Guru yang bersikap otoriter kepada siswa adalah guru merasa tidak pernah
bersalah, dan kesalahan selalu ditimpakan kepada siswa. Guru adalah sosok orang yang paling benar di
dunia.

Guru yang menerapkan tipe mengajar otoriter yang cenderung kekuasaan yang mutlak atas peserta
didik. Guru yang menganggap bahwa ruang kelas adalah wilayah kekuasaannya yang tidak dapat
diinformasikan oleh orang yang diinformasikan oleh siswa.Bagi siswa.Bagi siswa diajar oelh guru yang
berada dalam kondisi mimpi buruk, jam pelajaran terasa berjalan lambat. Memang dengan gaya otoriter
kelas nampaknya “tenang, teratur dan tertib”. Namun diam diam dan ketertiban yang ada, tersimpan
kegelisahan peserta didik yang tidak sabar untuk berakhirnya pelajaran. Guru dengan tipe otoriter akan
menajaga imej, yang berkesan muka berwibawa dengan “kikir” terhadap senyuman dan pelit kata-kata
yang menyejukkan. Suasana kelas terasa angker dan menegangkan, hardikan dan amarah menjadi
selingan yang tak terlupakan. Guru dengan tipe mengajar otoriter yang menciptakan peserta didik yang
penakut dan pembisu. Selayaknya orang dengan karakter otoriter tidak sepantasnya berprofesi sebagai
guru. Dengan gayanya yang otoriter tentunya akan dapat membunuh potensi-otensi positif siswa yang
seharusnya diberi ruang untu berkembang. Apalagi jika sang guru mengajar di tingkat pendidikan dasar
kususnya SD. Guru yang demikian akan menggoreskan pengalaman traumatik bagi peserta didik, yang
selanjutnya membuat peserta didik akan terkredilkan perkembangan mentalnya.

Sedangkan guru integratif atau guru yang demokratis. Tipe guru semacam ini memiliki hati nurani yang
tajam. Ia berusah mengajar dengan hati. Dengan wawasan yang ia miliki, berusaha memberikan
ketenangan dan tanpa lelah memotivasi peserta didik. Guru tipe ini memberi ruang kepada peserta
didik untuk memaksimalkan perkembangannya potensi positif pada dirinya. Figur guru semacam ini
akan selalu dikenang oleh peserta didik sepanjang hayatnya.

Sebagai orang tua kedua di sekolah, guru tentunya mempunyai andil yang tidak sedikit
terhadap kepribadian peserta didik. Untuk itu sudah selayaknya guru selalu melakukan instropeksi guna
meningkatkan komptensi dan karakter positif. Dan tidak ada salahnya untuk terbuka terhadap kritik baik
dari sesama guru atau bahkan dari peserta didik. Tentunya untuk menjadi guru dengan karakter positif
berita sesuatu yang mudah, perlu membuka diri untuk selalu meningkatkan potensi. Usaha terus
menerus dengan selalu meningkatkan komptensi baik melalui berbagi bacaan, pelatihan, atau berbagi
dengan teman sejawat tentunya sangat dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai