Anda di halaman 1dari 9

- .

A. Latar belakang
Di masa sekarang siswa tidak hanya tinggal di rumah bersama orang tuanya. Banyak sekali siswa
yang memilih untuk tinggal di kos atau pondok pesantren yang dekat dengan sekolahnya.
Terutama siswa yang berada pada jenjang SMA. Bertempat tinggal di kos atau pondok pesantren
pasti memunculkan perbedaan yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi akademik siswa. Dengan perbedaan-perbedaan tersebutlah yang melatarbelakangi kami
dalam memilih judul penelitian ini. Kami ingin mengetahui pengaruh tempat tinggal siswa
(seperti kos dan pondok pesantren) terhadap prestasi akademik siswa di sekolah.
Pendidikan yang berpengaruh terhadap pembangunan
Selain dari orang tua, Pendidikan juga berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa.
Karena para siswa menghabiskan setengah hari atau lebih berada disekolah, maka pendidikan
dalam sekolah sangat berpengaruh terhadap Pembangunan karakter siswa.
Pendidikan dihasilkan dari proses belajar yang …
Pendidikan sendiri merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (UU No 20 tahun
2003)”. Dalam konteks ini pendidikan dipandang sebagai industri pembelajaran manusia, artinya
melalui pendidikan dihasilkan manusia-manusia yang mempunyai kemampuan dan keterampilan
yang sangat diperlukan bagi perekonomian suatu negara untuk meningkatkan pendapatan
individu dan pendapatan nasional” (Widiansyah, 2017). Dengan adanya pendidikan inilah bisa
menghasilkan mutu dan tenaga kerja yang mungkin bisa lebih berpengalaman, baik itu pada unit
bidang industri ataupun unit lainnya.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/9498/7322

Proses belajar dipengaruhi faktor in faktor ek


Supriyono (2013) menyatakan ada dua faktor penyebab kesulitan belajar yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor fisiologis (kondisi fisik siswa) dan faktor psikologis
(kondisi kejiwaan siswa). Faktor eksternal berasal dari luar diri siswa yaitu faktor keluarga,
sekolah, dan Masyarakat.
https://journal.umpo.ac.id/index.php/dimensi/article/view/1636/968

efek tempat tinggal


Pondok
Dari pengamatan kami siswa yang tinggal di pondok dekat dengan sekolah dapat mengikuti
proses belajar yang baik di dalam kelas. Namun, tidak sedikit yang mengatakan bahwa waktu
belajar atau mengerjakan tugas mereka terhalang karena peraturan di pondok pesantren. Seperti
hp dikumpulkan saat jam-jam tertentu, aktivitas pondok yang terkadang sampai larut malam dan
bangun sangat dini menyebabkan siswa kekurangan jam tidur dan berdampak saat di sekolah
siswa tersebut akan mjdah mengantuk sehingga mengganggu proses belajar dan siswa tersebut
tidak mendapatkan materi di sekolah.
(enih mikir dewe jadi gada sumber)
Kost
Lingkungan kos merupakan salah satu faktor eksternal yang memiliki pengaruh besar terhadap
tingkat motivasi belajar serta prestasi siswa. Jika kondisi lingkungan kos sehat dan mampu
menjawab kebutuhan yang menyangkut dengan kenyamanan pribadi serta keperluan
pembelajaran maka secara otomatis siswa akan termotivasi untuk belajar, apalagi kos-kosan satu
lingkungan dengan. Berlaku pula sebaliknya, kondisi lingkungan kos yang tidak kondusif akan
menurunkan semangat belajar siswa.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh siswa tidak tinggal di rumah melainkan di kos atau pondok pesantren
terhadap prestasi akademik siswa?
2. Apakah faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa yang tinggal di kos atau pondok
pesantren?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh siswa tidak tinggal di rumah melainkan di kos atau pondok pesantren
terhadap prestasi akademik siswa?
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa yang tinggal di kos atau
pondok pesantren?

D. Manfaat Penelitian
Menjadi acuan untuk mencari solusi meningkatkan prestasi akademik siswa yang tinggal di kos
atau pondok pesantren.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Lingkungan sosial

1. Pengertian lingkungan sosial

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan serta

perubahan-perubahan perilaku setiap individu. Lingkungan sosial yang kita kenal

antara lain lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, dan lingkungan

tetangga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertamakali dikenal oleh

individu sejak lahir. Ayah, ibu, dan anggota keluarga, merupakan lingkungan sosial yang secara

langsung berhubungan dengan individu, sedangkan masyarakat adalah lingkungan

sosial yang dikenal dan yang mempengaruhi pembentukan kepribadian anak, yang

salah satu diantaranya adalah teman sepermainan.

2. Lingkungan sosial menurut para ahli

Lingkungan sosial menurut Stroz (1987: 76) meliputi “semua kondisi-kondisi

dalam dunia yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkahlaku seseorang,

termasuk pertumbuhan dan perkembangan atau life processe, yang dapat pula
dipandang sebagai penyiapan lingkungan (to provide environment) bagi generasi

yang lain“.

Lingkungan sosial menurut Sartain dalam buku dalyono (2005) adalah “semua orang atau manusia
lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan
orang lain, dengan keluarga kita, teman- teman kita, kawan sekolah, atau sepekerjaan”.

Lingkungan sosial menurut Amsyari (1986: 12) lingkungan sosial merupakan “manusia-manusia lain
yang ada di sekitarnya seperti tetangga-tetangga, teman-teman, bahkan juga orang lain di sekitarnya
yang belum dikenal”.

3.Lingkungan sosial anak kost

A. Faktor-faktor lingkungn sosial anak kost

1) Teman Bergaul

Teman bergaul dapat berpengaruh penting dengan perkembangan sikap, perilaku, dan cita-cita
sosialnya. Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka bergadang, keluyuran, pecandu rokok,
film, minum-minum, lebih-lebih lagi teman bergaul lawan jenis yang amoral, penzina, pemabuk dan
lain-lain, pastilah akan menyeret siswa ke ambang bahaya dan pastilah belajarnya akan berantakan.
Sedangkan jika kita bergaul dengan anak-anak yang baik,rajin,religius,dan lain lain. siswa akan
termotifasi dan terinspirasi untuk lebih rajin dalam hal-hal yang baik seperti ibadah,belajar,dan lain-
lain. Maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan
pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana (jangan terlalu
ketat tetapi juga jangan lengah).

2) Mass Media

Menurut Gerlach dan Ely media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.Tugas dan fungsi
media adalah memenuh kebutuhan akan informasi melalui medianya, baik melalui media cetak
maupun media elektronik seperti, radio, televisi, internet. Fungsi informatif yaitu memberikan
informasi, atau berita, kepada khalayak ramai dengan cara yang teratur. Mass media ini meliputi
bioskop, radio, TV, surat kabar dan majalah, buku buku, komik, dan lain-lain. Semua itu ada dan
beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan
juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang buruk akan memberi pengaruh yang jelek
terhadap siswa. Sebagai contoh. Siswa yang suka nonton film atau membaca cerita-cerita detektif,
pergaulan bebas, percabulan akan berkecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikagumi
dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalan ceritannya. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari
orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama
sekali.

B. Dampak lingkungan sosial sekitar kost

lingkungan sosial dapat berdampak positif ataupun negative yang dipengaruhi oleh beberapa factor
seperti : teman bergaul,peraturan kost,dan lain-lain.contoh dari dampak positif dan negative
diantaranya :

Dampak Positif yaitu:


1. waktu yang di dapat sangat banyak, sehingga bisa di manfaatkan untuk mengerjakan tugas
sekolah yang membutuhkan banyak waktu.

2. Kost dapat dijadikan tempat belajar Bersama,kerja kelompok, dan lain-lain.

Dampak negative :

1. terlalu bebas juga tidak baik, hal itu akan mendekatkan pada hal-hal negatif seperti kurang
menghargai waktu, kurang adanya rasa disiplin, jika tidak dapat mengendalikan diri maka dia akan
mungkin sekali terjerumus pada pergaulan bebas.

2. Kost dapat juga dijadikan tempat untuk hal-hal yang kurang bermanfaat seperti
merokok,berzina,dan lain-lain.

Suatu kebiasaan yang di lakukan terus menerus pasti secara tidak langsung akan ikut mempengaruhi
perilaku seseorang. Dalam hal ini, lingkungan kost sangat menentukan perubahan pada seseorang.
Jika lingkungan itu mempunyai kebiasaan yang baik, maka kebiasaan yang di hasilkan individu itu juga
akan baik. Misalnya, di dalam suatu kost yang menanamkan sikap disiplin yaitu dalam sholat
berjamaah, kegiatan bersih-bersih, maka pribadi yang dulunya kurang rajin beribadah dan jarang
melakukan kegiatan bersih-bersih akan ikut menjadi rutin, hal ini di kerenakan lingkungan kostnya
selalu melakukan hal yang serupa. Namun sebaliknya, jika dalam suatu kost tersebut mempunyai
kebiasaan yang buruk, pengeruh itu akan mempengaruhi penghuni yang ada di kost tersebut.
Sebagai contoh, di dalam suatu kost yang setiap individunya mempunyai kebiasaan suka berbelanja,
maka secara tidak langsung itu akan mempengaruhi yang lain, yang sebelumnya mereka tidak terlalu
suka berbelanja. Karena keinginan seseorang untuk bisa lebih dari yang lain, sifat egolah yang
kemudian muncul sehingga mereka juga ikut dalam kebiasaan tersebut dan akhirnya sampailah
mereka dalam budaya konsumerisme.

4.Lingkungan sosial pondok pesantren dan sekitarnya

A. Faktor-faktor lingkungan sosial pondok pesantren

1. Teman Bergaul

Tidak hanya penting di lingkkungan kost tapi teman bergaul juga sangat penting di lingkungan
pondok. Teman bergaul dapat berpengaruh penting dengan perkembangan sikap, perilaku, dan cita-
cita sosialnya. Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka bergadang, keluyuran, pecandu
rokok, film,lebih-lebih lagi teman bergaul lawan jenis yang penzina, dan lain-lain, pastilah akan
menyeret siswa ke ambang bahaya dan pastilah belajarnya akan berantakan. Sedangkan jika kita
bergaul dengan anak-anak yang baik,rajin,religius,dan lain lain. siswa akan termotifasi dan terinspirasi
untuk lebih rajin dalam hal-hal yang baik seperti ibadah,belajar,dan lain-lain. Maka perlulah
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik
serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga
jangan lengah). Di lingkungan pondok kita harus menyaring pertemanan kita agar tidak ikut ke hal-hal
negative.

2.Kegiatan santri di pondok maupun masyarakat

Kegiatan santri dalam pondok dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya.


Tetapi jika santri mempunyai kegiatan yang terlalu banyak, misalnya menjadi pengurus, kegiatan-
kegiatan sosial dengan warga sekitar, dan lain-lain maka belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak
bijaksana dalam mengatur waktunya. Perlulah kiranya mengukur kesanggupan Ketika berpartisipasi
dalam kegiatan santri di pondok maupun masyarakat, supaya tidak sampai menganggu belajarnya.
Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar.

B. Dampak lingkungan sosial pondok dan sekitarnya

lingkungan sosial dapat berdampak positif ataupun negative yang dipengaruhi oleh beberapa factor
seperti : teman bergaul,kegiatan,dan lain-lain.contoh dari dampak positif dan negative diantaranya :

Dampak Positif yaitu:

1. Mempunyai jadwal harian yang produktif

2. Dapat saling memotifasi dan menyemangati teman sekamar,dll

Dampak negative :

1. Mempunyai waktu yang terbatas untuk belajar Pelajaran sekolah dan istirahat

2. Dapat terpengaruh oleh teman sekamar yang kurang baik,dls.

Suatu kebiasaan yang di lakukan terus menerus pasti secara tidak langsung akan ikut mempengaruhi
perilaku seseorang. Dalam hal ini, lingkungan sosial pondok sangat menentukan perubahan pada
seseorang. Jika lingkungan itu mempunyai kebiasaan yang baik, maka kebiasaan yang di hasilkan
individu itu juga akan baik. Misalnya, di dalam suatu kamar para santri yang menanamkan sikap
disiplin yaitu dalam sholat berjamaah, kegiatan bersih-bersih, maka pribadi yang dulunya kurang rajin
beribadah dan jarang melakukan kegiatan bersih-bersih akan ikut menjadi rutin, hal ini di kerenakan
lingkungan pondok selalu melakukan hal yang serupa. Namun sebaliknya, jika dalam suatu pomdok
tersebut mempunyai kebiasaan yang buruk, pengeruh itu akan mempengaruhi penghuni yang ada di
pondok tersebut. Sebagai contoh, di dalam suatu kamar santri yang beberapa individu mempunyai
kebiasaan suka berbelanja, maka secara tidak langsung itu akan mempengaruhi yang lain, yang
sebelumnya mereka tidak terlalu suka berbelanja. Karena keinginan seseorang untuk bisa lebih dari
yang lain, sifat egolah yang kemudian muncul sehingga mereka juga ikut dalam kebiasaan tersebut
dan akhirnya sampailah mereka dalam budaya konsumerisme.

2.2 Perkembangan mental

A. Pengertian perkembangan mental

Perkembangan mental merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku

kehidupan social psikologi manusia/remaja pada posisi yang harmonis di

dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Menurut

Havighurst perkembangan tersebut harus di pelajari, dijalani dan dikuasai

oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya. Hal ini merupakan tugas

yang cukup berat bagi para remaja untuk lebih menuntaskan tugas

perkembangan mentalnya sehubungan dengan semakin luas dan


kompleksnya kondisi kehidupan yang harus di jalani dan di hadapi. Tidak

lagi mereka dijuluki sebagai anak-anak melainkan ingin dihargai dan

dijuluki sebagai orang yang sudah dewasa. Mental dalam arti khusus adalah suatu kemampuan
menyesuaikan diri yang serius sifatnya yang mengakibatkan kemampuan tertentu dan pencapaian

tertentu (Kamus Psikologi I).

B. Faktor-faktor perkembangan mental

1. Hereditas (Keturunan/Pembawaan)

Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini
hereditas diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak,
atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan
ovum oleh sperma) sebagai pewaris dari pihak orang tua melalui gen-gen.

2. Lingkungan

Lingkungan adalah “keseluruhan fenomena (peristiwa situasi atau kondisi) fisik/alam atau sosial
yang memengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu”. Faktor lingkungan yang dibahas
pada paparan berikut adalah lingkungan keluarga, tempat tinggal, dan sekolah.

C. Perkembangan mental anak kost

Lingkungan kost yang positif dapat membuat siswa mengembangkan mental menjadi lebih
berani,menghargai kerja keras orang tua,loyal dan terbuka ke orang lain, mandiri karena anak kost
akan memahami bahwa biaya hidup itu tidaklah murah dan manusia akan selalu membutuhkan
orang lain sehingga akan berpengaruh pula pada kehidupan disekolah contohnya : karena anak kost
menjadi lebih paham tentang banyaknya biaya untuk hidup dan bersekolah maka anak kost tidak
ingin membuat orang tua kecewa akibat nilai yang didapat,sehingga akan meningkatkan semangat
belajar anak kost.

D. Perkembangan mental santri pondok pesantren

Kebanyakan lingkungan pondok pesantren akan memberikan tuntunan Aqidah akhlaq, pengajian
kitab, dan berbagai tuntunan-tuntunan Islami yang dibimbing oleh seorang kyai ataupun ustad. Hal
ini dapat membuat para santri mendapatkan ketenangan secara Rohani,dan memiliki akhlaq yang
baik. Tidak hanya itu para santri juga akan jarang mendapat celah untuk bermaksiat karena para
santri senantiasa Bersama-sama. Hal-hal terssebut membuat para santri dapat mudah bersosialisasi
di lingkungan sekolah sehingga santri sebagai siswa dapat saling ajar mengajar satu sama lain.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 Maret 2024 di beberapa tempat yang berbeda.
Diantaranya pondok pesantren dan kos yang terletak di sekitar lingkungan MAN 2 Banyuwangi
serta area dalam lingkungan MAN 2 Banyuwangi sendiri. Lingkungan yang pertama adalah
Mahad Al-Qosimy yang berlokasi di dalam MAN 2 Banyuwangi. Mahad merupakan sebuah
asrama yang kurang lebih sama dengan pondok pesantren namun semi modern. Mahad Al-
Qosimy memiliki kurikulum yang seimbang antara mata pelajaran agama Islam dan umum. Mata
pelajaran agama meliputi pelajaran kitab di Al-Qur'an, hadis, fiqh, dan akhlak, sedangkan mata
pelajaran umum meliputi pendidikan Bahasa Inggris. Santri yang tinggal di sana merupakan
siswa yang menimba ilmu di MAN 2 Banyuwangi yakni siswa kelas 10, 11, dan 12.

Lingkungan yang kedua adalah rumah kos yang terletak tidak jauh dari MAN 2 Banyuwangi.
Mayoritas orang yang tinggal di kos ini juga merupakan siswa SMA yang bersekolah di SMAN 1
Genteng dan MAN 2 Banyuwangi yang bervariasi mulai dari siswa kelas 10, 11, dan 12. Yang
membedakan lingkungan dengan Mahad adalah siswa yang berada di sini berasal dari latar
belakang agama yang berbeda-beda, sedangkan di lingkungan mahad siswanya memiliki agama
yang sama. Lingkungan kos ini merupakan lingkungan kos yang tidak menyediakan program
belajar tambahan yang dapat menunjang siswa di sekolah.

Di lingkungan MAN 2 Banyuwangi penelitian kami lebih menekankan kepada bapak/ibu guru
yang mengajar siswa tersebut di beberapa mata pelajaran umum. Lingkungan MAN 2
Banyuwangi merupakan lingkungan dimana prestasi siswa

3.2 Pendekatan penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Ibrahim (2018, hlm. 52)
mengatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan cara kerja penelitian yang menitik
beratkan pada aspek pendalaman data untuk memeperoleh kualitas dari penelitian yang
dilakukan. Pendekatan kualitatif menggunakan kata atau kalimat deskriptif, dimulai dengan
pengumpulan data sampai dengan menafsirkan dan melaporkan hasil penelitian.

Pendekatan Penelitian ini merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriftif


kualitatif yaitu pengumpulan data berupa kata–kata, gambar dan bukan angka– angka.
Penggunaan pendekatan ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan.
Metode deskripsi digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam rangka menjawab
perumusan masalah bagaimana pengaruh siswa tinggal di pondok pesantren dan kos terhadap
prestasi belajar mereka di sekolah dan faktor apa saja yang mempengaruhi hal tersebut. Metode
deskripsi juga digunakan karena penelitian tidak bermaksud menguji hipotesis tertentu tetapi
hanya menggambarkan kondisi yang sesungguhnya tentang bagaimana perbedaan prestasi di
bidang akademik siswa tinggal di pondok pesantren dan kos di sekolah. Berdasarkan uraian di
atas maka penelitian deskripsi bukan merupakan penelitian eksperimen karena tidak bermaksud
untuk mengetahui akibat dari suatu perilaku melainkan dalam keadaan sebenarnya ketika
penelitian dilakukan.

3.3 Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilalui dengan berbagai cara
sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau
sumber data. Dalam penelitian kualitatif Teknik ini diterapkan sebagai Teknik untuk
mengumpulkan data secara deskriptif.
Dalam penelitian ini wawancara yang dipakai adalah bentuk wawancara terstruktur dimana
peniliti telah mengetahui apa saja informasi yang akan digali dari partisipan dengan
membuat beberapa butir pertanyaan yang sistematis. Peneliti juga menggunakan alat bantu
tape recorder, kamera photo, dan alat tulis yang dapat membantu kelancaran wawancara.
Wawancara yang dilakukan peneliti menggunakan pertanyaan terbuka yang ditujukan
kepada tiga kelompok responden yang berbeda dalam menggali informasi. Pengelompokan
pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:

Anak Kos Anak Pondok Bapak/Ibu Guru


Apa yang membuat anda Apa yang membuat anda Bagaimana ketepatan waktu
memilih untuk tinggal di memilih untuk tinggal di siswa x dalam
kos? pondok pesantren? mengumpulkan tugas dalam
mata pelajaran y?
Apakah anda sering Apakah anda sering Bagaimana nilai ulangan
mengalami kesulitan dalam mengalami kesulitan dalam siswa x dalam mata
mengerjakan tugas? mengerjakan tugas? pelajaran y?
Apa yang membuat anda Apa yang membuat anda Apakah siswa x aktif
mengalami kesulitan dalam mengalami kesulitan dalam bertanya dan menjawab saat
mengerjakan tugas? mengerjakan tugas? bapak/ibu menjelaskan
materi?
Apakah anda merasa Apakah anda merasa Bagaimana pola peringkat
terganggu saat terganggu saat anak x selama bersekolah di
mempersiapkan ujian mempersiapkan ujian MAN 2 Banyuwangi?
sekolah di kos? sekolah di pondok?
Apa yang membuat anda Apa yang membuat anda Apakah siswa x pernah
merasa terganggu saat merasa terganggu saat memenangkan lomba-lomba
memersiapkan ujian di kos? memersiapkan ujian di di luar sekolah?
pondok?
Apakah anda merasa takut Apakah anda merasa takut
untuk berperan aktif dalam untuk berperan aktif dalam
pembelajaran di sekolah? pembelajaran di sekolah?
Apa yang membuat anda Apa yang membuat anda
merasa takut untuk merasa takut untuk
berperan aktif dalam berperan aktif dalam
pembelajaran di sekolah? pembelajaran di sekolah?

2. Dokumentasi
Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh
dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa
catatan transkrip, buku, surat kabar, laporan dan lain sebagainya. Dalam metode
dokumentasi ini yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.
Dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa :
a. Buku-buku tugas siswa pada mata pelajaran umum.
b. Rekap hasil ulangan dan ujian siswa.
c. Piagam dan sertifikat penghargaan yang didapat siswa di bidang akademik.
3.4 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif teknik
Analisa wacana. Teknik ini dilakukan dengan mengambil respon dari para narasumber kemudian
menghubungkan pola pola yang didapatkan dari hasil wawancara dengan narasmber untuk
mendapatkan hubungan pengaruh siswa tinggal di kos dan pondok pesantren terhadap prestasi
akademik siswa. Pola-pola yang kami ambil dari setiap jawaban narasumber dalam penelitian ini
antara lain yang pertama adalah pola prestasi dari siswa kos dan juga siswa pondok. Kedua
adalah pola belajar siswa kos dan siswa Pondok. Ketiga adalah pola faktor eksternal yang
mempengaruhi prestasi akademik siswa kos atau pondok. Setelah kami mengetahui pola-pola
dari anak kos dan anak pondok, kami menyimpulkan bagaimana pengaruh-pengaruhnya siswa
tinggal di kos dan pondok pesantren terhadap prestasi akademik siswa.

Anda mungkin juga menyukai