Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

1. Mengapa dalam pelaksanaan pendidikan di SD harus memahami landasan filosofis, psikologis


pedagogis, dan sosiologis antropologias ?
2. Jelaskan bagaimana cara peserta didik dalam menjaga norma-norma pendidikan!
3. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran di SD sesuai dengan karateristik pendidikan SD?
4. Jelaskan kelebihan dan kekurangan penyelenggaraan Sekolah Rumah ( Home Schooling) !
JAWAB:
1. Mengapa dalam pelaksanaan pendidikan di SD harus memahami landasan filosofis,
psikologis pedagogis, dan sosiologis antropologias ?
Menurut KBBI, landasan diartikan sebagai alas; bantalan; paron (alas untuk menempa, terbuat
dari besi). Dengan kata lain, landasan merujuk pada segala sesuatu yang memungkinkan kenyaman
dan kepraktisan kegiatan manusia. Dalam konteks pendidikan, landasan dapat dimengerti sebagai
pemahaman-pemahaman dasar yang memungkinkan kenyaman dan keefektifan kegiatan proses
pendidikan.
Landasan filosofis persatuan dalam keberagaman dalam konteks pendidikan nasional
misalnya mengamanatkan penyelenggaran pendidikan yang merangkum semua warga negara.
Landasan filosofis inilah yang menjadi acuan, bantalan dimana kita dapat mendesain pendidikan
inklusi untuk memperhatikan semua kebutuhan warga negara termasuk anak berkebutuhan khusus.
Pengetahuan-pengetahuan tentang perilaku dan proses mental juga sangat penting dalam
merancang kegiatan pendidikan pada umumnya. John W. Santrock misalnya menulis beberapa
kontribusi psikolog kenamaan bagi pendidikan; proses mental anak yang cendrung menyukai kegiatan
aktif dalam pembelajaran (Dewey), kencendrungan proses mental anak yang selalu ingin mencapai
tingkat yang lebih tinggi (William James), dll.
Relevansi landasan pedagogis menurut saya bahkan lebih dirasakan terutama karena ide-ide
baru dalam bidang ilmu pengajaran berhubungan erat dengan kegiatan belajar mengajar. Teori Piaget
tentang tingkatan kemampuan anak-anak misalnya merupakan sumbangan penting bagi desain
pengajaran yang efektif.
Akan tetapi, kegiatan pengajaran pada khususnya juga tidak terjadi pada ruang hampa.
Kegiatan-kegiatan tersebut terjadi pada konteks kemasyarakatan tertentu. Karenanya, situasi sosial
dan antropologis di sekitar sekolah tidak kalah pentingnya.
Referensi:
Santrock, John W., 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

2. Jelaskan bagaimana cara peserta didik dalam menjaga norma-norma pendidikan!


Norma-norma pendidikan dapat dimengerti sebagai aturan-aturan dalam konteks sekolah yang
disertai mekanisme sanksi dan ganjaran. Aturan-aturan tersebut dipercaya dapat membantu peserta
didik dan pelaku pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Ada banyak cara bagaimana perserta didik dapat mengkiuti dan menjaga norma-norma
pendidikan. Anak-anak pada tingkat awal misalnya belajar norma-norma pendidikan lewat contoh
dari guru dan teman-temannya. Pada tingkat awal pendidikan, anak-anak juga menginternalisasi
norma-norma tersebut dengan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah. Kegiatan berbaris di depan kelas,
berdoa, menyanyikan lagu nasional di pagi hari merupakan contoh kegiatan-kegiatan rutin yang jika
didesain dan dilakukan dengan konsisten akan menanamkan norma-norma keteraturan, religiusitas
dan nasionalisme di sekolah.
Isi kurikulum juga seharusnya membantu anak-anak dalam mennjaga norma-norma penting
yang disebutkan di atas. Selain itu, program-program yang didesain khusus untuk mempromosikan
norma tertentu dapat membantu anak-anak dalam menjaga norma-norma pendidikan. Di sekolah saya
misalnya terdapat 10-12 norma penting yang kami promosikan tiap bulan.
Semakin tinggi tingkatan pendidikan di SD tantangan dalam menginternalisasi norma ke
dalam siswa semakin tinggi. McCormick dan Capella (2015) misalnya menyebut bahwa internalisasi
norma-norma di kelas-kelas atas sekolah dasar dewasa ini harus memperhatikan faktor peer groups.
Referensi:
McCormick, M. P., & Cappella, E. (2015). Conceptualizing Academic Norms in Middle School: A
Social Network Perspective. The Journal of Early Adolescence, 35(4), 441–466.

3. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran di SD sesuai dengan karateristik pendidikan


SD?
Karakteristik pendidikan SD dapat dijelaskan dalam kerangka perkembangan siswa. Secara
garis besar, perkembangan siswa dibagi dalam tiga kategori besar yaitu perkembangan fisik, kognitif
dan psikososial. Pengetahuan kita tentang perkembangan siswa SD dalam ketiga kategori tersebut
diyakini dapat menjadi panduan bagi pelaku pendidikan untuk mendesain proses pembelajaran yang
efektif.
Perkembangan fisik meliputi semua perkembangan otot, otak, tulang anak. Di kelas-kelas atas
misalnya anak perempuan telah lebih dahulu memasuki masa pubertas di bandingkan dengan teman-
teman mereka yang berjenis kelamin. Perkembangan kognitif siswa sekolah dasar mengacu pada
perubahan yang terjadi dalam pola pikir siswa sekolah dasar. Kategorisasi pertumbuhan anak Piaget
merupakan salah satu contohnya. Perkembangan psikososial berhubungan erat dengan perkembangan
dan perubahan emosi siswa. Di kelas awal misalnya anak-anak cenderung mau menunjukkan
asertivitas bahwa mereka bisa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang dewasa. Di kelas yang
lebih tinggi, mereka menunjukkan kemampuan untuk menilai diri mereka sendiri. Di kelas-kelas
tinggi, anak-anak tersebut menunjukkan kebutuhan akan partisipasi yang signifikan dalam sebuah
keloompok.
Hayati dkk (2021) merangkum poin-poin penting ketiga perkembangan anak SD yang
seharusnya menjadi acuan pelaksanaan proses pembelajaran:
1. Siswa sekolah dasar senang bermain Siswa sekolah dasar merupakan anak yang
menyukai permainan.
2. Siswa sekolah dasar senang bergerak
3. Siswa sekolah dasar menyukai pekerjaan berkelompok
4. Siswa sekolah menyukai peragaan langsung
Implementasi siswa sekolah dasar dilihat dari ketiga perkembangan tersebut melahirkan
kebutuhan siswa berupa siswa sekolah dasar senang bermain, dasar senang bergerak, menyukai
pekerjaan berkelompok, dan menyukai peragaan langsung. Kebutuhan inilah yang menjadi landasan
guru sekolah dasar dalam mengembangkan pembelajaran agar dapat menciptakan pembelajaran yang
berkualitas.
Referensi:
Hayati, Fittri dkk. Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar : Sebuah Kajian Literatur.
Jurnal Pendidikan Tambusai. Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021, halaman 1809-1815

4. Jelaskan kelebihan dan kekurangan penyelenggaraan Sekolah Rumah ( Home Schooling) !


Umumnya, kekuatan homeschooling antara lain :
1. Lebih mengedepankan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara
klasikal.
2. Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga
tidak selalu harus terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata,
atau bahkan terendah.
3. Terlindungi dari tawuran, kenakalan, pergaulan menyimpang, dan konsumerisme.
Di pihak lain, homeschooling juga memiliki beberapa risiko, seperti:
1. Anak-anak yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari
berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di
masyarakat.
2. Sekolah merupakan tempat belajar yang khas yang dapat melatih anak untuk bersaing dan
mencapai keberhasilan yang setinggi-tingginya.
3. Homeschooling dapat mengisolasi peserta didik dari kenyataan-kenyataan yang kurang
menyenangkan, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan individu.
4. Apabila anak hanya belajar di homeschooling kemungkinan ia akan terisolasi dari lingkungan
sosial yang kurang menyenangkan, sehingga ia kurang siap untuk menghadapi berbagai
kesalahan atau ketidakpastian.
Referensi:
Heryani, R.D. Homeschooling sebagai sekolah alternatif ramah anak. Research and Development
Journal Of Education Vol. 3 No. 2 April 2017 hal. 145-153.

Anda mungkin juga menyukai