Anda di halaman 1dari 6

DRAFT PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARAN

DI SMA NEGERI 11 PALEMBANG

Hanna Pertiwi
Hesti Oktavia
Hukama Rizky Yusriyah
Leni Kartika Sari
Loga Nurmantara
M. Rizal Harbi Attamimi

PROGRAM PPG PRAJABATAN GELOMBANG I

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2022
Latar Belakang

Saat ini, pendidikan merupakan sesuatu yang harus dimiliki semua orang, karena suatu
individu sejak dari lahir tidak dapat berdiri sendiri secara langsung. Pendidikan merupakan aspek
yang krusial yang harus ada untuk dapat mewujudkan impian bangsa. Pendidikan merupakan
proses pengajaran dan pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekolah sebagai sebuah lembaga
pendidikan formal. Tak hanya itu, pendidikan bisa pula diartikan sebagai suatu pengaruh yang
diupayakan oleh sekolah terhadap peserta didik supaya mempunyai kemampuan yang baik serta
kesadaran penuh atas tugas sosial. Tujuan pendidikan yakni untuk membantu seseorang dalam
mengembangkan potensi. Selanjutnya menurut Pratiwi & Laksmiwati (2016), pendidikan
memiliki peran penting untuk melangsungkan hidup. Seseorang dituntut untuk bisa beradaptasi
dengan lingkungan sekitar. Hal ini sependapat dengan Oemar Hamalik yakni pendidikan
merupakan sebuah proses suatu individu supaya dapat menyesuaikan diri sehingga akan adanya
perubahan dalam diri yang membuatnya terbiasa dengan lingkungan masyarakat.
Masa remaja biasanya waktu dimana segala aspek sedang berkembang pada suatu
individu. Perkembangan pada masa remaja memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sikap
dan perilakunya. Pada masa ini umumnya para remaja menghadapi permasalahan yang erat
dengan penyesuaian diri. Dalam menjalankan proses tumbuh kembangnya, seorang remaja
bahkan sering menghadapi masalah penerimaan dan penolakan dalam menjalin hubungan
pertemanan. Perilaku yang seringkali muncul, yakni selalu ingin tampil keren, dapat bertindak
apa saja tanpa ragu, dan gaul. Selanjutnya terkadang yang menjadi inti dari permasalahannya
yakni remaja seringkali merasa bingung dalam melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu hal
dan hal ini dapat melemahkan kepercayaan diri remaja tersebut.

Analisis Masalah
Dalam pendidikan dan proses belajar, peserta didik dituntut harus dapat menyesuaikan
dengan lingkungannya. Dengan adanya penyesuaian diri ini, akan munculnya rasa kepercayaan
diri dari dalam diri peserta didik untuk menjalankan proses belajar. Kepercayaan diri yang
muncul akan menimbulkan rasa kemandirian peserta didik dalam prosesnya. Menurut Pratiwi
dan Laksmiwati (2016), kemandirian belajar sangat diperlukan supaya dapat mewujudkan tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan.
Namun, pada kenyataannya, banyak peserta didik pada masa sekarang ini yang tidak
memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam dirinya. Berdasarkan penelitian dari Nasution,
Akhyar, dan Aziz (2020), bahwa banyak sekali peserta didik yang belum memiliki kepercayaan
diri yang tinggi, dan mereka cenderung tidak memiliki inisiatif dalam belajar yang ditunjukkan
dengan melakukan sesuatu apabila baru diperintah oleh guru yang bersangkutan. Selanjutnya
ketika maju ke depan kelas untuk melakukan presentasi kelompok, sebagian peserta didik
enggan untuk berbicara untuk memberikan penjelasan. Hal yang terakhir yakni terkadang
beberapa peserta didik tidak memiliki kepercayaan diri dalam dirinya untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Padahal ketika diberikan soal secara tertulis, mereka
mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan baik dan benar. Sekarang, berdasarkan
permasalahan yang dipaparkan tersebut, satu pertanyaan muncul, yakni apakah peserta didik di
SMAN 11 Palembang memiliki rasa percaya diri yang berlanjut dengan kemandirian dalam
belajar, serta bagaimana perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik ketika proses pembelajaran
sedang berlangsung.
Menurut Zimmerman (2000) motivasi sendiri berdampak langsung pada kepercayaan diri
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dari dalam diri sendiri dapat memberikan
semangat dan pantang menyerah dalam mencapai tujuan. Sehingga dengan adanya rasa percaya
diri tersebut peserta didik dapat bersemangat dalam belajar di kelas. Tidak hanya dipengaruhi
oleh motivasi dari peserta didik tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan sosio emosional
peserta didik. Afiatin dan Martaniah (1998) menyatakan bahwa kepercayaan diri berkembang
melalui hubungan individu dengan lingkungan. Hal ini juga sejalan dengan teori Bronfenbrenner
yang mengungkapkan bahwa individu akan dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan yang
berasal dari interaksi interpersonal terbuka hingga pengaruh berbasis luas budaya. Kelima sistem
tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.
Mikrosistem adalah lingkungan dimana individu tinggal, konteks ini meliputi keluarga
individu, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Dalam sistem mikro terjadi
banyak interaksi secara langsung dengan agen sosial, yaitu orang tua, teman dan guru. Dalam
proses interaksi tersebut individu bukan sebagai penerima pasif, tetapi turut aktif membentuk dan
membangun setting mikrosistem. Setiap individu mendapatkan pengalaman dari setiap aktivitas,
dan memiliki peranan dalam membangun hubungan interpersonal dengan lingkungan
mikrosistemnya. Lingkungan mikrosistem yang dimaksud adalah lingkungan sosial yang terdiri
dari orang tua, adik-kakak, guru, teman-teman dan guru. Lingkungan tersebut sangat
mempengaruhi perkembangan individu terutama pada anak usia dini sampai remaja. Subsistem
keluarga khususnya orangtua dalam mikrosistem dianggap agen sosialisasi paling penting dalam
kehidupan seorang anak sehingga keluarga berpengaruh besar dalam membentuk karakter
anak-anak. Setiap sub sistem dalam mikrosistem tersebut saling berinteraksi, misalnya hubungan
antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan
pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya, serta
hubungan keluarga dengan tetangga. Dampaknya, setiap masalah yang terjadi dalam sebuah sub
sistem mikrosistem akan berpengaruh pada sub sistem mikrosistem yang lain.
Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar dimana anak tidak terlibat interaksi
secara langsung, tetapi begitu berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sub sistemnya
terdiri dari lingkungan tempat kerja orang tua, kenalan saudara baik adik, kakak, atau saudara
lainnya,dan peraturan dari pihak sekolah. Sebagai contoh, pengalaman kerja dapat
mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Makrosistem adalah
sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Sub sistem makrosistem terdiri dari ideologi negara,
pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dan lain sebagainya, dan semua sub
sistem tersebut akan memberikan pengaruh pada perkembangan karakter anak. Hal yang
dimaksudkan dalam sub sistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan dan semua produk dari
sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Untuk itu, tujuan dari laporan ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang muncul atas
fenomena dari permasalahan tersebut yang didapatkan oleh penulis pada saat melaksanakan
Praktik Pembelajaran Terbimbing ketika PPL di SMA Negeri 11 Palembang. Kemudian untuk
memberikan pengetahuan, penulis juga memaparkan poin - poin tentang pendidikan,
kepercayaan diri, serta kemandirian belajar.

Rancangan Produk
Pembelajaran yang berdiferensiasi merupakan upaya guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran bagi siswa di dalamnya kelas sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing
siswa (Maryam, 2021). Dalam dibedakan ini pembelajaran, guru harus menyesuaikan
aspek-aspek belajar siswa menurut minat, kesiapan belajar, dan profil belajar atau modalitas
belajar siswa. Guru ditantang untuk menyesuaikan rencana pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan, jenjang atau pembelajaran profil siswa dan juga mengembangkan keterampilan
mengajar khusus (Williams, Oliver, Pienaar, 2009) agar tujuan pembelajaran yang diinginkan
dan direncanakan dapat tercapai, dan pembelajaran tersebut proses dapat berjalan dengan sangat
optimal. Selain itu, untuk mengelompokkan kebutuhan belajar siswa dalam hal ini belajar, ada
tiga cara yaitu kesiapan belajar siswa (readiness), minat belajar, dan profil belajar siswa.
Terdapat 4 aspek dalam pembelajaran berdiferensiasi, yakni diferensiasi konten/isi,
proses, produk, dan lingkungan belajar. Pada aspek diferensiasi konten/isi, seorang guru dapat
melakukan diferensiasi terkait apa yang akan dipelajari peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pada aspek proses, seorang guru dapat melakukan diferensiasi terkait bagaimana cara belajar
sesuai dengan kemampuan peserta didik. Pada aspek produk, seorang guru dapat melakukan
diferensiasi terkait produk berupa variasi hasil dari tugas pembelajaran. Pada aspek lingkungan
belajar, seorang guru dapat melakukan diferensiasi tata letak kursi/pengaturan ruang peserta
didik, misalnya tempat duduk peserta didik dapat dibuat melingkar, berkelompok, kotak,
berbaris, dan berpasangan.
Pada pelaksanaan pembelajarannya di dalam kelas di SMA Negeri 11 Palembang, aspek
pembelajaran berdiferensiasi tidak harus ada semua dalam proses pelaksanaannya, sehingga guru
dapat memilih salah satu aspek dari pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Sebagai contoh: Sebelum memulai pembelajaran, guru dapat melakukan pemetaan
kepada peserta didik melalui gaya belajar. Setelah memperoleh hasil pemetaan, guru dapat
mengelompokkan peserta didik kedalam 3 kelompok, yaitu auditori, kinestetik, dan visual. Hal
ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal,
sehingga mereka dapat menuju kondisi terbaiknya. Berdasarkan pengamatan dan praktik yang
telah dilakukan, peserta didik menjadi lebih percaya diri dalam belajar karena pembelajaran yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan peserta didik. Pada saat yang
bersamaan, guru dapat melakukan diferensiasi produk yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengeksplor dan mempresentasikan hasil karya mereka dalam bentuk
produk yang berbeda-beda, seperti audio, gambar, video, dan lain-lain. Pada kelompok auditori,
peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya dalam bentuk lagu. Pada kelompok kinestetik,
peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya dengan cara pergerakan tubuh, seperti goyang
tangan. Pada kelompok visual, peserta didik mempresentasikannya dalam bentuk tulisan di
karton.
Hal ini juga meningkatkan rasa kepercayaan diri peserta didik sehingga memunculkan
kemandirian peserta didik dalam mengelola diri, mengikuti pembelajaran, dan melaksanakan
tugas. Dalam kelompok tersebut, peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk
menyampaikan pendapat sehingga rasa percaya diri yang mereka miliki menjadi meningkat.
Kemudian, guru juga dapat menyusun modul ajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Dalam hal ini, pendidik harus dapat memperlihatkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi akan
diterapkan. Misalnya pada kegiatan pra-pembelajaran, guru dapat menuliskan “guru mencari
informasi terkait gaya belajar peserta didik dengan memberikan tes diagnostik. Pada sintaks
model pembelajaran yang digunakan oleh guru, guru juga dapat menuliskan bahwa guru
menerapkan diferensiasi produk yang membebaskan peserta didik untuk mengumpulkan produk
yang berbeda-beda. Pada akhirnya, pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan dapat
meningkatkan rasa kepercayaan peserta didik, serta mengembangkan sikap kemandirian peserta
didik.

Anda mungkin juga menyukai