KELAS :V C
MATA KULIAH :PSIKOLOGI
MATERI :PANDANGAN PSIKOLOGI TENTANG BULLYING
Selain itu, bullying kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban. Perhatian
yang kurang ini bisa disebabkan karena memang efek bullying yang tidak tampak
secara langsung. Juga tidak terendus karena banyak korban yang tidak melapor;
entah itu karena takut, malu atau diancam maupun karena alasan yang lain.
Bullying secara kasat mata tampak seperti guyonan biasa kepada anak-anak.
Jangan kira ini tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan atau olokan secara verbal
sangat berbahaya bagi anak.
“Biasanya orang tua dan guru menganggap teguran sudah cukup untuk
mengakhiri candaan di sekolah. Padahal, ini sebenarnya luka psikis atau emosional
yang lebih dalam serta menyakitkan dan efeknya bisa jangka panjang,” tegasnya.
Kemudian juga karena minimnya pengetahuan guru dan orang tua tentang bullying
dan dampaknya terhadap anak. Pengetahuan ini sangat penting untuk melihat
apakah masalah di sekitar anak serius atau tidak.
Bagi anak yang menjadi pelaku, bullying bisa membuat si pelaku memiliki empati
yang minim dalam interaksi sosial. Biasanya mengalami perilaku abnormal,
hiperaktif hingga prososial. Ini berkaitan dengan respons pelaku terhadap
lingkungan sosial sekitarnya.
Ada juga, lanjutnya, anak yang jadi korban plus jadi pelaku bullying. Ini tingkat
gangguan mentalnya menjadi lebih besar. “Anak-anak di level ini merupakan
individu yang mengalami prososial, hiperaktif. Ini menjadi lebih besar dan lebih
mengkhawatirkan. Karena itu perlu perhatian dan tindakan yang tepat dari sekolah
maupun orang tua,” tandasnya.
Bagaimana Solusinya?
Menurutnya, iklim sekolah harus diperhatikan. Sekolah harus punya program
pencegahan, intervensi maupun sosialisasi yang efektif. Sinergi antara sekolah dan
orang tua sangat penting dibangun dan diperkuat lagi. Komunikasi yang aktif
sekolah dan orang tua penting dilakukan. Orang tua perlu mengetahui detail
informasi mengenai perkembangan sekolah dan anak mereka.
Jika perlu sekolah punya divisi khusus yang menangani komunikasi dengan orang
tua. Sekolah bisa membuka hotline yang setiap saat bisa orang tua hubungi. Bisa
juga sekolah membuat website interaktif.
Hal lain yang penting diperhatikan juga yaitu memperbaiki komunikasi antara orang
tua dan anak di rumah. Pola asuh yang baik adalah yang bisa memberikan
kesempatan kepada anak mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan hatinya.