Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

SOSIOLOGIKOMUNIKASI

OLEH

SAMUEL GERALDO MUDA

1903050097

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
1. Lemah Konsep Diri Sebabkan Anak Jadi Pelaku atau Korban Bully

KOMPAS.com -- Kasus bullying atau penindasan yang terjadi di sekolah pada


anak-anak kian memprihatinkan. Data dari Unicef menunjukkan, jika 50 persen
anak melaporkan mengalami bullying di sekolah. Sementara itu, artikel
Psychology Today tahun 2015, melaporkan bahwa jika kasus bully mengalami
peningkatan yang signifikan.  Kondisi yang demikian, pastinya membuat
orangtua khawatir. Sebab, orangtua mana yang rela buah hatinya diperlakukan
kasar dan tidak dihargai oleh orang lain. Oleh karena itu, sekarang sebaiknya
orangtua cari tahu lebih detil tentang bagaimana mendeteksi anak yang dapat
menjadi koban atau pelaku bully.

Psikolog Liza Marielly Djaprie, dalam acara peluncuran kampanye Coca


Cola Rayakan Namamu yang berlangsung di kantor Ogilvy, Jakarta, Rabu
(13/1/2015) menjelaskan bahwa pelaku bully biasanya mengincar korban dengan
ciri tertentu, yakni anak yang tak memiliki teman, terisolasi atau sering
menyendiri, seringkali minder, dan tak banyak perlawanan.  Lalu, si anak yang
pelaku bully  biasanya memiliki masalah psikologis, misalnya masalah di
keluarga yang membuat anak stres, dan mereka mengalihkannya dengan
melakukan kekerasan di sekolah pada teman-temannya.

Persamaan baik dari pelaku maupun korban bully adalah sama-sama tak
memiliki konsep diri yang kuat. Konsep diri adalah cara seseorang memandang
dirinya sendiri, misalnya potensi, kemampuan, dan posisi di masyarakat.  "Ini
semua terbentuk sedari kecil dari orangtua. Ada yang menyebutkan ucapan
orang tua seperti doa. Jadi, berdoa yang baik-baik untuk anak.  Konsep diri
terbentuk dari peran atau sumbangan anak terhadap masyarakat,"ujar Liza”
2. Berita di atas merupakan Kasus yang berkaitan dengan interaksi simbolik yaitu
konsep diri, Konsep diri terbentuk ketika seseorang bereaksi terhadap orang lain
dan melalui persepsi atas perilaku tersebut. Kasus di atas merupakan bullying
atau penindasan yang terjadi di sekolah. Mengapa hal ini bisa terjadi? Itu
kembali lagi kepada si pelaku, Karena si pelaku penindasan ini kurangnya
didikian dari orang tua atau keluarga yang memyebabkan si pelaku ini
melakukan tindakan penindasan terhadap teman nya di sekolah. Atau bahkan si
pelaku tersebut memiliki masalah psikologis yakni anak tersebut merasa Stres
dan ia melaimpiaskan nya di sekolah hal tesebut yang membuat anak tersebut
tidak memiliki konsep diri yang kuat,

Begitu juga dengan si korban penindasan yang sama tidak memiliki konsep
diri yang kuat,di karenakan korban sering menyendiri, tidak mampunyai
teman,dan tidak banyak melawan, hal ini lah yang membuka kesempatan kepada
orang lain untuk melakukan penindasan, terkait dengan materi Self-concept
[konsep diri], yakni gambaran yang kita punya tentang siapa dan bagaimana diri
kita yang dibentuk sejak kecil melalui interaksi dengan orang lain.
Menurut George Herbet Mead membagi perkembangan diri manusia
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yakni:

• Tahap Persiapan (Preparatory Stage)


• Tahap Meniru (Play Stage)
• Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
• Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalizing Stage)

• Di tahap Persiapan ini adalah tahap utama dimana manusia di lahirkan dan di
bentuk, dalam kasus di atas si anak ( pelaku) bullying belum mendapakatkan
apa yang seharusnya orang tua/keluaga ajarkan dan lingkunagn sekitar pun juga
ikut berpengaruh terhadap perkembangan anak tersebut.

• Tahap meniru ini si anak menirukan peran yang di lakukan oleh orang dewasa
pada kasus di atas si anak (pelaku) mulai menyadari akan apa yang orang tua
lakukan contohnya seperti broken home yang mambuata anak menjadi stress.

• Tahap Siap Bertindak ini adalah memukinkan si anak mulai bermain secara
bersama – sama dengan teman sebaya di luar rumah kasus di atas lebih
berkaitan dengan si korban Bullying yang mungkin saja tidak sempat bermain
bersama dengan teman sebaya nya contohnya orang tua mengalagi anaknya
untuk bermain bersama dengan anak tetangga.

• Tahap penerima Norma kolektif, tahap ini dimana, seseorang dianggap telah
dewasa. Dia dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas.
Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang
yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas.

REFERENSI

 https://lifestyle.kompas.com/read/2016/01/17/153300320/
Lemah.Konsep.Diri.Sebabkan.Anak.Jadi.Pelaku.atau.Korban.Bully.
 http://e-journal.iainsalatiga.ac.id/index.php/pustabiblia/article/download/
953/pdf

Anda mungkin juga menyukai