Anda di halaman 1dari 31

Sering kali kita mendengar berita tentang jual beli narkoba, seks bebas,

tawuran, dan BULLYING. Tentunya kita sudah tahu bahwa tidak sedikit pelaku
maupun korban yang masih remaja dan bahkan hal itu sudah merupakan
"hal biasa" bagi beberapa orang yang tidak mau berpikir kritis. Sebenarnya
mengapa hal itu terjadi? Apa faktor penyebab mereka melakukannya? Apa
hal ini merupakan kesalahan orangtua yang tidak menanamkan nilai moral
dengan tegas? Apa karena faktor lingkungan yang tidak kondusif sehingga
para remaja itu terpengaruh ke jalan yang tidak seharusnya? Atau ada faktor
lain?

Pada kesempatan kali ini saya akan fokus kedalam topik penindasan atau
yang lebih dikenal dengan istilah yang tidak lain adalah "BULLYING". Bullying,
menurut BullyFree, merupakan bentuk perilaku yang bersifat intens,
menyakiti, mengancam, dan dilakukan berulang-ulang. Bullying merupakan
bentuk ketidakseimbangan, yaitu adanya usaha mendominasi dari suatu
pihak dan bisa diartikan sebagai mistreatment atau penganiayaan.(Twit
@Ekualitas)
Bullying sudah merasuk kedalam pergaulan di masyarakat dan menjadi
"SISTEM" yang tidak benar dengan sendirinya. Tindakan Bullying bisa
dilakukan melalui kata- kata maupun melalui kontak fisik dan tentunya hal
itu menjerumus ke arah kekerasan. Bullying secara fisik tidak hanya terjadi
di kalangan mahasiswa maupun siswa SMA , seperti yang dulu pernah kita
dengar tentang berita tindak kekerasan di salah satu institut maupun di
salah satu SMA favorit, tetapi hal ini bahkan sudah terjadi di kalangan murid
SMP maupun SD jika kita mau telusuri lebih lanjut. Padahal pada kisaran usia
mereka, seharusnya mereka belajar dan mendapat nilai moral yang baik dari
sekitarnya , bukan menerima tindakan/sikap yang tidak seharusnya dari

lingkungan sosial mereka karena hal ini akan berpengaruh kedepannya. Jika
saat kecil ia mendapat tindakan bullying dan hal itu tidak segera diatasi,
kedepannya anak tersebut berpotensi untuk menjadi pelaku bullying karena
adanya niat untuk membalas perilaku yang dulu ia terima atau bisa jadi hal
itu menjadi trauma dan tentunya akan berpengaruh terhadap karakternya
dan cara ia bersikap terhadap orang disekitarnya. Bullying dapat terjadi di
mana saja, sekolah, universitas, rumah, tempat kerja, dsb. Namun pusat
perhatian terbesar adalah di lingkungan pendidikan
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu dan sosialisasi. Di sekolah,
setiap murid akan menghadapi teman-teman yang sebaya, lebih muda, dan
teman yg lebih tua. Sekolah merupakan tempat terjadinya sosialisasi
antarindividu dengan individu lainnya. Akan tetapi, dalam sosialisasi,
kebanyakan dari mereka belum dapat memahami temannya satu sama lain,
sehingga timbullah kesalahpahaman satu sama lain yang lalu diiringi denagn
perkelahian, intimidasi, pemalakan, pengucilan, dan lainnya. Hal yang
seharusnya tidak terjadi di kalangan pelajar kini menjadi tradisi yang
biasanya dilakukan senior kepada junior. Fenomena ini dapat disebut
Bullying, yakni kekerasan yang dilakukan senior kepada junior. Hal seperti ini
sering kali dibiarkan, dan ujung-ujungnya "diwariskan" ke tahun-tahun
berikutnya, dan menjadi sebuah "siklus"
Bullying tidak hanya terjadi antara senior maupun Junior, Bullying juga
dapat terjadi di kalangan mereka yang sebaya seperti penjulukan, ejekan
berulang, sebutan rasis, ancaman. Sering kita mendengar para pelajar
memanggil teman mereka dengan sebutan yang "akrab" tetapi jarang kita
tanya balik apakah dia senang dengan pangiilan itu, hal ini bisa merupakan
tindakan Bullying secara verbal/ kata- kata. Sebagian orang tidak suka
dipanggil dengan julukan yang merujuk ke fisik seperti ukuran badan, warna
kulit, suku, nama orangtua,dan yang lainnya. Bahkan seiring berkembangnya
teknologi, muncullah istilah CYBER BULLYING : pesan negatif lewat sms,
media sosial, voice mail, ancaman telepon. Sedangkan contoh bullying yang
tidak langsung : penyebaran fitnah/ rumor, gesture yang meremehkan,
tatapan sinis, dan mengatakan petisi kebencian

Apa

penyebabnya?

1.
Lingkungan
yg
tidak
kondusif
Lingkungan yg tidak kondusif merupakan salah satu penyebab bullying
terjadi karena lingkungan masyarakat akan sangat berpengaruh dalam
pembentukan pribadi remaja. Kekacauan dan perkelahian dalam
penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat pun menjadi
sesuatu yang ditiru oleh remaja dalam menyelesaikan masalah mereka.
Begitu pula pada zaman sekarang banyak siaran media dan media elektronik
yang menampilkan bermacam-macam bentuk kekerasan. Yang lebih
berbahaya lagi jikalau Bullying tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga
remaja. Misalnya remaja yang mengalami broken home mempunyai potensi
untuk melakukan kekerasan karena tidak adanya pembentukan nilai moral
dan
kurangnya
rasa
kasing
sayang
dalam
keluarganya.
2.
Tradisi
lanjutan
Adanya "warisan" dari keluarga, senior maupun teman se-geng. Kepribadian
kita mulai terbentuk saat remaja, hal inilah yang membuat kita suka "ikutikutan" dengan orang sekitar kita, apabila ada seorang teman yang menjahili
bahkan melakukan kekerasan kepada temannya yang lain, tekadang kita
melibatkan diri dengan cara yang salah, bukan melerai/ menasihati mereka
malahan ikut menindas mereka. Ketika mendapat tindakan bullying dari
senior, begitu kita yang menjadi senior akan ada keinginan untuk menindas
junior kita dengan alasan yang sebenarnya tidak masuk akal "Karena saya
juga
dperlakukan
seperti
itu
dulu!!"
dan
pada
akhirnya

3.
Orangtua
yang
terlalu
cuek
Akibat sibuknya orang tua dengan pekerjaannya, mereka jarang
menghabiskan waktu dengan anak mereka. Tidak adanya komunikasi antara
anak dan orang tua akan berakibat fatal, kita tidak akan tahu keadaan
masing-masing. Sesibuk apapun orangtua, tetaplah kewajiban mereka untuk
menanamkan nilai-nilai moral yang ada, dan menanamkan rasa kepercayaan
kepada anak mereka karena dengan menunjukkan rasa percaya, anak
tersebut dengan sendirinya akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
kepercayaan yang telah diberikan.
"Parents can play a key role in preventing and stopping bullying. But first
they have to know if their children bully or are bullied by others. Many
parents do not discuss bullying with their children, and many children do not
raise the topic of bullying with their parents."
4.
Ingin
menunjukkan
kekuasaan
Hal ini merupakan lanjutan dari pembentukan karakter yang salah,
kebanyakan para pelaku bullying berpikir bahwa dengan melakukan tindakan
tersebut, hal ini membuat dirinya terlihat lebih keren dan eksis. Mereka
menikmati perilaku antagonis tersebut, dan terus mencari korban sehingga
dirinya
semakin
ditakuti
dan
disegani
oleh
orang
sekitar
5.
Iri
hati
Adanya ketidakpuasan dari apa yang sudah ia punya juga menjadi salah satu
faktor pendorong untuk melakukan bullying, ketika melihat orang lain yang
lebih daripada dirinya, ia akan melakukan cara-cara yang bisa membuat
saingannya itu terjatuh, dan tentunya dengan cara yang tidak seharusnya.
Biasanya bullying yang terjadi akibat iri hati adalah bullying secara verbal
dan bullying secara tidak langsung.ko

Bagaimana ciri-cirinya?
Beberapa korban bullying memiliki karakter yang berbeda dengan yang
lainnya, seperti selalu cemas, tidak percaya diri, dan memiliki kemampuan
bersosialisasi yang kurang. Dan si pelaku bullying biasanya memiliki karakter
merasa paling hebat dan overactive. Bagi seseorang yang tak kuat lagi
menagalami bullying, mereka akan mengalami gangguan psikologis (stress).
Dari beberapa penelitian sebelumnya, juga ditemukan perbedaan umur dan
gender yang dapat mempengaruhi perilaku bullying. Pada usia 15 tahun,
anak laki-laki ditemukan lebih cenderung mem-bully dengan kontak fisik
langsung, sementara anak perempuan lebih cenderung mem-bully dengan
perilaku tidak langsung. Namun tidak ditemukan perbedaan dalam
kecenderungan
melakukan
bullying
verbal
langsung.

Mengapa Korban bullying banyak yang tidak melapor?(twit


@Ekualitas)
1.
Korban
"diajarkan
untuk
tidak
mengadu
2. Sebagian besar korban belajar dari pengalaman bahwa tidak semua orang
dewasa
peduli
tentang
apa
yang
mereka
alami
3. Korban takut mempeburuk keadaan dengan melapor , karena adanya
ancaman
dari
pelaku
4.
Korban
merasa
rendah
diri
dan
malu
5. Adanya perasaan dari pihak korban bahwa hal ini harus dihadapi sendiri
6.
Korban TIDAK TAHU harus meminta bantuan kepada siapa

Apa
Dampak
dari
Bullying?
1. Salah satu dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah
kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying
adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan
sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang
terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
2. Terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk
sekolah.

3. Timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas


berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala
gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder)bahkan depresi
dan berkeinginan untuk bunuh diri dengan menyilet-nyilet tangannya sendiri
4.

Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial

5.

Rusaknya nilai kemasyarakatan yang ada kedepannya

Setelah mengetahui tentang bullying, sudah seharusnya kita hilangkan


hal tersebut, jangan mau menjadi korban, terlebih lagi menjadi pelaku, dan
juga jangan hanya menjadi penonton ketika ada orang sekitar kita yang
menjadi korban bullying. Jika sudah menjadi korban, jangan menjadi rendah
diri ataupun takut, jadikan hal tersebut menjadi batu pijakan kedepannya
dan jangan membalas dendam. Jika sudah menjadi pelaku, akui kesalahan ,
minta maaf pada korban, dan jangan mengulangi hal yang sama
kedepannya. Jika hanya sebagai penonton ubah sikap pasif menjadi aktif,
segera lapor kepada orang yang lebih tua, atau gagalkan niat pelaku dengan
cara lain yang tersedia, jangan hanya pura-pura tidak tahu dan lega karena
bukan dirinya yang kena bullying.
Jadilah pribadi yang baik dalam bersosialisasi dengan orang lain, tanamkan
nilai moral pada diri sendiri dan tunjukan moral tersebut pada masyarakat.
Hapuskan sistem bullying yang terdapat pada pergaulan, dan bentuk
karakter diri sendiri melalui panutan yang benar dan jadilah masyarakat
yang berguna di masa mendatang.
http://rutheodora.blogspot.com/2011/10/masalah-sosial-di-kalanganremaja.html

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Sesuai dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat saat ini


proses sosial berlangsung sangat pesat. Baik proses social yang bersifat
asosiatif maupun yang bersifat disosiatif. Hal itudapat dibuktikan dengan
maraknya pertikaian baik yang nyata dengan fisik, maupun yang hanya
bersifat kontravensi seperti pertikaia anantar agama yang sampai pada
level saling serang. Sehingga banyak teroris-teroris yang melakukan
pengeboman atasnama agamanya. Selain itu kontravensi sesama umat
beragama yang berbeda aliran juga marak terjadi seperti contohnya aliran
dalam Islam yaitu NU dan Muhammaddiah yang sering memperdebatkan
pandangan mereka dan saling mengolok-ngolok satu sama lain.
Selain maraknya proses sosialisasi yang bersifat disosiatif, proses
sosial yang bersifat asosiatif juga banyak terjadi pada masyarakat kita.
Seperti contohnya koalisi partai politik yang bertujuan untuk memperkuat
kekuasaan mereka. Proses sosial yang terjadi pada masyarakat tersebet
mempunyai dampak positif maupun negative sehingga untuk memeperbesar
dampak positif menekan dampak negatif maka kita harus memahami proses
sosial proses-proses sosial tersebut, sehingga pada kesempatan kali ini kami
akan mempelajari lebih jauh mengenai proses sosial yang terjadi pada
mayarakat
B.

Rumusan Masalah

Apakah pengartian dari proses sosial?

Apkah penyebab terjadinya proses sosial?

Apakah syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?

Apakah macam-macam proses sosial?

Apakah contoh dari proses sosial?

C.

Batasam masalah

Pengartian dari proses sosial?

Penyebab terjadinya proses sosial?

Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?

Macam-macam proses sosial?

Contoh dari proses sosial?

D.

Tujuan

Untuk mengetahui pengertian dari proses sosial

Untuk mengetahuai penyebab terjadinya proses sosial

Untuk mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial

Untuk mengetahui macam-macam proses sosial

Untuk mengetahui contoh dari proses sosial

BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Proses Sosial
Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola
pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi
sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
B.
Penyebab Terjadinya Proses Sosial
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Selain itu
interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, kelompok dengan
kelompok atau orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial telah
terjadi karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang

menyebabkan terjadinya perubahan dalam perasaan maupun syaraf orangorang yang bersangkutan.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat
dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat
utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara
kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut sebagai suatu
kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam
masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara
kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial
hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua
belah pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila manusia
mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali
tidak berpengaruh terhadap sistem interaksinya.
Berlangsungnya
berbagai faktor :

suatu

proses

interaksi

didasarkan

pada

Imitasi

Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang
untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku

Sugesti

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan


atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh
pihak lain.

Identifikasi

Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri


seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih

mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk


atas dasar proses ini.

Proses simpati

Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik


pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang
sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan
untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
C. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut
hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan
kelompok.
Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam
tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok,
antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung
maupun tidak langsung.
2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang
lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut.
Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

D. Macam-macam proses sosial


Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut
mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya
interaksi sosial :
1. Proses-proses yang Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia
untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama
tersebut ber-kembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu
tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di

kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang
menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima.
Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan
bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat
terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya
(in-group-nya) dan kelompok lainya ( out-group-nya). Kerja sama akan
bertambah kuat apabila ada hal-hal yang menyinggung anggota perorangan
lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley kerjasama timbul
apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta
penting dalam kerjasama yang berguna
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang
biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut
dibedakan lagi dengan:
1. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang
sertamerta
2. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation)
merupakan hasil perintah atasan atau penguasa

Kerjasama

yang

3. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar


tertentu
4. Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai
bagian atau unsur dari sistem sosial.

Ada 5 bentuk kerjasama :

1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong


2. Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barangbarang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih
3. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan
dalam stabilitas organisasi yang ber-sangkutan
4. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih
yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan
keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua
organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang
tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karenamaksud
utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama,
maka sifatnnya adalah kooperatif.
5. Joint venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara,
perfilman, perhotelan, dst.

b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menujuk pada suatu
keadaan dan yntuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada
keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orangperorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan
norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk
mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam
biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok
manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri

untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara


untuk menyelesaikan pertentangan tanpa meng-hancurkan pihak lawan
sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, yaitu :
1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia
sebagai akibat
perbedaan paham
2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu
atau secara temporer
3. Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang
hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan
kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal
sistem berkasta.
4. mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.

Bentuk-bentuk Akomodasi:
1. Corecion, suatu bentuk
karena adanya paksaan

akomodasi

yang

prosesnya

dilaksanakan

2. Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat


saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian
terhadap perselisihan yang ada.
3. Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihakpihak yang ber-hadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
4. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan
dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan
bersama.
5. Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang
formal bentuknya.

6. Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan


karena mem-punyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik
tertentu dalam melakukan pertentangannya.
7. Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga
meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan
proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan
bersama.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi
adalah :
1. Toleransi
2. kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3. .sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4. sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. perkawinan campuran (amaigamation)
7. adanya musuh bersama dari luar

Faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi adalah :


1. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
2. kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan
sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga

3. perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi


4. perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu
lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan
ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya
asimilasi.
6. Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain
apabila golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari
golongan yang berkuasa

c. Amalgamasi
Merupakan peleburan dua kelompok budaya yang kemudian melahirkan
budaya baru. Biasanya dapat terjadi dengan sukarela maupun dengan
pemaksaan
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis
halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat,
walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial
masyarakat bersangkutan.
a.
Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia)
dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka
yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunya dua tipe umum :
1. Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh
kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.

2. Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar


yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

Bentuk-bentuk persaingan :
1. Persaingan ekonomi : timbul karena
dibandingkan dengan jumlah konsumen

terbatasnya

persediaan

2. Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang


keagamaan, pendidikan, dst.
3. Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun
di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau
kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
4. Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini
disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur
kebudayaan lainnya.

b. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
1. yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan,
perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguanggangguan, kekerasan, pengacauan rencana
2. yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka
umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah,
melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst.
3. yang intensif, penghasutan,
mengecewakan pihak lain

menyebarkan

desas

4. yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.

desus

yang

5. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan


pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan
kekerasan, provokasi, intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum
kontravensi :
1. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman
yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
2. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam
keluarga.
3. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas
dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut
hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan,
dst.

c.
Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan
misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, polapola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat
mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau
pertikaian.
Sebab pertentangan adalah :
1. Perbedaan antara individu
2. Perbedaan kebudayaan
3. perbedaan kepentingan
4. perubahan sosial.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan
antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan
merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.

Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:


1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa
adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan
4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan
dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaanperbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan
negara

Akibat-akibat bentuk pertentangan


1. Tambahnya solidaritas in-group
2. Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu
kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan
retaknya persatuan kelompok tersebut.
3. Perubahan kepribadian para individu
4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses
sosial disosiatif yang terdapat pada setiap masyarakat
E.
Salah satu contoh kelompok sosial yang kami temui
Kelompok sosial yang kami jadikan contoh yaitu kelompok buruh tani di desa
Ringinanyar. Kelompok tersebut termasuk kelompok asosiatif karena mereka

membentuk kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang sama yaitu


memakmurkan usaha pertanian mereka (kooperatif)
Faktor-faktor yang mendorong adanya kelompok sosial dikalangan buruh tani
adalah sebagai berikut :
1. Para petani memiliki tujuan yang sama untuk meningkatkan hasil
panennya
2. Masalah yang mereka hadapi cenderung sama yaitu mengenai hama
tanaman dan penyakit-penyakit yang mewabang di tanaman mereka
3. Mereka berusaha untuk menjalin relasi untuk mengembangkan
pendistribusian hasil panennya ke daerah lokal maupun nasional
4. Untuk menjalin silaturahmi dan kekeluargaan diantara buruh tani dan
untuk bertukar pengalaman diantara mereka mengenai masalahmasalah pertanian
5. Mereka mempunyai perasaan senasip dan seperjuangan
6. Untuk musyawarah bersama mengenai inovasi-inovasi terbaru seputar
pertanian

Faktor yang menghambat adanya kelompok sosial dikalangan buruh tani


adalah sebagai berikut:
1. Sikap tertutup yang dimiliki oleh para petani terhadap dunia luar
2. Timbulnya persaingan diantara para petani yang akhirnya dapat
menjadikan hambatan adanya kelompok sosial
3. Kurangnya kesadaran diantara para petani mengenai pentingnya
musyawarah bersama sehingga ketika ada acara musyawarah
seringkali anggota buruh tani tersebut banyak yang tidak hadir
4. Masalah-masalah yang terjadi diantara individu biasanya terbawa
dalam kelompok ini sehingga sering menimbulkan konflik sosial dalam
kelompok

5. Banyak masalah-masalah dalam musyawarah kelompok yang


dipendam sehingga terbawa sampai keluar vorum musyawarah dan
menimbulkan konflik terpendam yang bisa merembet ke masalah
besar karena gisip.

F.
Dampak yang terjadi dari proses sosial pada kelompok sosial
yang ditemui
(dampak amalgamasi,asimilasi atau konflik)
1.
Amalgamasi
Dengan adanya penyatuan kelompok buruh tani yang terjadi di desa
ringinanyar menimbulkan kebudayaan masyarakat baru, yaitu masyarakat
yang lebih peduli terhadap inovasi-inovasi baru yang mendorong majunya
pertanian mereka sehingga memungkinkan terpecahnya berbagai masalah
pertanian seperti: hama dan penyakit tanaman melalui obat-obat kimia
modern yang dapat meningkatkan hasil panen mereka. Jadi perbedaan
kebudayaan di desa ringinanyar yang terjadi akibat heterogennya daerah
asal penduduk, menimbulkan inovasi-inovasi baru dari saling bertukarnya
pengalaman diantara mereka. Kemudian timbulah kebudayaan baru diantara
mereka sebagai usaha meningkatkan hasil pertanian di desanya.
2.
Asimilasi
Dari kelompok buruh tani di desa ringinanyar ini yang beranggotakan
masyarakat dari berbagai daerah di indonesia dengan kebudayaan dan
kebiasaan yang berbeda-beda, mereka berusaha untuk mengurangi
perbedaan dengan saling toleransi dan menghormati sehingga terbentuklah
suatu kelompok sosial yang dinamis. Demi tercapainya tujuan bersama,
yaitu memajukan pertanian di desa mereka.
3.
Konflik
Tidak jarang kelompok sosial buruh tani di desa ringinanyar ini mengalami
suatu konflik baik yang bersifat individual maupun kelompok. Konflik yang
bersifat individu biasanya terjadi karena adanya perselisihan personal
diantara mereka. Sebagai contoh yaitu perebutan pengairan diladang sawah
mereka yang biasanya terjadi di musim kemarau, masalah ini biasanya dapat
menimbulkan konflik diantara petani yang juga dapat terbawa di dalam
kelompok sosial mereka. Di dalam kelompok biasanya mereka saling
menjatuhkan dan mencari kawan dalam kelompok yang bisa mengakibatkan
konflik yang lebih besar yaitu konflik kelompok di dalam kelompok sosial

mereka. Itulah dampak negativ yang bisa timbul dari adanya kelompok
sosial.
G.

Kelompok sosial yang mengalami proses asosiatif dan disosiatif

1.
Asosiatif (kerjasama)
Kelompok sosial ibu-ibu PKK dalam kelompok sosial ini terjadi proses asosiatif
atau kerjasama, hal itu dapat dilihat dari program-program yang dibuat oleh
ibu-ibu PKK seperti membuat resep masakan baru, mengumpulkan dana
untuk menyantuni anak-anak yatim/fakir miskin/panti jompo. Dalam kegiatan
ini sudah bisa kita lihat kerjasama diantara mereka untuk mencapai tujuan
bersama. Kelompok sosial ibu-ibu PKK ini biasanya anggotanya terbentuk
dari berbagai kalangan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda,
namun di dalam kelompok sosial ini perbedaan tersebut berusaha disatukan
agar tidak terjadi perselisihan diantara mereka demi tercapainya tujuan
bersama.
2.
Disosiatif (perpecahan)
Salah satu contoh kelompok sosial yang bersifat disosiatif yaitu GAM
(gerakan aceh merdeka). Dalam kelompok sosial ini mereka menginginkan
perpecahan dengan bangsa indonesia dan menginginkan membentuk negara
baru. Dalam kelompok ini berdampak pada terjadinya konflik antara anggota
GAM dan masyarakat Indonesia. Sebab masyarakat Indonesia menginginkan
keutuhan NKRI sementara GAM menginginkan kemerdekaannya. Inilah yang
menyebabkan kerusuhan dan menimbulkan pertumpahan darah diantara
kedua belah pihak. Perpecahan yang terjadi dalam kasus ini yaitu para
anggota GAM yang pecah dan tidak merasa lagi menjadi angota dari NKRI.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola
pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi

sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.Bentuk umum proses


sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat dinamakan sebagai proses
sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor
yaitu:Imitasi, Sugesti, Identifikasi, Proses simpati.Syarat terjadinya interaksi
sosial yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi.Proses sosial ada yang
bersifat asosiatif (kerjasama) dan desosiatif (perpecahan).
B. Saran
Kami menyarankan bahwa dalam proses sosial terjadi banyak perubahan
dalam kehidupan kita. Perubahan tersebut bisa bersifat mendasar meliputi
sandi-sandi kehidupan dasar masyarakat maupun yang hanya bersifat
ringan. Dan perubahan sosial tersebut ada yang berdampak positif maupun
negatif. Maka dari itu kita harus benar-benar selaktif memfilter hal-hal baru
yang masuk pada kehidupan kita sebagai hasil dari adanya proses sosial.
Agar kita tidak terjerumus pada hal-hal yang salah dan tidak sesuai dengan
moral dan kebudayaan asli bangsa kita.

REFERENSI

Subakti, A. Ramlan 2011 Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/proses-sosial-daninteraksi-sosial.html

http://www.ips.web.id/2011/08/pengertian-proses-sosial.html

http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45460-Makalah-Proses
%20Sosial.html

Analisis Sosiologis Media Sosial

Di era modern, manusia dipermudah dalam melakukan berbagai hal. Salah


satu kemudahan yang diciptakan adalah berinteraksi melalui internet.
Semakin berkembangnya internet memunculkan pola interaksi dapat
dilakukan tanpa harus berada dalam ruang dan waktu yang bersamaan.
Menurut Anthony Giddens, dengan adanya modernitas hubungan ruang dan
waktu terputus yang kemudian ruang perlahan-lahan terpisah dari tempat.
[2. Ritzer, George Ritzer dan J.Gooman, Douglas. Teori Sosiologi Dari
Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern . Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008. Hlm. 617] Dari pernyataan
tersebut dapat dilihat bahwa manusia menciptakan interaksi baru tanpa
harus bertemu secara fisik, yang salah satunya dilakukan melalui internet
khususnya media sosial.
Dalam kajian sosiologi, maraknya media sosial erat hubungannya dengan
bagaimana kita bersosialisasi, berteman, berinteraksi. Dengan munculnya
kedua media sosial tersebut kita mampu berkomunikasi satu sama lain,
dalam ilmu sosiologi hal tersebut dinamakan bentuk komunikasi langsung.
Komunikasi langsung dapat diartikan sebagai salah satu cara berinteraksi
antara seseorang dengan orang lain secara langsung, baik melalui chat
maupun melalui pesan.
Begitu pula dengan media sosial Facebook dimana kita juga bisa membuat
sebuah grup, dalam konteks ini mengenai hubungannya dengan sosiologi,
dengan fitur grup di Facebook, kita mampu membuat grup yang mampu
berbagi mengenai ilmu-ilmu sosiologi ataupun bisa untuk memecahkan
masalah yang sedang terjadi di masyarakat, karena didalam ilmu sosiologi,
salah satu yang diajarkan adalah memecahkan masalah yang sedang terjadi

di masyarakat, dan tentunya kita tahu bahwa obyek dalam ilmu sosiologi itu
adalah masyarakat.
Jadi hubungan media sosial dengan ilmu sosiologi sangat erat. Dengan kedua
media sosial tersebut kita mampu berinteraksi, dan berkomunikasi satu
sama lain, bukan hanya itu kita juga bisa mendapatkan teman baru dan kita
juga bisa saling sharing atau berbagi ilmu dan juga bisa memecahkan
masalah yang sedang dihadapi di masyarakat. Apabila kita
menyalahgunakan media sosial tersebut, kita akan membuat masalah bukan
menyelesaikan masalah.
Berikut adalah beberapa dampak positif dan negatif dari jejaring
sosial:
Dampak positif
Tempat promosi yang baik dan
murah
Dampak memperluas jaringan
pertemanan

Dampak negatif

Mengganggu kegiatan belajar remaja

Bahaya kejahatan

Media komunikasi yang mudah

Bahaya penipuan

Tempat mencari informasi yang

Tidak semua pengguna media sosial

bermanfaat

bersifat sopan

Tempat berbagi foto, informasi, dll.


Media Sosial di Kalangan Remaja

Mengganggu kehidupan dan


komunikasi keluarga

Kata remaja berasal dari kata bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa
remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Masa
remaja merupakan masa transisi sebab pada saat itu, seseorang telah
meninggalkan masa kanak-kanak namun ia juga belum memasuki masa
dewasa.
Kaum remaja saat ini sangat ketergantungan terhadap media sosial. Mereka
begitu identik dengan smartphoneyang hampir 24 jam berada di tangan dan
sangat sibuk berselancar di dunia online yang seakan tidak pernah berhenti.
Melihat hal ini, Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) bersama Yahoo!
melakukan riset mengenai penggunaan internet di kalangan remaja.
Hasilnya menunjukkan, kalangan remaja usia 15-19 tahun mendominasi
pengguna internet di Indonesia sebanyak 64%.
Penggunaan media sosial di kalangan remaja ini juga menimbulkan pro dan
kontra. Penggunaan media sosial seringkali mengganggu proses belajar
remaja, sebagai contoh ketika sedang belajar lalu ada notification
chattingdari teman yang akhirnya dapat mengganggu proses belajar, dan
kebiasaan seorang remaja yang berkicau berkali-kali di Twitter yang
terkadang hanya untuk mengeluhkan betapa sulit pelajaran yang sedang dia
kerjakan.
Tidak berhenti sampai di situ saja. Yang lebih parah ada beberapa kasus
seorang remaja yang dilaporkan hilang oleh orangtuanya yang ternyata
kabur dengan teman yang baru dikenalnya di Facebook. Lalu apa yang
menyebabkan seorang remaja begitu aktif di jejaring sosial? Dalam sebuah

penelitian dinyatakan, media sosial berhubungan dengan


kepribadian introvert. [3. Setyastuti, Yuanita. 2012. Aprehensi Komunikasi
Berdasarkan Konteks Komunikasi dan Tipe Kepribadian Ekstrovert
Introvert . Jurnal Komunikator. Volume 4, Nomor 2, Bulan November 2012]
Semakin introvert seseorang maka dia akan semakin aktif di media sosial
sebagai pelampiasan. Peran orangtua sangat dibutuhkan sebagai pengawas
dan juga sosok yang memahami anak. Keluarga harus dapat memberikan
fungsi afektif agar seorang anak mendapatkan perhatian yang cukup.
Di kota besar seperti Jakarta, seringkali para remaja mengalami kekosongan
karena kebutuhan akan bimbingan orangtua tidak ada atau kurang. Hal ini
disebabkan karena keluarga mengalami disorganisasi. Pada keluarga yang
secara ekonomis kurang mampu, hal tersebut disebabkan karena orang tua
harus mencari nafkah, sehingga tidak ada waktu sama sekali untuk
memperhatikan dan mengasuh anak-anaknya. Sedangkan pada keluarga
yang mampu, persoalannya adalah karena orang tua terlalu sibuk dengan
urusan-urusan di luar rumah dalam rangka mengembangkan prestise.
[4.Soekanto, Soerjono. Sosiologi suatu pengantar . Jakarta: PT. Raja
Grafindo Pustaka, 1990. 371]
Kalangan remaja yang menjadi hiperaktif di media sosial ini juga sering
memposting kegiatan sehari-hari mereka yang seakan menggambarkan gaya
hidup mereka yang mencoba mengikuti perkembangan jaman, sehingga
mereka dianggap lebih populer di lingkungannya.
Contohnya saja di Twitter, para remaja menampilkan diri melalui
mengunggah avatar yang paling bagus dilihat,
memposting tweet dan retweet sebanyak-banyaknya dengan tujuan
memperlihatkan eksistensinya di dunia maya, mereka berusaha

memperlihatkan eksistensi dirinya serta membangun citra sebaik mungkin.


Para remaja juga berusaha memperlihatkan citra positif di Twitter. Begitupun
halnya dengan Facebook, para remaja memposting foto-fotonya yang sedang
bersenang-senang dengan teman-temannya dan seolah memperlihatkan
betapa bahagia dirinya. Dengan demikian, dapat dikatakan individu
menjadikan media sosial sebagai media presentasi diri.
Namun apa yang mereka posting di media sosial tidak selalu
menggambarkan keadaan social life mereka yang sebenarnya. Ketika para
remaja tersebut memposting sisi hidup nya yang penuh kesenangan, tidak
jarang kenyataannya dalam hidupnya mereka merasa kesepian. Manusia
sebagai aktor yang kreatif mampu menciptakan berbagai hal, salah satunya
adalah ruang interaksi dunia maya. Setiap individu mampu menampilkan
karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia maya dengan dunia nyata.
Hal ini dalam sosiologi disebut dengan istilah dramaturgi atau presentasi diri
(The Presentation of Self ) untuk menjelaskan bagaimana seseorang
menampilkan diri pada lingkungan atau panggung tertentu. [5.Rachmah,
Amy Julia. 2012. Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Sebagai Media
Pembelajaran. EJPTI (Jurnal Elektronik Pendidikan Teknik Informatika) Volume
1, Nomor 3, Bulan November 2012]
http://mudazine.com/hanafeberia/pengaruh-media-sosial-terhadap-perilakudi-kalangan-remaja/

A. Perkelahian Pelajar
Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara
pelajar. Bahkan bukan hanya antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda
sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah
hal yang wajar pada remaja.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini


sering terjadi. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun
1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi
183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus
dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun
1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan
tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari
tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat.
Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di
tiga tempat sekaligus.
Dampak Perkelahian Pelajar
Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling
tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama,
pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami
dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua,
rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta
fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya
proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling
dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa
terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling
efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk
melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas
memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup
bermasyarakat di Indonesia.
4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian
pelajar :
Faktor internal. Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu
melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini
berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan
semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan
banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi
pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk
mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya.
Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah,
menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih
menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja
yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin,
mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan

orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya
sangat membutuhkan pengakuan.
Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang
tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat
remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah
hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua
yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai
individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya
yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan
menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari
identitas yang dibangunnya.
Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga
yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih
dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan
sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana
kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak
adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang
melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah
itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling
penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana
aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan
cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam mendidik siswanya.
Faktor lingkungan. Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari
remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian.
Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota
lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana
transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan
kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang
remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi
emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku
berkelahi.
B. Bully
Bully adalah perlakuan yang membuat tidak nyaman di satu
lingkungan dengan menggunakan kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki
untuk menyakiti sekelompok atau seseorang dalam bentuk verbal dan fisik.
Biasanya hal ini dilakukan oleh para senior keyunior yang terjadi di
lingkungan sekolah. Hal itu dikarenakan mereka merasa dirinya

berkuasa,ingin disegani dan ingan di hormati oleh yuniornya. Pada umumnya


mereka melakakukannya dalam bentuk tindakan kekerasan seperti
menampar, menjambak, meludahi, mengancam, memukul, serta
menganiaya korban hingga korban tak berdaya.Bullying dapat
mengakibatkan pelakunya terjerat hukum dan dapat dikeluarkan dari
sekolah.
Ada banyak definisi mengenai bullying, terutama yang terjadi dalam
konteks lain (tempat kerja, masyarakat, komunitas virtual). Namun di sini
penulis akan membatasi konteksnya dalam school bullying. Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio (2005) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku
agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang
memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan
tujuan menyakiti orang tersebut. Mereka kemudian mengelompokkan
perilaku bullying ke dalam 5 kategori:
Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga
termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain)
Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan,
mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme,
merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki,
menyebarkan gosip)
Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau
mengancam; biasanya diertai oleh bullying fisik atau verbal).
Perilaku non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi
persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau
mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).
Pelecehan seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
Dampak interaksi sosial secara positif:
1. Terpenuhinya kebutuhan individu dan kelompok yang tidak dapat dipenuhi sendiri tanpa adanya
interaksi dengan orang lain.
2. Kerjasama manusia yang terus berkembang seiring dengan makin kompleksnya kebutuhan dan
situasi masyarakat saat ini.

3. Hubungan sosial antara dua atau lebih kelompok sosial yang berbeda akan terintegrasi lebih kuat
karena timbulnya solidaritas dan kesetiakawanan yang tinggi.
4. Individu- individu yang berbeda akan saling kenal
5. Tercapainya kestabilan antara dua/ lebih kelompok yang bertikai
6. Lahirnya unsur kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan atau mengeliminasi kebudayaan
asli yang mendukungnya.
7. Terjadinya negosiasi antara pihak- pihak yang bertikai.
Dampak interaksi sosial secara negativ:
1. Kerusakan dan hilangnya harta benda dan nyawa jika terjadi kontak atau benturan fisik
2. Persaingan yang tajam akan membuat kontrol sosial tidak berfungsi
3. Akan menimbulkan prasangka yang memicu terjadinya kerugian bagi orang lain
4. Aktivitas yang dilakukan akan mengakibatkan terjadinya benturan/ kontak fisik
5. Menimbulkan rencana / niat mencelakakan pihak lain

Anda mungkin juga menyukai