tawuran, dan BULLYING. Tentunya kita sudah tahu bahwa tidak sedikit pelaku
maupun korban yang masih remaja dan bahkan hal itu sudah merupakan
"hal biasa" bagi beberapa orang yang tidak mau berpikir kritis. Sebenarnya
mengapa hal itu terjadi? Apa faktor penyebab mereka melakukannya? Apa
hal ini merupakan kesalahan orangtua yang tidak menanamkan nilai moral
dengan tegas? Apa karena faktor lingkungan yang tidak kondusif sehingga
para remaja itu terpengaruh ke jalan yang tidak seharusnya? Atau ada faktor
lain?
Pada kesempatan kali ini saya akan fokus kedalam topik penindasan atau
yang lebih dikenal dengan istilah yang tidak lain adalah "BULLYING". Bullying,
menurut BullyFree, merupakan bentuk perilaku yang bersifat intens,
menyakiti, mengancam, dan dilakukan berulang-ulang. Bullying merupakan
bentuk ketidakseimbangan, yaitu adanya usaha mendominasi dari suatu
pihak dan bisa diartikan sebagai mistreatment atau penganiayaan.(Twit
@Ekualitas)
Bullying sudah merasuk kedalam pergaulan di masyarakat dan menjadi
"SISTEM" yang tidak benar dengan sendirinya. Tindakan Bullying bisa
dilakukan melalui kata- kata maupun melalui kontak fisik dan tentunya hal
itu menjerumus ke arah kekerasan. Bullying secara fisik tidak hanya terjadi
di kalangan mahasiswa maupun siswa SMA , seperti yang dulu pernah kita
dengar tentang berita tindak kekerasan di salah satu institut maupun di
salah satu SMA favorit, tetapi hal ini bahkan sudah terjadi di kalangan murid
SMP maupun SD jika kita mau telusuri lebih lanjut. Padahal pada kisaran usia
mereka, seharusnya mereka belajar dan mendapat nilai moral yang baik dari
sekitarnya , bukan menerima tindakan/sikap yang tidak seharusnya dari
lingkungan sosial mereka karena hal ini akan berpengaruh kedepannya. Jika
saat kecil ia mendapat tindakan bullying dan hal itu tidak segera diatasi,
kedepannya anak tersebut berpotensi untuk menjadi pelaku bullying karena
adanya niat untuk membalas perilaku yang dulu ia terima atau bisa jadi hal
itu menjadi trauma dan tentunya akan berpengaruh terhadap karakternya
dan cara ia bersikap terhadap orang disekitarnya. Bullying dapat terjadi di
mana saja, sekolah, universitas, rumah, tempat kerja, dsb. Namun pusat
perhatian terbesar adalah di lingkungan pendidikan
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu dan sosialisasi. Di sekolah,
setiap murid akan menghadapi teman-teman yang sebaya, lebih muda, dan
teman yg lebih tua. Sekolah merupakan tempat terjadinya sosialisasi
antarindividu dengan individu lainnya. Akan tetapi, dalam sosialisasi,
kebanyakan dari mereka belum dapat memahami temannya satu sama lain,
sehingga timbullah kesalahpahaman satu sama lain yang lalu diiringi denagn
perkelahian, intimidasi, pemalakan, pengucilan, dan lainnya. Hal yang
seharusnya tidak terjadi di kalangan pelajar kini menjadi tradisi yang
biasanya dilakukan senior kepada junior. Fenomena ini dapat disebut
Bullying, yakni kekerasan yang dilakukan senior kepada junior. Hal seperti ini
sering kali dibiarkan, dan ujung-ujungnya "diwariskan" ke tahun-tahun
berikutnya, dan menjadi sebuah "siklus"
Bullying tidak hanya terjadi antara senior maupun Junior, Bullying juga
dapat terjadi di kalangan mereka yang sebaya seperti penjulukan, ejekan
berulang, sebutan rasis, ancaman. Sering kita mendengar para pelajar
memanggil teman mereka dengan sebutan yang "akrab" tetapi jarang kita
tanya balik apakah dia senang dengan pangiilan itu, hal ini bisa merupakan
tindakan Bullying secara verbal/ kata- kata. Sebagian orang tidak suka
dipanggil dengan julukan yang merujuk ke fisik seperti ukuran badan, warna
kulit, suku, nama orangtua,dan yang lainnya. Bahkan seiring berkembangnya
teknologi, muncullah istilah CYBER BULLYING : pesan negatif lewat sms,
media sosial, voice mail, ancaman telepon. Sedangkan contoh bullying yang
tidak langsung : penyebaran fitnah/ rumor, gesture yang meremehkan,
tatapan sinis, dan mengatakan petisi kebencian
Apa
penyebabnya?
1.
Lingkungan
yg
tidak
kondusif
Lingkungan yg tidak kondusif merupakan salah satu penyebab bullying
terjadi karena lingkungan masyarakat akan sangat berpengaruh dalam
pembentukan pribadi remaja. Kekacauan dan perkelahian dalam
penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat pun menjadi
sesuatu yang ditiru oleh remaja dalam menyelesaikan masalah mereka.
Begitu pula pada zaman sekarang banyak siaran media dan media elektronik
yang menampilkan bermacam-macam bentuk kekerasan. Yang lebih
berbahaya lagi jikalau Bullying tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga
remaja. Misalnya remaja yang mengalami broken home mempunyai potensi
untuk melakukan kekerasan karena tidak adanya pembentukan nilai moral
dan
kurangnya
rasa
kasing
sayang
dalam
keluarganya.
2.
Tradisi
lanjutan
Adanya "warisan" dari keluarga, senior maupun teman se-geng. Kepribadian
kita mulai terbentuk saat remaja, hal inilah yang membuat kita suka "ikutikutan" dengan orang sekitar kita, apabila ada seorang teman yang menjahili
bahkan melakukan kekerasan kepada temannya yang lain, tekadang kita
melibatkan diri dengan cara yang salah, bukan melerai/ menasihati mereka
malahan ikut menindas mereka. Ketika mendapat tindakan bullying dari
senior, begitu kita yang menjadi senior akan ada keinginan untuk menindas
junior kita dengan alasan yang sebenarnya tidak masuk akal "Karena saya
juga
dperlakukan
seperti
itu
dulu!!"
dan
pada
akhirnya
3.
Orangtua
yang
terlalu
cuek
Akibat sibuknya orang tua dengan pekerjaannya, mereka jarang
menghabiskan waktu dengan anak mereka. Tidak adanya komunikasi antara
anak dan orang tua akan berakibat fatal, kita tidak akan tahu keadaan
masing-masing. Sesibuk apapun orangtua, tetaplah kewajiban mereka untuk
menanamkan nilai-nilai moral yang ada, dan menanamkan rasa kepercayaan
kepada anak mereka karena dengan menunjukkan rasa percaya, anak
tersebut dengan sendirinya akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
kepercayaan yang telah diberikan.
"Parents can play a key role in preventing and stopping bullying. But first
they have to know if their children bully or are bullied by others. Many
parents do not discuss bullying with their children, and many children do not
raise the topic of bullying with their parents."
4.
Ingin
menunjukkan
kekuasaan
Hal ini merupakan lanjutan dari pembentukan karakter yang salah,
kebanyakan para pelaku bullying berpikir bahwa dengan melakukan tindakan
tersebut, hal ini membuat dirinya terlihat lebih keren dan eksis. Mereka
menikmati perilaku antagonis tersebut, dan terus mencari korban sehingga
dirinya
semakin
ditakuti
dan
disegani
oleh
orang
sekitar
5.
Iri
hati
Adanya ketidakpuasan dari apa yang sudah ia punya juga menjadi salah satu
faktor pendorong untuk melakukan bullying, ketika melihat orang lain yang
lebih daripada dirinya, ia akan melakukan cara-cara yang bisa membuat
saingannya itu terjatuh, dan tentunya dengan cara yang tidak seharusnya.
Biasanya bullying yang terjadi akibat iri hati adalah bullying secara verbal
dan bullying secara tidak langsung.ko
Bagaimana ciri-cirinya?
Beberapa korban bullying memiliki karakter yang berbeda dengan yang
lainnya, seperti selalu cemas, tidak percaya diri, dan memiliki kemampuan
bersosialisasi yang kurang. Dan si pelaku bullying biasanya memiliki karakter
merasa paling hebat dan overactive. Bagi seseorang yang tak kuat lagi
menagalami bullying, mereka akan mengalami gangguan psikologis (stress).
Dari beberapa penelitian sebelumnya, juga ditemukan perbedaan umur dan
gender yang dapat mempengaruhi perilaku bullying. Pada usia 15 tahun,
anak laki-laki ditemukan lebih cenderung mem-bully dengan kontak fisik
langsung, sementara anak perempuan lebih cenderung mem-bully dengan
perilaku tidak langsung. Namun tidak ditemukan perbedaan dalam
kecenderungan
melakukan
bullying
verbal
langsung.
Apa
Dampak
dari
Bullying?
1. Salah satu dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah
kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying
adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan
sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang
terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
2. Terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk
sekolah.
5.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rumusan Masalah
C.
Batasam masalah
D.
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Proses Sosial
Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola
pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi
sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
B.
Penyebab Terjadinya Proses Sosial
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Selain itu
interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, kelompok dengan
kelompok atau orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial telah
terjadi karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam perasaan maupun syaraf orangorang yang bersangkutan.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat
dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat
utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara
kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut sebagai suatu
kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam
masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara
kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial
hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua
belah pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila manusia
mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali
tidak berpengaruh terhadap sistem interaksinya.
Berlangsungnya
berbagai faktor :
suatu
proses
interaksi
didasarkan
pada
Imitasi
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang
untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
Sugesti
Identifikasi
Proses simpati
kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang
menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima.
Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan
bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat
terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya
(in-group-nya) dan kelompok lainya ( out-group-nya). Kerja sama akan
bertambah kuat apabila ada hal-hal yang menyinggung anggota perorangan
lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley kerjasama timbul
apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta
penting dalam kerjasama yang berguna
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang
biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut
dibedakan lagi dengan:
1. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang
sertamerta
2. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation)
merupakan hasil perintah atasan atau penguasa
Kerjasama
yang
b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menujuk pada suatu
keadaan dan yntuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada
keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orangperorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan
norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk
mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam
biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok
manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri
Bentuk-bentuk Akomodasi:
1. Corecion, suatu bentuk
karena adanya paksaan
akomodasi
yang
prosesnya
dilaksanakan
c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga
meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan
proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan
bersama.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi
adalah :
1. Toleransi
2. kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3. .sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4. sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. perkawinan campuran (amaigamation)
7. adanya musuh bersama dari luar
c. Amalgamasi
Merupakan peleburan dua kelompok budaya yang kemudian melahirkan
budaya baru. Biasanya dapat terjadi dengan sukarela maupun dengan
pemaksaan
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis
halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat,
walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial
masyarakat bersangkutan.
a.
Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia)
dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka
yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunya dua tipe umum :
1. Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh
kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
Bentuk-bentuk persaingan :
1. Persaingan ekonomi : timbul karena
dibandingkan dengan jumlah konsumen
terbatasnya
persediaan
b. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
1. yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan,
perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguanggangguan, kekerasan, pengacauan rencana
2. yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka
umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah,
melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst.
3. yang intensif, penghasutan,
mengecewakan pihak lain
menyebarkan
desas
desus
yang
c.
Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan
misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, polapola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat
mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau
pertikaian.
Sebab pertentangan adalah :
1. Perbedaan antara individu
2. Perbedaan kebudayaan
3. perbedaan kepentingan
4. perubahan sosial.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan
antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan
merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.
F.
Dampak yang terjadi dari proses sosial pada kelompok sosial
yang ditemui
(dampak amalgamasi,asimilasi atau konflik)
1.
Amalgamasi
Dengan adanya penyatuan kelompok buruh tani yang terjadi di desa
ringinanyar menimbulkan kebudayaan masyarakat baru, yaitu masyarakat
yang lebih peduli terhadap inovasi-inovasi baru yang mendorong majunya
pertanian mereka sehingga memungkinkan terpecahnya berbagai masalah
pertanian seperti: hama dan penyakit tanaman melalui obat-obat kimia
modern yang dapat meningkatkan hasil panen mereka. Jadi perbedaan
kebudayaan di desa ringinanyar yang terjadi akibat heterogennya daerah
asal penduduk, menimbulkan inovasi-inovasi baru dari saling bertukarnya
pengalaman diantara mereka. Kemudian timbulah kebudayaan baru diantara
mereka sebagai usaha meningkatkan hasil pertanian di desanya.
2.
Asimilasi
Dari kelompok buruh tani di desa ringinanyar ini yang beranggotakan
masyarakat dari berbagai daerah di indonesia dengan kebudayaan dan
kebiasaan yang berbeda-beda, mereka berusaha untuk mengurangi
perbedaan dengan saling toleransi dan menghormati sehingga terbentuklah
suatu kelompok sosial yang dinamis. Demi tercapainya tujuan bersama,
yaitu memajukan pertanian di desa mereka.
3.
Konflik
Tidak jarang kelompok sosial buruh tani di desa ringinanyar ini mengalami
suatu konflik baik yang bersifat individual maupun kelompok. Konflik yang
bersifat individu biasanya terjadi karena adanya perselisihan personal
diantara mereka. Sebagai contoh yaitu perebutan pengairan diladang sawah
mereka yang biasanya terjadi di musim kemarau, masalah ini biasanya dapat
menimbulkan konflik diantara petani yang juga dapat terbawa di dalam
kelompok sosial mereka. Di dalam kelompok biasanya mereka saling
menjatuhkan dan mencari kawan dalam kelompok yang bisa mengakibatkan
konflik yang lebih besar yaitu konflik kelompok di dalam kelompok sosial
mereka. Itulah dampak negativ yang bisa timbul dari adanya kelompok
sosial.
G.
1.
Asosiatif (kerjasama)
Kelompok sosial ibu-ibu PKK dalam kelompok sosial ini terjadi proses asosiatif
atau kerjasama, hal itu dapat dilihat dari program-program yang dibuat oleh
ibu-ibu PKK seperti membuat resep masakan baru, mengumpulkan dana
untuk menyantuni anak-anak yatim/fakir miskin/panti jompo. Dalam kegiatan
ini sudah bisa kita lihat kerjasama diantara mereka untuk mencapai tujuan
bersama. Kelompok sosial ibu-ibu PKK ini biasanya anggotanya terbentuk
dari berbagai kalangan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda,
namun di dalam kelompok sosial ini perbedaan tersebut berusaha disatukan
agar tidak terjadi perselisihan diantara mereka demi tercapainya tujuan
bersama.
2.
Disosiatif (perpecahan)
Salah satu contoh kelompok sosial yang bersifat disosiatif yaitu GAM
(gerakan aceh merdeka). Dalam kelompok sosial ini mereka menginginkan
perpecahan dengan bangsa indonesia dan menginginkan membentuk negara
baru. Dalam kelompok ini berdampak pada terjadinya konflik antara anggota
GAM dan masyarakat Indonesia. Sebab masyarakat Indonesia menginginkan
keutuhan NKRI sementara GAM menginginkan kemerdekaannya. Inilah yang
menyebabkan kerusuhan dan menimbulkan pertumpahan darah diantara
kedua belah pihak. Perpecahan yang terjadi dalam kasus ini yaitu para
anggota GAM yang pecah dan tidak merasa lagi menjadi angota dari NKRI.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola
pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi
REFERENSI
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/proses-sosial-daninteraksi-sosial.html
http://www.ips.web.id/2011/08/pengertian-proses-sosial.html
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45460-Makalah-Proses
%20Sosial.html
di masyarakat, dan tentunya kita tahu bahwa obyek dalam ilmu sosiologi itu
adalah masyarakat.
Jadi hubungan media sosial dengan ilmu sosiologi sangat erat. Dengan kedua
media sosial tersebut kita mampu berinteraksi, dan berkomunikasi satu
sama lain, bukan hanya itu kita juga bisa mendapatkan teman baru dan kita
juga bisa saling sharing atau berbagi ilmu dan juga bisa memecahkan
masalah yang sedang dihadapi di masyarakat. Apabila kita
menyalahgunakan media sosial tersebut, kita akan membuat masalah bukan
menyelesaikan masalah.
Berikut adalah beberapa dampak positif dan negatif dari jejaring
sosial:
Dampak positif
Tempat promosi yang baik dan
murah
Dampak memperluas jaringan
pertemanan
Dampak negatif
Bahaya kejahatan
Bahaya penipuan
bermanfaat
bersifat sopan
Kata remaja berasal dari kata bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa
remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Masa
remaja merupakan masa transisi sebab pada saat itu, seseorang telah
meninggalkan masa kanak-kanak namun ia juga belum memasuki masa
dewasa.
Kaum remaja saat ini sangat ketergantungan terhadap media sosial. Mereka
begitu identik dengan smartphoneyang hampir 24 jam berada di tangan dan
sangat sibuk berselancar di dunia online yang seakan tidak pernah berhenti.
Melihat hal ini, Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) bersama Yahoo!
melakukan riset mengenai penggunaan internet di kalangan remaja.
Hasilnya menunjukkan, kalangan remaja usia 15-19 tahun mendominasi
pengguna internet di Indonesia sebanyak 64%.
Penggunaan media sosial di kalangan remaja ini juga menimbulkan pro dan
kontra. Penggunaan media sosial seringkali mengganggu proses belajar
remaja, sebagai contoh ketika sedang belajar lalu ada notification
chattingdari teman yang akhirnya dapat mengganggu proses belajar, dan
kebiasaan seorang remaja yang berkicau berkali-kali di Twitter yang
terkadang hanya untuk mengeluhkan betapa sulit pelajaran yang sedang dia
kerjakan.
Tidak berhenti sampai di situ saja. Yang lebih parah ada beberapa kasus
seorang remaja yang dilaporkan hilang oleh orangtuanya yang ternyata
kabur dengan teman yang baru dikenalnya di Facebook. Lalu apa yang
menyebabkan seorang remaja begitu aktif di jejaring sosial? Dalam sebuah
A. Perkelahian Pelajar
Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara
pelajar. Bahkan bukan hanya antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda
sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah
hal yang wajar pada remaja.
orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya
sangat membutuhkan pengakuan.
Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang
tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat
remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah
hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua
yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai
individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya
yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan
menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari
identitas yang dibangunnya.
Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga
yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih
dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan
sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana
kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak
adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang
melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah
itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling
penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana
aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan
cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam mendidik siswanya.
Faktor lingkungan. Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari
remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian.
Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota
lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana
transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan
kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang
remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi
emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku
berkelahi.
B. Bully
Bully adalah perlakuan yang membuat tidak nyaman di satu
lingkungan dengan menggunakan kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki
untuk menyakiti sekelompok atau seseorang dalam bentuk verbal dan fisik.
Biasanya hal ini dilakukan oleh para senior keyunior yang terjadi di
lingkungan sekolah. Hal itu dikarenakan mereka merasa dirinya
3. Hubungan sosial antara dua atau lebih kelompok sosial yang berbeda akan terintegrasi lebih kuat
karena timbulnya solidaritas dan kesetiakawanan yang tinggi.
4. Individu- individu yang berbeda akan saling kenal
5. Tercapainya kestabilan antara dua/ lebih kelompok yang bertikai
6. Lahirnya unsur kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan atau mengeliminasi kebudayaan
asli yang mendukungnya.
7. Terjadinya negosiasi antara pihak- pihak yang bertikai.
Dampak interaksi sosial secara negativ:
1. Kerusakan dan hilangnya harta benda dan nyawa jika terjadi kontak atau benturan fisik
2. Persaingan yang tajam akan membuat kontrol sosial tidak berfungsi
3. Akan menimbulkan prasangka yang memicu terjadinya kerugian bagi orang lain
4. Aktivitas yang dilakukan akan mengakibatkan terjadinya benturan/ kontak fisik
5. Menimbulkan rencana / niat mencelakakan pihak lain