Anda di halaman 1dari 4

MARAKNYA KASUS BULLYING TENTANG BODY

SHAMING

Latar Belakang
Keinginan seseorang untuk menyakiti orang lain dengan sengaja atau bahkan
dengan senang hati merupakan kegiatan bullying. Biasanya keinginan ini bisa
dilakukan dalam bentuk fisik, verbal dan sosial. Tindakan ini biasanya bisa
dilakukan oleh satu orang atau kelompok yang bisa dikatakan kuat secara fisik
dan mental kepada orang yang lebih lemah secara fisik dan juga secara mental
dengan dilakukan secara berulang-ulang, disengaja serta dilakukan tidak
bertanggung jawab biasanya juga pelaku melakukan dengan perasaan senang.
Pada tahun 2015 terdapat riset dari LSM Plan International dan International
Center for Research on Women (ICRW) dengan menunjukkan hasil fakta yang
mencengangkan terkait kekerasan pada seseorang di lingkungan sekolah. Di Asia
kasus bullying yang terjadi di sekolah mencapai angka 70%.
Kasus bullying kini marak terjadi, tidak hanya di masyarakat namun kasus ini
terjadi di dunia pendidikan yang membuat berbagai pihak semakin prihatin
termasuk komisi perlindungan seseorang. Berbagai cara dilakukan untuk
meminimalisir kejadian bullying di sekolah termasuk salah satunya komnas
perlindungan seseorang mendesak ke pihak sekolah untuk lebih melindungi dan
memperhatikan murid-muridnya.
Ada beberapa bentuk bullying yang sering kali terjadi diantaranya, 1). Bullying
verbal seperti memaki, mengolok-olok, meneriaki, memfitnah, menghina,
menggoda, mengejek, menggosip, menyoraki, memanggil nama julukan dan
berkata rasis. 2). Bullying fisik seperti menendang, mencubit, menampar,
mendorong, menyenggol, menginjak kaki, menjegal, meludahi, melempar dengan
barang, merampas, memukul dan melakukan pengrusakan terhadap barang orang
lain. 3). Bullying tidak langsung atau bullying sosial seperti mengucilkan orang
lain, mengabaikan, mempermalukan didepan umum, memandang dengan sinis,
memandang dengan tatapan mengancam, dan merendahkan (Sejiwa, 2008). Bila
hal ini dilakukan terus menerus, maka akan berakibat buruk pada perkembangan
mental korban dan pelaku bullying.
Bullying jika terus dibiarkan akan memberi dampak buruk pada perkembangan
seseorang serta menimbulkan masalah lain pada kehidupan seseorang baik bagi
pelaku maupun korban. Bullying yang terjadi di sekolah akan menimbulkan
dampak pada korban seperti adanya rasa takut ke sekolah karena merasa tidak
aman jika berada di sekolah, cemas, malu, mengurung, konsentrasi seseorang
berkurang, prestasi belajar menurun, tidak mau bersosialisasi, seseorang jadi
penakut, gelisah, berbohong, depresi, menjadi pendiam, tidak bersemangat,
menyendiri, sensitif, cemas, mudah tersinggung, hingga menimbulkan gangguan
mental. Bullying tidak hanya berdampak pada korban, tetapi juga pada
pelaku.Tindakan mengintimidasi itu juga berakibat buruk bagi korban, saksi,
bahkan bagi si pelakunya itu sendiri.
Faktor eksternal yang dapat menyebabkan munculnya perilaku bullying pada anak
adalah faktor keluarga, lingkungan dan teman sebaya. Teman sebaya baik dalam
lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan sekitar tempat tinggal dapat
mempengaruhi anak memiliki perilaku bullying. Hal ini disebabkan beberapa hal,
seperti : a). Adanya teman yang memiliki penilaian positif terhadap perilaku
bullying, b). Adanya teman yang melakukan perilaku bullying, c). Adanya teman
dengan ekonomi keluarga menengah keatas melakukan perilaku bullying sebagai
cara untuk memperoleh kontrol sosial dan melindungi statusnya didepan
temantemannya, d). Adanya teman dengan ekonomi rendah menggunakan
perilaku bullying sebagai cara untuk meningkatkan status sosial dan melawan
perilaku agresif yang ditujukan kepadanya
Faktor eksternal perilaku bullying lainnya adalah faktor keluarga misalnya a).
kurangnya kehangatan serta perhatian dari orangtua sehingga anak cenderung
mencari perhatian lain dengan melakukan bullying baik terhadap teman di sekolah
maupun dalam keluarga, b). pola asuh orangtua seperti orangtua yang terlalu
permisif dan kurang pembatasan terhadap tingkah laku anak, c). kurangnya
pengawasan orangtua, d). orangtua yang memberi contoh dan memperlihatkan
perilaku bullying dalam keluarga seperti orangtua yang melakukan kekerasan
dalam rumah tangga, e). penerapan disiplin secara fisik dan keras, f). menjadi
korban kekerasan atau bullying oleh saudara dalam keluarga
Jenis bullying yang paling banyak dialami adalah bullying verbal seperti dipanggil
teman dengan nama orangtua dan diejek, bullying fisik seperti disenggol atau
didorong dengan sengaja serta bullying sosial seperti diabaikan dan dipermalukan
didepan teman yang lain. Dari hasil observasi didapatkan adanya perilaku
bullying verbal, seperti adanya beberapa orang memanggil nama yang tidak
disukai seseorang lain, yaitu “gendut” di panggil pada seseorang yang tampak
gemuk dan terlihat juga indikasi bentuk bullying fisik, yaitu adanya seseorang
yang dengan sengaja mendorong dan menyenggol temannya.
Bagi seseorang yang gemuk menurunkan berat badan bukan tugas yang mudah.
Ditambah ejekan dan bullying, ‘tugas’ itu semakin susah. Parahnya lagi, bukan
hanya para ‘mean girls’ yang melakukan bullying. Sebuah penelitian menemukan,
orang tua, saudara, guru, dan teman akrab bisa juga ikut mem-bully tanpa
disadari. Mungkin niatnya baik, sehingga orang tua, tante, atau nenek merasa
‘berhak mengomentari’ berat badan si kecil, apa yang dimakan, dan aktivitasnya
untuk ‘menyadarkan’ dan memotivasi seseorang mencapai berat badan sehat.
Sayangnya, komentar itu sering kali terdengar sebagai kritikan yang menghakimi.

Angel
Bagaimana cara mencegah perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan sekitar?

Hasil Wawancara dengan Narasumber


1. Narasumber 1
Perkenalkan nama saya B, saya masih menempuh pendidikan di salah satu
universitas tenama di kota Malang dan usia saya saat ini menginjak 20
tahun. Saya pernah mendapatkan perlakuan bullying dimana hal itu
berdampak pada aktifitas saya sehari-hari. Bagi saya bullying merupakan
tindakan yang membuat saya atau bahkan korban yang lain merasa
tertekan bahkan sakit hati atas olokan-olokan yang dilontarkan. Sering kali
saya di olok-olok dengan sebutan yang kurang enak di telinga dikarenakan
postur tubuh saya yang gendut, dan tidak jarang pula beberapa teman
dekat saya menyebut saya dengan sebutan nama binatang atau bahkan
benda yang berukuran besar misalnya seperti gardu dan lain sebagainya.
Saya merupakan anak nomor 2 dari 4 bersaudara, kehidupan saya di
lingkungan keluarga sangat baik meski orang tua sering memaksa saya
untuk belajar. Saya tidak begitu dekat dengan tetangga di sekitar rumah
dan bahkan saya tidak memiliki cukup banyak teman dikarenakan saya
sering kali di olok-olok dan dikatain karena postur tubuh saya yang gendut
ini.
Seringkali saya kepikiran dengan hal-hal yang sering kali terjadi kepada
saya, saya sering kepikiran apa saya memiliki salah kepada mereka
sehingga mereka jadi seperti ini kesaya. Terkadang saya ingin sekali
bertanya kepada mereka apa yang membuat mereka melakukan hal itu
kepada saya, tetapi kembali lagi saya tidak berani mengatakan hal itu
karena takut menjadi semakin besar masalahnya.

2. Narasumber 2
Perkenalkan nama saya AI saya bekerja di salah satu restoran yang ada di
kota Malang. Saya bekerja dibagian memasak, Definisi bullying kalau
menurut pandanganku sendiri pribadi ya, kayak hal-hal atau perlakuan
orang lain ke diri kita, menurut kita itu merugikan, merugikan dalam
bentuk ya kayak perlakuannya dia, atau perkataannya dia atau perlakuan
fisik juga bisa.
Saya juga pernah melihat anak training baru gitu, dia dapat perlakuan yang
asing dari anak-anak training lainnya senior. Dia juga seringkali dikucilkan
oleh teman-teman yang lainnya, biasanya kalau di tempat magang itu
seniornya memiliki pemikiran seperti “ih kamu kok ngga tahu sih hal
kayak gini aja” ya namanya juga kan anak baru ya wajarlah kalau ngga
tahu. Tapi mereka kayak menganggap kita itu remeh soalnya ngga tahu.
Kadang juga mereka mengeluarkan umpatan misalnya “bodoh, gak becus”
dan yang lainnya juga.
Mungkin dia pernah mendapatkan perlakuan yang kayak gitu sebelumnya,
jadi dia kayak balas dendam gitu lo. O aku sudah senior aku tak
melakukan gini ke juniorku soalnya aku dulu juga pernah digituin
mungkin kayak gitu sih kalau aku lihat.

3. Narasumber 3
Perkenalkan nama saya CJ, usia saya 29 tahun. Menurut saya Bully adalah
situasi konflik sosial di mana ada ketidakseimbangan power. Jadi,
indikatornya bukan apa yang dilakukan, tapi hubungan antara pihak yang
terlibat. Meledek saat bisa dibalas ledekan atau anaknya bisa mencari
solusi dan menceritakan, mungkin itu adalah konflik biasa.
Memang banyak anak yang merasa bully verbal itu lucu karena reaksi
lingkungan pada saat itu memberikan “konsekuensi” yang salah dengan
tertawa. Jadi, yang perlu dilakukan kita harus menjelaskan bahwa perilaku
yang di lakukan atau tidak itu bukan karena konsekuensinya, tapi karena
intensinya. Sesuaikah apa yang kita lakukan dengan nilai harus hormat dan
sayang pada teman, bicara sopan, dll. Ini dilatihkan lewat kesepakatan
bersama. Lingkungan juga dapat mempengaruhi kita bisa memberikan
respons yang berbeda saat terjadi verbal bullying.kita juga bisa
menyalurkan kebutuhan anak dengan cara lain yang lebih efektif.
Misalnya, kalau ia senang membuat temannya tertawa, diajarkan teka-teki
atau lelucon yang bervariasi.
Intinya pengalaman negatif kita jangan terbawa menjadi kekhawatiran
berlebihan pada anak. Latihan menghadapi konflik sosial itu penting.
Kalau tidak dapat, malah bahaya untuk perkembangannya. Homeschooling
adalah pilihan yang cocok untuk beberapa situasi anak dan orangtua, tapi
tujuannya bukan menghindari konflik sosial. Justru kalaupun anak
homeschooling kita tetap perlu menciptakan berbagai situasi sosial yang
beragam agar anak mengalami dinamikanya dan juga mencoba beragam
peran di kelompok kecil maupun besar, teman sebaya ataupun yang lebih
muda dan seterusnya. Jangan sampai anak hanya terus berinteraksi dengan
orangtua di situasi rumah.
Visualisasi Data

Jumlah Kasus per-Tahun

Tahun 2022

Tahun 2021

Tahun 2020

0 50 100 150 200 250

Dokumentasi Laporan

Anda mungkin juga menyukai