Anda di halaman 1dari 3

Perilaku Bullying / Perundungan dalam pertemanan

Menurut kamus Webster, makna dari kata bullying adalah penyiksaan atau pelecehan yang dilakukan
tanpa motif tapi dengan sengaja dilakukan berulang-ulang terhadap orang yang lebih lemah. Adapun
menurut Yayasan SEJIWA, bullying adalah suatu situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuasaan
yang dilakukan orang/kelompok kepada seseorang hingga membuat korban merasa terintimidasi. Secara
umum bullying dapat diartikan sebagai sikap agresi dari seseorang atau kelompok dengan tujuan untuk
menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental.

Jenis Bullying/Perundungan

Olweus (1993), mengkategorikan dua jenis bullying terdiri dari Direct Bullying yaitu intimidasi secara fisik
dan verbal serta Indirect Bullying berupa kekerasan mental melalui isolasi secara sosial.

Bullying fisik yaitu perlakuan kasar secara fisik yang dapat dilihat secara kasat mata seperti menjambak
rambut, kerah baju, menampar, menendang dll

Bullying verbal yaitu perlakuan kasar yang dapat didengar seperti memalak, mengancam, memaki,
mencemooh, memfitnah dll

Bullying mental yaitu perlakuan kasar yang tidak dapat dilihat dan didengar seperti mengucilkan,
memandang sinis dll.

Pelaku Bullying/Perundungan

Terjerumusnya seorang anak menjadi pelaku bullying bisa dipicu oleh multi faktor diantaranya dia
mencontoh perilaku salah satu anggota keluarga yang juga pelaku bullying. Selanjutnya dia
mengaktualisasikan diri di lingkungan yang mendukung seperti di sekolah yang melakukan pembiaran
pada perilaku bullying.
Korban Bullying/Perundungan

Anak yang terlihat lebih lemah secara umum, seperti: lugu, miskin, lemah fisiknya dan nampak berbeda
seringkali menjadi korban bullying. Penderitaan ternyata tidak hanya dialami oleh si korban saja,
seringkali orangtua mengalami hal yang sama terutama mengalami tekanan mental akibat perilaku
bullying yang dilakukan pada buah hatinya.

Faktor Pendukung Budaya Bullying

Masih lekatnya keyakinan sebagian masyarakat bahwa sebaik-baiknya pola asuh anak adalah dengan
menerapkan disiplin tinggi disertai kekerasan demi pencapaian sukses si anak. Anak-anak yang terbiasa
mendapat perlakuan kasar dari orangtuanya, tanpa sadar dia akan meniru dan menerapkan sikap kasar
dalam perilakunya sehari-hari hingga mendorong terjadinya perilaku bullying kepada orang lain.

Banyak anak korban keretakan rumah tangga melampiaskan rasa frustasinya dengan melakukan agresi
(serangan) kepada orang lain terutama kepada orang yang dianggapnya lemah dan tak akan mampu
melawan.

Sebagian masyarakat menganggap praktek bullying adalah proses alamiah dalam fase tumbuh kembang
seorang anak dimana perlakuan tersebut justru akan memperkuat mental korban dan pelaku. Tak heran
banyak anak merasa bangga menjadi pelaku bullying karena mengalami pembiaran dan pembenaran
oleh orangtua, guru dan lingkungannya. ”Kamu jangan lebay deh...cengeng amat sih baru dikata-katain
segitu saja sudah melempem...sudah cuekin saja atau kamu lawan sekalian...!!” itulah kata-kata yang
sering diucapkan orangtua ataupun guru saat mendengar pengaduan praktek bullying dari anak.

Orangtua atau guru sering tidak tahu bahwa pelaku bullying biasanya senang berkelompok dan kalaupun
sendirian, biasanya sikap pelaku sangat brutal dan menghalalkan segala cara. Hal ini jelas semakin
mempersulit si korban untuk membela diri. Akhirnya praktek bullying semakin merajalela dan sulit
diberantas karena adanya dukungan pembenaran dari berbagai pihak.

Akibat Bullying
Para korban bullying biasanya mengalami guncangan jiwa hingga mengalami depresi, prestasi akademis
menurun drastis, malas pergi kesekolah, menjadi penakut, sering marah-marah, mudah tersinggung,
sering berbohong, menarik diri dari pergaulan dan bahkan banyak yang mencoba bunuh diri. Mereka
juga seringkali tidak memiliki keberanian untuk membela diri atau melaporkan ulah pelaku kepada pihak
sekolah atau orangtuanya karena beranggapan bagai menelan simalakama, bila melapor belum tentu
menyelesaikan persoalan karena acapkali justru si korban disalahkan karena dianggap terlalu lemah atau
pelaku semakin agresif demi membalas dendam karena telah dilaporkan.

Pencegahan dan Penanganan Bullying

Kasih sayang orangtua yang proporsional dalam proses tumbuh kembang anak serta dukungan penuh
pada potensinya sangatlah penting. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dan memenuhi
kepuasan batin pada anak hingga mereka akan tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berakhlak mulia.
Tanamkan kesadaran pada anak untuk menghargai privasi orang lain, bahwa tak seorangpun berhak
mengganggu ketenangan hidup orang lain dan perilaku agresi adalah sebuah pelanggaran hukum yang
dapat dituntut di muka pengadilan.

Orangtua korban wajib memberi dukungan dan perlindungan kepada anaknya untuk memulihkan rasa
percaya diri serta keberanian untuk melindungi diri dan menolak praktek bullying.

Berbagai cara bisa dilakukan untuk mencegah perilaku bullying antara lain dengan melaporkan ke pihak
sekolah agar si pelaku diberi peringatan. Bila ulah pelaku sudah sangat mengganggu dan setelah
dilakukan teguran secara persuasif namun tidak juga terjadi perbaikan, jangan ragu-ragu, dilaporkan saja
ke aparat kepolisian.

Anda mungkin juga menyukai