Anda di halaman 1dari 7

BAB III

PEMBAHASAN

A. DEFINISI BULLYING
Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/rusak”)merupakan
segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang
atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan
untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.Terdapat banyak definisi mengenai
bullying, terutama yang terjadi dalam konteks lain seperti di rumah, tempat kerja,
masyarakat, komunitas virtual. Namun dalam hal ini dibatasi dalam konteks school
bullying atau bullying di sekolah. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005)
mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang
oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain
yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Kasus bullying yang kerap
terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia kian memprihatinkan. Hasil kajian
Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014 menyebutkan, hampir
setiap sekolah di Indonesia ada kasus bullying, meski hanya bullying verbal dan
psikologis/mental. Kasus-kasus senior menggencet junior terusbermunculan. Statistik
kasus pengaduan anak di sektor pendidikan dari Januari 2011 hingga Agustus 2014
tergambar sbb: Tahun 2011 terdapat 61, tahun 2012 terdapat 130 kasus, tahun 2013
terdapat 91 kasus,tahun 2014 terdapat 87 kasus.

B. DAMPAK BULLYING
Teman sebaya (peer group) merupakan dunia yang tak terpisahkan dan penting
bagi anak, namun di sisi lain anak dapat mengalami stress dan sensitive dalam
pergaulannya dengan teman sebaya. Hal ini antara lain muncul akibat dari perkataan
negatif teman sebaya terhadap kondisi fisiknya. Priyohadi mengemukakan bahwa
pergaulan dengan teman sebaya anak dapat menjadi mudah tersinggung oleh kekurangan-
kekurangan “bawaan”.
Sejalan dengan perlakuan negatif yang berlangsung terus menerus, paparan
kekerasan secara berkelanjutan memiliki efek negatif, seperti munculnya kecemasan,
depresi, dan mengalami penurunan kemampuan belajar dikarenakan mengalami kesulitan
konsentrasi dan penurunan memori, sehingga prestasi akademis anak akan menurun
secara signifikan. Korban bullying juga dapat mengalami depresi yang ekstrim sehingga
dapat melakukan bunuh diri. Selain dampak bullying secara umum, ada beberapa dampak
bullying bagi korban, pelaku, dan bagi siswa lain yang menyaksikan sebagai berikut :
a. Dampak bullying bagi korban
Dampak bullying bagi korban dapat membuat remaja merasa cemas dan
ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk
menghindari sekolah. Jika bullying berlanjut dalam waktu yang lama, dapat
mempengaruhi self esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku
menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stres dan depresi, serta rasa tidak aman.
Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan korban berbuat nekat,
bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri. Jika bullying menimpa korban secara
berulangulang. Konsekuensinya yaitu korban akan merasa depresi dan marah, marah
terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku dan terhadap orangorang di sekitarnya serta
terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya.
b. Dampak bagi pelaku
Pada umumnya para pelaku bullying memiliki rasa percaya diri yang tinggi
dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro
terhadap kekerasan, tipikal orang yang berwatak keras, mudah marah dan implusif,
toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku bullying memiliki kebutuhan yang
kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap targetnya. Siswa akan
terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan yang
sehat, kurang cakap untuk memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta
menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai hingga dapat mempengaruhi pola hubungan
sosialnya di masa yang akan datang.
c. Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying (bystanders)
Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka siswa lain yang menonton dapat
berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini,
beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran
berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun
dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya. Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying dapat berdampak terhadap fisik
maupun psikis pada korban. Dampak fisik seperti sakit kepala, sakit dada, cedera pada
tubuh, bahkan dapat sampai menimbulkan kematian. Sedangkan dampak psikis seperti
rendah diri, sulit berkonsentrasi sehingga berpengaruh pada penurunan nilai akademik,
trauma, sulit bersosialisasi, hingga depresi.
Adapun dampak bullying terhadap kesehatan mental, secara khusus dampak
bullying terhadap kesehatan mental sendiri yaitu korban mengalami trauma terhadap
pelaku, depresi yang mengakibatkan korban mengalami penurunan konsentrasi,
penurunan rasa tidak percaya diri, muncul keinginan membully sebagai bentuk balas
dendam, pobia social dengan ciri takut dilihat atau diperhatikan di depan umum, cemas
berlebihan, putus sekolah, bullycide (bunuh diri). Selain dari pemaparan di atas, dampak
bullying bagi kesehatan mental anak yaitu: semangat korban menurun, korban menjadi
sakit hati akibat di bully, korban merasa paling bersalah di antara yang lain sehingga
biasanya korban bully cenderung lebih sering menyendiri, kepercayaan diri korban
menurun, semangat hidup berkurang sehingga korban bully lebih suka murung dan
cenderung tidak bergairah, bagi sebagian orang emosi mereka semakin meningkat
sehingga mereka cenderung dendam dan berniat melakukan apa yang telah mereka alami
terhadap orang lain. Ada 8 dampak bullying pada kesehatan mental anak, dianataranya :
1. Mengalami Depresi dan Kecemasan
Anak yang menjadi korban bullying akan selalu merasa tertekan. Dia akan merasa sangat
cemas setiap hendak pergi ke tempat di mana kejadian bullying dilakukan. Masalah
psikologis ini akhirnya mengakibatkan korban perundungan mengalami gangguan
psikosomatis.
Gangguan psikosomatis adalah keluhan fisik yang timbul akibat emosi dan pikiran,
misalnya depresi, kecemasan, dan ketakutan. Korban bullying sering mengalami gejala
psikosomatis akibat cemas. Sebagai contoh, merasa sakit perut dan pusing saat hendak ke
sekolah padahal tidak ada yang salah pada kesehatan fisiknya.
2. Mengalami Gangguan Tidur
Perilaku bullying dapat mengubah pola tidur  menjadi tidak teratur. Anak yang menjadi
korban perundungan akan mengalami rasa cemas dan hal ini akan mempengaruhi pola
tidurnya. Anak akan sulit tidur, dan kalaupun bisa tidur, maka dia sering terbangun di
tengah malam karena mengalami mimpi buruk.
3. Mengalami Penurunan Prestasi Akademis
Anak yang mengalami perilaku bullying akan sulit berkonsentrasi di sekolah sehingga dia
tidak dapat menyerap pelajaran dengan baik. Hal ini akan mengakibatkan prestasi
akademiknya akan semakin menurun. Korban bullying juga cenderung sering membolos
karena takut bertemu dengan yang membullynya.
4. Mengalami Penurunan Nafsu Makan
Selain mengalami gangguan tidur, korban perundungan dapat mengalami penurunan
nafsu makan. Akibat rasa cemas dan ketakutan yang dialaminya setiap hari, anak tidak
berselera dan malas untuk makan. Apabila hal ini terjadi terus-menerus, anak dapat
mengalami masalah kesehatan karena kurang asupan gizi.
5. Merasa Rendah Diri
Perilaku bullying bertujuan untuk menyakiti korbannya secara fisik maupun mental.
Dampak buruk yang diterima oleh korban bullying adalah anak akhirnya akan menjadi
rendah diri dan merasa dirinya tidak berharga. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan
sosial emosional sang anak hingga dewasa kelak.
6. Tidak Mampu Bersosialisasi
Akibat selalu diperlakukan buruk secara mental, anak korban perundungan akan menjadi
rendah diri. Dia tidak mampu bersosialisasi dan bergaul karena merasa dirinya tidak
sepadan dengan teman sebayanya. Perasaan rendah diri ini bisa terbawa hingga dewasa
dan dia akan kehilangan kemampuan untuk berteman.
7. Selalu Mengisolasi Diri
Anak yang mengalami perundungan akan cenderung mengisolir diri. Dia tidak mau
menjalin pertemanan dengan orang lain karena takut akan mengalami perundungan lagi.
Anak akan menarik diri dari segala kehidupan sosial dan memilih untuk hidup sendiri.
8. Memiliki Keinginan untuk Bunuh Diri
Keinginan untuk bunuh diri adalah dampak negatif yang paling berbahaya dari bullying.
Anak yang menjadi korban perundungan akan mengalami kesepian dan kesedihan yang
berujung pada depresi. Anak bisa merasa minder dan tidak berharga sehingga
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
C. UNDANG-UNDANG TENTANG BULLYING TERHADAP ANAK

Bullying merupakan salah satu bentuk kekerasan, dimana kekerasan tersebut bersifat
verbal. Dalam hal ini, perlindungan hukum adalah suatu upaya melindungi hak setiap
orang untuk mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan
undang-undang, oleh karenanya untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan
padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak untuk mendapatkan perlindungan
hukum yang diperlukan sesuai dengan asas hukum. Undang-undang yang mengatur
tentang perlindungan anak diantaranya adalah:

1) Undang-Undang Nomer 35 tahun 2014 sebagai perubahan atas UU No 23 tahun


2002 tentang Perlindungan Anak.
2) Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga

D. PERAN BIDAN DALAM PENANGANAN KASUS BULLYING ANAK

Kemampuan yang harus dimiliki bidan agar dapat berperan dalam mengatasi masalah
kekerasan terhadap anak khususnya perempuan adalah :

a. Memahami masalah kekerasan terhadap perempuan dan ketidakberdayaan korban,


yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi perempuan
b. Dapat memeberikan penyuluhan yang tepat dan menyakinkan perempuan bahwa
berbagai bentuk penyalahgunaan atau kekerasan terhadap pasangan tidak dapat
diterima dan karena nya tidak ada perempuan yang pantas untuk dipaksa dalam
berhubungan seksual atau didera secara emosional.
c. Dapat melakukan anamnesis/bertanya kepada korban tentang kekerasan yang dialami
dengan cara simpatik. sehingga korban merasa mendapat pertolongan.
d. Dapat memberikan rasa empati dan dukungan terhadap korban
e. Dapat memberikan pelayanan medis, konseling, visum, yang sesuai dengan
kebutuhan, merujuk ke fasilitas yang lebih memdai dengan cepat dan tepat.
f. Memberikan pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan reproduksi
lainnya sesuai dengan kebutuhan, serta mencegah dampak serius terhadap kesehatan
reproduksi korban.
g. Dapat mengidentifikasi korban kekerasan dan dapat menghubungkan mereka dengan
pelayanan dukungan masyarakat lainya misalnya politik LSM dan bantuan lainnya

Upaya pencegahan terhadap korban kekerasan khuusnya bullying di tiap tingkat


pelayanan

Pelayanan kesehatan dilakukan di tingkat kesehatan dasar dan rujukan yang perlu
didukung adalah kegiatan di masyarakat oleh Bidan.
a. Kegiatan pelayanan di tingkat masyarakat
Bidan berperan menyebarluaskan informasi yang ditujukan kepada masyarakat
khususnya kepada kader kesehatan dan tokoh masyarakat agar mereka mampu merespon
secara simpatik terhadap korban kekerasan bullying. kegiatan dilakukan oleh bidan
dengan memanfaatkan forum yang telah ada atau pelatihan yang sudah ada berupa:
 Mengenakan masalah bullying dan bentuk hubungan / interaksi yang sehat dalam
keluarga
 Mempromosikan hubungan suami istri yang sehat dan alternative penanganan
bullying melalui pendidikan agama .
 Membenkan dukungan emosional dan spintual kepada korban bullying

Selanjutnya secara bertahap dapat diperluas oleh bidan :

 Memberi dukungan agar kader/tokoh masyarakat menjadi agen pembaharu di


masyarakat melalui penyuluhan di masyarakat dan pembahasan/identifikasi tentang
norma dan sikap masyarakat yang berisiko dan protektif terhadap kejadian bullying.
 Mengikutsertakan kader kesehatan dalam pelatihan agar dapat menjadi kelompok
pendukung bagi korban bullying.
 Memberi dukungan kepada kader agar mau mendampingi korban dalam mencari
pertolongan.
b. Kegiatan pelayanan di tingkat pelayanan dasar
Tindakan yang perlu dilakukan di tingkat pelayanan dasar adalah sebagai berikut :
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang kekerasan terhadap anak
tentang bullying
 Selalu melatih diri mereka dalam mengdentifikasi korban bullying dan cara
pencegahan dan penanganannya
 Mencatat kasus bullying secara baik dan membuat catatan penanganan dan
penyelamatan yang dilakukan
 Melibatkan organisasi setempat misalnya kelompok PKK, pengajian ,arisan dan lain-
lainnya dalam penanganan korban kekerasan bullying khususnya terhadap
perempuan.
 Menayangkan poster dan alat KIE lainnya diruang tunggu praktek bidan baik
Polindes, Rumah bersalin, Praktik perorangan, Puskesmas dimana bidan bertugas.

c. Pelayanan ditingkat rujukan primer


 Melatih bidan untuk mengenali dan menanggapi korban bullying secara memadai
 Mengupayakan rencana penyelamatan diri dan pencatatan kasus
 Memasang poster dan pamphlet di ruang tunggu
 Melakukan skrining terhadap kekerasan bullying terhadap kelompok tertentu ,
misalnya pasien kebidanan , pasien unit gawat darurat. dan pasien kesehtan jiwa
 Menyusun prosedur tetap untuk penanganan korban bullying.
 Memasukan pertanyaan tentang bullying kedalam format pencatatan data klien yang
sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai