A. PREFIKS
1. Awalan Ber
Sifat:
Semua imbuhan Ber- + (kata benda, kata sifat, kata kerja, kata bilangan,
kata keterangan) akan membentuk kata kerja.
- Mengalami morfofonemis menjadi be- pada kata yang dimulai dengan
konsonan “r”,
cth: beracun, dan kata yang suku pertamanya mengandung bunyi [-er], cth:
bekerja, beternak.
- Mengalami morfofonemis menjadi bel- pada kata dasar ajar menjadi belajar.
- Memiliki fungsi sebagai pembentuk kata kerja intransitif.
- Bila dipasangkan dengan kata benda umum akan membentuk makna
“mempunyai atau memakai”, cth: berdasi, bersepatu.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan alat angkutan atau
kendaraan akan membentuk makna “naik”, cth: bersepeda, berkuda.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan suatu kejadian akan
membentuk makna “mengeluarkan atau menghasilkan”, cth: berkarya, bertelur.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan zat akan membentuk
makna “berisi atau mengandung”, cth: berair.
- Bila dipasangkan dengan kata ganti akan membentuk makna “memiliki atau
mempunyai”, cth: beradik, berkakak.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “merasakan atau
mengalami”, cth: bergembira, berduka cita.
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama akan membentuk makna
“kelompok atau himpunan yang terdiri dari yang disebut pada kata dasarnya”,
cth: berdua, berlima.
2. Awalan Me-
Sifat:
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan
mengalami morfofonemis menjadi meng-, cth: menghilang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal l, m, n, r, ng, ny, w, dan
y akan mengalami morfologis, cth: melawan.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal d, t, c, dan j akan
mengalami morfofonemis menjadi men-, cth: mendobrak.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal p, b, dan f akan
mengalami morfofonemis menjadi mem-, cth: membanting.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal s, sy akan mengalami
morfofonemis menjadi meny-, cth: menyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami
morfofonemis menjadi menge-, cth: mengebom.
- Jadi, prefiks me- mempunyai beberapa variasi bentuk, yaitu men-, mem-,
meny-, meng-, menge-, dan yang tidak mengalami morfofonemis me-.
- Prefiks me- jika dipasangkan dengan kata dasar berbentuk apapun akan
membentuk kata kerja.
3. Awalan Pe-
Sifat:
- Membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem l, m, n, r, ng, ny, dan w akan
mengalami morfologis, cth: pemain.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem d, t, c, dan j akan mengalami
morfofonemis menjadi pen-, cth: pendatang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem p, b, dan f akan mengalami
morfofonemis menjadi pem-, cth: pembela.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem s akan mengalami
morfofonemis menjadi peny-, cth: penyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami
morfofonemis menjadi penge-, cth: pengebom.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan
mengalami morfofonemis menjadi peng-, cth: pengasuh.
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata sifat, maka maknanya: alat untuk
… (pembersih), yang memiliki sifat … (pemarah), Yang menyebabkan …
(pembersih), yang bersifat … (pemuda)
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata benda, maka maknanya:
pekerjaan seseorang (petani), alat untuk … (penggaris, penghapus), yang
membuat jadi… (perusak).
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata kerha, maka akan memiliki
makna yang melakukan… (pemain, pekerja).
4. Awalan Per-
Sifat:
- Memiliki 3 macam bentuk, Per-, Pe-, dan Pel-.
- Membentuk kata kerja perintah, cth: Percepat!
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “Menjadikan lebih
…”, cth: pertegas, perkeras.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “ Jadikan atau
anggap sebagai”, cth: perbudak.
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan akan membentuk makna “Menjadi atau
Bagi”, cth: perlima (Bagi lima).
5. Awalan Di-
Sifat:
- Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata kerja, akan berarti melakukan
pekerjaan pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna:
dikerjakan dengan, dibubuhi/diberi, dibuat menjadi.
- Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang
diimbuhinya.
6. Awalan Ter-
Sifat:
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “ tiba-tiba, tak
disengaja, dapat di-, sudah di-, yang di-.”
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “ paling…”, cth:
terpandai.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “dikenai atau
sampai /kena”.
- Fungsi awalan Ter- antara lain, membentuk kata kerja pasif (terhukum),
Membentuk kata kerja aktif (tersenyum), Membentuk kata keadaan (terbaru),
Membentuk kata benda (tersangka).
7. Awalan Ke-
Sifat:
- Awalan Ke- tidak mempunyai variasi bentuk atau morfofonemis
- Fungsi awalan ke- antara lain: membentuk kata bilangan yang menyatakan
tingkat dan kumpulan, membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak disengaja,
membentuk kata benda dengan arti “orang atau sesuatu yang di…”
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama yang letaknya sesudah kata
benda akan membentuk makna: tingkat (cth: Ia duduk di kursi kedua), himpunan
atau kumpulan (cth: kedua orang itu teman saya).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan bermakna “kena atau tidak
sengaja”, cth: ketipu, ketabrak.
- Bila dipasangkan dengan kata tua, kasih, dan kehendak akan menghasilkan
makna “orang atau sesuatu yang di…”.
8. Awalan Se-
Sifat:
- Fungsi awalan se- adalah: membentuk kesatuan (serumah), membentuk
perbandingan (secantik), membentuk kata penghubung (sebelum, sesudah).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata benda, maka maknanya:
satu… (sebuah, sepotong), seluruh… (sekampung), seperti…(semacam).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya:
sama… (secantik), sampai… (sekenyang), sebatas… (sekuat).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya
adalah segera setelah…, cth: sepulang, sesampai.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar berawalan huruf apapun akan mengalami
morfologis tetap menjadi se-.
B. SUFIKS
1. Akhiran –kan
Sifat:
- Memiliki fungsi: membentuk kata imperative (berikan, terangkan), membentuk
kata kerja transitif (bungkukkan, acungkan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “melakukan
perbuatan…”, cth: ambilkan.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat jadi…”,
cth: damaikan.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “memasukkan
ke…”, cth: gudangkan.
- Sufiks –kan searti dengan kata “pada, dengan, atas”, cth: berasaskan
kesetiakawanan = berasas pada kesetiakawanan.
2. Akhiran –an
Sifat:
- Akhiran –an memiliki fungsi membentuk kata benda, cth: makanan.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna: tempat
(kubangan), hasil pekerjaan (karangan), yang di- (minuman), alat untuk me-
(timbangan), cara me- (tendangan), dalam keadaan… (tiduran).
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan dan kata sifat akan membentuk makna:
yang bersifat (asinan), banyak bilangan (ribuan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna: banyak/
kumpulan (rambutan), tiap-tiap (bulanan, tahunan), serupa/seperti (orang-
orangan), mengucapkan/memainkan (musikan, gitaran).
3. Akhiran –i
Sifat:
- Fungsi akhiran –i adalah membentuk kata kerja imperative (duduki, terangi)
dan membentuk kata kerja transitif yang berarti membuat jadi (tulisi).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya
adalah memberi/membubuhi (garami, gulai), menghilangkan (kuliti), menjadi…
(ketuai).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat, maka maknanya:
membuat jadi (yakini, awali).
C. INFIKS
Infiks –el-, -em-, -er-
Sifat:
Infiks memiliki makna :
- Menyatakan identitas- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: gegar-
gelegar, gulung-gemulung.
- Menyatakan banyak- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja atau beberapa
kata benda, cth: getar-geletar, laki-lelaki, jari-jemari.
- Berulang-ulang-bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: getar-gemetar.
- Menyatakan benda-bila dilekatkan pada beberapa kata benda, cth: gaji-gergaji,
suling-seruling.
D. KONFIKS
1. Ber-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang
dilengkapi dengan sebuah pelengkap.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna
“menjadikan yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya”,
cth: bersenjatakan, berdasarkan.
- Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi.
2. Ber-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk
makna “banyak serta tidak teratur” (berlarian, beterbangan).
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang
menyatakan letak atau jarak, maka akan membentuk makna “saling atau
berbalasan” (berpotongan, bersebelahan).
- Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.
3. Per-kan
Sifat:
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu
akan membentuk makna “jadikan bahan…” (pertunjukan).
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu
akan membentuk makna “jadikan supaya…” (perkenalkan).
- Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi.
4. Per-an
Sifat:
- Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an.
- Berfungsi membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna “melakukan
hal” (pergerakan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna “masalah
tentang…” (perekonomian, perhotelan).
- Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tempat
….” (peristirahatan, persembunyian).
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan
membentuk makna “daerah, wilayah, atau kawasan…” (pegunugnan,
pedalaman).
5. Per-i
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna
“lakukan supaya jadi…” (pebaiki)
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “lakukan
yang disebutkan pada kata dasarnya” (Persetujui).
- Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi.
6. Pe-an
Sifat:
- Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an.
- Berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan
membentuk makna “hal atau peristiwa” (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran”).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk
makna “proses” (Pembayaran, penulisan).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk
makna “tempat…” (pemakaman, pelelangan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan
mendapatkan makna “alat”, (penggorengan, penglihatan).
7. Di-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan me-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang
kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan
gabung di-kan akan mengalami morfologi.
8. Di-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif yang berimbuhan me-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung di-I akan mengalami morfologi.
9. Me-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang
menyatakan keadaan, maka maknanya “menyebabkan jadi” (membingungkan).
- Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang
mebentuk kata jadian, maka maknanya “menyebabkan jadi…”
(menyeragamkan).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk
gabungan kata, maka maknanya adalah “membuat jadi” (menghancurleburkan).
- Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna “melakukan sesuatu
untuk orang lain” (membukakan, membelikan).
10. Me-i
Sifat:
- fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
- Me-I + kata sifat manghasilkan makna “membuat jadi” (menerangi).
- Me-I + kata benda menghasilkan makna “meberi atau membubuhi”
(menggarami, menggulai)
- Me-I + kata kerja menghasilkan makna “melakukan sesuatu” (menanami)
- Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna “melakukan
berulang-ulang” (menembaki, memukuli).
- Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna
“merasakan sesuatu pada” (menyukai, menyenangi).
11. Ter-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “dapat dilakukan”
(terselesaikan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tidak
sengaja dilakukan” (tertanamkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ter-kan akan mengalami morfologi.
12. Ter-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna
“dapat dilakukan”, (terseberangi).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk
makna “tidak sengaja terjadi” (terlempari).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ter-i akan mengalami morfologi.
13. Ke-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata
gabung akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (kedatangan, kenaikan,
keterlambatan)
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan
membentuk makna “tempat atau wilayah” (kedutaan, kelurahan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna “sedikit
bersifat atau keadaan” (kehijauan, kepucatan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan
membentuk makna “mengalami atau tidak sengaja” (kebanjiran, kedinginan).
- Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna
“terlalu” (kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna “terlalu” disarankan
tidak menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan
kata keterangan terlalu, sehingga, dll.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna “hal
atau masalah” (kehutanan, kepariwisataan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ke-an akan mengalami morfologi.
E. SIMULFIKS
1. Memper-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna
“menjadikan sebagai bahan” (memperdebatkan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan
akan membentuk makna “menjadikan supaya” (mempersiapkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Memper-kan akan mengalami morfologi.
2. Memper-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat supaya
obyeknya menjadi atau menjadi lebih” (memperbaiki).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna
“melakukan yang disebut pada kata dasarnya” (memperturuti).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Memper-i akan mengalami morfologi.
3. Diper-kan
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif berimbuhan gabung Memper-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya dengan makna “dibuat jadi…”.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Diper-kan akan mengalami morfologi.
4. Diper-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif berimbuhan gabung Memper-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Diper-i akan mengalami morfologi.
2.Preposisi
adalah kata yang secara sintaksis terdapat di depan nomina,adjektiva, atau adverbia dan
secara semantis menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan dan di
belakang preposisi tersebut.
Kata-kata yang digunakan di depan kata benda untuk merangkaikan kata benda itu dengan
bagian kalimat lain disebut kata depan. Umpama kata-kata di, dengan dan oleh pada kalimat
berikut:
1. Kakek tinggal di desa.
2. Nenek menulis dengan sepidol.
Kata depan atas dapat digunakan dalam aturan seperti berikut: 1. Untuk
menyatakan "tempat" digunakan di depan kata benda sebagai varian dari kata
di atas. Contoh;
Kami berdiri atas keadilan dan kebenaran.
Beban yang dipikulkan atas pundak rakyat sudah terlalu berat.
Berbagai masalah telah menimpa atas diri kami.
Catatan: Kata depan atas digunakan juga dalam beberapa ungkapan yang sudah
tetap, seperti:
atas nama
atas kehendak
atas anjuran
atas permintaan, dan
atas desakan.
C. Kata Depan Antara
2. Untuk menyatakan "adanya dua pihak", digunakan di muka dua buah kata
benda yang menyatakan orang atau yang diorangkan, yang dirangkaikan dengan
kata depan dengan. Contoh:
Perang antara Iran dan Irak semakin hebat.
Perundingan antara Indonesia dan Malaysia sedang berlangsung.
Perdamaian antara Mesir dan Israel tidak bisa kekal.
3. Untuk menyatakan "suatu tempat, suatu saat, suatu keadaan atau hal",
digunakan di muka dua buah kata benda yang menyatakan tempat atau waktu
(atau di muka dua buah kata lain yang menyatakan keadaan) yang dirangkaikan
dengan kata depan dengan. Contoh:
Tabrakan itu terjadi di jalan raya antara Yogyakarta dan Solo.
Pencarian itu terjadi antara pukul tiga dan pukul empat pagi.
Antara tidur dan jaga saya mendengar suara ketukan pintu.
D. Kata Depan kepada
Catatan: Kalau kata depan ke menyatakan "arah tempat yang sebenarnya" maka
kata depan kepada menyatakan "arah tempat yang tidak sebenarnya".
Bandingkan contoh berikut;
Kembali ke desa.
Kembali kepada UUD 1945.
2. Untuk menyatakan "arah yang dituju", dapat digunakan sebagai varian kata
depan akan. Contoh;
Ia takut sekali kepada hantu.
Kami selalu ingat kepada ibunya.
Dia sudah lupa kepada kewajibannya.
Kata depan akan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk menunjuk objek,
digunakan di dalam kalimat yang predikatnya menunjukkan sikap batin. Contoh:
Saya masih ingat akan peristiwa bersejarah itu.
Dia baru sadar akan keluarganya.
Kami sudah bosan akan lagu-lagu itu.
Catatan: Sebagai penunjuk "maksud" atau "tujuan", kata depan akan sebaiknya
tidak digunakan. Kedudukannya lebih baik diganti dengan kata untuk. Contoh:
Kata depan oleh digunakan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk menyatakan
"pelaku perbuatan", digunakan di muka objek pelaku dalam kalimat pasif.
Contoh:
Pabrik pupuk itu akan diresmikan oleh Presiden SBY.
Buku pelajaran matematika itu diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Jembata ini dibangun oleh pemerintah pusat.
Berikut ini aturan kata depan dengan. 1. Untuk menyatakan "alat", digunakan di
muka kata benda yang menyatakan alat. Contoh;
Adik menulis dengan spidol.
Hasil ujian seleksi diperiksa dengan komputer.
Penjahat itu menodong saya dengan pistol.
Catatan:
Kata depan dengan digunakan juga dalam beberapa ungkapan tetap yang
menyatakan sumpah atau alat, seperti berikut; Dengan nama Alloh, Dengan
rahmat Tuhan, Dengan karunia Yang Maha Esa, Dengan titah baginda, Dengan
restu presiden
Kata depan berkat digunakan di depan kata benda atau frasa benda untuk
menyatakan "sebab yang memberi pengaruh untuk terjadinya sesuatu". Contoh:
Kemerdekaan ini dapat kita raih berkat pengorbanan para pejuang.
Berkat doa saudara-saudara, kami berhasil membawa kembali gelar juara
ini.
Berkat bantuan Anda, saya terbebas dari kesulitan ini.
Kata depan tentang digunakan di depan kata benda atau frasa benda untuk
menyatakan "perihal" atau "masalah". Contoh:
Mereka berdebat tentang peranan pemuda dalam pembangunan.
Tentang perundingan itu sendiri tidak banyak dibicarakan lagi.
Menlu Mochtar memberi keterangan penjang lebar tentang peristiwa
yang dialami Tim Verifikasi RI di Irian Jaya.
Kata depan ini digunakan untuk menyatakan "batas tempat atau batas waktu"
digunakan di muka kata benda yang menyatakan tempat atau menyatakan waktu.
Contoh:
Kami berjalan kaki sampai desa Jatisari.
Bacalah sampai halaman 43!
Mereka belajar sampai larut malam.
Kata depan guna untuk menyatakan adanya pertalian perihal" sebagai varian
kata depan untuk, digunakan di muka kata benda berimbuhan gabung ke-an.
Contoh:
Guna kebahagiaan anak-anak itu, biarlah kita mengalah.
Guna kesehatan kita bersama, janganlah merokok di ruangan ini.
Guna kepentingan umum kami rela berkorban.
Tetapi disini penggunaannya tidak dianjurkan. Lebih baik gunakan kata depan
gabung untuk.
Kata Depan demiSunting
3. Untuk menyatakan sumpah, digunakan di depan nama Tuhan, Dewa, dan lain-
lain yang dianggap berkuasa. Contoh:
Demi Alloh saya tidak pernah mengambil bukumu.
Demi Tuhan saya tidak tahu menahu dengan urusan itu.
Demi yang menguasai alam dengan segenap isinya saya bersumpah akan
tetap tinggal disini.
Kata Depan untukSunting
Kata depan ini dapat digunakan untuk menyatakan "adanya pertalian perihal",
sebagai varian kata depan untuk. Contoh;
Bagi kepentingan pembangunan kami rela berkorban.
Bagi saya jadi pergi atau tidak, tidak menjadi soal.
Bagi karangan terbaik disediakan hadiah menarik.
Kata depan ini dengan fungsi untuk menyatakan "sesuai dengan yang
dikatakan", digunakan di depan kata benda atau frasa benda yang menyatakan
orang. Contoh:
Menurut undang-undang yang berlaku, saudara telah berbuat salah.
Menurut ketua organisasi itu siapa saja boleh mendaftar jadi anggota.
Menurut ibu, saya sebaiknya menjadi pelukis saja.
3.kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah tata bahasa, baik itu
ejaan maupun tanda bacanya. Sehingga kalimat tersebut mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengarnya.
Selain itu, kalimat efektif juga dapat menyampaikan gagasan-gagasan atau ide
yang ingin disampaikan oleh penulis, atau pembicara pada pembaca maupun
pendengar.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa. Salah satu
faktor yang dijadikan penanda untuk melihat efektivitas suatu kalimat. Penanda
tersebut adalah ketersampaikan pesan penulis atau pembicara pada pembaca
maupun pendengar.
Jika pesan yang diterima oleh pembaca atau pendengar sama dengan yang ditulis
oleh penulis maupun yang dibicarakan oleh pembicara. Maka kalimat-kalimat
tersebut merupakan kalimat efektif.
Kesalahan yang sering menyebabkan kalimat tidak efektif adalah penggunaan
kata-kata yang keterangan atau penjelasan bermakna ganda. Kata-kata yang
menimbulkan makna ganda, seringkali menyebabkan pembaca atau pendengar
kebingungan. Bahkan sampai salah paham atas yang disampaikan oleh penulis
atau pembicara.
Maka dari itu, kalimat efektif biasanya menghindari penggunaan kata-kata yang
bisa menimbulkan makna ganda atau biasanya disebut ambigu. Dalam membuat
kalimat efektif gunakanlah kata-kata yang jelas dan logis. Sehingga proses
penyampaian dan penerimaan gagasan berlangsung dengan sempurna.
Syarat-syarat Kalimat Efektif
Dalam membuat kalimat efektif tidaklah sulit, asalkan sudah memahami ciri-
cirinya. Berikut ini adalah ciri-ciri kalimat efektif :
1. Kesepadanan
Kesapadanan merupakan keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang
digunakan. Kesepadanan kalimat bisa terlihat dari kesatuan pokok pikiran suatu
kalimat yang kompak dan kesepadanan pikiran yang baik.
Ciri-ciri kesapadanan struktur suatu kalimat adalah sebagai berikut :
a. Kalimat tersebut harus mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata penghubung yang.
Contoh :
2. Kesajajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam
kalimat tersebut. Jika bentuk pertama memakai verba, yang kedua juga harus
memakai verba. Dan apabila kalimat pertama menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, maka kalimat selanjutnya juga harus menggunkan kata kerja
berimbuhan me-.
Contoh :
Baca juga: 50+ Contoh Undangan Ulang Tahun Anak-anak, Remaja, Dewasa
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan pada kesempatan
lain (salah)
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini (benar)
5. Kehematan
Kehematan adalah menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain dengan yang wajar
dan perlu saja. Namun, perlu diingat bahwa tidak menyalahi dengan kaidah tata
bahasa. Penggunaan kata yang berlebihan akan merusak maksud kalimat.
Yang harus diperhatikan dalam penghematan kata, yaitu :
Contoh :
6. Kepaduan
Kepaduan adalah menggunkan gabungan kata supaya informasi yang
disampaikan tidak terpecah-pecah dan bisa dipahami.
Yang harus diperhatikan dalam kepaduan kalimat, yaitu :
Contoh :
Makalah ini membahas tentang desain interior pada rumah adat (salah).
Makalah ini membahas desain interior pada rumah adat (benar).
7. Kelogisan
Kelogisan bisa disebut juga dengan masuk akal atau bisa diterima oleh akal
sehat. Maksud kelogisan dalam kalimat efektif adalah kalimat itu dapat dengan
mudah dipahami, dan penulisannya sesuai dengan EYD.
Contoh :
6. Banyak juga yang menyangka kalau dia itu seorang pahlawan. (Kalimat tidak
efektif)
Banyak juga yang menyangka bahwa dia seorang pahlawan. (Kalimat efektif)
7. Guru-guru sudah pada hadir di rapat itu. (Kalimat tidak efektif)
Guru-guru sudah hadir di rapat itu. (Kalimat efektif)
8. Budi tidak masuk hari ini. Jangan-jangan dia sedang sakit. (Kalimat tidak
efektif)
Budi tidak masuk hari ini. Mungkin dia sedang sakit. (Kalimat efektif)
9. Kejadian kemarin sore itu membuat aku benar-benar menyesal. (Kalimat tidak
efektif)
Sungguh aku sangat menyesal atas kejadian kemarin sore. (Kalimat efektif)
10. Kemarin banyak para karyawan yang melakukan demonstrasi. (Kalimat tidak
efektif)
Kemarin banyak karyawan yang melakukan demonstrasi. (Kalimat efektif)
11. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan. (Kalimat tidak
efektif)
Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan. (Kalimat efektif)
12. Motor yang di parkir yang di ujung itu miliknya. (Kalimat tidak efektif)
Motor yang di parkir di ujung itu miliknya. (Kalimat efektif)
13. Melakukan tindakan baik kepada orang lain adalah merupakan perbuatan
terpuji. (Kalimat tidak efektif)
Melakukan tindakan baik kepada orang lain merupakan perbuatan terpuji.
(Kalimat efektif)
14. Banyak beragam macam jenis-jenis bunga yang di perjual belikan di rumah
Raisa. (Kalimat tidak efektif)
Banyak macam jenis bunga yang di perjual belikan di rumah Raisa. (Kalimat
efektif)
15. Nadia setiap hari belajar dari pagi hingga tengah malam. (Kalimat tidak
efektif)
Nadia setiap hari belajar dari pagi sampai tengah malam. (Kalimat efektif)
16. Penjahat itu bertobat setélah menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya.
(Kalimat tidak efektif)
Penjahat itu bertobat setelah menyadari kesalahannya. (Kalimat efektif)
17. Hanya ini saja yang dapat kuberikan kepadamu. (Kalimat tidak efektif)
Hanya ini yang dapat kuberikan padamu. (Kalimat efektif)
18. Atas perhatiannya saya.mengucapkan terima kasih. (Kalimat tidak efektif)
Atas perhatian Anda, saya ucapkan terima kasaih. (Kalimat efektif)
19. Motor yang diparkir yang di ujung itu miliknya. (Kalimat tidak efektif)
Motor yang di parkir di ujung itu miliknya. (Kalimat efektif)
20. Banyak juga yang mengira kalau dia itu seorang konglomerat. (Kalimat tidak
efektif)
Banyak juga yang mengira bahwa dia seorang konglomerat. (Kalimat efektif)
21. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (Kalimat tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (Kalimat efektif)
22. Bapak menolong anak itu dengan dipapahnya ke tepi jalur. (Kalimat tidak
efektif)
Bapak menolong anak itu memapahnya ke tepi jalur. (Kalimat efektif)
23. Buku itu sudah dibaca oleh saya. (Kalimat tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca. (Kalimat efektif)
24. Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh. (Kalimat
tidak efektif)
Pada zaman dahulu, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh. (Kalimat efektif)
25. Kesehatannya telah pulih kembali. (Kalimat tidak efektif)
Kesehatannya telah pulih. (Kalimat efektif)
Nah, itulah penjelasan mengenai Kalimat Efektif, dari mulai pengertian, syarat-
syarat, ciri-ciri, dan contoh. Semoga dapat menambah ilmu bagi kita semua dan
bisa menjadikan menulis lebih baik lagi.
Pengertian Budaya, Ciri-ciri, Unsur-unsur, dan Wujud »
« Dasa Darma Pramuka dan Tri Satya [Penjelasan Lengkap]
Mirza Muhammad Iqbal :
Related Post
Selain itu, tanda baca titik digunakan untuk akhir kalimat sudah terdapat unsur
tanda titik.
Misalnya seperti ini, "Universitas Terbuka." Jadi tidak digunakan seperti ini,
"Universitas Terbuka.".
Untuk mengakhiri kalimat penggunaan tanda titik, tidak digunakan jumlah tanda
titik lebih dari satu atau tanda titik yang sudah terdapat unsur tanda titik tersebut.
2. Yang kedua, tanda titik sering digunakan tepat di belakang angka ataupun
huruf dalam suatu bagan, daftar atau ikhtisar.
Contohnya seperti ini (perhatikan tanda titik dibelakang angka atau huruf)
1.1 Patokan
1.2 Isi
Jadi di belakang angka terakhir sudah tidak menggunakan tanda baca titik.
3. Dalam suatu waktu, terdapat jam, menit dan detik. Nah, tanda baca titik juga
berperan sebagai pemisah angka jam, menit dan detik. Contoh : 16.28.1 (jam 6
lebih 28 menit 1 detik)
4. Tanda titik juga digunakan pada daftar pustaka. Perhataikan daftar pustaka
berikut terutama pada penempatan tanda baca titiknya.
5. Tanda baca titik juga digunakan sebagai kelipatan setiap ribuan pada angka.
Contohnya seperti ini : 40.000 ribu jiwa meninggal dalam sebuah bencana alam.
Contohnya :
Alat sekolah yang dibawa adalah pensil, buku catatan dan penggaris.
Contohnya :
Nah, jika anak kalimat tidak mendahului induk kalimat, maka tidak diperlukan
tanda baca koma sebagai pemisah.
Contohnya : aku bisa internetan gratis kalau ada wifi.
4. Tanda baca koma digunakan jika ada kata ungkapan di awal kalimat yang
bukan awal paragraf (konjungsi antar kalimat). Seperti namun, jadi, dengan
demikian, oleh karena itu dan lain-lain.
5. Sebagai pemisah kalimat yang mengandung kata seruan dan sapaan di awal
kalimat tanya. Serta juga kalau ada tanda petikan langsung dalam kalimat
tersebut.
Contoh :
Jika ada kalimat dengan tanda petikan langsung di awal kalimat dan disertai
tanda seru atau tanya, maka tidak dibutuhkan tanda koma lagi. Contoh : "Kamu
hebat!" kata mas ganteng.
6. Sebagai pemisah nama alamat (baik provinsi, kota, negara, desa, dll) pada
penulisan alamat.
Contoh : Desa Kedungrejo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk.
7. Tanda koma juga digunakan pada penulisan daftar pustaka, lihat contoh daftar
pustaka di atas tadi.
8. Penggunaan tanda baca koma pada catatak kaki. Silahkan pelajari bab
mengenai catatan kaki dan perhatikan tanda komanya.
9. Sebagai pemisah nama dengan gelar yang dimilikinya. Contoh : Dwi Andika,
Spd.
10. Sebagai penggapit yang dalam tengah kalimat terdapat keterangan tambahan.
Contoh :
Contoh : 5,5 cm
Contoh :
Kewarganegaraan Indonesia.
Contoh :
Alamat : Nganjuk
3. Tanda baca titik dua juga digunakan pada naskah drama atau dialog.
Contoh :
4. Digunakan pada daftar pustaka pada nama kota dan penerbit. Dan juga
digunakan pada bab atau ayat, serta nomor halaman.
Contoh :
Surah Yasin : 20
1. Tanda baca penghubung atau biasa disebut tanda strip, biasa digunakan untuk
menyambung kata yang terpotong karena baris tidak cukup.
Contoh :
ekor kelinci.
Hampir sama dengan tanda hubung, penulisan tanda baca pisah agak panjang
dan memiliki spasi antar kata pada kalimat terkait (jika pengetikan) atau dua
tanda hubung tanpa spasi.
1. Tanda tanya merupakan tanda yang digunakan pada akhir kalimat pertanyaan
atau kalimat yang memerlukana jawaban langsung.
2. Tanda tanya juga digunakan pada kalimat yang belum pasti akan
kebenarannya.
1. Tanda seru biasa digunakan sebagai pengakhir kalimat perintah atau seruan
yang menggambarkan emosi atau kesungguhan.
Untuk penggunaan tanda elipsis di awali dengan spasi dan juga di akhiri spasi.
2. Dalam suatu puisi, karangan atau buku, tanda petik digunakan untuk
menunjukan judul.
3. Digunakan untuk menandai kata asing atau khusus yang memiliki arti pada
suatu kalimat.
Cari bagian gambar yang hilang (lihat gambar no 2) pada gambar tersebut.
3. Tanda kurung juga digunakan untuk angka yang mengawali kalimat perincian.
Contoh : Agar menjadi Blogger sukses kita harus (1) niat, (2) tekun, (3) berdoa.
Contoh lain :
1) Niat
2) Tekun
3) Berdoa
1. Digunakan untuk menggapit kata atau huruf dalam kalimat sebagai koreksi
kesalahan atau kekurangan pada naskah aslinya.
1. Penggunaan tanda baca garis miring, biasa sering kita jumpai sebagai kata
pengganti atau, tiap dan ataupun.
2. Digunakan juga sebagai penanda nomor pada surat serta alamat surat.
Contoh : 2/RPL/2015
1. Tanda baca apostrof atau tanda penyingkat pada kata atau angka, contoh
penggunaan tanda bacanya adalah sebagai berikut :
15 Agustus '97
5.konvensi
Dalam ilmu sastra, konvensi sastra merupakan ketentuan-ketentuan yang
membentuk format pada karya sastra menjadi sedemikian rupa.
Misalnya, sajak pantun yangberima a-b-a-b merupakan sebuah konvensi, karena
terbentuk berdasarkan tradisi masyarakat Melayu Kuno yang diturunkan secara
lisan dari generasi ke generasi (peraturan tidak tertulis).[2]
6.Perwajahan
memiliki 1 arti. Perwajahan berasal dari kata dasar wajah. Perwajahan
memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga perwajahan dapat
menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang
dibendakan.
1. Latar Belakang
3. Hasil Penelitan
4. Kesimpulan
Jumlah Kata
Jarak Antar Baris
Jumlah Paragaraf
Bahasa
Kata kunci
BACA JUGA Contoh Daftar Pustaka, Cara Penulisan, Kaidah, Serta Cara
Membuat Daftar Pustaka