Anda di halaman 1dari 47

1.

AFIKSASI SERTA CARA PENULISANNYA


Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan kata
yang tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut sebagai
morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat berdiri sendiri. Kata dasar
dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dan lain-lain. Penggabungan morfem bebas
dan morfem terikat akan membentuk kata jadian.
Afiksasi dibedakan menjadi beberapa kelompok:
1) PREFIKS (Awalan)
2) INFIKS (Sisipan)
3) SUFIKS (Akhiran)
4) KONFIKS (Penggabungan antara Prefiks dan Sufiks)
5) SIMULFIKS (Imbuhan Gabung)

A. PREFIKS
1. Awalan Ber
Sifat:
Semua imbuhan Ber- + (kata benda, kata sifat, kata kerja, kata bilangan,
kata keterangan) akan membentuk kata kerja.
- Mengalami morfofonemis menjadi be- pada kata yang dimulai dengan
konsonan “r”,
cth: beracun, dan kata yang suku pertamanya mengandung bunyi [-er], cth:
bekerja, beternak.
- Mengalami morfofonemis menjadi bel- pada kata dasar ajar menjadi belajar.
- Memiliki fungsi sebagai pembentuk kata kerja intransitif.
- Bila dipasangkan dengan kata benda umum akan membentuk makna
“mempunyai atau memakai”, cth: berdasi, bersepatu.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan alat angkutan atau
kendaraan akan membentuk makna “naik”, cth: bersepeda, berkuda.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan suatu kejadian akan
membentuk makna “mengeluarkan atau menghasilkan”, cth: berkarya, bertelur.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan zat akan membentuk
makna “berisi atau mengandung”, cth: berair.
- Bila dipasangkan dengan kata ganti akan membentuk makna “memiliki atau
mempunyai”, cth: beradik, berkakak.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “merasakan atau
mengalami”, cth: bergembira, berduka cita.
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama akan membentuk makna
“kelompok atau himpunan yang terdiri dari yang disebut pada kata dasarnya”,
cth: berdua, berlima.

2. Awalan Me-
Sifat:
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan
mengalami morfofonemis menjadi meng-, cth: menghilang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal l, m, n, r, ng, ny, w, dan
y akan mengalami morfologis, cth: melawan.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal d, t, c, dan j akan
mengalami morfofonemis menjadi men-, cth: mendobrak.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal p, b, dan f akan
mengalami morfofonemis menjadi mem-, cth: membanting.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal s, sy akan mengalami
morfofonemis menjadi meny-, cth: menyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami
morfofonemis menjadi menge-, cth: mengebom.
- Jadi, prefiks me- mempunyai beberapa variasi bentuk, yaitu men-, mem-,
meny-, meng-, menge-, dan yang tidak mengalami morfofonemis me-.
- Prefiks me- jika dipasangkan dengan kata dasar berbentuk apapun akan
membentuk kata kerja.

3. Awalan Pe-
Sifat:
- Membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem l, m, n, r, ng, ny, dan w akan
mengalami morfologis, cth: pemain.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem d, t, c, dan j akan mengalami
morfofonemis menjadi pen-, cth: pendatang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem p, b, dan f akan mengalami
morfofonemis menjadi pem-, cth: pembela.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem s akan mengalami
morfofonemis menjadi peny-, cth: penyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami
morfofonemis menjadi penge-, cth: pengebom.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan
mengalami morfofonemis menjadi peng-, cth: pengasuh.
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata sifat, maka maknanya: alat untuk
… (pembersih), yang memiliki sifat … (pemarah), Yang menyebabkan …
(pembersih), yang bersifat … (pemuda)
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata benda, maka maknanya:
pekerjaan seseorang (petani), alat untuk … (penggaris, penghapus), yang
membuat jadi… (perusak).
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata kerha, maka akan memiliki
makna yang melakukan… (pemain, pekerja).

4. Awalan Per-
Sifat:
- Memiliki 3 macam bentuk, Per-, Pe-, dan Pel-.
- Membentuk kata kerja perintah, cth: Percepat!
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “Menjadikan lebih
…”, cth: pertegas, perkeras.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “ Jadikan atau
anggap sebagai”, cth: perbudak.
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan akan membentuk makna “Menjadi atau
Bagi”, cth: perlima (Bagi lima).

5. Awalan Di-
Sifat:
- Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata kerja, akan berarti melakukan
pekerjaan pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna:
dikerjakan dengan, dibubuhi/diberi, dibuat menjadi.
- Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang
diimbuhinya.

6. Awalan Ter-
Sifat:
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “ tiba-tiba, tak
disengaja, dapat di-, sudah di-, yang di-.”
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “ paling…”, cth:
terpandai.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “dikenai atau
sampai /kena”.
- Fungsi awalan Ter- antara lain, membentuk kata kerja pasif (terhukum),
Membentuk kata kerja aktif (tersenyum), Membentuk kata keadaan (terbaru),
Membentuk kata benda (tersangka).

7. Awalan Ke-
Sifat:
- Awalan Ke- tidak mempunyai variasi bentuk atau morfofonemis
- Fungsi awalan ke- antara lain: membentuk kata bilangan yang menyatakan
tingkat dan kumpulan, membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak disengaja,
membentuk kata benda dengan arti “orang atau sesuatu yang di…”
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama yang letaknya sesudah kata
benda akan membentuk makna: tingkat (cth: Ia duduk di kursi kedua), himpunan
atau kumpulan (cth: kedua orang itu teman saya).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan bermakna “kena atau tidak
sengaja”, cth: ketipu, ketabrak.
- Bila dipasangkan dengan kata tua, kasih, dan kehendak akan menghasilkan
makna “orang atau sesuatu yang di…”.
8. Awalan Se-
Sifat:
- Fungsi awalan se- adalah: membentuk kesatuan (serumah), membentuk
perbandingan (secantik), membentuk kata penghubung (sebelum, sesudah).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata benda, maka maknanya:
satu… (sebuah, sepotong), seluruh… (sekampung), seperti…(semacam).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya:
sama… (secantik), sampai… (sekenyang), sebatas… (sekuat).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya
adalah segera setelah…, cth: sepulang, sesampai.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar berawalan huruf apapun akan mengalami
morfologis tetap menjadi se-.

B. SUFIKS
1. Akhiran –kan
Sifat:
- Memiliki fungsi: membentuk kata imperative (berikan, terangkan), membentuk
kata kerja transitif (bungkukkan, acungkan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “melakukan
perbuatan…”, cth: ambilkan.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat jadi…”,
cth: damaikan.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “memasukkan
ke…”, cth: gudangkan.
- Sufiks –kan searti dengan kata “pada, dengan, atas”, cth: berasaskan
kesetiakawanan = berasas pada kesetiakawanan.

2. Akhiran –an
Sifat:
- Akhiran –an memiliki fungsi membentuk kata benda, cth: makanan.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna: tempat
(kubangan), hasil pekerjaan (karangan), yang di- (minuman), alat untuk me-
(timbangan), cara me- (tendangan), dalam keadaan… (tiduran).
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan dan kata sifat akan membentuk makna:
yang bersifat (asinan), banyak bilangan (ribuan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna: banyak/
kumpulan (rambutan), tiap-tiap (bulanan, tahunan), serupa/seperti (orang-
orangan), mengucapkan/memainkan (musikan, gitaran).

3. Akhiran –i
Sifat:
- Fungsi akhiran –i adalah membentuk kata kerja imperative (duduki, terangi)
dan membentuk kata kerja transitif yang berarti membuat jadi (tulisi).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya
adalah memberi/membubuhi (garami, gulai), menghilangkan (kuliti), menjadi…
(ketuai).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat, maka maknanya:
membuat jadi (yakini, awali).

C. INFIKS
Infiks –el-, -em-, -er-
Sifat:
Infiks memiliki makna :
- Menyatakan identitas- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: gegar-
gelegar, gulung-gemulung.
- Menyatakan banyak- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja atau beberapa
kata benda, cth: getar-geletar, laki-lelaki, jari-jemari.
- Berulang-ulang-bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: getar-gemetar.
- Menyatakan benda-bila dilekatkan pada beberapa kata benda, cth: gaji-gergaji,
suling-seruling.

D. KONFIKS
1. Ber-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang
dilengkapi dengan sebuah pelengkap.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna
“menjadikan yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya”,
cth: bersenjatakan, berdasarkan.
- Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi.

2. Ber-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk
makna “banyak serta tidak teratur” (berlarian, beterbangan).
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang
menyatakan letak atau jarak, maka akan membentuk makna “saling atau
berbalasan” (berpotongan, bersebelahan).
- Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.

3. Per-kan
Sifat:
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu
akan membentuk makna “jadikan bahan…” (pertunjukan).
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu
akan membentuk makna “jadikan supaya…” (perkenalkan).
- Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi.

4. Per-an
Sifat:
- Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an.
- Berfungsi membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna “melakukan
hal” (pergerakan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna “masalah
tentang…” (perekonomian, perhotelan).
- Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tempat
….” (peristirahatan, persembunyian).
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan
membentuk makna “daerah, wilayah, atau kawasan…” (pegunugnan,
pedalaman).

5. Per-i
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna
“lakukan supaya jadi…” (pebaiki)
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “lakukan
yang disebutkan pada kata dasarnya” (Persetujui).
- Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi.

6. Pe-an
Sifat:
- Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an.
- Berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan
membentuk makna “hal atau peristiwa” (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran”).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk
makna “proses” (Pembayaran, penulisan).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk
makna “tempat…” (pemakaman, pelelangan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan
mendapatkan makna “alat”, (penggorengan, penglihatan).
7. Di-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan me-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang
kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan
gabung di-kan akan mengalami morfologi.

8. Di-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif yang berimbuhan me-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung di-I akan mengalami morfologi.

9. Me-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang
menyatakan keadaan, maka maknanya “menyebabkan jadi” (membingungkan).
- Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang
mebentuk kata jadian, maka maknanya “menyebabkan jadi…”
(menyeragamkan).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk
gabungan kata, maka maknanya adalah “membuat jadi” (menghancurleburkan).
- Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna “melakukan sesuatu
untuk orang lain” (membukakan, membelikan).

10. Me-i
Sifat:
- fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
- Me-I + kata sifat manghasilkan makna “membuat jadi” (menerangi).
- Me-I + kata benda menghasilkan makna “meberi atau membubuhi”
(menggarami, menggulai)
- Me-I + kata kerja menghasilkan makna “melakukan sesuatu” (menanami)
- Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna “melakukan
berulang-ulang” (menembaki, memukuli).
- Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna
“merasakan sesuatu pada” (menyukai, menyenangi).
11. Ter-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “dapat dilakukan”
(terselesaikan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tidak
sengaja dilakukan” (tertanamkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ter-kan akan mengalami morfologi.

12. Ter-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna
“dapat dilakukan”, (terseberangi).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk
makna “tidak sengaja terjadi” (terlempari).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ter-i akan mengalami morfologi.

13. Ke-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata
gabung akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (kedatangan, kenaikan,
keterlambatan)
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan
membentuk makna “tempat atau wilayah” (kedutaan, kelurahan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna “sedikit
bersifat atau keadaan” (kehijauan, kepucatan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan
membentuk makna “mengalami atau tidak sengaja” (kebanjiran, kedinginan).
- Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna
“terlalu” (kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna “terlalu” disarankan
tidak menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan
kata keterangan terlalu, sehingga, dll.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna “hal
atau masalah” (kehutanan, kepariwisataan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ke-an akan mengalami morfologi.

E. SIMULFIKS
1. Memper-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna
“menjadikan sebagai bahan” (memperdebatkan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan
akan membentuk makna “menjadikan supaya” (mempersiapkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Memper-kan akan mengalami morfologi.

2. Memper-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat supaya
obyeknya menjadi atau menjadi lebih” (memperbaiki).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna
“melakukan yang disebut pada kata dasarnya” (memperturuti).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Memper-i akan mengalami morfologi.

3. Diper-kan
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif berimbuhan gabung Memper-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya dengan makna “dibuat jadi…”.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Diper-kan akan mengalami morfologi.

4. Diper-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif berimbuhan gabung Memper-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Diper-i akan mengalami morfologi.

2.Preposisi
adalah kata yang secara sintaksis terdapat di depan nomina,adjektiva, atau adverbia dan
secara semantis menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan dan di
belakang preposisi tersebut.
Kata-kata yang digunakan di depan kata benda untuk merangkaikan kata benda itu dengan
bagian kalimat lain disebut kata depan. Umpama kata-kata di, dengan dan oleh pada kalimat
berikut:
1. Kakek tinggal di desa.
2. Nenek menulis dengan sepidol.

Dilihat dari fungsinya, kata depan menyatakan hal-hal berikut:


 Tempat berada, yaitu; di, pada, dalam, atas dan antara.
 Arah asal, yaitu; dari.
 Arah tujuan, yaitu; ke, kepada, akan, dan terhadap.
 Pelaku, yaitu; oleh.
 Alat, yaitu; dengan dan berkat.
 Perbandingan, yaitu; daripada.
 Hal atau masalah, yaitu; tentang dan mengenai.
 Akibat, yaitu; hingga dan sampai.
 Tujuan, yaitu; untuk, buat, guna, dan bagi.
A. Kata Depan Dalam

Kata depan dalam digunakan dengan aturan sebagai berikut.


1. Untuk menyatakan tempat berada digunakan di depan kata benda sebagai
variasi dari kata depan di dalam. Contoh: 1). Jangan bermain dalam kelas, 2).
Buku itu disimpan dalam lemari, 3). Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang
kuat.
2. Untuk menyatakan "berada dalamsuatu situasi atau peristiwa" digunakan
di depan kata benda. Contoh; a). Kita harus hati-hati dalam pergaulan di kota
besar. b). Dalam perjalanan ke Eropa, kami singgah di Kairo. c). Dalam
bentrokan itu beberapa orang menjadi korban.
3. Untuk menyatakan "jangka waktu", digunakan di muka kata yang
menyatakan lama waktu. Contoh; a). Pekerjaan itu akan selesai dalam beberapa
hari. b). Dalam waktu 2 jam perampok itu telah dapat dibekuk. c). Kredit vespa
diangsur dalam waktu 2 tahun.
B. Kata Depan atas

Kata depan atas dapat digunakan dalam aturan seperti berikut: 1. Untuk
menyatakan "tempat" digunakan di depan kata benda sebagai varian dari kata
di atas. Contoh;
 Kami berdiri atas keadilan dan kebenaran.
 Beban yang dipikulkan atas pundak rakyat sudah terlalu berat.
 Berbagai masalah telah menimpa atas diri kami.

2. Untuk menghubungkan predikat intransitif dengan pelengkapnya. Contoh;


 Mereka berhak atas barang-barang itu.
 Kami menyesal atas kejadian itu.
 Saya ikut berduka cita atas musibah itu.

Catatan: Kata depan atas digunakan juga dalam beberapa ungkapan yang sudah
tetap, seperti:
 atas nama
 atas kehendak
 atas anjuran
 atas permintaan, dan
 atas desakan.
C. Kata Depan Antara

Kata depan antara digunakan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk


menyatakan "jarak", digunakan di depan dua buah kata benda yang menyatakan
tempat yang dirangkaikan dengan kata depan dan. Contoh:
 Banjir melanda daerah antara Bekasi dan Karawang.
 Jarak antara Jakarta dan Bogor hanya 60 km.
 Bedanya antara langit dan bumi.

2. Untuk menyatakan "adanya dua pihak", digunakan di muka dua buah kata
benda yang menyatakan orang atau yang diorangkan, yang dirangkaikan dengan
kata depan dengan. Contoh:
 Perang antara Iran dan Irak semakin hebat.
 Perundingan antara Indonesia dan Malaysia sedang berlangsung.
 Perdamaian antara Mesir dan Israel tidak bisa kekal.

3. Untuk menyatakan "suatu tempat, suatu saat, suatu keadaan atau hal",
digunakan di muka dua buah kata benda yang menyatakan tempat atau waktu
(atau di muka dua buah kata lain yang menyatakan keadaan) yang dirangkaikan
dengan kata depan dengan. Contoh:
 Tabrakan itu terjadi di jalan raya antara Yogyakarta dan Solo.
 Pencarian itu terjadi antara pukul tiga dan pukul empat pagi.
 Antara tidur dan jaga saya mendengar suara ketukan pintu.
D. Kata Depan kepada

Kata depan kepada digunakan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk


menyatakan "tempat yang dituju", digunakan di muka objek dalam kalimat yang
predikatnya mengandung pengertian "tertuju terhadap sesuatu". Contoh:
 Personalia itu telah dilaporkan kepada Gubernur.
 Harus melapor dulu kepada bagian keamanan.
 Kami akan minta bantuan kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

Catatan: Kalau kata depan ke menyatakan "arah tempat yang sebenarnya" maka
kata depan kepada menyatakan "arah tempat yang tidak sebenarnya".
Bandingkan contoh berikut;
 Kembali ke desa.
 Kembali kepada UUD 1945.

2. Untuk menyatakan "arah yang dituju", dapat digunakan sebagai varian kata
depan akan. Contoh;
 Ia takut sekali kepada hantu.
 Kami selalu ingat kepada ibunya.
 Dia sudah lupa kepada kewajibannya.

Kata Depan akanSunting

Kata depan akan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk menunjuk objek,
digunakan di dalam kalimat yang predikatnya menunjukkan sikap batin. Contoh:
 Saya masih ingat akan peristiwa bersejarah itu.
 Dia baru sadar akan keluarganya.
 Kami sudah bosan akan lagu-lagu itu.

2. Untuk menguatkan kata yang berada di belakangnya, dapat digunakan sebagai


tumpuan kalimat. Dalam hal ini dapat diganti dengan kata tentang, mengenai,
atau adapun. Contoh:
 Akan budi baikmu itu, tentu tak bisa kami lupakan.
 Akan hutang-hutangmu itu tidak usahlah terlalu kau pikirkan.
 Akan sawah dan ladang di sana, biarlah diurus oleh paman Hasan.

Catatan: Sebagai penunjuk "maksud" atau "tujuan", kata depan akan sebaiknya
tidak digunakan. Kedudukannya lebih baik diganti dengan kata untuk. Contoh:

 Daunnya baik akan obat sakit perut.

(sebaiknya diganti dengan: Daunnya baik untuk obat sakit perut)

 Latihan diadakan akan mempertinggi kemampuan.

(sebaiknya diganti dengan: Latuhan diadakan untuk mempertinggi kemampuan.

 Disediakan uang akan biaya rapat itu.

(sebaiknya diganti dengan: Disediakan uang untuk rapat itu.


Kata Depan terhadapSunting

Kata depan terhadap digunakan dengan aturan sebagai berikut: 1. Untuk


menyatakan "sasaran perbuatan", digunakan di muka kata benda yang
menyatakan orang atau yang diorangkan. Kedudukannya dapat diganti dengan
kata depan kepada. Contoh:
 Saya tidak takut terhadap siapa saja.
 Terhadap saya dia tidak berani berbuat curang.
 Terhadap ibunya dia berani berkata begitu, apalagi kepada kita.
2. Untuk menyatak "perihal", digunakan dimuka kata benda. Kedudukannya
dapan diganti dengan kata depan kepada. Contoh:
 Kami tidak ragu-ragu lagi terhadap kejujuranmu.
 Kami akan menentukan sikap terhadap perbuatan itu.
 Peristiwa itu merupakan batu ujian terhadap keteguhan hatinya.

Kata Depan olehSunting

Kata depan oleh digunakan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk menyatakan
"pelaku perbuatan", digunakan di muka objek pelaku dalam kalimat pasif.
Contoh:
 Pabrik pupuk itu akan diresmikan oleh Presiden SBY.
 Buku pelajaran matematika itu diterbitkan oleh Balai Pustaka.
 Jembata ini dibangun oleh pemerintah pusat.

2. Untuk menyatakan "sebab", digunakan dlam kalimat yang predikatnya berupa


kata sifat atau kata yang menyatakan keadaan. Contoh:
 Pertahanan mereka hancur oleh serangan Israel.
 Bajunya basah oleh keringat.
 Tanaman kami rusak oleh hama wereng.

Kata Depan denganSunting

Berikut ini aturan kata depan dengan. 1. Untuk menyatakan "alat", digunakan di
muka kata benda yang menyatakan alat. Contoh;
 Adik menulis dengan spidol.
 Hasil ujian seleksi diperiksa dengan komputer.
 Penjahat itu menodong saya dengan pistol.

2. Untuk menyatakan "beserta", digunakan di muka kata benda yang menyatakan


orang. Contoh:
 Dia datang dengan ibunya.
 Kapal itu tenggelam dengan segala isinya.
 Adik pergi dengan kawan-kawannya.
3. Untuk menyatakan "cara atau sifat perbuatan", digunakan di muka kata sifat
atau kata keterangan. Contoh:
 Kami diperiksa dengan teliti.
 Mereka bermain dengan gembira.
 Saudara akan kami terima dengan senang hati.

Catatan:

Kata depan dengan digunakan juga dalam beberapa ungkapan tetap yang
menyatakan sumpah atau alat, seperti berikut; Dengan nama Alloh, Dengan
rahmat Tuhan, Dengan karunia Yang Maha Esa, Dengan titah baginda, Dengan
restu presiden

Kata Depan berkatSunting

Kata depan berkat digunakan di depan kata benda atau frasa benda untuk
menyatakan "sebab yang memberi pengaruh untuk terjadinya sesuatu". Contoh:
 Kemerdekaan ini dapat kita raih berkat pengorbanan para pejuang.
 Berkat doa saudara-saudara, kami berhasil membawa kembali gelar juara
ini.
 Berkat bantuan Anda, saya terbebas dari kesulitan ini.

Kata Depan tentangSunting

Kata depan tentang digunakan di depan kata benda atau frasa benda untuk
menyatakan "perihal" atau "masalah". Contoh:
 Mereka berdebat tentang peranan pemuda dalam pembangunan.
 Tentang perundingan itu sendiri tidak banyak dibicarakan lagi.
 Menlu Mochtar memberi keterangan penjang lebar tentang peristiwa
yang dialami Tim Verifikasi RI di Irian Jaya.

Kata Depan sampaiSunting

Kata depan ini digunakan untuk menyatakan "batas tempat atau batas waktu"
digunakan di muka kata benda yang menyatakan tempat atau menyatakan waktu.
Contoh:
 Kami berjalan kaki sampai desa Jatisari.
 Bacalah sampai halaman 43!
 Mereka belajar sampai larut malam.

Kata Depan gunaSunting

Kata depan guna untuk menyatakan adanya pertalian perihal" sebagai varian
kata depan untuk, digunakan di muka kata benda berimbuhan gabung ke-an.
Contoh:
 Guna kebahagiaan anak-anak itu, biarlah kita mengalah.
 Guna kesehatan kita bersama, janganlah merokok di ruangan ini.
 Guna kepentingan umum kami rela berkorban.

Tetapi disini penggunaannya tidak dianjurkan. Lebih baik gunakan kata depan
gabung untuk.
Kata Depan demiSunting

1. Untuk menyatakan "tekad", digunakan di depan kata benda berimbuhan


gabung ke-an. Contoh:
 Kami akan bekerja keras demi kesejahteraan keluarga.
 Demi kepentingan pembangunan kami rela berkorban.
 Saya berjuang demi kebenaran dan keadilan.

2. Untuk menyatakan "berurutannya yang satu dari yang lain" digunakan di


antara dua buah kata bilangan yang sama. Contoh:
 Diangkatnya batu itu satu demi satu.
 Seorang demi seorang, secara diam-diam meninggalkan ruang sidang itu.
 Kertas itu dibakarnya selembar demi selembar.

3. Untuk menyatakan sumpah, digunakan di depan nama Tuhan, Dewa, dan lain-
lain yang dianggap berkuasa. Contoh:
 Demi Alloh saya tidak pernah mengambil bukumu.
 Demi Tuhan saya tidak tahu menahu dengan urusan itu.
 Demi yang menguasai alam dengan segenap isinya saya bersumpah akan
tetap tinggal disini.
Kata Depan untukSunting

Kata depan untuk digunakan dengan aturan sebagai berikut:


 Untuk menyatakan "tujuan" atau "sasaran perbuatan", digunakan dimuka
kata benda orang yang diorangkan. Contoh; Beliau membawa oleh-oleh untuk
kami; Pupuk dikirim untuk para petani; Ayah membeli sepatu untuk ibu.
 Untuk menyatakan adanya pertalian perihal digunakan di depan kata
benda atau frasa benda. Biasanya ditempatkan pada awal kalimat. Contoh; Untuk
kepentingan umum, kami rela berkorban; Untuk dia, uang saja tidak ada artinya;
Hadiah dua juta rupiah disediakan untuk karangan terbaik.

Kata Depan bagiSunting

Kata depan ini dapat digunakan untuk menyatakan "adanya pertalian perihal",
sebagai varian kata depan untuk. Contoh;
 Bagi kepentingan pembangunan kami rela berkorban.
 Bagi saya jadi pergi atau tidak, tidak menjadi soal.
 Bagi karangan terbaik disediakan hadiah menarik.

Kata Depan menurutSunting

Kata depan ini dengan fungsi untuk menyatakan "sesuai dengan yang
dikatakan", digunakan di depan kata benda atau frasa benda yang menyatakan
orang. Contoh:
 Menurut undang-undang yang berlaku, saudara telah berbuat salah.
 Menurut ketua organisasi itu siapa saja boleh mendaftar jadi anggota.
 Menurut ibu, saya sebaiknya menjadi pelukis saja.

3.kalimat efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah tata bahasa, baik itu
ejaan maupun tanda bacanya. Sehingga kalimat tersebut mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengarnya.
Selain itu, kalimat efektif juga dapat menyampaikan gagasan-gagasan atau ide
yang ingin disampaikan oleh penulis, atau pembicara pada pembaca maupun
pendengar.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa. Salah satu
faktor yang dijadikan penanda untuk melihat efektivitas suatu kalimat. Penanda
tersebut adalah ketersampaikan pesan penulis atau pembicara pada pembaca
maupun pendengar.
Jika pesan yang diterima oleh pembaca atau pendengar sama dengan yang ditulis
oleh penulis maupun yang dibicarakan oleh pembicara. Maka kalimat-kalimat
tersebut merupakan kalimat efektif.
Kesalahan yang sering menyebabkan kalimat tidak efektif adalah penggunaan
kata-kata yang keterangan atau penjelasan bermakna ganda. Kata-kata yang
menimbulkan makna ganda, seringkali menyebabkan pembaca atau pendengar
kebingungan. Bahkan sampai salah paham atas yang disampaikan oleh penulis
atau pembicara.
Maka dari itu, kalimat efektif biasanya menghindari penggunaan kata-kata yang
bisa menimbulkan makna ganda atau biasanya disebut ambigu. Dalam membuat
kalimat efektif gunakanlah kata-kata yang jelas dan logis. Sehingga proses
penyampaian dan penerimaan gagasan berlangsung dengan sempurna.
Syarat-syarat Kalimat Efektif

1. Sesuai dengan kaidah bahasa dan ejaan (EYD)


Sebuah kalimat efektif harus menggunakan ejaan atau tanda baca yang tepat
dengan kaidah bahasa. Kata baku seharusnya menjadi perhatian tersendiri, agar
tidak sampai kata yang Anda tulis ternyata tidak tepat dengan EYD.
2. Logis
Kalimat efektif merupakan kalimat yang bisa diterima dengan akal sehat dan
bisa dipahami dengan baik. Sebaliknya, jika kalimat tersebut tidak dapat
diterima atau tidak jelas, maka kalimat tersebut adalah kalimat tidak efektif.

Baca juga: Ciri-ciri Pantun dan Contohnya, Pengertian, Jenis, Struktur


[Lengkap]

Perhatikan kalimat berikut ini!


“Waktu dan tempat kami persilakan”
Kalimat tersebut tidak efektif dan tidak bisa diterima oleh akal sehat. Bagaimana
bisa waktu dan tempat dipersilahkan, bukan pembicara. Yang dimaksud kalimat
tersebut bukanlah waktu dan tempat dipersilahkan, tetapi bapak asep yang
dipersilahkan.
Seharusnya kalimat tersebut adalah sebagai berikut :
“Kepada Bapak Asep, kami persilakan”
3. Tidak ambigu
Kalimat yang mempunyai makna lebih dari satu disebut dengan kalimat yang
tidak efektif. Hal ini dikarenakan kalimat tersebut tidak bisa menyampaikan
maksud atau ide yang sebenarnya kepada para pembaca dan pendengar.
Perhatikan kalimat berikut!
“Para siswa baru mengikuti kegiatan pesantren kilat disekolah”
Kalimat tersebut ambigu karena mempunyai dua makna yang dihasilkan, yaitu
apakah murid baru yang mengikuti kegiatan pesantren kilat di sekolah. ataukah
para murid baru saja mengikuti kegiatan tersebut.
Seharusnya kalimat tersebut adalah sebagai berikut :
“Para siswa baru saja mengikuti kegiatan pesantren kilat di sekolah”
4. Hemat kata
Suatu kalimat dapat dikatakan efektif, apabila tidak ada pemborosan atau
penambahan kata yang tidak perlu ditambah. Tanpa kita sadari, kita sering kali
menggunakan kata-kata tersebut. Supaya jumlah kata-katanya menjadi banyak,
tapi hal ini terkadang menjadi sulit dipahami kalimatnya.
5. Ketegasan topik
Kalimat akan menjadi efektif apabila kalimat tersebut memiliki kejelasan pada
kalimat utamanya. Dengan kata lain, ide pokok utama yang harus disampaikan
harus jelas dan lugas.
Perhatikan kalimat berikut ini !
“Dia yang bertanggung jawab dengan semua ini!”
Kalimat diatas seharusnya menggunakan kata imbuhan –lah. Sehingga ide
utamanya bisa lebih tepat tersampaikan. Jadi lebih tepatnya kalimat itu, ditulis
sebagai berikut :
“Dialah yang harus bertanggung jawab dengan semua ini”
Ciri-ciri Kalimat Efektif

Dalam membuat kalimat efektif tidaklah sulit, asalkan sudah memahami ciri-
cirinya. Berikut ini adalah ciri-ciri kalimat efektif :
1. Kesepadanan
Kesapadanan merupakan keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang
digunakan. Kesepadanan kalimat bisa terlihat dari kesatuan pokok pikiran suatu
kalimat yang kompak dan kesepadanan pikiran yang baik.
Ciri-ciri kesapadanan struktur suatu kalimat adalah sebagai berikut :
a. Kalimat tersebut harus mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata penghubung yang.
Contoh :

 Dalam musyawarah itumenghasilkan lima keputusan (salah)


 Musyawarah itu menghasilkan lima keputusan (benar)
 Di Sekolah kami mengadakan lomba baca puisi (salah)
 Sekolah kami mengadakan lomba baca puisi (benar)

2. Kesajajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam
kalimat tersebut. Jika bentuk pertama memakai verba, yang kedua juga harus
memakai verba. Dan apabila kalimat pertama menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, maka kalimat selanjutnya juga harus menggunkan kata kerja
berimbuhan me-.
Contoh :

 Bapak menolong anak itu dengan dipapahnya kepinggir jalan (salah)


 Bapak menolong anak itu dengan memapahnya kepinggir jalan (benar)
3. Ketegasan
Ketegasan merupakan suatu perlakuan, penekanan, atau penonjolan terhadap
suatu ide pokok dari suatu kalimat. Untuk membuat penekanan dalam suatu
kalimat, ada beberapa cara yang harus dilakukan, yaitu :

Baca juga: 50+ Contoh Undangan Ulang Tahun Anak-anak, Remaja, Dewasa

a. Meletakkan ide pokok itu didepan kalimat


Contoh :

 Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan pada kesempatan
lain (salah)
 Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini (benar)

b. Membuat rangkaian kata yang bertahap


Contoh :

 Tidsak seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah telah


disumbangkan kepada anak yatim (salah)
 Tidak seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak yatim (benar)

c. melakukan pengulangan kata (repetisi)


contoh : cerita itu benar-benar menari, cerita itu sangat mengharukan
d. melakukan pertentangan terhadap ide pokok
contoh : Anak itu nakal, tetapi baik
e. menggunkan partikel penegasan, seperti partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh : dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
4. Kecermatan
Kecermatan adalah tidak menggunakan kata yang mempunyai banyak makna
atau tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh :

 Siswa kelas 6 yang terkenal itu menerima hadiah (salah)


 Siswa yang terkenal di kelas 6 itu menerima hadiah (benar)

5. Kehematan
Kehematan adalah menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain dengan yang wajar
dan perlu saja. Namun, perlu diingat bahwa tidak menyalahi dengan kaidah tata
bahasa. Penggunaan kata yang berlebihan akan merusak maksud kalimat.
Yang harus diperhatikan dalam penghematan kata, yaitu :

 Menghilangkan pengulangan subjek.


 Menghindari penggunaan kata yang menunjukkan nama taksonomi dan
anggotanya.
 Menghindari sinonim dalam satu kalimat
 Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh :

 Dia memakai topi warna putih (salah)


 Dia memakai topi putih (benar)

6. Kepaduan
Kepaduan adalah menggunkan gabungan kata supaya informasi yang
disampaikan tidak terpecah-pecah dan bisa dipahami.
Yang harus diperhatikan dalam kepaduan kalimat, yaitu :

 Kalimat tidak berkepanjangan dan kagak mencerminkan cara berpikir


yang bukan simetris.
 Kalimat menggunkan bentuk aspek, agen, verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif pesona.
 Kalimat tidak harus menyelipkan kata seperti dari pada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh :

 Makalah ini membahas tentang desain interior pada rumah adat (salah).
 Makalah ini membahas desain interior pada rumah adat (benar).

7. Kelogisan
Kelogisan bisa disebut juga dengan masuk akal atau bisa diterima oleh akal
sehat. Maksud kelogisan dalam kalimat efektif adalah kalimat itu dapat dengan
mudah dipahami, dan penulisannya sesuai dengan EYD.
Contoh :

 Saya mengajar mata kuliah Jurnalistik di kampus (salah).


 Saya mengajarkan mata kuliah Jurnalistik di kampus (benar).

Contoh Kalimat Efektif dan Tidak Efektif

1. Hadirin di persilahkan menempati tempat yang telah di sediakan. (kalimat


tidak efektif)
Hadirin di persilakan menempati tempat yang telah di sediakan. (kalimat efektif)
2. Saya di lahirkan pada bulan pebruari. (kalimat tidak efektif)
Saya di lahirkan pada bulan Februari. (Kalimat efektif)
3. Kepada bapak camat waktu dan tempat kami persilakan. (Kalimat tidak
efektif)
Bapak camat kami persilakan. (Kalimat efektif)
4. Semua orang tau bahwa dia yang mencuri kalung itu. (Kalimat tidak efektif)
Semua orang tahu bahwa dia yang mencuri kalung itu. (Kalimat efektif)
5. Mobil yang diparkir yang diujung itu milik ayahku. (Kalimat tidak efektif)
Mobil yang diparkir di ujung itu milik ayahku. (Kalimat efektif)

Baca juga: Ciri-ciri Pantun dan Contohnya, Pengertian, Jenis, Struktur


[Lengkap]

6. Banyak juga yang menyangka kalau dia itu seorang pahlawan. (Kalimat tidak
efektif)
Banyak juga yang menyangka bahwa dia seorang pahlawan. (Kalimat efektif)
7. Guru-guru sudah pada hadir di rapat itu. (Kalimat tidak efektif)
Guru-guru sudah hadir di rapat itu. (Kalimat efektif)
8. Budi tidak masuk hari ini. Jangan-jangan dia sedang sakit. (Kalimat tidak
efektif)
Budi tidak masuk hari ini. Mungkin dia sedang sakit. (Kalimat efektif)
9. Kejadian kemarin sore itu membuat aku benar-benar menyesal. (Kalimat tidak
efektif)
Sungguh aku sangat menyesal atas kejadian kemarin sore. (Kalimat efektif)
10. Kemarin banyak para karyawan yang melakukan demonstrasi. (Kalimat tidak
efektif)
Kemarin banyak karyawan yang melakukan demonstrasi. (Kalimat efektif)
11. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan. (Kalimat tidak
efektif)
Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan. (Kalimat efektif)
12. Motor yang di parkir yang di ujung itu miliknya. (Kalimat tidak efektif)
Motor yang di parkir di ujung itu miliknya. (Kalimat efektif)
13. Melakukan tindakan baik kepada orang lain adalah merupakan perbuatan
terpuji. (Kalimat tidak efektif)
Melakukan tindakan baik kepada orang lain merupakan perbuatan terpuji.
(Kalimat efektif)
14. Banyak beragam macam jenis-jenis bunga yang di perjual belikan di rumah
Raisa. (Kalimat tidak efektif)
Banyak macam jenis bunga yang di perjual belikan di rumah Raisa. (Kalimat
efektif)
15. Nadia setiap hari belajar dari pagi hingga tengah malam. (Kalimat tidak
efektif)
Nadia setiap hari belajar dari pagi sampai tengah malam. (Kalimat efektif)
16. Penjahat itu bertobat setélah menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya.
(Kalimat tidak efektif)
Penjahat itu bertobat setelah menyadari kesalahannya. (Kalimat efektif)
17. Hanya ini saja yang dapat kuberikan kepadamu. (Kalimat tidak efektif)
Hanya ini yang dapat kuberikan padamu. (Kalimat efektif)
18. Atas perhatiannya saya.mengucapkan terima kasih. (Kalimat tidak efektif)
Atas perhatian Anda, saya ucapkan terima kasaih. (Kalimat efektif)
19. Motor yang diparkir yang di ujung itu miliknya. (Kalimat tidak efektif)
Motor yang di parkir di ujung itu miliknya. (Kalimat efektif)
20. Banyak juga yang mengira kalau dia itu seorang konglomerat. (Kalimat tidak
efektif)
Banyak juga yang mengira bahwa dia seorang konglomerat. (Kalimat efektif)
21. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (Kalimat tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (Kalimat efektif)
22. Bapak menolong anak itu dengan dipapahnya ke tepi jalur. (Kalimat tidak
efektif)
Bapak menolong anak itu memapahnya ke tepi jalur. (Kalimat efektif)
23. Buku itu sudah dibaca oleh saya. (Kalimat tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca. (Kalimat efektif)
24. Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh. (Kalimat
tidak efektif)
Pada zaman dahulu, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh. (Kalimat efektif)
25. Kesehatannya telah pulih kembali. (Kalimat tidak efektif)
Kesehatannya telah pulih. (Kalimat efektif)
Nah, itulah penjelasan mengenai Kalimat Efektif, dari mulai pengertian, syarat-
syarat, ciri-ciri, dan contoh. Semoga dapat menambah ilmu bagi kita semua dan
bisa menjadikan menulis lebih baik lagi.
Pengertian Budaya, Ciri-ciri, Unsur-unsur, dan Wujud »
« Dasa Darma Pramuka dan Tri Satya [Penjelasan Lengkap]
Mirza Muhammad Iqbal :

Related Post

1. 50+ Contoh Undangan Ulang Tahun Anak-anak, Remaja, Dewasa


2. Ciri-ciri Pantun dan Contohnya, Pengertian, Jenis, Struktur [Lengkap]
3. 10 Bagian-bagian Bunga Beserta dengan Fungsinya [Lengkap]

4.penggunaan tanda baca( repitisi)

A. Penggunaan Tanda Baca Titik (.)


1. Yang umum kita ketahui, tanda titik adalah tanda untuk mengakhiri suatu
kalimat. Dan kalimat tersebut tentunya bukan kalimat pertanyaan atau kalimat
seruan.

Contohnya seperti ini :

 Aku seorang Mahasiswa Universitas Terbuka.

 Ayahku pergi ke kantor.

Selain itu, tanda baca titik digunakan untuk akhir kalimat sudah terdapat unsur
tanda titik.

Misalnya seperti ini, "Universitas Terbuka." Jadi tidak digunakan seperti ini,
"Universitas Terbuka.".

Untuk mengakhiri kalimat penggunaan tanda titik, tidak digunakan jumlah tanda
titik lebih dari satu atau tanda titik yang sudah terdapat unsur tanda titik tersebut.

2. Yang kedua, tanda titik sering digunakan tepat di belakang angka ataupun
huruf dalam suatu bagan, daftar atau ikhtisar.

Contohnya seperti ini (perhatikan tanda titik dibelakang angka atau huruf)

A. Penggunaan tanda baca titik

 Mengakhiri suatu kaliamat


 Digunakan di belakang angka/huruf dalam bagan, daftar atau ikhtisar

Dan ada juga penulisan seperti di bawah ini yang benar.

1.1 Patokan

1.2 Isi

Jadi di belakang angka terakhir sudah tidak menggunakan tanda baca titik.

3. Dalam suatu waktu, terdapat jam, menit dan detik. Nah, tanda baca titik juga
berperan sebagai pemisah angka jam, menit dan detik. Contoh : 16.28.1 (jam 6
lebih 28 menit 1 detik)

4. Tanda titik juga digunakan pada daftar pustaka. Perhataikan daftar pustaka
berikut terutama pada penempatan tanda baca titiknya.

Andika, Dwi. (2017). Menjadi Blogger yang Sukses. Modul Pendidikan.

5. Tanda baca titik juga digunakan sebagai kelipatan setiap ribuan pada angka.
Contohnya seperti ini : 40.000 ribu jiwa meninggal dalam sebuah bencana alam.

6. Penggunaan tanda baca titik juga berlaku digunakan sebagai singkatan.


Perhatikan contoh di bawah :

 M. Dwi Andika ("M." kepanjangannya adalah Muhammad)


 Yth. Bapak/Ibu ("Yth." Yang terhormat)

B. Penggunaan Tanda Baca Koma (,)

1. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat yang mengandung unsur


pemiaraan / perincian.

Contohnya :

 Andika merupakan anak yang pandai, pintar dan cerdas.

 Alat sekolah yang dibawa adalah pensil, buku catatan dan penggaris.

2. Pada kalimat majemuk setara, tanda baca koma digunakan sebagai


pemisah induk kalimat dan anak kalimat yang di awali seperti kata tetapi,
kecuali, melainkan dan sedangkan.

Contohnya :

 Ini bukan pacar saya, melainkan pacar teman saya.

 Aku akan membelikan permen, tetapi kamu harus ikut.


3. Tanda baca koma juga digunakan sebagai pemisah anak kalimat yang
mendahului induk kalimatnya.

Contohnya : Kalau ada wifi, aku bisa internetan gratis.

Nah, jika anak kalimat tidak mendahului induk kalimat, maka tidak diperlukan
tanda baca koma sebagai pemisah.
Contohnya : aku bisa internetan gratis kalau ada wifi.

4. Tanda baca koma digunakan jika ada kata ungkapan di awal kalimat yang
bukan awal paragraf (konjungsi antar kalimat). Seperti namun, jadi, dengan
demikian, oleh karena itu dan lain-lain.

Contoh : Dengan demikian, semuanya bisa bahagia.

5. Sebagai pemisah kalimat yang mengandung kata seruan dan sapaan di awal
kalimat tanya. Serta juga kalau ada tanda petikan langsung dalam kalimat
tersebut.

Contoh :

 Wow, kamu hebat!

 Neng, kapan siap nikah sama Abang?

 Kata Abang, "Neng cantik sekali."

Jika ada kalimat dengan tanda petikan langsung di awal kalimat dan disertai
tanda seru atau tanya, maka tidak dibutuhkan tanda koma lagi. Contoh : "Kamu
hebat!" kata mas ganteng.

6. Sebagai pemisah nama alamat (baik provinsi, kota, negara, desa, dll) pada
penulisan alamat.
Contoh : Desa Kedungrejo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk.

7. Tanda koma juga digunakan pada penulisan daftar pustaka, lihat contoh daftar
pustaka di atas tadi.

8. Penggunaan tanda baca koma pada catatak kaki. Silahkan pelajari bab
mengenai catatan kaki dan perhatikan tanda komanya.

9. Sebagai pemisah nama dengan gelar yang dimilikinya. Contoh : Dwi Andika,
Spd.

10. Sebagai penggapit yang dalam tengah kalimat terdapat keterangan tambahan.

Contoh :

 Anak itu, Dwi Andika, sekarang makin ganteng.

 Pelajar Universitas Terbuka, semua semester, besok April mulai masuk.

11. Sebagai pemisah angka desimal atau dengan pecahannya.

Contoh : 5,5 cm

C. Penggunaan Tanda Baca Titik Koma (;)

1. Sebagai pemisah kalimat setara di dalam kalimat di dalam kalimat majemuk


setara.

Contohya : Adik menulis cerpen; Ibu belanja di pasar.


2. Untuk mengakiri kalimat pernyataan yang berupa frasa.

Contoh :

Persyaratan penerimaan menjadi TNI adalah sebagai berikut:

 Sehat jasmani dan rohani;

 Memiliki fisik yang bagus;

 Kewarganegaraan Indonesia.

D. Penggunaan Tanda Baca Titik Dua (:)

1. Digunakan sebagai pengakhir kalimat yang masih mempunyai kalimat


pemerian.

Contoh : Kami berwisata ke Blitar : Pantai Gondomayit, Pantai Tambakrejo dan


Makam Ir. Soekarno.

2. Digunakan pada suatu kata yang memerlukan pemerian.

Contoh :

Nama : Dwi Andika


Kelas : A

Alamat : Nganjuk

3. Tanda baca titik dua juga digunakan pada naskah drama atau dialog.

Contoh :

Ahmad : "Kemana Dwi?"

Andika : "Dwi pulang sebentar."

4. Digunakan pada daftar pustaka pada nama kota dan penerbit. Dan juga
digunakan pada bab atau ayat, serta nomor halaman.

Contoh :

Surah Yasin : 20

E. Penggunaan Tanda Baca Hubung (-)

1. Tanda baca penghubung atau biasa disebut tanda strip, biasa digunakan untuk
menyambung kata yang terpotong karena baris tidak cukup.

Contoh :

Pada suatu hari, ada se-

ekor kelinci.

2. Digunakan sebagai penghubung kata berulang dalam kalimat.


Contoh : Jalan-jalan, anak-anak, tolong-menolong, dll.

3. Sebagai penghubung tanggal dan kalimat yang dieja.

Contoh : 15-08-1997, p-i-n-t-a-r

4. Sebagai pemerjelas kata atau hubungan bagian.

Contoh : Ber-evolusi, lima-puluh ribuan.

Perbedaan, lima-puluh ribuan (50 x 1.000) dan lima-puluh-ribuan (1 x 50.000).

5. Penghubung rangkain kata se- (dengan kata),ke- (angka) dan (angka)-an.

Contoh : Se-Nganjuk, HUT Nganjuk ke-7, anak 90-an.

F. Penggunaan Tanda Baca Pisah ( - )

Hampir sama dengan tanda hubung, penulisan tanda baca pisah agak panjang
dan memiliki spasi antar kata pada kalimat terkait (jika pengetikan) atau dua
tanda hubung tanpa spasi.

1. Sebagai pemisah waktu atau tempat yang mengandung arti sampai.

Contoh : Konser diadakan tanggal 15 - 20 Maret 2017, Nganjuk--Surabaya.

2. Untuk memperjelas kalimat utama.

Contoh : Kemerdekaan itu - hak setiap bangsa - harus dipertahankan.


G. Penggunaan Tanda Baca Tanya (?)

1. Tanda tanya merupakan tanda yang digunakan pada akhir kalimat pertanyaan
atau kalimat yang memerlukana jawaban langsung.

Contoh : Siapa namamu?, apa kamu punya pacar?, dll.

2. Tanda tanya juga digunakan pada kalimat yang belum pasti akan
kebenarannya.

Contoh : Anak itu berumur 18 tahun (?).

H. Penggunaan Tanda Baca Seru (!)

1. Tanda seru biasa digunakan sebagai pengakhir kalimat perintah atau seruan
yang menggambarkan emosi atau kesungguhan.

Contoh : Merdeka!, Pulang Sekarang!

I. Penggunaan Tanda Baca Elipsis (...)

1. Digunakan dalam kalimat yang terputus-putus yang menunjukan dalam


kalimat tersebut ada bagian yang dihiangkan.

Contoh : Uang yang kita punya ... masih kurang.

Untuk penggunaan tanda elipsis di awali dengan spasi dan juga di akhiri spasi.

J. Penggunaan Tanda Baca Petik (" ")

1. Sebagai ungkapan atau kutipan langsung pada suatu kalimat.


Contoh : "Ayo kita nikah," kata pacarku.

2. Dalam suatu puisi, karangan atau buku, tanda petik digunakan untuk
menunjukan judul.

Contoh : Saya sedang membaca "Penggunaan Tanda Baca Menurut EYD".

3. Digunakan untuk menandai kata asing atau khusus yang memiliki arti pada
suatu kalimat.

Contoh : Karena terdapat monster dalam tubuhnya, ia disebut "Jhincuriki".

K. Penggunaan Tanda Baca Petik Tunggal (' ')

1. Digunakan untuk menggapit kalimat dalam petikan lain.

Contoh : "Aku akan memanggilmu 'bro', lalu keluarlah", kata dia.

2. Untuk menunjukan makna ungkapan.

Contoh : 'paling' pintar.

3. Digunakan untuk kata asing atau makna asing.

Contoh : Beautiful 'cantik'.

L. Penggunaan Tanda Baca Kurung ( () )

1. Digunakan untuk memberi tambahan keterangan atau penjelasan kata dalam


suatu kalimat.
Contoh :

Indonesia memiliki SDA (Sumber Daya Alam) yang melimpah.

Di Tanjunganom (salah satu kecamatan di Nganjuk) ada tragedi pembunuhan


berantai.

Cari bagian gambar yang hilang (lihat gambar no 2) pada gambar tersebut.

2. Digunakan untuk kata yang sebenarnya dihilangkan.

Contoh : Blogger keren itu berasal dari (kota) Nganjuk.

3. Tanda kurung juga digunakan untuk angka yang mengawali kalimat perincian.

Contoh : Agar menjadi Blogger sukses kita harus (1) niat, (2) tekun, (3) berdoa.

Contoh lain :

1) Niat

2) Tekun

3) Berdoa

M. Penggunaan Tanda Baca Kurung Siku ([])

1. Digunakan untuk menggapit kata atau huruf dalam kalimat sebagai koreksi
kesalahan atau kekurangan pada naskah aslinya.

Contoh : Ia memberikan bunga [kepada] kekasihnya.


2. Digunakan sebagai pemerjelas kalimat dalam tanda kurung.

Contoh : Suatu dampak negatif yang diberikan HP (dampak positif telah


dijelaskan di BAB I [llihat halaman 3]) telah menyebar luas di kehidupan.

N. Penggunaan Tanda Baca Garis Miring (/)

1. Penggunaan tanda baca garis miring, biasa sering kita jumpai sebagai kata
pengganti atau, tiap dan ataupun.

Contohnya : Leptop/komputer, /jam, dan lain-lain.

2. Digunakan juga sebagai penanda nomor pada surat serta alamat surat.

Contoh : 2/RPL/2015

O. Penggunaan Tanda Baca Apostrof (')

1. Tanda baca apostrof atau tanda penyingkat pada kata atau angka, contoh
penggunaan tanda bacanya adalah sebagai berikut :

 Dia 'kan anakku (dia bukan anakku)

 Kiriman 'lah tiba (kiriman telah tiba)

 15 Agustus '97
5.konvensi
Dalam ilmu sastra, konvensi sastra merupakan ketentuan-ketentuan yang
membentuk format pada karya sastra menjadi sedemikian rupa.
Misalnya, sajak pantun yangberima a-b-a-b merupakan sebuah konvensi, karena
terbentuk berdasarkan tradisi masyarakat Melayu Kuno yang diturunkan secara
lisan dari generasi ke generasi (peraturan tidak tertulis).[2]

6.Perwajahan
memiliki 1 arti. Perwajahan berasal dari kata dasar wajah. Perwajahan
memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga perwajahan dapat
menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang
dibendakan.

BERIKUT ADALAH ARTI, MAKNA, DAN PENGERTIAN DARI


"PERWAJAHAN":
PERWAJAHAN /PER-WA-JAH-AN/
Dasar: wajah
Bidang: -
Jenis: -
Kelas: nomina
Ragam: -
Lain: -
Arti: Perwajahan berarti perihal pemberian corak dan motif pada kulit buku,
halaman muka, dan sebagainya: rancanglah perwajahan yang bagus pada kulit
majalah itu, agar betul-betul menarik

7. Abstrak dengan ketentuannyadengan sistematika KI


Menjadi seorang akademisi memang tidak lepas dari struktur dan cara penulisan
yang baik baik itu dalam bangku SMA maupun kuliah. Salah satu hal yang
sering digunakan dalam kegiatan akademini baik itu untuk karya tulis ilmiah
atau KTI dan tugas akhir.
Cara membuat abstrak merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan
dalam penulisannya. Cara membuat abstrak sendiri empunyai kaidah dalam
penulisannya.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam menentukan isi dari karya tulis
ilmiah atau KTI yang dibuat atau bahkan sebagai penggambaran terkait dengan
keseluruhan penelitian pada skripsi yang dibuat.
Abstrak sendiri merupakan salah satu unsur penting dalam dalam struktur
penulisan karya tulis ilmiah. Beberapa perlombaan karya tulis akan melihat
contoh abstrak dari setiap proposal penelitian ataupun KTI yang diajukan. Jika
Abstak yang dibuat dapat menarik hati para juri untuk membaca lebih lanjut isi
KTI kamu.
Maka, dapat dipastikan bahwa tulisan abstrak yang kamu buat telah memenuhi
dalam kaidah cara membuat abstrak yang baik dan benar.
DAFTAR ISI

 Definisi dan Pengertian Abstrak


 Fungsi Abstrak

o 1. Komponen Utama Laporan Hasil Penelitian

o 2. Gambaran Umum Mengenai Isi Laporan Penelitian

o 3. Bahan Pertimbangan Bagi Pembaca

 Cara Membuat Abstrak Karya Tulis Ilmiah

o Kaidah Penulisan Abstrak

 1. Latar Belakang

 2. Metode Atau Pendekatan Masalah

 3. Hasil Penelitan

 4. Kesimpulan

o Cara Menulis Abstrak

 Jumlah Kata
 Jarak Antar Baris

 Penulisan Bahasa Asing

 Jumlah Paragaraf

 Bahasa

 Kata kunci

 Penulisan Singkat, Padat, dan Jelas

 Contoh Abstrak Penelitian

o Contoh Abstrak Tugas Akhir Akuntansi

o Contoh Abstrak Tugas Akhir Teknik Elektro

o Contoh Abstrak Tugas Akhir Teknik Mesin

o Contoh Abstrak Laporan Penelitian

o Contoh Abstrak Bahasa Inggris

Definisi dan Pengertian Abstrak


Sumber: self-publishingschool.com
Secara umum, Abstrak merupakan tulisan sederhana yang tidak terlalu panjang
dengan jumlah kata yang telah dibatasi. Penulisan abstrak merupakan
rangkuman atau intisari dari dari sebuah Karya Tulis Ilmia, Paper, Tugas Akhir
atau Skripsi. Cara membuat abstrak mencakup keseluruhan dari penelitian yang
dilakukan sebagai bahan tinjauan umum bagi orang lain.
Didalam dunia akademisi maupun penelitian penulisan abstrak merupakan
tulisan singkat yang mencakup secara menyeluruh kegiatan dan aktivitas untuk
mengatasi permasalahan dan memberikan solusi yang sesuai dengan
permasalahan yang di teliti.
Abstrak biasanya dibuat dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris (bahasa general)
dan bahasa ibu tempat laporan penelitian atau pun karya ilmiah tersebut dibuat.
Penggunaan dua bahasa ini dimaksudkan agar karya ilmiah atau pun laporan
penelitian dapat digunakan baik oleh orang-orang yang berasal dari negara
tempat laporan penelitian tersebut dibuat, maupun oleh orang-orang yang berasal
dari negara di luar tempat laporan penelitian tersebut dibuat.
Namun, para akademisi dan peneliti dari seluruh bumi mampu membaca
penelitian yang telah kamu buat dengan hanya berdasar contoh abstrak karya
ilmiah yang telah kamu buat. Dengan demikian, penelitian yang telah kamu buat
dapat menjadi rujuakan untuk penelitian orang lain yang mempunyai permasalah
yang sama namun berbeda kasus.
Fungsi Abstrak
sumber: dentosca.com
Dalam dunia penelitian, setiap contoh abstrak yang akan dibuat oleh mahasiswa
ataupun penelitih yang mendalami bidak akademik perlu mengetahui fungsi dari
abstrak itu sendiri. Hal ini agar kamu paham bahwasanya conoth abstrak karya
tulis ilmiah yang dibuat dapat dipahami oleh orang yang menjadikan karya tulis
ilmiah yang kamu buat dapat dipahami dengan baik.
Fungsi dasar dari contoh abstrak sebagai berikut :
1. Komponen Utama Laporan Hasil Penelitian
Abstrak merupakan salah satu komponen yang wajib disertakan dalam semua
penlitian yang dibuat. Hal ini berfungsi sebagai rujukan kepada pembaca
bahwasanya contoh penulisan abstrak yang kamu buat sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh orang yang akan mengabil rujukan penelitian dari karya tulis
ilmiah yang kamu buat.
2. Gambaran Umum Mengenai Isi Laporan Penelitian
Fungsi abstrak karya tulis dalam penelitian ialah sebagai gambaran umum yang
terdapat dalam isi laporan penelitian. Dengan adanya abstrak seseorang yang
membaca hasil karya tulis ilmiah yang telah kamu buat akan dapat dengan
mudah dipahami tanpa haru membaca keseluruan isi penelitian yang telah kamu
buat.
3. Bahan Pertimbangan Bagi Pembaca
Fungsi berikutnya dari penulisan abstrak adalah sebagai bahan pertmibangan
dalam mengambil rujukan dalm penelitian yang akan dilakukan. beberpa para
penbeliti yang akan melakukan penelitian. Perlu melakukan rujukan terkait
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan memiliki bentuk penelitian
yang sejenis.
Maka, dengan adanya contoh penulisan abstrak yang telah dibuat akan
memudahkan para peneliti dalam mengambil rujukan yang sesuai dengan
penelitian mereka.

BACA JUGA Contoh Daftar Pustaka, Cara Penulisan, Kaidah, Serta Cara
Membuat Daftar Pustaka

Cara Membuat Abstrak Karya Tulis Ilmiah


sumber: nu.or.id
Dalam pembuatan abstrak yang benar dan sesuai kaidah terdapat kaidah umum
yang harus dipenuhi oleh para peneliti dalam cara membuat abstrak. Sehingga,
hal -hal yang diharapakan oleh orang yang menjadikan penelitian kamu sebagai
rujukan dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Kaidah Penulisan Abstrak
Beberapa kaidah dalam contoh penulisan abstrak yang perlu dipahami saat akan
membuat abstrak antara lain :
1. Latar Belakang
Kaidah pertama yang harus dipenuhi saat akan membuat abstrak adalah dengan
memasukkan latar belakang dari permasalahan serta latar belakang yang
dihadapi oleh peneliti. Dengan adanya latar belakang peneliti akan mencari
solusi untuk menyelesaikan permasalah yang menjadi latar belakang penelitian
yang dilakukan.
2. Metode Atau Pendekatan Masalah
Menjabarkan secara ringkas dan padat jenis metoode penelitan yang dilakukan
dalam melakukan penelitian. Dengan demikian, peneliti akan mengetahui
bagaimana cara dan langkah yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
3. Hasil Penelitan
Menjabarkan hasil penelitian yang dilakukan pun menjadi kaidah yang harus
dijabarkan terkait dengan penelitian yang dilakukan. Hal ini akan menjadi salah
satu rujukan yang akan diperhatikan oleh pembaca terkait penelitian yang
dilakukan terkait latar belakang yang dihadapi dengan menggunakan metode
yang dupakai apakah dapat menyelesaikan permasalahan yang diteliti.
4. Kesimpulan
Kesimpulan mejadi penutup didalam kaidah cara membuat abstrak yang baik.
Dengan melampirkan kesimpulan akan dapat diketahui bahwasanya penelitian
yang telah dilakukan apakah dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Cara Menulis Abstrak
sumber: academicindonesia.com
Setelah mengetahui kaidah umum dalam penulisan abstrak, berikutnya adalah
cara membuat abstrak yang baik dan benar. Sehingga, orang yang membaca
abstrak yang telah kamu buat dapat dengan mudah dipahami. beberapa hal yang
perlu dipahami didalam cara membuat abstrak adalah :
1. Jumlah Kata
Cara penulisan abstrak yang pertama adalah jumlah kata maksimal
adalah 250 kata. jumlah demikian merupakan aturan umum yang perlu
dipahami oleh setiap peneliti. 250 kata bukan mejadi jumlah yang mutlak
terpenuhi. Namun, aturan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah
jumlah kata yang digunakan dalam penulisan abstrak adalah berkisar
antara 150 samapi 150 suku kata.
2. Jarak Antar Baris
Setelah mengetahui jumlah kata yang diperlukan selanjutnya mengetahui
bahwa spasi penulisan antar baris dalam cara membuat abstrak adalah
spasi 1 (single spacing). Hal ini bertujuan untuk memadatkan abstrak
yang dibuat serta dapat mencakup abstra bahasa indonesia dan abstrak
bahasa Inggris dalam satu halaman.
3. Penulisan Bahasa Asing
Penggunaan bahasa asing dalam abstrak yang dibuat harus dicetak miring
dalam penulisannya. Dengan penulisan bahasa asing tidak hanya
mencakup bahasa Inggris tetapi juga bahasa ilmiah yang akan ditulis
dengan dalam penulisan abstrak.
4. Jumlah Paragaraf
Contoh abstrak karya tulis ilmiah yang ada terdiri dari tiga paragraf. Hal
ini merupakan ketentuan umum yang dibuat dalam cara penulisan abstrak
yang baik. Setiap cara membuat abstrak yang dibuat terdiri dari :
Paragraf pertama memuat : judul penelitian, rumusan masalah, latar
belakang dan tujuan penelitian.
Paragraf kedua memuat : metode penelitian, teknik analisa data, landasan
teori.
Paragraf ketiga memuat : hasil atau kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian yang sudah dilakukan.
5. Bahasa
Dalam Penulisan Abstrak Bahasa yang digunakan adalah bahasa induk
dan bahasa global. Dalam hal ini bahasa induk adalaha bahasa Indonesia
dan bahasa global alaha bahasa Inggris yang digunakan sebagai bahasa
penulas abstrak.
6. Kata kunci
Pada akhir cara membuat abstrak diberikan kata kunci yang terkait
dengan penelitian yang dilakukan. Jumlah kata kunci yang diberikan
sekitar 3 sampai 5 kata yang dipisahkan dengan tanda koma (,).
7. Penulisan Singkat, Padat, dan Jelas
Didalam penulisan abstrak yang akan dibuat perlu memnulis abstrak
yang singkat, padat, dan jelas. Sehingga, jumlah kata yang digunakan
tidak boros. Serta, poin yang ingin dibahas didalam setiap paragraf yang
dibuat tidak keluar dari penulisan abstrak yang baik dan benar.

8.Rancangan proposal pada bab 1


A. HALAMAN JUDUL
Halaman judul memuat : judul, jenis laporan, lambang Perguruan Tinggi, nama
dan NIM, nama jurusan, nama program studi, nama perguruan tinggi dan tahun
pengajuan.
1. Judul Usulan Penelitian : Judul hendaknya dibuat singkat dan jelas,
menggambarkan konsep dan topik dari penelitian dan menggambarkan
adanya keterkaitan antara variable, lokasi penelitian dan tahun penelitian.
Diketik dengan menggunakan huruf kapital, tidak boleh disingkat dan
format ketikan dalam bentuk piramida terbalik ( V ).
2. Jenis Laporan : Jenis laporan adalah usulan penelitian.
3. Lambang Institusi Perguruan Tinggi
4. Nama mahasiswa dan NIM
5. Nama Jurusan
6. Nama Program Studi
7. Nama Perguruan Tinggi
8. Tahun Pengajuan : Tahun pengajuan adalah tahun dimana usulan
penelitian tersebut diajukan
B. HALAMAN PERSETUJUAN
Halaman persetujuan memuat : judul usulan penelitian, persetujuan dosen
pembimbing beserta tanda tangan dan waktu persetujuan
C. DAFTAR ISI
Daftar Isi merupakan daftar yang menunjukkan isi bagian-bagian dalam skripsi
maupun sub-sub bagiannya beserta nomor halamannya.
D. ISI
Dibagian isi terdiri dari beberapa bab dan dari beberapa bab tersebut masih
terdapat beberapa sub bab.
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang memuat: gambaran tema permasalahan di lokasi penelitian yang
akan dibahas dan berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan, diuraikan
dari masalah yang luas ke arah masalah yang khusus. Oleh karena itu diperlukan
data studi awal di lokasi tempat penelitian.
Ada 4 kriteria latar belakang yang baik:
1. Adanya “seriousness of problem”,
2. Adanya “sense of urgency” ( masalah yang harus segera ditangani
3. Adanya “political will” (kebijaksanaan dari organisasi atau politis
4. Adanya “manage – ability” ( direkomendasikan oleh pihak manajemen ).
Latar belakang ini juga harus mampu menjawab pertanyaan “mengapa memilih
topik tersebut”
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang tegas dan
jelas, serta menggambarkan arah hubungan antar dua variabel atau lebih.
Misalnya adakah, apakah, bagaimanakah, dan lainnya.
3. Batasan Masalah
Batasan masalah adalah pembatasan ruang lingkup yang dilakukan dalam
penelitian, dimana pembatasan tersebut meliputi: tema/topik, area atau wilayah
yang diteliti, sumber informasi, lokasi penelitian serta waktu penelitian
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian meliputi :
a. Tujuan Umum ; Meliputi tujuan yang akan dicapai secara menyeluruh yang
dapat menjawab tema / judul penelitian
b. Tujuan Khusus ; Meliputi jabaran atau rincian dari tujuan umum secara
operasional sesuai dengan perumusan dan pembatasan masalah. Tujuan khusus
akan menggambarkan hasil dan pembahasan yang akan diperoleh dari penelitian
ini.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian meliputi: 1) manfaat bagi pengguna (user), 2)
pengembangan keilmuan dan 3) bagi peneliti, sehingga scara khusus hasil
penelitian memberikan masukan bagi si peneliti, masyarakat, instansi terkait dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta diharapkan dapat dijadikan
pertimbangan sebuah kebijakan
6. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian mencerminkan kemampuan mahasiswa untuk menelusuri
dan mengidentifikasi penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian
yang dilakukannya.Setiap penelitian dilakukan dalam konteks lingkungan yang
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sekalipun penelitian tersebut
merupakan replikasi penelitian sebelumnya. Pernyataan tentang keaslian
penelitian meliputi identifikasi persamaan penelitian sebelumnya yang sangat
relevan dan perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukannya.
Perbedaan dan persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu dapat
meliputi : kerangka teori, penerapan teori dalam situasi spesifik atau populasi
khusus atau generalisasi teori pada populasi yamg lebih luas, kerangka konsep,
rancangan penelitian, instrument penelitian, dan teknik analisis atau pemodelan
data. Penyajiannya dapat dalam bentuk matriks persamaan dan perbedaan
penelitian sebelunya.

Anda mungkin juga menyukai