Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK 7

ARTI MORFEM IMBUHAN, MORFEM ULANG, DAN MORFEM


KONSTRUKSI MAJEMUK
Dosen pengampu: Ermawati. S, S.Pd., M.A.

Budi kurniawan 186210229


Fira Salsa Arifannisya 186210740
Intan Nurholizah 186210198
Renni Afni 186210726
Sarini 186210012
A. Arti Morfem Imbuhan

Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna


(Abdul Chaer 2008: 13). Pengertian imbuhan menurut KBBI
adalah bubuhan (yang berupa awalan, sisipan, akhiran) pada kata
dasar untuk membentuk kata baru.

Menurut Masnur (2010: 66), arti morfem imbuhan ini bukanlah


arti suatu kata dalam kamus, arti leksikal, tetapi arti sebagai
akibat bergabungnya morfem satu dengan yang lain, arti
struktural atau arti gramatikal.
Berikut ini pembagian arti morfem-morfem
imbuhan yang terdapat dibahasa indonesia
1. Morfem Imbuhan {meN-}

2. Morfem Imbuhan {ber-}

3. Morfem Imbuhan {di-}

4. Morfem Imbuhan {ter-}

5. Morfem Imbuhan {peN-}

6. Morfem Imbuhan {pe-}

7. Morfem Imbuhan {per-}

8. Morfem Imbuhan {se-}


9. Morfem imbuhan {ke-}

10. Morfem Imbuhan {-kan}

11. Morfem Imbuhan {-i}

12. Morfem Imbuhan {-an}

13. Morfem Imbuhan {-wan}

14. Morfem Afiks {-el-}, {-er-}, {-em-}

15. Morfem Imbuhan {ke-an}


16. Morfem Imbuhan {peN-an} 17. Morfem Imbuhan {per-an}

19. Morfem Afiks {meN-kan} 18. Morfem Imbuhan {-an}

20. Morfem Afiks {meN-i} 21. Morfem Afiks {se-nya}

22. Morfem Afiks {-isme}, {(is)asi}, {-logi}


Berikut ini diuraikan arti morfem-morfem imbuhan yang terdapat dibahasa
indonesia:

1. Morfem imbuhan {meN-}

Arti morfem imbuhan {meN-} sangat bergantung pada kelas kata bentuk
dasarnya, apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja imbuhan {meN-}
mempunyai arti melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk
dasarnya. Arti itu, misalnya terdapat pada kata membaca, menulis, dan
sebagainya. Secara rinci arti morfem afiks {meN-} diklasifikasikan berikut:

a. Melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya


kata mengambil berarti ‘melakukan tindakan ambil’.

b. Menjadi seperti tersebut dalam bentuk dasar ‘ atau ‘ dalam keadaan


seperti bentuk dasar. Contoh nya melarut berarti‘menjadi/dalam keadaan
larut’.
c. Membuat kesan seperti pada bentuk dasar dengan sengaja.
Contohnya mengalah berarti ‘membuat kesan kalah dengan sengaja’.

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, imbuhan


{ meN-} mempunyai kemungkinan arti sebagai berikut :
‘ pergi ke... ‘ atau ‘ menuju ke... ‘ misalnya : mendarat
berarti ‘menuju kedarat ‘.

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, imbuhan


{meN-} mempunyai arti seperti dideskripsikan berikut ini:
‘menjadi seperti bentuk dasar dengan sendirinya’. Contohnya
menguning (padi) berarti ‘menjadi kuning dengan
sendirinya’.

Arti awalan {meN-}, bila bergabung dengan bentuk berkelas


kata bilangan (Numeralia), adalah ‘menjadi seperti dalam
bentuk dasar’. Contohnya menyatu berarti ‘menjadi satu’.
2. Morfem Imbuhan {ber-}

Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {ber-} dikelompokkan


menjadi empat kelas:

a. Kelas kata kerja


‘dalam keadaan seperti bentuk dasar’. Contohnya: berada berarti
‘dalam keadaan ada’.
b. Kelas kata benda
‘memakai’ atau ‘mengenakan’. Contohnya: bersepatu berarti
‘memakai atau mengenakan sepatu’.

c. Kelas kata sifat, imbuhan {ber-} mempunyai arti ‘dalam keadaan’.


Contohnya: berduka, bersedih, bergembira dan lainnya.

d. Kelas kata bilangan, imbuhan {ber-} mempunyai arti ‘menjadi’


kumpulan yang terdiri atas jumlah yang tersebutpada bentuk dasar.
Contohnya: bersatu berarti’ kumpulan yang terdiri atas satu, berdua,
berlima dan sebagainya.
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat,imbuhan {ber-} mempunyai arti
‘dalam keadaan’, misalnya berduka, bersedih, bergembira dan masih banyak
lagi.

3. Morfem Imbuhan {di-}


Arti imbuhan {di-} hanya satu yaitu ‘menyatakan suatu tindakan
yang pasif’. Misalnya diambil, diangkat, disiram , dibayar, dan
sebagainya.

Menurut KBBI : Pasif artinya bersifat menerima saja, tidak giat; tidak aktif;
4. Morfem Imbuhan {ter-}
Bentuk dasar yang dapat bergandeng dengn imbuhan {ter} adalah bentuk
dasar yang berkelas kata kerja, kata sifat, dan kata benda.

Bila awalan {ter-} melekat pada kelas kata benda, makna yang timbul
adalah sebagai berikut: ‘tak sengaja di ( seperti bentuk dasar)’ :
tercangkul ‘tak sengaja dicangkul’;

Apabila bentuk dasrnya berkelas kata kerja, maka imbuhan


{ter-} mempunyai beberapa kemungkinan arti diantaranya:
‘menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak sengaja’,
misalnya tersentuh, tertiup, tergeret, terganggu.
5. Morfem Imbuhan {peN-}

Arti morfem imbuhan {peN} sangat ditentukan kelas kata bentuk dasarnya. Bentuk
dasar yang dapat bergabung dengan {peN-} ialah bentuk dasr yang berkela kata
kerja, kata sifat, dan benda.
Kata kerja : pengarang ‘orang yang (biasa) melakukan mengarang’;
Kata sifat: periang ‘yang mempunyai sifat riang’
Kata benda : perokok ‘orang yang biasa merokok’

6. Morfem Imbuhan {pe-}

Pada penggalan terdahulu telah dijelaskan bahwa morfem imbuhan {pe-}


mempunyai kesejajaran dengan morfem imbuhan {ber-}, sedangkan morfem
imbuhan [peN-} mempunyai kesejajaran dengan morfem imbuhan {meN-}.
Pernyataan itu dapat dibuktikan dengan deretan contoh berikut:
Pelari ‘orang yang berlari’
Penulis ‘orang yang menulis’
oleh sebab itu, kedua morfem imbuhan ini, {pe-} dan {peN-}, perlu dibedakan.
7. Morfem Imbuhan {per-}

Morfem imbuhan {per-} dapat bergabung dengan bentuk dasar yang berkelas
kata benda, bilangan, dan sifat. Apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata,
{per-} mempunyai arti ‘menjadikan (objek) sebagai ‘atau’ memperlakukan
(objek) sebagai’ ;sedangkan apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata
bilangan, imbuhan {per-i mempunyai arti ‘membuat jadi’; dan apabila
bergandng dengan bentuk dasr yang berkelas kata sifat, {per-} mempunyai arti
‘membuat jadi lebih’. Contohnya:
Peristri ‘menjadikan (objek) sebagai istri’;
Perbudak ‘memperlakukan (objek) sebagai budak’;
Pertiga ‘membuat jadi tiga’
Perdalam ‘membuat jai lebih dalam’

8. Morfem Imbuhan {se-}

Morfem imbuhan {se-} bisa bergandeng dengan bentuk dasar yang berkelas
kata benda, misalnya sekelas, sekepala, sedesa, dan sebagainya.
9. Morfem Imbuhan {ke-}
Pada umumnya, morfem imbuhan {ke-} melekat pada bentuk dasar yang berkelas
kata bilangan (kesatu, ketiga, kesembilan}. Adda juga yang melekat pada bentuk
dasar selain kata bilangan, misalnya ketua, kerangka, kekasih dan kehendak.

10. Morfem Imbuhan {-kan}


Morfem {-kan} bisa melekat pada kata benda; misalnya artikan, kanfaskan,
bukukan. Tentu bisa dengan kata kerja, misalnya kerjakan, berikan, bacakan,
rebahkan, belikan. Dengan kata sifat pun, -kan bisa melekat; misalnya hitamkan,
putihkan, licinkan, dan grogikan.

11. Morfem Imbuhan {-i}

Morfem {-i} biasanya bergandeng dengan bentuk dasar kompleks yang berkelas
kata kerja dan biasanya mempunyai kemungkinan arti berikut:
Menyatakan bahwa’tindakan yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan
berulang-ulang’, misalnya: melempari ‘melempar berulang-ulang’
12. Morfem Imbuhan {-an}
Morfem imbuhan {-an} dapat bergabung dengan bentuk dasar kata benda,
kata kerja, kat sifat, dan kata bilangan.
Kata benda : meteran ‘tiap-tiap meter’
Kata kerja : tangkapan ‘hasil menangkap’
Kata sifat : kotoran ‘yang kotor’

13. Morfem Imbuhan {-wan}


Morfem imbuhan {-wan} dapat melekat pada bentuk dasar berkelas kata
benda, misalnya sejarawan, negarawan, hartawan, dwibahasawan.

14. Morfem Afiks {-el-}, {-er-}, {-em-}

Selama ini, hampir semua pembahas bahasa indonesia menulis bahwa


sisipan (morfem infiks) adalah alat afiksasi; dan afiksasi adalah salah satu
jalan proses morfologis. Bentuk telunjuk, misalnya berarti ‘jari tangan yang
bisa digunakan untuk menunjuk’ seperti diketahui, bentuk itu merupakan
hasil proses afiksasi –el- + tunjuk. Bentuk dasar tunjuk bermakna ‘hal
menunjuk’.
15. Morfem Imbuhan {ke-an}
Bentuk dasar yang dapat dilekati morfem imbuhan {ke-an} pada umumnya berkelas kata
kerja, benda, sifat dan bilangan. Dua contoh untuk konstruksi “ke-an + kata bilangan”
adalah kesatuan dan kesebelasan. Makna kesatuan adalah ‘hal (ber) satu’ dan makna
kesebelasan ‘kelompok yang berjumlah sebelas.

16. Morfem Imbuhan {Pen-an}


Morfem {peN-an} bisa bergabung dengan kata benda, (penghargaan,pengairan,
penamaan) kata kerja (pengajaran, pendidikan, penghabisan), kata sifat (pengadilan,
pemutihan, pengasingan), kata bilangan (penyatuan),

17. Morfem Imbuhan {per-an}


Setelah melekat pada bentuk dasarnya, morfem imbuhan {per-an} mempunyai tiga arti
menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan aapa yang tersebut pada bentuk dasar’
misalnya : perekonomian ‘hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi’, menyatakan
‘hal atau hasil dari suatu tindakan yang tersebut pada bentuk dasr’, misalnya:
perkembangan ‘hal berkembang’. Mmenyatakan ‘kumpulan’aatau ‘daerah’, misalnya:
pertokoan ‘daerah toko’.
18. Morfem Imbuhan 19. Morfem Imbuhan
{ber-an} Dalam faktanya,
{meN-kan}

Bentuk dasar yang {meN-kan} bisa


bergabung dengan
dapat bergabung kata kerja, misalnya:
dengan morfem melaksanakan,
mengirimkan,
imbuhan {ber-an} mengerjakan,
adalah bentuk dasar menjalankan;
dengan benda,
yang berkelas kata misalnya:
kerja saja. Misalnya mengindahkan,
membahagiakan,
bepukulan ‘saling dan dengan kata
memukul bilangan, misalnya:
menyatakan.
20. Morfem Afiks 21.Morfem Afiks 22. Morfem Afiks
{meN-i} {se-nya} {-isme}, {(is)asi},{-logi}

Makna {-isme} adalah


Sebagai konfiks,
Konfiks ini ‘apaham, aliran, sifat,;
morfem {meN-i} misalnya:
melekat pada kata
klobotisme,bapakisme,g
dapat bergabung sifat, misalnya: olkarisme. Morfem {-
dengan kata benda sepenuhnya,sewaja (is)asi} bisa bermakna
rnya; dengan kata proses atau peN-
misalnya: memusuhi, kerja, misalnya: bentukdasar-
menempati, mewakili; seadanya,sebalikn an’;misalnya
dengan kata kerja, ya;semulanya; helmisasi,lelenisasi,
dengan kata tiwulisasi. Yang
misalnya: mengawini, tugas,misalnya: bermkana ‘proses
penghelman’ dan lain-
menulisi dan kata sifat, seandainya,
lain. Sementara, {-
misalnya: menyukai,
sebelumnya,semest logi}berarti ‘studi Jawa’
inya,sesungguhnya balinologi ‘studi
mematuhi dan , /pengkajian tentang
menikmati. Jawa’.
B. Morfem ulang
Morfem ulang bahasa Indonesia dapat membentuk kata dengan bentuk dasar
yang berkelas kata kerja, benda dan  sifat. Di samping itu morfem ulang ini ada
juga yang berkombinasi dengan  morfem imbuhan dalam  membentuk suatu
(Muchlish, 2010:89). Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka
morfem ulang mempunyai beberapa kemungkinan arti diantaranya:
a)      Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan
berulang-ulang’ misalnya :
Memukul-mukul                         “memukul berulang-ulang”
b)      Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan
oleh dua pihak dan saling mengenai / berbalasan’ misalnya :
Bantu-membantu                       “saling membantu”
c)    dan sebagainya.

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda maka morfem ulang mempunyai
beberapa kemungkinan arti yaitu :
a.       Menyatakan ‘banyak’ misalnya :
Kemajuan-kemajuan                    “banyak kemajuan”
b.      Menyatakan ‘meskipun’ misalnya :
Beras-beras (dimakannya)                       “meskipun beras (dimakannya)
Berkelas kata sifat, Contohnya Artinya
Menyatakan ‘lebih… lagi’, Cepat-cepat           “lebih cepat lagi”  

Berkombinasi dengan Kehijau-hijauan                “agak hijau”


{ke-an} menyatakan
‘agak’
Meskipun seperti bentuk Jelek-jelek   (dia sangat pintar) 
dasar’ :

Dikombinasi dengan {se- Sekecil-kecilnya    “tingkat yang paling


nya} menyatakan ‘tingkat kecil”
yang paling tinggi

Pengertian kombinasi antara morfem ulang dan imbuhan seperti


yang disebutkan diatas tidaklah mempunyai arti sendiri-sendiri
tetapi mendukung satu arti. Jadi berdasarkan contoh diatas
disamping terdapat morfem ulang, terdapat juga morfem {ulang-
an}, {ber-ulang-an}, dan {se-Ulang-nya}.
                                     
C.    Morfem konstruksi majemuk
Secara sederhana, kata majemuk bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok,
antara lain:
·         

1.      Kelompok pertama beranggotakan kambing hitam, Kata


majemuk pada kelompok pertama lepas sama sekali dari arti
unsur-unsurnya.

2.      Kelompok kedua beranggotakan rumah  makan, rumah akit,


dan seterusnya.Kata majemuk pada kelompok kedua ini salah satu
unsurnya masih memiliki arti unsur aslinya. Misal istri muda tidak
sama dengan istri yang muda.

3.      Kelompok ketiga beranggotakan tua renta, tua


bangka, gelap gulita, dendam kesumat, hitam legam,
malam  kelam, dan  seterusnya.
Kata majemuk pada kelompok ketiga mempunyai unsur yang unik atau
morfem unik. Morfem yang bergandengan dengan morfem unik ada dua
jenis  yaitu,
a.       Berejnis kata kerja
Apabila morfem unik mengikuti morfem yang berjenis kata kerja,maka
morfem unik itu berarti ‘frekuensi kuantitatif’. Misalnya lalu lalang dan
simpang siur.
b.      Berjenis kata sifat
Apabila morfem unik mengikuti morfem yang berjenis kata sifat,maka
morfem unik itu berarti ‘intensitas kualitatif’. Misalnya gelap gulita,
muda belia, dan sunyi senyap.

Anda mungkin juga menyukai