NIM: 2019112030
MATERI 1
· Bentuk terikat adalah tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam kedudukannya sebagai
kalimat maupun sebagai kata yang menjadi unsur pembentuk kalimat.
Contoh: antara bentuk urus- dan –an = urusan
· bentuk unik adalah bentuk yang sangat terikat dan tidak bisa berdiri sendiri.
Contohnya kata “balau” = kacau balau
Afiks produktif {ke-an} adalah morfem afiks yang terus-menerus mampu membentuk
kata-kata baru.
Afiks tak produktif {-em-},{-el-},dan {-er-} adalah morfem afiks yang sudah tidak
mampu lagi membentuk kata-kata baru.
Contoh: kata dasar atau kata sebenarnya, misalnya: {ingin}, {yang}, {maju}, {sukses}.
Yang keempat pembahasan masalah jenis morfem ini diarahkan pada asal morfem itu
sendiri. Berdasarkan sumbernya morfem bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas morfem
yang berasal dari bahasa Indonesia asli, yang dibicarakan disini hanyalah morfem terikat
yang berupa afiks sebab morfem jenis terakhir ini sangat berperan dalam pembentukan kata-
kata baru yang merupakan titik sentral pembahasan morfologi.
Kita tentu sudah mengetahui bahwa morfem-morfem afiks yang berasal dari bahasa
Indonesia asli dapat digolongkan menjadi empat kelompok yaitu prefiks,infiks, sufiks dan
konfiks. Yang tergolong prefiks adalah {meN},{ber-},{peN-} yang tergolong infiks adalah {-
el-},{-em-},dan {-er-} yang tergolong sufiks adalah {-an-},{-kan}dan {-i} dan yang
tergolong konfiks adalah {pe-an},{ke-an},{per-an}.apabila morfem afiks yang berasal dari
bahasa Indonesia asli hanya mempunyai arti gramatikal saja(dan tidak mempunyai arti
leksikal)maka afiks asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia pun demikian.
Kita tahu bahwa morfem-morfem segmental dalam bahasa Indonesia berunsur fonem.
Dilihat dari jumlahnya,morfem-morfem itu ada yang berunsur satu fonem tetapi ada juga
yang berunsur lebih dari satu fonem. Morfem yang berunsur satu fonem
disebut monofonemis, misalnya morfem {-i} dalam memetiki dan {a-} dalam amoral.
Sedangkan morfem yang berunsur lebih dari satu fonem disebut polifonemis.
Misalnya adalah {-an},{di-},{ke-} (dua fonem); {ber-},{meN-},{dua},{itu},{api} (tiga
fonem); {satu}, {baik},{daki} (empat fonem); {serta},{makin},{sering} (lima
fonem); {bentuk},{sambil},{sembuh} (enam fonem); {bentrok},{cokelat} (tujuh fonem);
{semboyan},{kerontang} (delapan fonem); {penasaran},{sederhana},{selenggara}
(Sembilan fonem); {halilintar},{malapetaka}, {semenanjung}. Dari contoh diatas terlihat
bahwa morfem bahasa Indonesia yang monofonemis sedikit sekali bila dibandingkan dengan
morfem yang polifonemis. Secara konkrit,morfem yang monofonemis itu hanyalah morfem
afiks,sedangkan morfem-morfem yang berjenis lain belum ada yang monofonemis sebaliknya
morfem yang polifonemislah yang sangat banyak dalam bahasa Indonesia.
Polifonemis
Sifat terbuka yang terdapat pada morfem prefiks {meN-}dan {ber-} diatas tidak terdapat
pada morfem prefiks {di-}. Kata-kata yang berawal dengan morfem {di-} sudah menutup
kemungkinan digabungi dengan morfem prefiks lain. Misalnya kata dicabut,diinjak,
dibingkai tidak mempunyai kemungkinan digabungi dengan prefiks {meN-},{ber-}dan
{ter-}. Kata-kata benda yang dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan pekerjaan
misalnya paku, bajak, jarum, dan tongkat mempunyai keterbukaan yang berbeda. Kata baku
dan bajak dapat dibentuk menjadi konstruksi yang lebih besar dengan membubuhkan afiks
{meN-} dan {di-} sehingga menjadi memaku, dipaku, membajak, dan dibajak. Akan tetapi
untuk membentuk konsep ‘melakukan pekerjaan dengan alat jarum’ dan ‘melakukan
pekerjaan dengan alat tongkat’. Penutur bahasa Indonesia belum pernah terdengar
menggunakan konstruksi “menjarum dan “menongkat. Konsep itu hanya dapat menggunakan
bentuk urai, misalnya menjahit dengan jarum dan memukul dengan tongkat. Oleh sebab itu,
bentuk paku dan bajak dikatakan sebagai bentuk terbuka sedangkan bentuk jarum dan
tongkat dikatakan bentuk tertutup.
Bentuk Terbuka
Bentuk Tertutup
Tidak dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan pekerjaan, sebenarnya bisa tetapi
dengan menggunakan bentuk urai.
Misalnya jarum dan tongkat.
Contoh : menjahit dengan jarum dan memukul dengan tongkat.
MATERI 2
1. Proses morfologis pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk kata dasar melalui
pembubuhan afiks, pengulangan, penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status (Chaer, 1998:25). Proses
morfologis adalah suatu proses pembentukan kata dengan cara menghubungkan satu morfem dengan morfem yang
lain atau proses yang mengubah leksem menjadi sebuah kata.
2. Fungsi morfologi
a. fungsi gramantis adalah Fungsi gramatikal sufiks berkaitan dengan pembentukan kata dilihat
dari segi bentuk dan kelasnya. Fungsi gramatikal yang membentuk satu kelas kata dari kelas
kata yang sama disebut fungsi inflektif, sedangkan fungsi gramatikal yang membentuk satu
kelas kata dari kelas kata lain disebut fungsi derivatif.
Dari hasil kajian data ditemukan beberapa fungsi grramatikal sufiks -eun sebagai
berikut.
a. Fungsi Verbal Fungsi verbal merupakan fungsi gramatikal yang membentuk verba
atau kata kerja, baik dari verba maupun dari kelas kata lain. Fungsi verbal sufiks -eun tampak
pada contoh: eraeun, hayangeun, pohoeun, ingeteun, reuwaseun, sieuneun, mangmangeun.
b. Fungsi Adjektival Fungsi adjektival merupakan fungsi grramatikal yang
membentuk adjektiva atau kata sifat, baik dari adjektiva maupun dari kelas
b. fungsi semantis adalah Fungsi semantis sufiks -eun gabungan merupakan fungsi semantis
sufiks -eun yang bergabungan dengan proses morfologis lain.
Dari hasil analisis data ditemukan sebanyak delapan fungsi semantis sufiks -eun
gabungan, yakni:
(1) ‘bakal menjadi BD’: piimaheun, pipamajikaneun, pisalakieun, pigeuliseun, pikasepeun;
(2) ‘membuat menjadi BD’: pikaseureieun, pikasebeleun, pikagilaeun;
(3) ‘hanya untuk BD’: sarebueun, sakalieun, sabrakeun;
(4) ‘hanya saat untuk BD’: sahos-hoseun, sajung-jungeun, sahing-hngeun;
(5) ‘dalam keadaan seperti BD’: lilinieun, sisidueun, rorombeheun;
(6) ‘BD untuk’: jajauheun rurumpaheun;
(7) ‘menjadi di-BD’: arep-arepeun, hii-hijieun, saurang-urangeun; dan
(8) ‘bukan untuk di-BD sekai’: lain ungkulungkuleun, lain udag-udageun.