Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN


“ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN”

Disusun oleh:

1. Anisyah Saskia Putri (2019112030)


2. Ika Kurnia (2019112046)
3. Nadia Asrobani (2019112039)
4. Novita Wulandari (2019112031)
5. Ummuh Aisyah (2019112035)

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

PROGRAM STUDI BAHAA DAN SASTRA INDONESIA

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Pemahaman terhadap pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga
kependidikan dengan wawasan kesejahteraan, yakni kemampua memahami kaitan antara
pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini serta perkiraan/antisipasi masa
datang. Pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran aliran
pendidikan.

A. Aliran – aliran ilmu pendidikan


1. Empirisme

Tokoh utamanya adalah Jhon Locke ( 1632 – 1704 ). Nama asli aliran ini adalah The
School Of British Empirism ( Aliran Empirisme Inggris ). Aliran ini berpendapat bahwa
perkembangan itu semata mata tergantung pada faktor lingkungan. Doktrin aliran ini yang
sangat mashur adalah tabula rasa, yang bearti buku tulis yang kosong atau lembaran
kosong.Tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam
arti perkembangan manusia semata mata bergantung pada pengalaman dan lingkungan
pendidikannya. Sedangkan bakat sejak lahir dianggap tidak ada pengaruh.

B.F. Skinner atau pandangan Bhaviorisme menjadikan perilaku manusia yang tampak
keluar sebagai sasaran kajian dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai
hasil belajar semata-mata.

2. Nativisme

Istilah nativisme berasal dari kata nativesyang artinya terlahir. Toko utama aliran ini
adalah Arthur Schopnhauer ( 1788 – 1869 ) , seorang filosofi jerman.aliran ini berpendapat
bahwa perkembangan manusia itu telah ditetapkan oleh faktor faktor yang dibawa manusia
sejak lahir, pembawaannya yang telah terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan
hasil perkembangannya. Menurut aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat
sifat pembawaan. Dalam ilmu pendidikan pandangan tersebut disebut pesimistis pedagogis.

3. Naturalisme

Nature artinya alam atau yang dibawa sejak lahir. Aliran ini dipelopori filosof Prancis
JJ. Rousseau ( 1712 – 1778 ). Naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir
mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil
perkembangannya kemudian sangat ditetukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang
mempengaruhinnya.

4. Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran aliran diatas. Aliran ini
mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah tergantung pada dua
faktor yaitu, bakat dan lingkungan. Pelopor aliran ini adalah Wiliam Stern ( 1871 – 1939 ).

B. Aliran Pendidikan Modern


Menurut Mudyahardjo (2001: 142) macam – mcam aliran pendidikan adalah sebagai
berikut :

1. Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaran pendidikan disekolah berpusat pada anak(child-centered), sebagai
reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (theacher-
centered) atau badan pelajaran (subjected-centered). Tujuan pendidikan dalam
aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat berkeja, berkeja secara sistematis,
mencitai kerja, dan berkeja dengan otak dan hati. Medote pendidikan
progresivisme antara lain:
a. Metode belajar aktif
b. Metode memonitor kegiatan belajar
c. Metode penelitian ilmiah

Pendidikan progresivme menanut prinsip pendidikan berpusat pada anak.


Anak merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan.
Pendidikan progresivme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam
pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Setiap anak
mempunyai induvidualitas sendiri, mempunyai harapan dan kecemasan sendiri,
anak mempunyai keinginan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa, dengan
demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.

2. Esensialisme

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang


memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan
budaya/social. Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah menyampaikan warisan
budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah
bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah berharga untuk diketahui oleh
semua orang. Metode pendidikan ensensialisme antaralain:

1. Pendidikan berpusat pada guru (teachered centered)


2. Peserta didik untuk belajar.
3. Latihan mental

Aliran esensialisme bersumber dari filsafat idealism dan realism. Sumbangan


yang diberikan keduanya bersifat elektik. Artinya dua aliran tersebut bertemu
sebagai pendorong esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus
bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Artinya nilai itu menjadi
sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan.
Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat
yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaisans.

Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang


pertama adalah Johan Amos Cornelius (1592-1670), yaitu agar segala sesuatu yang
diajarkan melalui indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa. Tokoh kedua
adalah Johan Frieddrich Hebart (1776-1841) yang mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan tuhan. Tokoh
ketiga adalah William T. Harris (1835-1909) yang berpendapat bahwa tugas
pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak
terelakkan dan bersendikan kesatuan sptitual.

3. Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme memadang pendidikan sebagai rekonstruksi


pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi
tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari
kehidupan sosial dimayarakat. Sekolah-sekolah rekonstruksional berfungsi sebagai
lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi, dan politik dalam
masyarakat. Tujuan pendidikan rekontrusinalisme adalah membangkitkan kesadaran
para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat
manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka ketrampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Kurikulum dalam pendidikan rekonstrusionalisme berisi mata pelajaran yang


berorientasi pada kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi
masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia. Yang termasuk
didalamnya masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program perbaikan yang
ditemukan secara ilmiah.

4. Konstrukstivisme

Gagasan pokok aliran ini diawali oleh giambatisme Vico, seorang


epistemology itali. Ia dipadang sebagai cikal-bakal lahirnya konstruksionalisme. Vico
mengatakan bahwa tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari
ciptaan. Mengerti bearti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui.

Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan


kognitif, Piaget mengemukan bahwa pengetahuan-pengetahuan interaksi kontinu
antara individu satu dengan ligkunganya.

Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kgnitif dipengaruhi tiga proses


dasar, yaitu asimilasi, akomadasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan data
baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Akomadasi adalah penyesuaian
struktur kognitif terhadap situasi yang baru , dan ekuilibrasi adalah penyesuaian
kembali yang secara terus-menerus dilakukan antara asimilasi dan akomadasi.

Kesimpulan adalah aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak


diperoleh dari hasil konstruktif kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman
yang diterima dilewat panca indra, yaitu indra penglihatan ,pendengaran, peraba,
penciuman dan peraba.

5. Perennialisme

Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-


nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian
dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai
peranan dominan dalma penyelengaraa kegiatan belajar-mengajar dikelas.

Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsat yang tertinggi,


karena dengan ilmu pengetahuanlah seorang dapat berfikir secara indukif. Jadi dengan
berfikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan
mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk
mengembangkan fikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan peneragan yang
cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang
perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesain masalahnya.

Tokoh aliran ini adalah plato, arietoteles, dan thomas aquino. Perenialisme
memandang bahwa kepercayaan aksiomatis dzaman kuno dan abad pertengahan perlu
di jadikan dasar pendidikan sekarang. Pandangan aliran ini tentang pendidikan adalah
belajar untuk berfikir. Oleh karena itu, peserta didik harus dibiasakan untuk berlatih
berfikir sejak dini. Pada awalnya, peserta didik diberi kecakapan-kecakapn dasar
seperti membaca, meulis dan berhitung. Selanjutnya perlu dilatih pula kemampuan
yang lebih tinggi seperti berlogika, retorika dan bahasa.

6. Idealisme

Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengangukan jiwa.
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa
terletak diantara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditanggap oleh
panca indra. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu
dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata adalah ide
tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjedai contoh bagi pengalaman.
Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga
dapat menggunakan sebagai alat untuk mrngukur, mengklasifikasikan dan menilai
segala sesuatu ysng dialami sehari-hari.
Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme. Pengajaran tidak
sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pembelajaran, juga bukan masyarakat
melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham
idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat dan
campuran anatar keduanya. Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki
kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna,
mampu menahan berbagai tekanan hidup dan pada akhirnya diharapkan mampu
menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu
individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi
kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam sprit
persaudaraan terkandung suatu pendekatan seorang kepada yang lain.

C. Gerakan-gerakan Baru dalam Pendidikan

1. Pengajaran Alam Sekitar

Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah


gerakan pengajaran alam sekitar yang dipelopori oleh Fr. A. Finger (1808-
1888) di Jerman dengan heimatkunde.

Dasar pemikiran terkandung didalam pengajaran alam sekitar adalah


bahwa peserta didik akan mendapat kecakapn dan kesangguapan baru dalam
menghadapi dunia kenyataan. Didalam pendidikan hal ini dapat ditanamkan
pemahan, apresiasi, kemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber
pengetahuan diluar sekolah.

2. Pengajaran pusat perhatian

Penemunya adalah Ovide Decorly menurutnya pengajaran disusun


menurut pusat perhatian anak, yang dinamai cinters diinternet. Dari pusat
perhatian ini kemudian diambil pembelajaran yang lain sebagai pusat
perhatian ialah yang sesuai dengan perhatian anak.

Anak-anak mempunyai minat spontan terhadap diri sendiri dan minat


spontan itu dapat dibedakan menjadi:

a. Dorongan mempertahankan diri.


b. Dorongan mencari makan dan minum
c. Dorongan memelihara diri.

Sedangkan minat terhadap masyarakat (biososial) ialah:


a. Dorongan sibuk bermain.
b. Dorongan meniru orang lain.

3. Sekolah kerja
Dikemukakan oleh George Kreschteiner, menurutnya kewajiban sekolah
yang terpenting adalah menyiapkan perserta didik untuk supatu pekerjaan,
pekerjaan trsebut tidak hanya untuk kepentingan negara, oleh karena itu para
peserta didik harus ditanamkan keinsyafan untuk ikut serta membantu negara
disamping pekerjaannya.

Di Amerika Serikat, gema sekolah kerja dapat ditemukan dalam gagasan J.


Downey tentang pendidkan, khususnya metode proyek. Disamping itu,
metode sekolah kerja sangat mendorong berkembangnya sekolah kejuruan
setiap negara, termasuk di Indonesia. Perananan sekolah kejuruan pada tingkat
menengah merupakan tulang punggung penyiapan tenaga terampil yang
diperlukan oleh negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Pendidikan keterampilan itu sangat diperlukan oleh oranf yang akan
memasuki lapangan kerja. Oleh karena itu, dalam rangka wajib belajar 9 tahun
di Indonesia akan dikembangkan pula paket program yang akan memberi
peluang lulusannya untuk memasuki lapangan kerja, dengan tidak
mengabaikan pendidikan umum yang akan melanjutkan ke SMTA. Disamping
pengaruh sekolah kerja di program pendidikan jalur sekolah, penfaruh terbesar
gagasan ini adalah pada jalur pendidikan luar sekolah (seperti kursus, balai
latihan kerja, dan sebagainya.)

4. Pengajaran proyek

Dasar filosofis dan pedagogis dari pengajaran proyek diletakkan oleh John
Dewey, namun pelaksanaanya dilakukan oleh pengikutnya W.H. Kilpatrick.
Downey menegaskan bahwa sokolah haruslah sebagai mikrokosmos dari
masyarakat, oleh karena itu, pendidikan adalah suatu proses kehidupan itu
sendiri dan bukannya penyiapan untuk kehidupan di masa depan.

Dalam pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya (terhadap


pekerjaan), merancang serta memimpinnya. Proyek yang ditentukan oleh
anak, mendorongnya mencari jalan pemecahan bila ia menemukan kesukaran.
Dalam pengajaran proyek pekerjaan dilakukan secara berkelompok untuk
menghidupkanrasa gotong royong.

Pengajaran proyrk juga bisa pula digunakan sebagai salah satu metode
mangajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengjaran proyek, pengajaran
unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan
menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan
permasalahan secara komperehensif; dengan kata lain, menumbuhkan
kemampuan pemecahan masalah secara multidisiplin.
D. Pengaruh Aliran Klasik Terhadap Pemikiran dan
Praktek Pendidikan di Indonesia

Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di indonesia


melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa
penjajah Belanda di negeri Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang
Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada masa penjajahan. Setelah
kemerdekaaan Indonesia, gagasan dalam aliran pendidikn itu masukke
Indonesia melalui orang-orang Indonesia yang belajar di berbagi negara di
Eropa.

Meskipun dalam hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi


lainnya darianak seperti pada bidang kesenian, keterampilan tertentu dan
sebagainya), namun upaya penciptaan lingkungan untuk mengembangkan
bakat dan kemampuan itu di usahakan pula secara optimal. Dengan kata lain,
meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya di
tolak, teteapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan elektif fungsional
yakni diterima sesuai dengan kebutuhan, namun di tempatkandalam latar
pandangan konvergensi. Seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang
manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni hereditas, lingkungan, proses
perkembangan itu sendiri, dan anugrah. Faktor terakhir itu merupakan
pencerminan pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib
manusia.

Khusus dalam latar persekolahan, kini terdapat sejumlah pendapat


yang lebih menginginkan agar peserta didik lebih ditempatkan pada posisi dan
juga dapat mendidik dirinya sendiri. Hubungan pendidik dan peserta didik
yang seyogianya adalah hubungan yang setara antara dua pribadi, meskipun
yang satu lebih berkembang dari yang lain (Raka Joni, 1983: 29; Sulo Lipu La
Sulo, 1984). Hubungan kesetaraan dalam interaksi edukatif tersebut
seyogianya diarahkan menjadi suatu hubungan transaksional, suatu hubungan
antar pribadi yang memberi peluang baik bagi peserta didik yang belajar,
maupun bagi peserta didik yang ikut belajar (colearn). Dengan demikian, cita-
cita pendidikan seumur hidup dapat diwujudkan melalui belajar seumur hidup.
Hubungan tersebut sesuai dengan asas ing ngarsa sung tulada, ing madya
mangun karsa, dan tut wuri handayani, serta pendekatan cara belajar siswa
aktif (CBSA) dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam UUD RI No. 2 Tahun
1989 tentang sisdiknas, peran peserta didik dalam mengembangkan bakat,
minat, dan kemampuannya itu telah diakui dan dilindungi (antara lain: Pasal
23 Ayat 1, Pasal 24, Pasal 26, dll.)
E. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap
Pelaksanaan di Indonesia

Pendidikan sebagai suatu yang kompleks menuntut penanganan untuk


meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa
komponen tertentu saja. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya
termasuk yang keua yakni upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dalam satu
atau beberapa komponen saja. Meskipun demikian, sebagai suatu sistem,
penanganan satu atau beberapa komponen itu akan mempengaruhi pula komponen
lainnya. Beberapa dai gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada
perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sisitem
persekolahan, seperti pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah
kerja, pengajaran proyek, dan sebagainya (Suprarlan, 1984; Soejono, 1958).
DAFTAR PUSTAKA
Dasar Ilmu Pendidikan. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar

V, Buku IIA. (1981). Jakarta: Proyek PIPTDitjen Dikti Depdikbud.

Dewantara, Ki Hajar. 1962. Karya Ki Hajar Dewantara, Yogyakarta:

Majelis Luhur Taman Siswa.

Ivey, A.E., Ivey, M.B., dan Simwk-Downing, L. 1987. Counseling and

Psychoterapy: Integrating Skills, Theory, and Practice. (2nd Ed.).


Englewood Clifs, New Jersey: Prentice- Hall Internasional Inc.
________. 1952. Taman Siswa 30 Tahun. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa
La Sulo, Sulo Lipu, 1984, Pendekatan dan Teknik-Teknik Supervisi Klinis. Jakarta:
P2LPTK Ditjen Dikto Depdikbud.
“Menyegarkan Kembali Semangat Humanisme Ki Hajar Dewantara”.

Anda mungkin juga menyukai