OLEH :
KELOMPOK 14
Universitas Andalas
2023/2024
BENTUK KATA,MAKNA KATA, DAN DIKSI
I. BENTUK KATA
Dalam bahasa Indonesia secara umum bentuk kata terdiri atas dua macam, yaitu
kata dasar dan kata bentukan. Kata dasar merupakan suatu kata yang utuh dan
belum mendapat imbuhan apa pun. Dalam proses pembentukan kata, kata dasar
dapat diartikan sebagai kata yang menjadi dasar bagi bentukan kata lain yang lebih
luas. Dalam pengertian ini, kata dasar lazim pula disebut sebagai bentuk dasar, kata
asal, dan ada pula yang menyebutnya sebagai dasar kata. Terkait dengan itu, untuk
menghindari penyebutan yang berbeda- beda, dalam buku ini kata yang menjadi
dasar bagi bentukan kata lain yang lebih luas disebut kata dasar. Berbeda dengan
kata dasar, kata bentukan merupakan kata yang sudah dibentuk dari kata dasar
dengan menambahkan imbuhan tertentu. Kata bentukan seperti ini lazim pula
disebut dengan beberapa istilah yang berbeda-beda, misalnya ada yang
menyebutnya sebagai kata turunan, kata berimbuhan, dan ada pula yang
menyebutnya kata jadian.
a. Kata dasar
Kata dasar selain dapat digunakan sebagai dasar bagi bentukan kata lain yang
lebih luas, dapat pula digunakan tanpa ditambah dengan imbuhan apa pun.
Kalimat berikut, misalnya, dibentuk dengan menggunakan kata dasar
seluruhnya.
1. Pengimbuhan kata
a) Awalan me(N)
Proses pengimbuhan dengan awalan me(N)- terhadap bentuk dasar dapat
mengakibatkan munculnya bunyi sengau atau bunyi hidung pada pula tidak.
Untuk memperjelas hal tersebut , perhatikan contoh berikut:
Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa suku kata , me(N)-berubah
jadi menge-, misalnya dalam contoh berikut :
Namun demikian , perlu kita perhatikan jika bentuk dasar tersebut ditempeli
awalan di-, bentuk yang ditempelinya tidak mengalami perubahan. Kita
perhatikan contoh berikut.
di- + pak dipak
di- + tik dititik
di- + cap dicap
b) Awalan be(R)-
Awalan be(R)- memiliki tiga variasi , yaitu ber-, be-,dan bel-, variasi tersebut
muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya, misalnya, dalam contoh
berikut:
c) Awalan te(R)-
Awalan te(R)- memiliki variasi ter-, te-, dan tel-, ketiga variasi tersebut muncul
sesuai dengan bentuk dasar yang di lekatinya. Layak diingat bahwa awalan ini
memiliki tiga macam arti dalam pemakaiannya. Pertama , artinya sama dengan
paling. Kedua , menyatakan arti tidak sengaja. Ketiga , menyatakan arti sudah
di- Misalnya dalam contoh di bawah ini.
Awalan pe(R)- memiliki variasi bentuk pe-, per-, dan pel-, variasi tersebut
muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekati awalan pe(R)-,kita liat contoh
berikut:
Selain kata-kata diatas kita sering menemukan kata-kata yang tidak sesuai
dengan kaidah diatas seperti pengrumahan, pengrusakan, pengluasan,
penyucian (kain), pelepasan, penyoblosan, dan pensuksesan.
f) Akhiran –an dan konfiks ke –an
Kata benda dapat dibentuk dengan bentuk dasar dan akhiran –an atau konfiks
ke-an. Kata benda yang mengandung akhiran –an umumnya menyatakan hasil
, sedangkan kata benda yang mengandung konfiks ke –an umumnya
menyatakan hal. Untuk memperjelas uraian diatas , kita pehatikan contoh
berikut .
Dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu , tetapi kiriman itu belum
kami terima.
Sebelum setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan ke
sebuah media massa.
Kata benda yang mengandung ke-an diturunkan langsung dari bentuk
dasarnya seperti contoh berikut .
Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru. Kehadiran
beliau disana disambut dengan berbagai kesenian tradisional .
Mereka terlambat menyerahkan tugasnya . keterlambatan itu
menyebabkan mereka mendapatkan nilai jelek.
h) Awalan ke-
Awalan ke- berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan , baik bilangan
tingkat maupun bilangan yang menyatakan kumpulan , kata benda yang
dibentuk dengan awalan ke- sangat terbatas , yaitu hanya pada kata tua, kasih,
hendak yang menjadi ketua , kekasih , dan kehendak. Penentuan apakah awalan
ke- sebagai pembentukan kita bilangan tingkat atau kata bilangan yang
menyatakan kumpulan harus dilihat dalam hubungan kalimat. Misalnya kalimat
berikut :
Tim kami berhasil menduduki peringkat ketiga dalam MTQ tingkat
jawa barat.
Ketiga penyuluhan itu ternyata teman kami waktu di SMA.
i) Akhiran lain
Selain akhiran asli bahasa indonesia –kan, -i , dan –an, terdapat pula beberapa
akhiran yang berasal dari bahasa asing , misalnya , -wan, -man, dan –wati dari
bahasa sansketa ; akhiran –i, -wi, dan –iah dari bahasa arab . akihran –wan dan
–wati produktif , sedangkan akhiran –man tidak demikian. Akhiran –wi lebih
produktif dari pada akhiran –i dan –iah. Akhiran –wi tidak hanya terdapat dalam
bentukan bahasa asalnya,tetapi juga terdapat dalam bentuk dengan bentuk dasar
bahasa indonesia.
Perhatikan beberapa contoh kata berikut:
Karyawan Karyawati
Olahragawan Olahragawati
Budiman Seniman
Beberapa contoh bentuk kata yang salah dan yang benar sebagai berikut :
Salah benar
Memparkir memarkir
Menterjemahkan menerjemahkan
Mentafsirkan menafsirkan
Mensukseskan menyukseskan
Memfitnah memfitnah
Menyolok mencolok
2. Penggabungan Kata
Gabungan kata berarti terdiri dari sejumlah kata yang digabungkan dan
membentuk makna baru. Sedangkan berdasarkan pengertian gabungan kata
ialah penyusunan dari kata berbeda umumnya dua kata sesuai dengan kaidah
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUBEI).Berdasarkan penyusunan
gabungan kata sesuai PUBEI, gabungan kata bisa ditulis terpisah ataupun
bersambung. Selain itu, ada juga penulisan gabungan kata yang harus diberi
tanda hubung agar tak menimbulkan salah persepsi. Dari gabungan kata itulah
nantinya akan membentuk suatu makna baru.Misalnya saja gabungan
kata orang tua adalah contoh yang kerap digunakan dalam menyusun sebuah
kalimat. Orang tua memiliki arti ayah dan ibu dari seorang anak dan memiliki
tanggung jawab membimbing serta membesarkan mereka. Selain itu orang
tua juga bisa bermakna seseorang yang dihormati ataupun seseorang yang
dianggap tua. Namun ada juga sejumlah contoh gabungan kata bisa diberi kata
imbuhan baik di awal kata ataupun di akhir kata.
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk serta istilah khusus
penulisannya perlu dipisah. Contoh gabungan kata tersebut yakni, Duta Besar,
Simpang Empat, Meja Tulis, Kambing Hitam, Orang Tua, ataupun Rumah
Sakit Jiwa.
b) Gabungan kata yang menimbulkan salah pengertian atau persepsi ditulis
dengan menambahkan tanda hubung (-) di antara unsur katanya. Contoh
gabungan kata tersebut yakni Anak-Istri Pejabat sama dengan (Anak dan Istri
dari Pejabat).
c) Gabungan kata yang penulisannya terpisah maka tetap ditulis terpisah jika
mendapatkan awalan ataupun akhiran. Contohnya yakni Bertepuk Tangan,
Sebar Luaskan.
d) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus atau dua-duanya
maka ditulis bersambung atau serangkai tanpa tanda hubung. Contoh gabungan
kata tersebut yakni Menggarisbawahi, Pertanggungjawaban,
Dilipatgandakan.
e) Gabungan kata yang sudah padu atau benar maka ditulis serangkai. Contohnya
yakni Bagaimana, Beasiswa, Belasungkawa, Matahari, Olahraga, Kacamata.
3. Pengulangan Kata
Kata ulang adalah salah satu bentuk pengulangan kata dalam sebuah kalimat
untuk memberikan penekanan atau mengungkapkan makna dengan lebih kuat.
Dalam Bahasa Indonesia, ada beberapa jenis kata ulang yang umum digunakan
dalam berbagai konteks. Menurut buku Morfologi: Kajian Proses
Pembentukan Kata, Prof. Dr. Drs. I Wayan Simpen, M.Hum. (2021:26),
pengulangan adalah proses morfologis yang dilakukan dengan cara mengulang
suatu bentuk dasar untuk mendapatkan kata baru yang disebut kata ulang.
a) Berdasarkan Bentuk
Pengulangan kata berdasarkan bentuk terjadi ketika proses reduplikasi, kata
yang terulang menjadi berubah modelnya. Pengulangan kata berdasarkan
bentuk terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:
Kata Ulang Penuh (Dwilingga)
Pengulangan secara penuh ini adalah model yang melakukan
reduplikasi secara utuh. Contohnya: orang-orang, kakak-kakak,
macam-macam, jenis-jenis.
Contoh kalimatnya:
a. Orang-orang itu sedang menunggu Pesawat rute Surabaya-Bali.
b. Haruka sedang mencari informasi tentang jenis-jenis burung.
b) Berdasarkan Makna
Pengulangan berdasarkan makna adalah model yang mengalami perubahan
atau reduplikasi terhadap makna kata. Berikut adalah jenis jenis kata ulang
berdasarkan makna:
Bermakna Mirip/Menyerupai
Kata yang dimaksudkan adalah dengan maksud ingin menunjukkan
adanya kesamaan, maupun keidentikkan baik untuk subjek maupun
objek.
Contohnya: Orang-orangan, motor-motoran, kebiru-biruan.
Contoh kalimatnya:
a. Petani itu sedang membuat orang-orangan sawah untuk mengusir
burung pemakan padi.
b. Anak TK itu sangat suka sekali bermain motor-motoran di area
bermain Timezone
Bermakna Jamak
Kata pengulangan ini tentu memiliki arti untuk menunjukkan kondisi
subjek atau objek dengan jumlah lebih dari satu.
Contohnya: Kucing – kucing, murid – murid, anak – anak, baju – baju
Contoh kalimatnya:
a. Anita memiliki anjing-anjing yang sangat lucu di rumahnya.
b. Murid-murid ketakutan ketika mendengar cerita seram dari gurunya.
Bermakna Saling
Kata pengulangan dengan pengertian bahwa setiap kata pengulangan
memiliki makna untuk saling membalas.
Contohnya: Pandang – memandang, bersalam – salaman, kuat –
menguatkan.
Contoh kalimatnya:
a. Aku dengannya saling pandang – memandang ketika kami berjumpa.
b. Setelah kedua tim bertanding, mereka saling bersalam-salaman satu
dengan yang lainnya..
Bermakna Kolektif/Bilangan
Kata pengulangan ini memiliki arti adanya suatu angka pembagi satu
sama lainnya.
Contohnya: satu – satu, lima – lima.
Contoh kalimat:
a. Setelah menjawab pertanyaan kuesioner, para responden memperoleh
kue satu – satu.
b. Mereka bermain basket dengan jumlah lima – lima di lapangan.
4. Akronim
Istilah akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata,
gabungan suku kata, ataupun gabungan dan suku kata dari deret kata yang
disingkat (Finoza, 1993:32). Misalnya mayjen adalah mayor jenderal, rudal
adalah peluru kendali, dan sidak adalah inspeksi mendadak. Mengakronimkan
berarti membuat akronim atau menjadikan bentuk akronim. Pada bagian lain
istilah akronim diartikan sebagai singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan yang huruf dan suku kata dari deret
yang disingkat.
Namun, Sujarwo dalam karya ilmiahnya pada 2018 menuliskan bahwa makna bukan
hanya sekadar hubungan antara kata dan pengertian, tetapi melibatkan juga benda atau
hal yang dirujuk sebagai referen. Itu artinya, jika suatu kata tidak dapat dihubungkan
dengan benda, peristiwa, atau keadaan tertentu, maka kata tersebut tidak akan memiliki
makna; apabila suatu kata kehilangan makna, maka para pihak yang terlibat tidak akan
mungkin bisa saling mengerti.
1. Makna Leksikal
Makna leksikal sendiri merupakan makna suatu kata yang hanya merujuk pada
arti sebenarnya atau tanpa melihat konteks. Jadi, apa yang tertulis pada kamus
itulah makna leksikal dari suatu kata. Meski begitu, makna leksikal tetap
memiliki hubungan dengan asosi sebuah kata, seperti aspek sinonim, homonim,
antonim, polisemi, kolokasi, metafora, idiom, meroonimi, dan sebagainya.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna suatu kata setelah kata tersebut mengalami
proses morfologi, antara lain pengimbuhan (afiksasi) dan pengulangan
(reduplikasi). Setiap proses disesuaikan menurut tanda bahasa serta terikat
dengan konteks, baik tempat, waktu, dan lingkungan.Tidak heran, makna
gramatikal seringkali disebut dengan dua istilah lain. Yang pertama adalah
makna kontekstual atau makna situasional karena turut melihat konteks
kalimat. Sedangkan, istilah yang kedua adalah makna struktural karena tetap
berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
3. Makna Denotasi
Makna denotasi adalah makna suatu kata atau kelompok kata yang didasarkan
atas penunjukan lugas atau secara apa adanya terhadap sesuatu di luar bahasa.
Penunjukan tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan tertentu terutama
mengenai keadaan yang berhubungan dengan adat, tradisi, dan sebagainya.Itu
artinya, penjabaran makna denotasi harus dilakukan secara objektif atau
merujuk pada keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau
pandangan pribadi. Tidak heran, makna denotasi kerap disebut sebagai makna
sebenarnya, tetapi istilah ini tidak mengarah pada makna leksikal sama sekali.
Adapun ciri-ciri makna denotasi, antara lain
bersifat wajar, eksplisit, dan apa adanya,
berdasarkan hasil observasi, dan
menunjuk pada makna atau acuan dasarnya.
4. Makna Konotasi
Kebalikan dari makna denotasi, makna konotasi tidak dapat disebut dengan
istilah makna sebenarnya. Pasalnya, makna konotasi menyatakan makna kias
pada suatu kata atau sekelompok kata atau ungkapan. Dengan kata lain,
makna konotasi tidak menerangkan arti berdasarkan keadaan sebenarnya,
melainkan maksud lain yang terkandung dalam sebuah kata atau sekelompok
kata.
I. PENGERTIAN DIKSI
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik
dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur/berkomunikasi sehari-
hari. Dalam memilih kata setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu makasud, kita
tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita
tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini makna kata yang tepatlah yang
diperlukan.
Dalam KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) diksi adalah pilihan kata yang tepat
dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan ide atau gagasan
sehingga diperoleh efek-efek tertentu seperti yang diharapkan. Diksi juga
termasuk sebuah bentuk gaya bahasa dalam sebuah karangan atau percakapan.
Dengan gaya bahasa dengan diksi yang tepat akan menjadikan karya tulis menjadi
karya yang indah dan memiliki makna yang sesuai dengan apa yang ingin
disampaikan.
Ada dua istilah yang perlu dipahami berkaitan dengan pilihan kata ini, yaitu istilah
pemilihan kata dan pilihan kata. Kedua istilah itu harus dibedakan di dalam
penggunaannya. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil
dari proses atau tindakan memilih kata tersebut.
Menurut Keraf (dalam Satata, Devi, dan Dadi, 2012: 117) yang dimaksud dengan
pilihan kata adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-
gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Sementara, menurut Arifin
dan Amran Tasai (2004: 25) diksi ialah pilihan kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu.
Jadi, yang dimaksud dengan diksi atau pilihan kata adalah tindakan memilih kata
yang tepat yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu.
Sebagai contoh, perhatikan beberapa ungkapan berikut.
1. Diam!
2. Tutup mulutmu!
3. Jangan berisik!
4. Saya harap Anda tenang.
5. Dapatkah Anda tenang sebentar?
Hari Minggu lalu, Saras jatuh ketika sedang naik sepeda bersama
teman-temannya.
a. Mobil
b. Pohon
Merupakan kata yang konkret karena wujudnya dapat dibayangkan atau dapat
tergambar dalam pikiran pemakai bahasa Contoh:
a. Kesejahteraan c. Keadilan
b. Kemakmuran d. Keamanan
Merupakan kata yang abstrak. Kata-kata yang abstrak tersebut hanya dapat
dipahami oleh orang yang sudah dewasa dan—terutama—yang
berpendidikan.Jika dikaitkan dengan ketepatan dalam pemilihan kata, kata-
kata yang abstrak seperti itu sebaiknya hanya digunakan pada sasaran
pembaca/pendengar yang sudah dewasa dan berpendidikan. Jika digunakan
pada anak-anak atau orang dewasa yang kurang berpendidikan, kata -kata
tersebut cenderung sulit dipahami. Atas dasar itu, baik kata yang abstrak
maupun yang konkret sebenarnya sama-sama dapat dipilih untuk digunakan,
tetapi sasarannya harus disesuaikan.
7. Jika seorang pengarang atau penulis menggunakan imbuhan asing, dia harus
memahami maknanya secara tepat.
Contoh:
a. Dilegalisir → dilegalisasi
b. Koordinir → koordinasi
2. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Agar
dapat memilih kata secara cermat, pemakai bahasa dituntut untuk mampu
memahami ekonomi bahasa dan menghindari penggunaan kata-kata yang dapat
menyebabkan kemubaziran. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi bahasa
adalah kehematan dalam penggunaan unsur-unsur kebahasaan. Dengan
demikian, kalau ada kata atau ungkapan yang lebih singkat, kita tidak perlu
menggunakan kata atau ungkapan yang lebih panjang karena hal itu tidak
ekonomis. Sebagai contoh,
disebabkan oleh fakta → karena
mengajukan saran → menyarankan
melakukan kunjungan → berkunjung
mengeluarkan pemberitahuan → memberitahukan
meninggalkan kesan yang dalam → mengesankan
Sementara itu, pemakai bahasa juga dituntut untuk mampu memahami
penyebab terjadinya kemubaziran kata. Hal itu dimaksudkan agar ia dapat
memilih dan menentukan kata secara cermat sehingga tidak terjebak pada
penggunaan kata yang mubazir. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kata
yang mubazir adalah kata-kata yang kehadirannya dalam konteks pemakaian
bahasa tidak diperlukan.
Dengan memahami kata-kata yang mubazir, pemakai bahasa dapat
menghindari penggunaan kata yang tidak perlu dalam konteks tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu pula dipahami adanya beberapa
penyebab timbulnya kemubaziran suatu kata. Penyebab kemubaziran kata itu
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan kata yang bermakna jamak secara ganda
b. Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara
ganda
c. Penggunaan kata yang bermakna ‘saling’ secara ganda
d. Penggunaan kata yang tidak sesuai dengan konteksnya
3. Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan
kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian yang
dimaksud dalam hal ini erat kaitannya dengan faktor kebahasaan dan faktor
nonkebahasaan. Faktor kebahasaan yang perlu diperhatikan antara lain
penggunaan kata yang sesuai dengan konteks kalimat, penggunaan bentuk
gramatikal, penggunaan idiom. Penggunaan ungkapan idiomatis, penggunaan
majas, dan penggunaan kata yang lazim. Sementara itu, faktor nonkebahasaan
berkaitan dengan situasi pembicaraan, mitra atau lawan bicara, sarana bicara,
kelayakan geografis, dan kelayakan temporal.
DAFTAR PUSTAKA
Juniardi, Wilman. 2023. Makna Kata dan Isilah Berbagai Bidang dalam Bahasa
Indonesia.. Diakses 24 Oktober 2023.
https://www.quipper.com/id/blog/masuk-ptn/makna-kata-dan-istilah-berbagai-
bidang/
Mustakim. 2019. Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta:Pusat Pembinaan Bahasa dan
Sastra Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan
Sumitro, Dewi Sari. 2018. Bahasa Indonesia atau Pilihan Kata. Diakses 24 Oktober
2023 https://lms-paralel.esaunggul.ac.id.
Wahida, Nurul. 2021. Pengertian Gabungan Kata Lengkap Beserta Contoh dan Cara
Penulisan yang Benar. Diakses 24 Oktober 2023.
https://plus.kapanlagi.com/pengertian-gabungan-kata-lengkap-beserta-contoh-
dan-cara-penulisan-yang-benar-805796.html.