Anda di halaman 1dari 11

Aspek Kebahasaan dalam Karya Ilmiah:

Kata, Pilihan Kata, dan Peristilahan dalam


Penulisan Karya Ilmiah

Kata dalam Bahasa Indonesia


A. Pengertian Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna. Makna sebagai bentuk terkecil memakai tolak ukur kalimat karena
gabungan kata dapat membentuk kalimat.
Kata-kata yang dibentuk dengan menggabungkan huruf akan kita anggap sebagai kata
apabila bentukan itu mempunyai makna. Coba perhatikan bentuk-bentuk, seperti rumah,
kantor, sekolah, kampus, panas, dingin, sepeda, motor, mobil. Kesembilan bentuk yang
diambik secara acak tadi, kita anggap sebagai kata karena setiap bentuk tersebut
mempunyai makna. Kita akan meragukan, bahkan memastikan, bentuk-bentuk seperti
kmpsea, ngkiserd, kmndpe, jdseikn sebagai bentuk yang bukan kata di dalam bahasa
Indonesia karena tidak mempunyai makna.

B. Struktur Suku Kata dan Kata di dalam Bahasa Indonesia


Secara bentuk, kata di dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih,
misalnya, tas, mobil, membantu, mempersatukan, mempresentasikan. Bagaimanapun
bentuk dan panjangnya suku kata yang membentuk kata, wujudnya mempunyai struktur
dan kaidah pembentukan yang sederhana. Suku kata di dalam bahasa Indonesia dapat
terdiri atas:
(1) Satu vokal (V), seperti a-mal, su-a-tu, du-a, a-ku, su-a-ka, u-pah;
(2) Satu vokal dan satu konsonan (VK), seperti an-tar, ak-si, in-dah, un-tung, em-pa-
ti, ber-il-mu;
(3) Satu konsonan dan satu vokal (KV), seperti ka-mu, ra-jin, ber-te-mu, ber-sa-tu;
(4) Satu konsonan, satu vokal, dan satu konsonan (KVK), seperti ber-ja-lan, pa-sar,
war-ga;
(5) Dua konsonan dan satu vokal (KKV), seperti slo-gan, pro-duk-si, dra-ma;
(6) Dua konsonan, satu vokal, dan satu konsonan (KKVK), seperti trak-tor, kon-
trak, at-trak-si;
(7) Satu konsonan, satu vokal, dan dua konsonan (KVKK), seperti teks-til, kon-
teks;
(8) Tiga konsonan dan satu vokal (KKKV), seperti stra-te-gi; atau
(9) Tiga konsonan, satu vokal, dan satu konsonan (KKKVK), seperti struk-tur.

C. Bentuk Kata
Berdasarkan bentuknya, kata di dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi empat,
yaitu:
1) Kata dasar, yaitu kata yang terdiri dari morfem dasar, seperti sekolah, dari, karena,
kampus, siswa, bahasa, lihat, makan, buku, tulis, duduk, kelas, tidak, bukan, minum
air, hangat, dingin, panas, dll.
2) Kata berimbuhan (kata berafiks), yang dapat dibagi menjadi:
a) Kata berawalan (prefiks), sperti menghibur, berlari, bertemu, memandang,
melihat, tertawa, tertinggal, bersama, pelajar, pertama, dll.;
b) Kata bersisipan (infiks), seperti gemetar, gerigi, kemilau, gelegar, dll.;
c) Kata berakhiran (sufiks), seperti bagian, gambaran, langganan, tinjauan, dll.;
d) Kata berawalan dan berakhiran (konfiks), seperti persaudaraan, kerajaan,
kesalahan, persahabatan, dll.
3) Kata ulang, yaitu kata yang diulang, misalnya sekolag-sekolah, buku-buku, main-
main, sayur-mayur, dll.;

Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia


Proses pembentukan kata disebut juga sebagai proses morfologis, proses morfologis
adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.
A. Proses Pembubuhan Afiks (Afiksasi)
Proses pembubuhan afiks (afiksasi) merupakan proses membubuhkan afiks pada suatu
satuan, baik satuan tunggal maupun satuan kompleks, untuk membentuk suatu kata.
Berikut ini adalah beberapa contoh pembentukan kata melalui afiksasi!
Kata asal/kata Kata jadian/kata Kata jadian/kata Kata jadian
dasar dasar dasar
Minum minuman - -
meminum meminum -
pakaian berpakaian -
memakai pemakaian -
mendarat pendaratan Pendaratan
daratkan mendaratkan -
Afiks di dalam Bahasa Indonesia
Imbuhan yang ada di dalam bahasa Indonesia adalah:
(1) Jenis afiks menurut tempatnya
a) Awalan/prefiks : ber-, per-, me-, di-, ke-, se-, meng-, dan pe-;
b) Akhiran/sufiks : -kan, -I, -an, dan -nya;
c) Sisipan/infiks : -el, -em, dan –er-;
d) Gabungan/konfiks : ber-kan, ber-an, per-kan, per-i, me-kan, me-i, memper-,
memper-kan, memper-i, di-kan, di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ke-
an, se-nya, pe-an, per-an.
(2) Jenis afiks menurut penggunaannya
a) Afiks produktif, yaitu afiks yang memiliki frekuensi pemakaian yang tinggi.
Contoh: se-, meng-, ber-, peng-, per-, dan seterusnya.
b) Afiks tak produktif, yaitu afiks yang frekuensi pemakaiannya tidak tinggi.
Contoh: -em, -el-, -er-, -wati, -is, -nda, dan seterusnya.
(3) Afiks asing atau afiks serapan
a) Akhiran dari bahasa Sansekerta: -wan, -wati, -man
b) Akhiran dari bahasa Arab: -i, -wi, -in, -at, -ah
c) Akhiran dari bahasa Barat: -isme, -tas, -ika, -logi, -is, (-asi), -al, -or, -if, -is.

B. Pengulangan (Kata Ulang)


1. Kata Ulang Murni: rumah-rumah, makan-makan, satu-satu, mobil-mobil, kalau-kalau
2. Kata Ulang Berubah Bunyi (Vokal/Konsonan)
Perubahan vokal: Bolak-balik, Larak-lirik, Tindak-tanduk, Serba-serbi, Kelap-kelip
Perubahan konsonan: Sayur-mayur, Lauk-pauk, Ramah-tamah, Cerai-berai
3. Kata Ulang Sebagian: Leluhur (bentuk dasar: luhur), Lelaki (bentuk dasar: laki)
4. Kata Ulang Berimbuhan: Bangunan-bangunan, pemimpin-pemimpin, peraturan-
peraturan

C. Makna Kata Ulang


1. Pengulangan untuk mendapatkan makna ‘banyak’, semua, seluruh: Murid-murid,
Buku-buku, Peraturan-peraturan, Pembangunan-pembangunan
2. Pengulangan untuk mendapatkan makna;banyak’ dan bermacam-macam’: Buah-
buahan, Kacang-kacangan, Sayur-mayur, Lauk-pauk, Goreng-gorengan
3. Pengulangan untuk mendapatkan makna ‘banyak’ dengan ukuran satuan yang disebut
kata dasarnya’: Berton-ton, Berbotol-botol, Beribu-ribu, Beratus-ratus

Pengertian Diksi
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya ketepatan penutur atau pemakai bahasa dalam
menyampaikan atau menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam pemilihan kata, ada dua
persyaratan yang harus dipenuhi (Arifin, Zaenal, 2002), yaitu:
1. Ketepatan, artinya kata-kata yang dipilih dapat mengungkapkan dengan tepat apa
yang ingin disampaikan
2. Kesesuaian, artinya menuntut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan
kesempatan dan keadaan pembaca/pendengar.
Sosiokomunikasi ITB (2007) bahwa diksi dapat diartikan pula sebagai tata kata yang
didalamnya mempunyai dua aspek, yaitu aspek bentuk dan aspek makna.

Aspek Bentuk
Memperhatikan aspek bentuk dalam diksi/pilihan kata adalah memperhatikan pola
pembentukan kata dalam penggunaannya untuk menyampaikan pesan/informasi.
1. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia
Berikut merupakan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, diantaranya:
a. Pembentukan Kata dengan Imbuhan (Afiksasi)
Awalan (prefiks): me-, ber-, ke-, di-, se-, ter-, pe-, dan per-. Sisipan (infiks):
-er-, -el-, -em-. Akhiran (sufiks): -an, -kan, -i. Awalan akhiran
(konfiks/simulifiks): ber-kan, ber-an, per-an, pe-an, per-i, me-kan, me-i,
memper-i, memper-kan.
Contoh:
1) Awalan me(N)-
Proses pengimbuhan dengan awalan me(N)- terhadap bentuk dasar dapat
mengakibatkan munculnya bunyi sengau atau bunyi hidung dapat pula tidak.
me(N)- + buat → membuat
me(N)- + pakai → memakai
Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa satu suku kata, me(N)-
berubah menjadi menge-, misalnya, dalam contoh berikut.
me(N)- + cap → mengecap
me(N)- + pak → mengepak
2) Awalan pe(N) dan pe(R)-
Awalan pe(N)- dan pe(R)- merupakan pembentuk kata benda. Kata benda
yang dibentuk dengan pe(N)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan
me(N)-.
Pe(N)- + rusak → perusak
Pe(N)- + laku → pelaku
Pe(N)- + beri → pemberi

Awalan pe(R)- memiliki variasi bentuk pe-, per-, dan pel-. Variasi tersebut
muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekati awalan pe(R)-.
Pe(R)- + dagang → pedagang
Pe(R)- + kerja → pekerja
Pe(R)- + tapa → pertapa

Kata-kata sebelah kanan berkaitan dengan awalan ber- yang dilekati dengan
kata dasar dagang, kerja, tapa, dan ajar. Jadi kata-kata tersebut berkaitan
dengan kata berdagang, bekerja, bertapa, dan belajar.
Dalam bahasa Indonesia sekarang muncul pula bentuk kata yang sepola
dengan kedua kata di atas, tetapi artinya berlainan. Misalnya, pegolf, pecatur,
perenang, pesenam, dan petenis.

3) Prefiks me- atau pe- pada kata dasar berkonsonan awal /k/, /p/, /t/, /s/,
dan vokal.
Karang = mengarang.pemgarang
Konsep = mengonsep/pengonsep
Putar = memutar/pemutar
Populer = memopuler(kan)/pemopuler
Proklamasi = memproklamasi(kan)/pemroklamasi(an)
4) Awalan be(R)-
Awalan be(R)- memiliki tiga variasi, yaitu ber-, be-, dan bel-.
Be(R)- + usaha → berusaha
Be(R)- + diskusi → berdiskusi
Be(R)- + korban → berkorban
Kata beruang sebagai kata dasar berarti sejenis binatang, sedangkan
sebagai kata berimbuhan, yang terdiri atas ber- dan uang memiliki arti
mempunyai uang. Dalam keseharian kini sering digunakan kata berterima
atau keberterimaan. Dalam hal ini awalan ber- sejajr dengan awlan di-.
Jadi, berterima sama dengan diterima, misalnya, dalam kalimat Usulan
yang disampaikan kepada Bapak Gubernur sudah berterima.
5) Awalan te(R)-
Awalan te(R)- memiliki variasi ter-, te-, dan tel-. Ketiga variasi tersebut
muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya. Pertama, artinya
sama dengan paling. Kedua, menyatakan arti tidak sengaja. Ketiga,
menyatakan arti sudah di- Misalnya dalam contoh di bawah ini.
Te(R)- + dengar → terdengar
Te(R)- + pandai → terpandai
Te(R)- + rasa → terasa
6) Prefiks ber-, ter-, dan per-.
Ber- + ajar = belajar (jadi bel-)
Ber- + rantai = berantai (jadi be-)
Ter- + cermin = tercermin (jadi te-)
7) Konfiks pe(N)-an dan per(R)-an
Kata benda yang dibentuk dengan pe(R)-an menunjukkan proses yang
berkaitan dengan kata kerja yang berimbuhan me(N)-kan, atau me(N)-i.
Pe(N)- + rusak + -an → perusakan
Pe(N)- + lepas + -an → pelepasan
Pe(N)- + tatar + -an → penataran
8) Akhiran –an dan Konfiks ke-an
Kata benda dapat dibentukdengan bentuk dasar dan akhiran –an atau
konfiks ke-an. Kata benda yang mengandung akhiran –an umumnya
menyatakan hasil, sedangkankata benda yang mengandung akhiran –an
umumnya menyatakan hal.
1. Dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu, tetapi kiriman itu belum
kami terima.
2. Sebulan setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan ke
sebuah media massa.
Kata benda yang mengandung ke-an diturunkan langsung dari bentuk
dasarnya seperti contoh berikut.
1. Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru. Kehadiran
beliau disana disambut dengan berbagai kesenian tradisional.
2. Mereka terlambat menyerahkan tugasnya. Keterlambatan itu
menyebabkan mereka mendapatkan nilai jelek.
Istilah rumpang kalimat berikut dengan kata benda yang mengandung
akhiran –an atau konfiks ke-an.
1. Sejak lama ia dididik orang tuanya. ... yang diberikan orang tuanya
itu menyebabkan dia menjadi orang besar.
2. Mereka membantu kami sepekan lalu. ... itu sangat bermanfaat
bagi kami.
9) Kata Kerja Bentuk me(N)- dan me(N)-kan
Akhiran –kan dan –i pada kata kerja dalam kalimat berfungsi menghadirkan
objek kalimat. Beberapa kata kerja baru dapat digunakan dalam kalimat
setelah diberi akhiran –kan atau –i.
1. Beliau sedang mengajar di kelas.
2. Beliau sedang mengajarkan bahasa indonesia.
3. Beliau sedang mengajari kami bahasa Indonesia di kelas.
4. Atasan kami menugasi kami mengikuti penyuluhan ini.
5. Atasan kami menugaskan pembuatan naskah pidato kepada sekretaris.
10) Awalan ke-
Awalan ke- berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan, baik bilangan
tingkat maupun bilangan yang menyatakan kumpulan. Kata benda yang
dibentuk dengan awalan ke- sangat terbatas, yaitu hanya pada kata tua, kasih,
hendak yang menjadi ketua, kekasih, dan kehendak.
11) Akhiran lain
Selain akhiran asli bahasa Indonesia –kan, -i, dan –an, terdapat pula beberapa
akhiran yang berasal dari bahasa asing, misalnya, -wan, -man, dan –wati dari
bahasa Sansekerta; akhiran –i, -wi, dan –iah dari bahasa Arab. Akhiran –wan
dan –wati produktif daripada akhiran –i dan –iah.
- Karyawan
- Karyawati
- Olahragawan
- Olahragawati
- Budiman
- Seniman
- Manusiawi
- Surgawi
- Badani
- Badaniah
Dalam penggunaan kata, selain harus memperhatikan faktor kebahasan, kita
pun harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor
tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan
tempat menampung ide.
a. Pembentukan kata dengan pengulangan
Contoh: metode-metode, pembangunan-pembangunan, bolak-balik
b. Pembentukan kata dengan pemajemukan/penggabungan
Contoh: purnajual, tata tertib, bebas tugas, tugas akhir, tanda mata
c. Pembentukan kata dengan pemajemukan dan pengulangan
Contoh:
rumah sakit = rumah sakit-rumah sakit/rumah-rumah sakit
kertas kerja = kertas kerja-kertas kerja/kertas-kertas kerja
d. Pola pembentukan kata
Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan
Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan
Putus, memutuskan pemutus, pemutusan, putusan

Pembentukan Kata dari Bahasa Asing


a. Diserap langsung
Misal: bank, opname, golf
b. Disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
Misal: subject – subjek, apotheek – apotek standard – standar,
c. Diterjemahkan
Misal: starting point- titik tolak, meet the press – jumpa pers, up to date – mutakhir
d. Diambil istilah seperti aslinya
Misalnya: de facto, status quo, cumlaude

Aspek makna
1. Makna Denotatif dan Konotatif
a. Makna denotatuf, adalah makna yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa adanya.
b. Makna konotatif, adalah makna asosiatif, makna yang timbul akibat dari sikap sosial,
sikap pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada makna konseptual/
Misal:
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
2. Makna Umum dan Khusus
a. Makna umum, adalah kata yang acuannya lebih luas.
b. Makna khusus, adalah kata yang acuannya lebih khusus.
Misal:
Ikan, bunga, bulan, hari (kata umum)
Ikan mas, tongkol, melati, mawar, mei, juni, senin, selasa (kata khusus)
3. Makna Konkret dan Abstrak
a. makna konkret, adalah kata yang acuannya mudah diserap oleh pancaindra.
b. Makna abstrak, adalah kata yang acuannya tidak mudah diserap oleh pancaindra.
Misal:
Meja, rumah, mobil, motor, air, dll. (konkret)
Gagasan, damai, aman, adil (abstrak)
4. Makna Meluas dan Menyempit
a. Makna Meluas (peyoratif), adalah kata yang mengalami perubahan makna tertentu
menjadi lebih luas.
b. Makna menyempit (amelioratif), adalah kata yang mengalami perubahan makna yang
lebih luas menjadi menyempit.
Misal:
Bapak, ibu, adik, kakak, abang, putera, puteri, mengandung, dll. (peyoratif)
Sarjana, ustad, ulama, wafat, dll. (amelioratif)
5. Sinonim, Homofon, dan Homograf
a. Sinonim, adalah dua kata atau lebih yang mempunyai makna sama.
b. Homofon, adalah kata yang sama bunyi, tetapi berbeda arti.
c. Homograf, adalah kata yang sama huruf, tetapi berbeda arti.
Misal:
agung, besar, raya, akbar, maha, makro (sinonim)
mampus, mati, meninggal, tewas, gugur, wafat, mangkat (homofon)
seri, teras (homograf)
pembentukan istilah
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang
dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Tata istilah (terminologi) adalah seperangkat asas dan ketentuan pembentukan
istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya. Istilah umum adalah istilah yang berasal
dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum.
Misalnya: anggaran, belanja, nikah. Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas
pada bidang tertentu saja. Misal: Apendektomi, Bipatride
A. Persyaratan Istilah yang Baik
Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata
bahasa Indonesia yang berikut:
1. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasayang paling tepat untuk mengungkapkan
konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu
2. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang
tersedia yang mempunyai rujukan sama.
3. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik
4. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).
5. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa
Indonesia.

B. Proses Pembentukan Istilah


1. Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
Upaya kecendikiaan ilmuan (scientist)dan pandit (scholar) telah dan terus
menghasilkan konsep ilmiah.
2. Bahan Baku Istilah Indonesia
Bahan baku istilah Indonesia diambil dari: (1) bahasa Indonesia (2) bahasa Nusantara
yang serumpun (3) bahasa asing.
3. Pemantapan Istilah Nusantara
Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan pandit Indonesia, telah
lama diterima secara luas.
4. Pemadaman Istilah
Upaya kendikiaan ilmuan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan terus menghasilkan
konsep ilmiah
5. Penerjemahan
Dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan
penyerapan.

Anda mungkin juga menyukai