Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 3

MENGGUNAKAN BAHASA DALAM KARANGAN


ILMIAH

JUMADIL AKBAR
MUH.ZIDAN MAULANA
LIANA OPINIA
RIMAYANI
JULIANI
PENDAHULUAN
Penulisan karya ilmiah telah lama menjadi persoalan serius. Penulisan karya ilmiah
yang bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengkomunikasikan
karya kreatif dan inovatif kepada masyarakat luas masih belum terealisasi dengan baik.
Karya ilmiah merupakan jenis tulisan ilmiah yang memiliki desain atau sistematika
tertentu sesuai dengan karakteristik ilmiah itu sendiri. Salah satu karakteristik tersebut
wujud dalam bentuk bahasa, yaitu bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa tulis yang
baku. Penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu (1) faktor non-teknis
mencakup sistematika penulisan dan penalaran dan (2) faktor teknis yang berkaitan dengan
content yang memperlihatkan keaslian gagasan yang didukung dengan argumentasi ilmiah.
Tulisan ini akan membahas karakteristik ragam bahasa tulis, sifat-sifat bahasa yang
dipergunakan dalam artikel ilmiah, dan beberapa persyaratan penggunaan bahasa dalam
artikel ilmiah.
BAHASA DALAM KARANGAN ILMIAH

1.Penerapan Ejaan Yang Disempurnakan 2.Pembentukan kata


a. Penggunaan spasi,cetak miring,cetak a. Penulisan gabungan kata,
tebal,pemenggalan kata b. Penulisan kata berimbuhan
b. Penulisan di- dan ke- sebagai kata c. Penulisan gabungan kata berimbuhan
depan dan awalan
d. Penulisan kata
c. Penulisan partikel per-dan pun-
1.Penerpan Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya)
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dikutip dari buku Esai
Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia (2020) karya Widya Fitriantiwi, ejaan disebut juga
sebagai kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa supaya keteraturan dan
keseragaman dalam penulisan bahasa dapat tercapai.
Sedangkan EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan dalam penulisan kata-
kata/kalimat dalam Bahasa Indonesia yang termuat dalam Surat Keputusan Presiden no. 57
tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan yang disempurnakan atau lebih sering disingkat menjadi
EYD adalah aturan dasar ejaan dalam bahasa Indonesia yang hingga sampai saat ini masih
digunakan.
FUNGSI EJAAN
- Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku.
- Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
- Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam penulisannya
tidak menghilangkan makna aslinya.
- - Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan mudah,
karena penulisan bahasa yang lebih teratur.
a.Penggunaan spasi,cetak miring,cetak tebal,pemenggalan kata

 Penggunaan Spasi
Penggunaan spasi setelah tanda baca sering tidak diindahkan. Menurut ketentuan yang
berlaku, setelah tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya) harus
ada spasi, jarak satu pukulan ketikan.
Penggunaan Cetak Miring
Kata yang telah bercetak miring yaitu ialah sebuah kata yang memiliki tujuan untuk dapat membedakan, menunjukkan,
atau bahkan memberikan sebuah penekanan pada sebuah kata.
Penggunaan dan juga fungsi tersebut telah disesuaikan dengan suatu konteks yang telah digunakan pada saat menuliskan
kalimat tertentu. Tata cara dari penggunaan dan juga fungsi dari sebuah kalimat huruf miring telah diatur di dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesua (PUEBI).
• Telah terdapat beberapa hal yang digunakan untuk huruf miring yaitu ialah sebagai berikut:
• Penegasan kata
• Judul karya
• Bahasa asing
• Bahasa daerah
• Ungkapan
 Penggunaan cetak tebal  Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata adalah proses pemenggalan atau


Tulisan yang dicetak tebal merupakan pemotongan kata sehingga kata bisa dituliskan dan
huruf yang memiliki arti/makna petng dilafalkan atau dieja dengan baik.

dalam suatu kalimat. Kalimat yang Pemenggalan kata dasar didasarkan kepada jenus hurufnya
yaitu huruf vokal, huruf diftong, dan huruf konsonan.
bercetak tebal pada suatu teks yang
Huruf vokal
dipandang penting sehingga ditebalkan
Jika dalam suatu kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
dengan tujuan menarik perhatian. Pada
maka pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
soal, kalimat bercetak tebal ini biasanya vokal tersebut. Misalnya:
adalah bagian yang harus dikoreksi atau • Saat dipenggal menjadi sa-at.
dijabarkan maknanya. • Riuh dipenggal menjadi ri-uh.
• Buang dipenggal menjadi bu-ang.
Huruf diftong Huruf konsonan
Huruf diftong yaitu ai, au, ei, dan oi tidak Jika di tengah suatu kata terdapat huruf
dipenggal, contohnya: konsonan, maka pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan tersebut. Misalnya:
• Landai dipenggal menjadi lan-dai.
• Dengan dipenggal menjadi de-ngan.
• Aula dipenggal menjadi au-la.
• Negara dipenggal menjadi ne-ga-ra.
• Survei dipenggal menjadi sur-vei.
• Mufakat dipenggal menjadi mu-fa-kat.
b.Penulisan di- dan ke- sebagai kata depan dan awalan

Sebagai kata depan Kata depan, biasanya ditulis terpisah dari kata yang
menyertainya. Seperti, di atas, di bawah, di sini, di
Kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-
sana, ke atas, ke bawah, ke sana, ke sini, dari atas, dari
kata atau bagian kalimat, biasanya diikuti oleh kata
bawah, dari sana, dari sini. Bukan : diatas, dibawah,
benda atau kata ganti benda.
disini, disana, keatas, kebawah, kesana, kesini,
Jenis-jenis kata depan,  : dariatas, daribawah, darisana, darisini.
• menunjukkan tempat : di, ke, dari Kecuali untuk penulisan : kepada, keluar, kemari, dan
• menyatakan maksud dan tujuan : untuk, guna daripada.Untuk penulisan kata keluar, ke sebagai kata
• menunjukkan waktu : hingga, sampai depan tidak ditulis terpisah. Tetapi, jika sebagai lawan
• menunjukkan sebab : demi, atas kata masuk, maka kata keluar, ditulis terpisah ‘ke
luar‘.
Sebagai awalan Untuk membedakan di dan ke sebagai kata
Seperti yang kita tahu juga, depan atau di dan ke sebagai awalan :
awalan di- dan ke- memiliki arti dan fungsi yang sebagai kata depan : di dan ke langsung diikuti
bermacam-macam. Bagaimana untuk oleh kata tempat (ditulis terpisah). Contoh : di
penulisannya? rumah, di kantor, ke kampung, ke kota.
Sebagai awalan, di- dan ke- ditulis untuk awalan : di- langsung diikuti oleh kata
serangkai dengan kata dasar yang kerja (ditulis serangkai). Contoh : dimasak,
menyertainya. Seperti : dipaksa, ditulis, dikirim,
dikubur. Sedangkan, ke- langsung diikuti selain
dsb. Atau, kelima, keempat, keangkat (bahasa
kata tempat (ditulis serangkai). Contoh :
tidak resmi dari terangkat), dsb.
ketujuh, ketua, kehendak, kekasih, dll.
c.Penulisan partikel per-dan pun-

Penulisan Partikel pun Penulisan Partikel per


Penulisan partikel pun biasanya digunakan untuk menegaskan makna
Partikel per berarti demi, tiap, atau mulai, teman-
kata yang dirinya, memberikan makna yang berlawanan, atau
menunjukkan sesuatu sedang dimulai. teman.
Penulisan partikel pun adalah dipisah dengan kata yang Penulisan partikel per yang tepat adalah dipisah dari
mendahuluinya.
kata yang mengikutinya.
Contoh penulisan partikel pun yang dipisah:
Contoh penulisan partikel per:
- Kalau kita gagal pun, setidaknya kita sudah berusaha.
- Bukan hanya manusia, hewan dan tumbuhan pun merasakan - Satu per satu, bunga mulai bermekaran di taman
dampak pemanasan global. itu.
Namun, ada juga partikel pun yang ditulis serangkai, yaitu partikel - Mobil ini melaju dengan kecepatan 80 km per jam.
pun yang merupakan kata penghubung.
Contoh penulisan partikel pun yang serangkai: - Per Januari 2021, warga tidak boleh menggunakan
kantong plastik sekali pakai.
- Meskipun cuaca panas, ia tetap bersemangat mendaki bukit.
- Bagaimanapun caranya, aku akan jadi perenang profesional.
2.Pembentukan kata

Proses pembuatan kata bentukan yang memiliki makna baru dari kata dasar dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu;
1. Afiksasi atau pengimbuhan - misalnya berdamai,
2. Reduflikasi atau pengulangan - misalnya abu-abu, serta
3. Komposisi atau pemajemukan, misalnya garam dapur, roda gila.
1.Afiksasi
Afiks atau imbuhan adalah morfem atau bentuk terikat yang digunakan untuk membentuk neologisme. Biasa
dikelompokkan menurut posisi penempatannya terhadap kata dasar, jenis imbuhan yang paling sering digunakan dalam
bahasa Indonesia adalah:
1. prefiks (awalan, misalnya me-, ber-, nara-),
2. sufiks (akhiran, misalnya -an, -wan),
3. infiks (sisipan di tengah, misalnya -em-, -el-), dan
4. konfiks (gabungan dua afiks tunggal, misalnya ke- -an, pe- -an).
Contohnya istilah nirkabel sebagai padanan wireless dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata dasar wire (kabel) dan
sufiks -less. Sufiks -less dalam bahasa Inggris bisa berarti tidak, tanpa, atau kurang. Afiks yang memiliki makna serupa
dalam bahasa Indonesia sebenarnya ada beberapa, seperti awa-, dur-, nir-, dan tuna-. Kenapa akhirnya dipilih nir-,
mungkin karena lebih enak terdengarnya dan bukan berarti bahwa semua sufiks -less pasti dialihbahasakan
menjadi nir-.
2.Reduplikasi

Reduplikasi adalah fenomena linguistik berupa pengulangan suatu kata atau unsur kata (fonem, morfem) membentuk lema baru
yang dapat mengubah makna dasar. Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi sering dilakukan dengan menambahkan tanda hubung (-).

3.Komposisi

Banyak sekali lema yang dibentuk melalui proses pemajemukan dalam bahasa Indonesia, contohnya rumah sakit,terima kasih, dll.

Yang menarik adalah, meskipun EYD telah mengatur dengan cukup jelas tata cara penulisan gabungan kata, masih banyak
ditemukan kesalahan yang dilakukan pengguna bahasa Indonesia dalam menuliskan kata majemuk. Prinsip ringkas penulisan kata
gabungan adalah:

1. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh darah daging.

2. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari salah pengertian. Contoh orang-tuamuda.

3. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima kasih.

4. Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh: menyebarluaskan.

5. Ditulis serangkai untuk beberapa lema yang telah ditentukan. Contohnya manakala,


a.Penulisan gabungan kata

Menurut Rahma Barokah dalam buku Berfikir Cerdas dengan Bahasa Indonesia (2021), gabungan kata adalah

gabungan morfem dasar yang mana seluruhnya memiliki status sebagai kata dengan pola fonologis, gramatikal serta

semantis yang khusus, sesuai kaidah bahasa yang bersangkutan. Gabungan kata juga bisa dimaknai ketika suatu kata

terdiri atas kata awalan dan diberi akhiran. Hampir seluruh bentuk gabungan kata diberi awalan dan akhiran.

Gabungan kata dapat membentuk kata, kata majemuk, dan frasa. Gabungan kata yang membentuk kata adalah

gabungan antara bentuk terikat dan kata dasar, misalnya: ekstra– + kurikuler, pra- + sejarah, swa- + layan. Gabungan

kata yang membentuk kata majemuk adalah gabungan antara kata dasar dengan kata dasar yang membentuk makna

baru, misalnya: rumah sakit, meja makan, tanda tangan, anak tiri, buku halus, dan tumpang tindih. Gabungan kata

yang berupa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang tidak bersifat predikatif, misalnya gadis cantik, gunung

tinggi, rambut pendek, bubur ayam, dan rumah besar. Penulisan gabungan kata tersebut memiliki ketentuan masing-

masing. Berikut ini ketentuan penulisan gabungan kata.


Berikut ini ketentuan penulisan gabungan kata.
1.Penulisan gabungan kata disambung jika gabungan kata tersebut berupa gabungan bentuk terikat dan kata dasar.
Bentuk terikat dapat berupa partikel, klitik, dan imbuhan. Contoh: tuna + wisma ? tunawisma; antar- + benua ?
antarbenua; multi- + dimensi ? multidimensi; di- + jual ? dijual; men- + cari ?mencari
2.Penulisan gabungan kata dipisah jika gabungan kata membentuk kata majemuk dan frasa tidak berimbuhan. Contoh:
kampung batik, kerja sama, gotong royong, rumah sehat, budi daya, padu padan, tanggung jawab, kembang biak,
aneka ragam, kambing hitam, rumah kaca, dan ambil alih. Adapun penulisan bentuk terikat  maha dan peri ditulis
serangkai dengan kata berikutnya jika kata tersebut berupa kata dasar, contoh Mahatahu, Mahakuasa, Mahabesar,
Mahabijaksana. Penulisannya dipisah jika bentuk maha dan peri bertemu dengan kata berimbuhan, contoh:  Maha
Pemurah, Maha Pengasih, peri kemanusiaan, dan peri keadilan. Namun, ada satu perkecualian jika maha bertemu
dengan kata esa, penulisannya tetap dipisah menjadi Maha Esa.
3.Penulisan gabungan kata dipisah jika mendapat awalan atau akhiran saja. Contoh: tanda tangani, bekerja sama, kerja
samakan, bergotong royong, berterima kasih, pemotong rumput, menganak sungai, dan memadu padan.
4.Penulisan gabungan kata disambung jika mendapat awalan dan akhiran. Contoh: keanekaragaman,
mengambinghitamkan, menandatangani, memejahijaukan, mempertanggungjawabkan, menganaktirikan,
mengembangbiakkan, kewarganegaraan, dibebastugaskan, dan mendayagunakan .
b.Penulisan kata berimbuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, imbuhan adalah bubuhan (yang berupa
awalan, sisipan, akhiran) pada kata dasar untuk membentuk kata baru; afiks. Jenis-
jenis imbuhan: Prefiks atau awalan merupakan imbuhan yang terletak di awal kata dasar,
misalnya me-, di-, ber-, ter- , dan lainnya.
Jenis kata berimbuhan ini ada bermacam-macam, sesuai sama posisinya. Imbuhan, atau
bisa juga disebut sebagai afiks punya banyak posisi. Ada prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks.
Prefiks
Prefiks adalah imbuhan yang posisinya di awal atau
disebut awalan. Kalo sufiks kebalikannya, yaitu posisinya
di akhir alias akhiran. Kalo konfiks, ada di dua-duanya
alias awal-akhir. Terakhir, infiks, posisinya nyelip di
tengah kata atau bisa disebut sisipan.
Sufiks
sufiks atau akhiran. Buat akhiran, kita punya
akhiran -kan, -i, -an, dan -nya.Akhiran -
an biasanya dipakai untuk membuat kata
benda, kalau akhiran -kan sama -i ini biasanya
kita pakai buat kata yang ada di dalam kalimat
perintah, dan akhiran -nya biasanya dipakai
untuk menunjukkan kepemilikan.
Konfiks
adalah awalan dan akhiran yang melekat pada
kata secara bersama-sama, tidak secara
bertahap / tidak satu demi satu.
Infiks
Di bahasa Indonesia, kita punya
sisipan berupa -el, -em, dan -
er. Mungkin banyak kata-kata
yang bersisipan ini yang elo
kira emang itu kata dasarnya,
saking yang sering dipakainya
kata-kata yang udah bersisipan.
Contohnya ada telapak,
telunjuk, jelajah, kerudung, dan
lain-lain.
c.Penulisan gabungan kata berimbuhan
Gabungan kata, atau ada pula yang menyebut kata majemuk, merupakan gabungan dari dua
kata atau lebih yang memiliki makna berbeda dengan kata-kata asalnya. Meski dua kata atau
lebih tersebut telah digabung menjadi satu, penulisannya tetap dipisah, tidak disatukan. Misalnya
kata orang tua; tanggung jawab; tanda tangan; kerja sama; dan garis bawah, tidak ditulis
orangtua; taggungjawab; tandatangan; kerjasama; dan garisbawah.
Jika gabungan kata hanya mendapatkan awalan atau akhiran, penulisannya tetap dipisah.
Akan tetapi jika gabungan kata mendapatkan awalan dan akhiran, penulisannya disatukan.
Gabungan kata yang hanya mendapatkan awalan atau akhiran misalnya orang tuanya;
bertanggung jawab; tanda tangani; bekerja sama; dan garis bawahi. Sedangkan gabungan kata
yang mendapatkan awalan dan akhiran misalnya pertanggungjawaban; ditandatangani;
penandatanganan; menggarisbawahi; dan dikambinghitamkan.
d.Penulisan Kata
Penulisan kata adalah Penjelasan Penulisan kata sudah kami jelaskan di atas.
proses atau cara menulis • Penulisan Kata Dasar. Berdasarkan PUEBI, kata dasar ditulis sebagai satu
yang mepertimbangkan rangkaian atau kesatuan. ...
unsur bahasa yang
• Penulisan Kata Berimbuhan
diucapkan atau
dituliskan sebagai • Penulisan Bentuk Ulang
wujud kesatuan • Penulisan Gabungan Kata
perasaan dan pikiran
• Penulisan Pemenggalan Kata
yang dapat digunakan
dalam berbahasa sesuai • Penulisan Kata Depan
ejaan yang • Penulisan Partikel
disempurnakan.
• Penulisan Singkatan dan Akronim
"Tuntutlah ilmu, tapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah
ibadah tapi tidak boleh lupa pada ilmu.“
(Hassan Al Bashri)
SEKIAN HANYA INI DARI KELOMPOK 3

Anda mungkin juga menyukai