JUMADIL AKBAR
MUH.ZIDAN MAULANA
LIANA OPINIA
RIMAYANI
JULIANI
PENDAHULUAN
Penulisan karya ilmiah telah lama menjadi persoalan serius. Penulisan karya ilmiah
yang bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengkomunikasikan
karya kreatif dan inovatif kepada masyarakat luas masih belum terealisasi dengan baik.
Karya ilmiah merupakan jenis tulisan ilmiah yang memiliki desain atau sistematika
tertentu sesuai dengan karakteristik ilmiah itu sendiri. Salah satu karakteristik tersebut
wujud dalam bentuk bahasa, yaitu bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa tulis yang
baku. Penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu (1) faktor non-teknis
mencakup sistematika penulisan dan penalaran dan (2) faktor teknis yang berkaitan dengan
content yang memperlihatkan keaslian gagasan yang didukung dengan argumentasi ilmiah.
Tulisan ini akan membahas karakteristik ragam bahasa tulis, sifat-sifat bahasa yang
dipergunakan dalam artikel ilmiah, dan beberapa persyaratan penggunaan bahasa dalam
artikel ilmiah.
BAHASA DALAM KARANGAN ILMIAH
Penggunaan Spasi
Penggunaan spasi setelah tanda baca sering tidak diindahkan. Menurut ketentuan yang
berlaku, setelah tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya) harus
ada spasi, jarak satu pukulan ketikan.
Penggunaan Cetak Miring
Kata yang telah bercetak miring yaitu ialah sebuah kata yang memiliki tujuan untuk dapat membedakan, menunjukkan,
atau bahkan memberikan sebuah penekanan pada sebuah kata.
Penggunaan dan juga fungsi tersebut telah disesuaikan dengan suatu konteks yang telah digunakan pada saat menuliskan
kalimat tertentu. Tata cara dari penggunaan dan juga fungsi dari sebuah kalimat huruf miring telah diatur di dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesua (PUEBI).
• Telah terdapat beberapa hal yang digunakan untuk huruf miring yaitu ialah sebagai berikut:
• Penegasan kata
• Judul karya
• Bahasa asing
• Bahasa daerah
• Ungkapan
Penggunaan cetak tebal Pemenggalan Kata
dalam suatu kalimat. Kalimat yang Pemenggalan kata dasar didasarkan kepada jenus hurufnya
yaitu huruf vokal, huruf diftong, dan huruf konsonan.
bercetak tebal pada suatu teks yang
Huruf vokal
dipandang penting sehingga ditebalkan
Jika dalam suatu kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
dengan tujuan menarik perhatian. Pada
maka pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
soal, kalimat bercetak tebal ini biasanya vokal tersebut. Misalnya:
adalah bagian yang harus dikoreksi atau • Saat dipenggal menjadi sa-at.
dijabarkan maknanya. • Riuh dipenggal menjadi ri-uh.
• Buang dipenggal menjadi bu-ang.
Huruf diftong Huruf konsonan
Huruf diftong yaitu ai, au, ei, dan oi tidak Jika di tengah suatu kata terdapat huruf
dipenggal, contohnya: konsonan, maka pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan tersebut. Misalnya:
• Landai dipenggal menjadi lan-dai.
• Dengan dipenggal menjadi de-ngan.
• Aula dipenggal menjadi au-la.
• Negara dipenggal menjadi ne-ga-ra.
• Survei dipenggal menjadi sur-vei.
• Mufakat dipenggal menjadi mu-fa-kat.
b.Penulisan di- dan ke- sebagai kata depan dan awalan
Sebagai kata depan Kata depan, biasanya ditulis terpisah dari kata yang
menyertainya. Seperti, di atas, di bawah, di sini, di
Kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-
sana, ke atas, ke bawah, ke sana, ke sini, dari atas, dari
kata atau bagian kalimat, biasanya diikuti oleh kata
bawah, dari sana, dari sini. Bukan : diatas, dibawah,
benda atau kata ganti benda.
disini, disana, keatas, kebawah, kesana, kesini,
Jenis-jenis kata depan, : dariatas, daribawah, darisana, darisini.
• menunjukkan tempat : di, ke, dari Kecuali untuk penulisan : kepada, keluar, kemari, dan
• menyatakan maksud dan tujuan : untuk, guna daripada.Untuk penulisan kata keluar, ke sebagai kata
• menunjukkan waktu : hingga, sampai depan tidak ditulis terpisah. Tetapi, jika sebagai lawan
• menunjukkan sebab : demi, atas kata masuk, maka kata keluar, ditulis terpisah ‘ke
luar‘.
Sebagai awalan Untuk membedakan di dan ke sebagai kata
Seperti yang kita tahu juga, depan atau di dan ke sebagai awalan :
awalan di- dan ke- memiliki arti dan fungsi yang sebagai kata depan : di dan ke langsung diikuti
bermacam-macam. Bagaimana untuk oleh kata tempat (ditulis terpisah). Contoh : di
penulisannya? rumah, di kantor, ke kampung, ke kota.
Sebagai awalan, di- dan ke- ditulis untuk awalan : di- langsung diikuti oleh kata
serangkai dengan kata dasar yang kerja (ditulis serangkai). Contoh : dimasak,
menyertainya. Seperti : dipaksa, ditulis, dikirim,
dikubur. Sedangkan, ke- langsung diikuti selain
dsb. Atau, kelima, keempat, keangkat (bahasa
kata tempat (ditulis serangkai). Contoh :
tidak resmi dari terangkat), dsb.
ketujuh, ketua, kehendak, kekasih, dll.
c.Penulisan partikel per-dan pun-
Proses pembuatan kata bentukan yang memiliki makna baru dari kata dasar dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu;
1. Afiksasi atau pengimbuhan - misalnya berdamai,
2. Reduflikasi atau pengulangan - misalnya abu-abu, serta
3. Komposisi atau pemajemukan, misalnya garam dapur, roda gila.
1.Afiksasi
Afiks atau imbuhan adalah morfem atau bentuk terikat yang digunakan untuk membentuk neologisme. Biasa
dikelompokkan menurut posisi penempatannya terhadap kata dasar, jenis imbuhan yang paling sering digunakan dalam
bahasa Indonesia adalah:
1. prefiks (awalan, misalnya me-, ber-, nara-),
2. sufiks (akhiran, misalnya -an, -wan),
3. infiks (sisipan di tengah, misalnya -em-, -el-), dan
4. konfiks (gabungan dua afiks tunggal, misalnya ke- -an, pe- -an).
Contohnya istilah nirkabel sebagai padanan wireless dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata dasar wire (kabel) dan
sufiks -less. Sufiks -less dalam bahasa Inggris bisa berarti tidak, tanpa, atau kurang. Afiks yang memiliki makna serupa
dalam bahasa Indonesia sebenarnya ada beberapa, seperti awa-, dur-, nir-, dan tuna-. Kenapa akhirnya dipilih nir-,
mungkin karena lebih enak terdengarnya dan bukan berarti bahwa semua sufiks -less pasti dialihbahasakan
menjadi nir-.
2.Reduplikasi
Reduplikasi adalah fenomena linguistik berupa pengulangan suatu kata atau unsur kata (fonem, morfem) membentuk lema baru
yang dapat mengubah makna dasar. Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi sering dilakukan dengan menambahkan tanda hubung (-).
3.Komposisi
Banyak sekali lema yang dibentuk melalui proses pemajemukan dalam bahasa Indonesia, contohnya rumah sakit,terima kasih, dll.
Yang menarik adalah, meskipun EYD telah mengatur dengan cukup jelas tata cara penulisan gabungan kata, masih banyak
ditemukan kesalahan yang dilakukan pengguna bahasa Indonesia dalam menuliskan kata majemuk. Prinsip ringkas penulisan kata
gabungan adalah:
2. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari salah pengertian. Contoh orang-tuamuda.
3. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima kasih.
Menurut Rahma Barokah dalam buku Berfikir Cerdas dengan Bahasa Indonesia (2021), gabungan kata adalah
gabungan morfem dasar yang mana seluruhnya memiliki status sebagai kata dengan pola fonologis, gramatikal serta
semantis yang khusus, sesuai kaidah bahasa yang bersangkutan. Gabungan kata juga bisa dimaknai ketika suatu kata
terdiri atas kata awalan dan diberi akhiran. Hampir seluruh bentuk gabungan kata diberi awalan dan akhiran.
Gabungan kata dapat membentuk kata, kata majemuk, dan frasa. Gabungan kata yang membentuk kata adalah
gabungan antara bentuk terikat dan kata dasar, misalnya: ekstra– + kurikuler, pra- + sejarah, swa- + layan. Gabungan
kata yang membentuk kata majemuk adalah gabungan antara kata dasar dengan kata dasar yang membentuk makna
baru, misalnya: rumah sakit, meja makan, tanda tangan, anak tiri, buku halus, dan tumpang tindih. Gabungan kata
yang berupa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang tidak bersifat predikatif, misalnya gadis cantik, gunung
tinggi, rambut pendek, bubur ayam, dan rumah besar. Penulisan gabungan kata tersebut memiliki ketentuan masing-