Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 4

Anggota Kelompok 4 :
 Cindy Aprilia Ratnasari (046)
 Ade Luh Febiola Kristanti (053)
 Kamala Syifaiyah A. (065)
 Raden Roro Afifah R. (076)

KATA IMBUHAN
1. Kata Imbuhan adalah kata yang biasanya ditambahkan pada awal, tengan, maupun
akhir kalimat dan kata imbuhan ini biasanya telah mengalami pengimbuhan atau
afiksasi.
Imbuhan tersebut akan membentuk kata dasar menjadi sebuah kata baru dan kata
imbuhan ini menjadi unsur penting yang dapat mengubah bentuk kata, jenis kata dan
makna kata.
Jenis imbuhan berdasarkan tempat atau posisinya terdiri dari empat jenis yaittu
awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks).
a. Prefiks
Prefiks adalah kata imbuhan yang diletakkan diawal kata atau biasa yang
disebut awalan.
Contoh : makan + imbuhan me- →memakan.
Macam-macam prefiks
1) Prefiks me-
Prefiks me- berfungsi membentuk kata kerja satu verba dan
menyatakan makna aktif. Prefiks me- ini mengandung arti structural,
dimana prefiks ini mengandung berberapa arti, yaitu :
 Melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar.
Contoh: menanan, menulis, membaca.
 Mengerjakan dengan alat.
Contoh: mengetik, membajak, mengecat.
 Membuat jadi atau menjadi
Contoh: meninggi, menghijau, menua
 Berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai
Contoh: membujang, menjanda, membabi buta.
 Mencari atau mengumpulkan
Contoh: mendamar, merotan.
2) Prefiks di-
Prefiks di- berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna
pasif.
Contoh: diantar, dimakan, digoreng.
Ada perbedaan penggunaan di- sebagai imbuhan dengan kata depan.
Perbedaan kata depan di- dengan imbuhan di- berdasarkan fungsi dan
tata cara penulisan adalah sebagai berikut.
 Kata depan di-
Kata depan di- adalah satu kata depan dalam Bahasa Indonesia
yang berfungsi untuk menunjukan tempat. Menurut Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia, kata depan ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Contoh: buku itu ditaruh di atas meja.
 Imbuhan di-
Imbuhan di- dapat bergabung dengan kata kerja dan kata benda.
Imbuhan di- berfungsi membentuk kalimat psif transitif.
Penulisan untuk di- sebagai imbuhan harus digabung.
Contoh: boneka doraemon itu dipegang oleh adik.
3) Prefiks Ber-
Prefiks ber- memiliki membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda,
kata sifat, dan kata kerja sendiri). Prefiks ini mengandung arti:
 Mempunyai
Contoh: bernama, beristri, beruang, berjanggut.
 Memakai
Contoh: berbaju biru, berdasi, dan berbusana.
 Melakukan tindakan untuk diri sendiri (rafleksif)
Contoh: berniat, bercukur, bersolek.
 Berada dalam keaadaan
Contoh: bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria.
 Saling atau timbal-balik (resiprok)
Contoh: bergelut, bertinju, bersalaman.
4) Prefiks pe-
Prefiks pe- memiliki fungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata
sifat, dan kata benda sendiri. Prefiks ini mengandung makna
gramatikal:
 Pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar.
Contoh: penerjemah, pemirsa, penambang.
 Alat untuk me…
Contoh: perekat, pengukur, penggaris.
 Orang yang gemar.
Contoh: penjudi, pemabuk, pencuri.
 Orang yang di…
Contoh: petatar, pesuruh.
 Alat untuk …
Contoh: perasa, penglihat, penggali
5) Prefiks per-
Prefiks per- memiliki fungsi membentuk kata kerja imperative.
Mengandung arti:
 Membuat jadi (kausatif)
Contoh: perbudak, perhamba, pertuan.
 Membuat lebih.
Contoh: pertajam, perkecil, perbesar.
 Membagi jadi.
Contoh: perempat, perlima.
6) Prefiks ter-
Prefiks ter- berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti
yang dimiliki antara lain ialah:
 Dalam keadaan di.
Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam.
 Dikenai tindakan secara tak sengaja.
Contoh: tertinju, terbawa, terpukul.
 Dapat di-.
Contoh: terangkat, termakan, tertampung.
 Paling (superlatif).
Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
7) Prefiks ke-
Prefiks ke- berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata
bilangan kumpulan, kata benda, dan kata kerja. Sebagai pembentu kata
benda, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di… i’, atau ‘yang
di…kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua.
b. Infiks
Infiks adalah imbuhan yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata atau biasa
disebut sebagai sisippan. Sisipan atau infiks terdiri dari -el-, -er-, -em-, -in-, -
ah-. Berikut daftar kata dalam Bahasa Indonesia yang dapat diberi sisipan:
 Contoh sisipan -el-
 Geber menjadi geleber
 Jajah menjadi jelajah
 Sidik menjadi selidik
 Contoh sisipan -er-
 Sabut menjadi serabut
 Suling menjadi seruling
 Gendang menjadi gerendang
 Contoh sisipan -em-
 Cerlang menjadi cemerlang
 Jari menjadi jemari
 Kuning menjadi kemuning
 Contoh sisipan -in-
 Kerja menjadi kinerja
 Sambung menjadi sinambung
 Tambah menjadi tinambah
 Contoh sisipan -ah-
 Bagian menjadi bahagian
 Baru menjadi baharu
 Basa menjadi Bahasa
c. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah kata imbuhan yang diletakkan di belakang kata
dasar, atau sebagai akhiran kata. Contoh suiks adalah -an, -at, -si, -ika, -ur, -
ris, -us, -isme, -is, -isasi, -in, -isida, -ita, -or, dan -tas. Contoh tersebut
diletakkan pada akhiran kata.
Contoh kalimat sufiks:
 Buku bacaan ini adalah kesukaan Dilla.
 Tiwi tidak menyukai asinan yang dibuat di toko itu.
 Lidya ingin menjadi seoran kritikus ekonomi professional.
d. Konfiks
Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalah dan
akhiran yang membentuk satu kesatuan. Dalam Bahasa Indonesia, terdapat
lima macam konfiks antara lain ke-an, pe-an, se-nya, dan ber-an.
Contoh kalimat konfiks:
 Pengaturan tata letak buku di perpustakaan ini telah ditetapkan.
 Pertunjukan tari itu sangat cantik.
 Kemiskinan menjadi masalah nasional yang sangat sulit dientaskan.
 Semuanya nampak indah ketika kalian berlibur di daerah pegunungan.
 Ujian Nasional tahun ini bersamaan dengan adanya covid-19.

KATA ULANG
Pengertian Kata Ulang
Kata ulang merupakan hasil dari suatu proses, yaitu reduplikasi. Reduplikasi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses atau perulangan kata atau unsur kata, seperti
kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balik, dan sebagainya, sedangkan kata ulang adalah kata
yang terjadi sebagai hasil dari reduplikasi.
Macam-macam Kata Ulang
Terdiri dari dua (2) jenis, yaitu berdasarkan bentuk dan merubah makna. Penjelasan
mengenai macam-macamnya bisa dipelajari seperti di bawah ini.
1. Kata ulang berdasarkan bentuk
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, kata ini menurut Rohmadi, dkk (2013:86-94)
dikelompokkan menjadi empat golongan. Empat golongan yaitu, seperti berikut.
a. Dwilingga (utuh)
Bentuk pengulangan atas seluruh bentuk dasar tanpa variasi fonem dan afiksasi disebut
dengan dwilingga. Contoh:
 Ibu menjadi ibu-ibu
 Tontonan menjadi tontonan-tontonan
 Sahabat menjadi sahabat-sahabat
b. Dwipurwa (sebagian)
Perulangan sebagian ialah perulangan atas sebagian dari bentuk dasar suatu kata. Dalam hal
ini, bentuk dasar tidak diulang seluruhnya, melainkan hanya diulang sebagian saja. Contoh:
Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk tunggal.
 Laki menjadi lelaki, bukan laki-laki
 Tamu menjadi tetamu, bukan tamu-tamu
 Pohon menjadi pepohonan, bukan pohon-pohon
c. Kata ulang berimbuhan atau afiksasi
Perulangan dengan berimbuhan bukan merupakan dua proses berurutan, melainkan proses
yang terjadi sekaligus antara perulangan dan pembubuhan imbuhan (afiksasi). Proses
perulangan tersebut terjadi bersama-sama dengan proses afiksasi dan bersama-sama pula
mendukung satu fungsi. Contoh:
 Kata dasar motor menjadi motor-motor; perulangan dari bentuk motor yang berarti
lebih dari satu, fungsi semantiknya terlihat pada bentuk motor yang berarti tunggal
dan motor-motor merupakan bentuk jamak.
Kata dasar motor menjadi motor-motoran; perulangan dan imbuhan -an terbentuk
bersama-sama. Proses terbentuknya adalah dari motor langsung menjadi motor-motor
ditambah -an. Nosi motor-motoran ialah menyerupai atau seperti. Dengan demikian,
nosi motor-motor tidak ada hubungannya dengan nosi motor-motor.
 Orang-orangan, kata dasar orang, bukan dari orang-orang + -an
 Kuda-kudaan, kata dasar kuda, bukan dari kuda-kuda + -an

d. Kata ulang berubah bunyi atau variasi fonem


Perulangan dengan variasi fonem atau perulangan dengan perubahan bunyi adalah perulangan
yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar disertai dengan perubahan bunyi pada salah
satu suku. Contoh:
Perulangan dengan variasi vokal
 Serba-serbi
 Gerak-gerik
Perulangan dengan variasi konsumen
 Lauk-pauk
 Sayur-mayur
 Ramah-tamah
e. Kata ulang semu
Kata ulang adalah bentuk perulangan kata dasar yang merupakan bentuk linguistik. Ada
beberapa bentuk yang tidak jelas makna bentuk dasarnya. Dengan demikian, bentuk ulang
jenis ini tidak memiliki bentuk dasar sebagai bentuk linguistik. Bentuknya menyerupai, tetapi
tidak memenuhi syarat ciri-ciri kata ulang. Sebagian para ahli menyebut dengan kata ulang
semu. Contoh:
 Gara-gara (gara)
 kunang-kunang (kunang)
 Cumi-cumi (cumi)
Kenyataan menunjukkan bahwa bentuk di atas merupakan bentuk ulang dari suatu bentuk
dasar seperti yang terlihat pada bentuk dalam kurung. Namun, terlihat juga bahwa bentuk
dasar seperti yang ada dalam kurung itu tidak dapat (tidak pernah) berdiri sendiri dan tidak
pernah ada dalam pemakaian bahasa Indonesia lainnya selain hanya pada bentuk perulangan
seperti di atas.
f. Kata ulang unik
Yaitu salah satu unsurnya bukan merupakan bentuk linguistik. Contoh:
 Simpang → Simpang-siur
 Gelap → Gelap-gulita

2. Kata ulang merubah makna


Rohmadi, dkk (2013:97-100) memaparkan bahwa kata ulang memiliki arti masing-masing.
Arti ini bisa dipelajari seperti berikut.
a. Jika bentuk dasarnya kata benda, kata ulang berarti;
1) Menyatakan meskipun
Contoh:
Biji-biji dimakannya : meskipun biji dimakan
2) Menyatakan menyerupai atau menirukan
Contoh:
 Kuda-kuda
 Ular-ular
3) Menyatakan bermacam-macam
Contoh:
 Murid-murid
 Buah-buahan
b. Jika bentuk dasarnya kata kerja, kata ulang berarti;
1) Menyatakan hal berhubungan
Contoh:
 Masak-memasak
 Tulis-menulis
 Jahit-menjahit
2) Menyatakan pekerjaan yang diulang-ulang
Contoh:
 Memukul-mukul
 Menarik-narik
 Bercakap-cakap
3) Menyatakan ketidakpastian/pekerjaan dilakukan seenaknya
Contoh:
 Melihat-lihat
 Membaca-baca
 Mencoret-coret
4) Menyatakan pekerjaan berbalasan
Contoh:
 Bantu-membantu
 Bersalam-salaman
 Dorong-mendorong

Jika bentuk dasarnya kata sifat, kata ulang berarti;


1) Menyatakan agak/hampir
Contoh:

 Malu-malu = agak malu


 Ragu-ragu = agak ragu
2) Menyatakan bermacam-macam/banyak
Contoh:
 Soal sulit-sulit soal-soal sulit
 Ibu muda-muda ibu-ibu muda
3) Menyatakan meskipun
Contoh:
 Kecil-kecil dibawanya = meskipun kecil dibawanya juga
 Juga panas-panas diminum = meskipun panas diminum
 Kurus-kurus kuat juga = meskipun kurus kuat juga
4) Menyatakan sifat/keadaan
Contoh:
 Besar-besar = sangat besar
 Cepat-cepat = sangat cepat
 Kecil-kecil = sangat kecil
5) Menyatakan superlatif (se-nya)
Contoh:
 Sejauh-jauhnya
 Selama-lamanya
 Secepat-cepatnya

Makna dan Fungsi Kata Ulang


Sebagai salah satu bentuk proses morfologis, proses reduplikasi atau pengulangan, tidak
berfungsi mengubah golongan jenis kata. Dengan demikian, pada umumnya reduplikasi tidak
mempunyai fungsi gramatik. Jika ada, maka bentuk-bentuk ulang yang mengandung fungsi
gramatik hanya terbatas pada beberapa bentuk tertentu saja. Seperti contoh di bawah ini
(Rohmadi, dkk, 2013:95-96).

1. Perulangan mengubah kata kerja menjadi kata benda


Kata kerja : injak, undur, karang, tulis
Kata benda bentuk ulang : injak-injak, undur-undur, karang-karang, tulis-tulis
Bentuk ulang di atas merupakan jenis kata benda yang dibentuk dari bentuk dasar berupa kata
kerja. Sebagai kata benda, bentuk ulang di atas lebih jelas diketahui dalam konteks kalimat
seperti di bawah ini.

1. lInjak-injak itu rusak.


2. Undur-undur itu telah mati.
3. Karang-mengarang itu menyenangkan.
4. Tulis-menulis itu membosankan.

2. Perulangan mengubah kata sifat menjadi kata keterangan


Kata sifat :
rajin, cepat, malas, tinggi, panas
Kata keterangan (bentuk ulang):
serajin-rajinnya, secepat-cepatnya, semalas-malasnya, setinggi-tingginya, sepanas-
panasnya.

3. Perulangan mengubah bentuk tunggal menjadi jamak


Bentuk tunggal :
Ibu, makanan, minuman, lauk, sayur, buah
Bentuk jamak (kata ulang) :
Ibu-ibu, makan-makanan, minum-minuman, lauk-pauk, sayur-sayur, buah-buahan.

4. Perulangan menyatakan intensitas (penguatan makna)


Bentuk tunggal Bentuk ulang Intensitas
Erat Peganglah erat-erat! Kualitatif
Pemuda Pemuda-pemuda bergerak! Kuantitatif
Pukul Memukul-mukul Frekuensi
Contoh Penerapan Kata Ulang dalam Kalimat
Penjelasan mengenai contoh penerapannya dalam kalimat bisa dipelajari di bawah ini.

1. Ibu baru saja membelikan adik mobil-mobilan.


2. Ia jatuh sampai dengan terhuyung-huyung.
3. Rupa-rupanya dia mau membalaskan dendamnya.

KATA MAJEMUK
Sifat sifat kata Majemuk
Sifat kata majemuk terdiri dari majemuk sintaksis dan majemuk asintaksis. Berikut
penjelasannya:
 Makna setiap unsure menjadi satu kesatuan,
 Hubungan antar unsur (gabungan leksem),
 Jenis kata yang bergabung (struktur),
 Kata majemuk berstatus kata, tidak sama dengan frase,
 Gabungan kata jadian, seperti: pemeran pembangunan, dan
 Konsep kata majemuk terdiri dari idiom dan semi idiom (kata majemuk adalah konsep
sintaksis, idiom konsep semantis).

Ciri-Ciri Kata Majemuk


Salah satu ciri kata majemuk yang paling mudah ditemui adalah tiap kata dasar yang
membentuknya memiliki kedudukan sama. Tidak ada bentuk inti atau pun yang sifatnya
menjelaskan atau dijelaskan. Kata ini menghasilkan makna baru dari gabungan dua kata dasar
tersebut, yang hasil maknanya tersebut bisa sangat berbeda dari kata dasar yang
membentuknya.
Berikut ini adalah ciri-ciri kata majemuk yang perlu kamu ketahui.
1. Tidak Bisa Disisipi
Ciri kata majemuk yang utama adalah hasil katanya tidak bisa disisipi. Jadi, untuk
membedakannya dengan frasa, cobalah untuk membuat sisipan di antara dua kata dasar
pembentuknya dan lihat seperti apa maknanya.
Ketika gabungan kata tadi dapat disisipi tanpa mengubah maknanya, artinya gabungan kata
tersebut adalah frasa. Akan tetapi, jika gabungan kata tersebut berubah maknanya, berarti
merupakan kata majemuk.
Contoh:
“kacamata”
Tidak bisa disisipi menjadi “kaca pada mata”, atau “kata dari mata”, berarti ini adalah kata
majemuk.
“sakit mata”
Bisa disisipi menjadi “sakit di mata” atau “sakit pada mata”, berarti ini adalah frasa.
2. Tidak Dapat Diperluas
Kata ini tidak bisa diperluas dengan imbuhan berupa awalan atau afiks dan akhiran hanya di
masing-masing katanya. Jika akan memberikan imbuhan, imbuhan harus disertakan di
gabungan kata tersebut sehingga memiliki makna. Berbeda dengan frasa yang bisa diperluas
dengan penambahan afiks di satu kata saja.
Contoh:
Kata majemuk “kereta api”, kata ini tidak bisa diperluas dengan imbuhan di satu kata saja,
menjadi “perkereta api” atau “kereta apian”. Apabila harus memakai imbuhan, imbuhan
harus diletakkan di awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang membentuknya, sehingga
menjadi “perkeretaapian”.
3. Posisi Tidak Dapat Ditukar
Ciri ketiga dari kata ini adalah kata-kata yang membentuknya bersifat tetap. Artinya, posisi
dari kata-kata tersebut tidak bisa ditukar satu sama lain. Jika ditukar, maknanya akan hilang
atau berubah.
Contoh:
Kata majemuk “angkat kaki” bermakna ‘pergi’. Kata ini tidak bisa ditukar menjadi “kaki
angkat” karena maknanya akan berubah atau menjadi tidak jelas.
Kata “buah tangan” yang bermakna “oleh-oleh” juga tidak bisa ditukar menjadi “tangan
buah” karena maknanya jadi tidak jelas.
4. Tidak Bisa Ditambah dan Dipisahkan
Unsur kata majemuk tidak dapat ditambah dan dipisahkan. Kata makan hati tidak bisa
dipisahkan menjadi makanan hati atau makan itu hati.

Macam-macam Kata Majemuk


1. Kata majemuk berdasarkan sifatnya.
Berdasarkan sifatnya, kata majemuk dikelompokkan menjadi beberapa golongan :
a. Kata majemuk bersifat endosentris
Kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang salah satu unsurnya menjadi inti
dari gabungan, kata-kata di dalam kata majemuk tersebut.
Contoh :
sapu tangan intinya sapu
matahari intinya mata
orang tua intinya orang
meja hijau intinya meja.
b. kata majemuk bersifat eksosentris
Kata majemuk eksosentris adalah kata majemuk yang gabungan unsur-unsurnya tidak
memiliki unsur inti.
Contoh :
laki bini : intinya pada laki atau bini
tua muda : intinya pada tua atau muda
hilir mudik : intinya pada hilir atau mudik
pulang pergi : intinya pada pulang atau pergi
hancur lebur : intinya pada hancur atau lebur
naik turun : intinya pada naik atau turun.

2. Kata majemuk Berdasarkan Arti.


Berdasarkan “arti” Prof.Dr. Slamet Muljana (dalam Yasin: 158) menyebutkan bahwa
Kata Majemuk dikelompokkan menjadi :
a. Kata majemuk wajar
Kata majemuk wajar
Ialah kata majemuk yang artinya merupakan kias wajar,
Contoh :
indah permai muram durja
yatim piatu kamar mandi

b. Kata ajemuk kiasan


Ialah kata majemuk yang merupakan kias,
Contoh :
panjang tangan tebal muka
besar kepala besar mulut
3. Kata majemuk berdasarkan susunannya
Menurut Prof.Dr. Slamet Muljana (dalam yasin:158), berdasarkan susunannya kata
majemuk digolong-golongkan menjadi :
a. Kata majemuk berangkaian
Kata majemuk berangkaian ialah kata majemuk yang unsur-unsurnya tidak salinag
menguasai dan tidak saling menerangkan. Makna kata-katanya sama atau berlawanan.
Susunannya terdiri atas :
1) Kata benda+kata benda.
Contoh :
laki bini kaki tangan sandang pangan
ibu bapa kawan lawan dunia akhirat
2) Kata keadaan+kata keadaan
Contoh :
tinggi rendah sunyi sepi panjang pendek
panas dingin baik buruk riang gembira
nuka duka bulat bundar rindu dendam
3) Kata kerja+kata kerja.
Contoh :
naik turun ulang alik pulang pergi
timbil tenggelam hilir mudik keluar masuk
sepak terjang tumpang tindih
b. Kata majemuk berlengkapan.
Ialah kata majemuk yang unsur satunya menerangkan atau melengkapi unsure lain.
Susunannya terdiri atas :
1) kata benda + kata benda
contoh :
air mata jari kelingking ibu jari
2) kata benda + kata keadaan
contoh :
tanah lapang hari raya raja muda
3) kata benda + kata kerja
Contoh :
kursi goyang kamar mandi rumah makan
4) kata keadaan + kata keadaan
Contoh :
kurus kering hijau muda penuh sesak
5) kata keadaan + kata benda
Contoh :
keras hati ringan tangan panjang tangan
6) kata keadaan (warna) + kata benda
Contoh :
kuning langsat biru laut merah jambu
7) kata kerja + kata benda
contoh :
angkat kaki angkat topi cuci tangan
8) kata kerja + kata keadaan
contoh :
omong kosong jalan belakang jual mahal
9) bentuk lain + kata bilangan
contoh :
tujuh turunan langkah seribu

4. Kata Majemuk berdasarkan sifat dan strukturnya.


Berdasarkan sifat dan strukturnya, Drs. Gorys Keraf mengelompokkan kata majemuk
menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
A. Dwandwa.
Ialah kata majemuk yang struktur unsur-unsurnya sederajat atau setara. Kedua
unsurnya berupa kata-kata yang berlawanan maupun bersamaan arti. Karena kedua
unsurnya sederajat maka kata majemuk dwandwa bersifat ekosentris.
Kata majemuk dwandwa disebut juga kata majemuk setara/sederajat atau
kompositum kompulatif.
Berdasarkan kesenyawaan unsur-unsurnya, kata majemuk dwndwa dibedakan
atas empat golongan seperti di bawah ini:
1) Kata majemuk setara sejalan.
Contoh:
Hancur lebur pahit getir
Lemah gemulai cantik molek
Indah permai kurus kering
2) Kata majemuk setara berdamingan.
Contoh:
Kampung halaman nenek moyang
Kaki tangan tanah air
Ibu bapa panjang lebar
3) Kata majemuk berlawanan.
Contoh:
Laba rugi lahir batin
Besar kecil laki bini
Pulang pergi siang malam
4) Kata majemuk setara berpilihan.
Contoh:
Satu dua dua tiga empat lima
B. Kata majemuk tatpurusa.
Kata majemuk tatpurusa ialah kata majemuk yang bagian kedua dari unsur-
unsurnya memberi penjelasan pada bagian pertama. Kata majemuk tatpurusa bersifat
endosentris.
Kata majemuk tatpurusa disebut juga kata majemuk bertingkat/kata majemuk
subordinatif atau kompositum determinatif.
Berdasarkan hubungan antar unsur-unsurnya kata majemuk bertingkat
dibedakan atas beberapa bentuk sebagai berikut:
1). Hubungan kualitatif
Kata pada arus kedua merupakan sifat/keadaan dari kata arus pertama.
Contoh:
Air terjun jangka pendek guru besar
Gunung berapi angin sepoi jangka panjang
2). Hubungan kuantitatif.
Kata pada ruas pertama dan ruas kedua berhubungan sebagai bagian keseluruhan.
Contoh:
Setengah mati setengah gila separo harga
Setengah jalan seperempat jam seperempat final
3). Hubungan perbandingan.
Kata ruas pertama dibandingkan dengan kata pada ruas kedua.
Contoh:
Biru laut merah jambu kuning langsat
ulat telur hijau daun merah delima
4). Hubungan limitatif.
Kata pada ruas kedua membatasi pengertian ruas pertama.
Contoh:
Keras kepala panjang tangan sama kaki
Naik darah tinggi hati besar hati
5). Hubungan timbal balik
Kata pada ruas kedua menerangkan ruas pertama atau sebaliknya.
Contoh:
uang hangus daerah kabupaten harta pustaka
uang hangus rumah tinggal
6). Hubungan sangkut paut
Kata pada ruas pertama dan kedua masing-masing menyatakan benda berdiri sendiri
yang merupakan hubungan sangkut paut tertentu.
Contoh:
a. Merupakan sangkut paut asal (dari)
Batu kali air mata minyak bumi
b. Merupakan sangkut paut alat (mempergunakan)
Radio listrik setrika listrik kereta api
c. Merupakan sangkut paut (di)
Cacing tanah cacing perut angkatan laut
d. Merupakan sangkut paut penghasil (menghasilkan)
Mata air kelenjar ludah gigi bis
e. Merupakan sangkut paut bahan (dari bahan)
rumah batu sepatu karet tas kulit
C. Kata majemuk karmadharaya
Kata majemuk karmadhaya ialah kata majemuk yang unsur kedua
menjelaskan unsur pertama. Unsur keduanya itu merupakan kata sifat. Kata majemuk
karmadhaya bersifat endosentris.
Contoh:
Rumah tua rumah besar hari besar
Darah dingin darah panas hari baik
D. Kata majemuk bahuvrihi
Kata majemuk bahuvrihi ialah kata majemuk dawandwa atau tatpurusa tetapi
berfungsi untuk menjelaskan satu kata benda lain.
Contoh:
bumiputra maharaja purbakala

Proses Penulisan kata majemuk


Penulisan kata majemuk dilakukan dengan memperhatikan dua hal sebagai berikut:
a. Kata majemuk yang sudah senyawa benar ditulis serangkai.
Contoh: purbakala mahasiswa matahari
saputangan pancasila bagaimana
b. Kata majemuk yang kesenyawaannya agak kurang ditulis terpisah dengan
memberikan garis pemisah atau tidak.
Contoh: ibu – bapa kaya – raya
anak – tangga hilir – mudik
Sebenarnya penulisan kata majemuk menjadi lebih baik jika ditulis serangkai. Hal itu
untuk membantu kita agar secara eksplisit dapat membedakan antara frase biasa
dengan kata majemuk. Namun perlu disadari bahwa penulisan majemuk dengan cara
tersebut mempunyai kelemahan juga. Sebagai contoh, seandainya suatu bentuk
majemuk terdiri atas lebih dari dua kata tentu sulit merangkainya.
Misalnya: meriam penangkis serangan udara
Kereta api malam cepat
Pasar malam amal
Uang dana bantuan korban banjir
Keempat bentuk majemuk seperti di atas itu tidak mungkin ditulis serangkai seperti
dibawah ini:
meriampenangkisseranganudara
Keretaapimalamcepat
Pasarmalamamal
Uangdanabantuankorbanbanjir

Pengulangan pada kata majemuk


Pengulangan pada kata majemuk ialah pengulangan pada seluruh unsurnya:
Contoh:
Mata pelajaran = mata pelajaran – mata pelajaran
Lomba tari = lomba tari – lomba tari
Orang tua = orang tua- orang tua
Hal yang tidak mungkin adalah jika pengulangan tersebut terjadi seperti pada contoh berikut:
Mata pelajaran = mata – mata pelajaran
mata pelajaran – pelajaran
Lomba tari = lomba –lomba tari
lomba tari - lomba

Anda mungkin juga menyukai