Anggota Kelompok 4 :
Cindy Aprilia Ratnasari (046)
Ade Luh Febiola Kristanti (053)
Kamala Syifaiyah A. (065)
Raden Roro Afifah R. (076)
KATA IMBUHAN
1. Kata Imbuhan adalah kata yang biasanya ditambahkan pada awal, tengan, maupun
akhir kalimat dan kata imbuhan ini biasanya telah mengalami pengimbuhan atau
afiksasi.
Imbuhan tersebut akan membentuk kata dasar menjadi sebuah kata baru dan kata
imbuhan ini menjadi unsur penting yang dapat mengubah bentuk kata, jenis kata dan
makna kata.
Jenis imbuhan berdasarkan tempat atau posisinya terdiri dari empat jenis yaittu
awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks).
a. Prefiks
Prefiks adalah kata imbuhan yang diletakkan diawal kata atau biasa yang
disebut awalan.
Contoh : makan + imbuhan me- →memakan.
Macam-macam prefiks
1) Prefiks me-
Prefiks me- berfungsi membentuk kata kerja satu verba dan
menyatakan makna aktif. Prefiks me- ini mengandung arti structural,
dimana prefiks ini mengandung berberapa arti, yaitu :
Melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar.
Contoh: menanan, menulis, membaca.
Mengerjakan dengan alat.
Contoh: mengetik, membajak, mengecat.
Membuat jadi atau menjadi
Contoh: meninggi, menghijau, menua
Berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai
Contoh: membujang, menjanda, membabi buta.
Mencari atau mengumpulkan
Contoh: mendamar, merotan.
2) Prefiks di-
Prefiks di- berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna
pasif.
Contoh: diantar, dimakan, digoreng.
Ada perbedaan penggunaan di- sebagai imbuhan dengan kata depan.
Perbedaan kata depan di- dengan imbuhan di- berdasarkan fungsi dan
tata cara penulisan adalah sebagai berikut.
Kata depan di-
Kata depan di- adalah satu kata depan dalam Bahasa Indonesia
yang berfungsi untuk menunjukan tempat. Menurut Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia, kata depan ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Contoh: buku itu ditaruh di atas meja.
Imbuhan di-
Imbuhan di- dapat bergabung dengan kata kerja dan kata benda.
Imbuhan di- berfungsi membentuk kalimat psif transitif.
Penulisan untuk di- sebagai imbuhan harus digabung.
Contoh: boneka doraemon itu dipegang oleh adik.
3) Prefiks Ber-
Prefiks ber- memiliki membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda,
kata sifat, dan kata kerja sendiri). Prefiks ini mengandung arti:
Mempunyai
Contoh: bernama, beristri, beruang, berjanggut.
Memakai
Contoh: berbaju biru, berdasi, dan berbusana.
Melakukan tindakan untuk diri sendiri (rafleksif)
Contoh: berniat, bercukur, bersolek.
Berada dalam keaadaan
Contoh: bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria.
Saling atau timbal-balik (resiprok)
Contoh: bergelut, bertinju, bersalaman.
4) Prefiks pe-
Prefiks pe- memiliki fungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata
sifat, dan kata benda sendiri. Prefiks ini mengandung makna
gramatikal:
Pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar.
Contoh: penerjemah, pemirsa, penambang.
Alat untuk me…
Contoh: perekat, pengukur, penggaris.
Orang yang gemar.
Contoh: penjudi, pemabuk, pencuri.
Orang yang di…
Contoh: petatar, pesuruh.
Alat untuk …
Contoh: perasa, penglihat, penggali
5) Prefiks per-
Prefiks per- memiliki fungsi membentuk kata kerja imperative.
Mengandung arti:
Membuat jadi (kausatif)
Contoh: perbudak, perhamba, pertuan.
Membuat lebih.
Contoh: pertajam, perkecil, perbesar.
Membagi jadi.
Contoh: perempat, perlima.
6) Prefiks ter-
Prefiks ter- berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti
yang dimiliki antara lain ialah:
Dalam keadaan di.
Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam.
Dikenai tindakan secara tak sengaja.
Contoh: tertinju, terbawa, terpukul.
Dapat di-.
Contoh: terangkat, termakan, tertampung.
Paling (superlatif).
Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
7) Prefiks ke-
Prefiks ke- berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata
bilangan kumpulan, kata benda, dan kata kerja. Sebagai pembentu kata
benda, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di… i’, atau ‘yang
di…kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua.
b. Infiks
Infiks adalah imbuhan yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata atau biasa
disebut sebagai sisippan. Sisipan atau infiks terdiri dari -el-, -er-, -em-, -in-, -
ah-. Berikut daftar kata dalam Bahasa Indonesia yang dapat diberi sisipan:
Contoh sisipan -el-
Geber menjadi geleber
Jajah menjadi jelajah
Sidik menjadi selidik
Contoh sisipan -er-
Sabut menjadi serabut
Suling menjadi seruling
Gendang menjadi gerendang
Contoh sisipan -em-
Cerlang menjadi cemerlang
Jari menjadi jemari
Kuning menjadi kemuning
Contoh sisipan -in-
Kerja menjadi kinerja
Sambung menjadi sinambung
Tambah menjadi tinambah
Contoh sisipan -ah-
Bagian menjadi bahagian
Baru menjadi baharu
Basa menjadi Bahasa
c. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah kata imbuhan yang diletakkan di belakang kata
dasar, atau sebagai akhiran kata. Contoh suiks adalah -an, -at, -si, -ika, -ur, -
ris, -us, -isme, -is, -isasi, -in, -isida, -ita, -or, dan -tas. Contoh tersebut
diletakkan pada akhiran kata.
Contoh kalimat sufiks:
Buku bacaan ini adalah kesukaan Dilla.
Tiwi tidak menyukai asinan yang dibuat di toko itu.
Lidya ingin menjadi seoran kritikus ekonomi professional.
d. Konfiks
Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalah dan
akhiran yang membentuk satu kesatuan. Dalam Bahasa Indonesia, terdapat
lima macam konfiks antara lain ke-an, pe-an, se-nya, dan ber-an.
Contoh kalimat konfiks:
Pengaturan tata letak buku di perpustakaan ini telah ditetapkan.
Pertunjukan tari itu sangat cantik.
Kemiskinan menjadi masalah nasional yang sangat sulit dientaskan.
Semuanya nampak indah ketika kalian berlibur di daerah pegunungan.
Ujian Nasional tahun ini bersamaan dengan adanya covid-19.
KATA ULANG
Pengertian Kata Ulang
Kata ulang merupakan hasil dari suatu proses, yaitu reduplikasi. Reduplikasi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses atau perulangan kata atau unsur kata, seperti
kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balik, dan sebagainya, sedangkan kata ulang adalah kata
yang terjadi sebagai hasil dari reduplikasi.
Macam-macam Kata Ulang
Terdiri dari dua (2) jenis, yaitu berdasarkan bentuk dan merubah makna. Penjelasan
mengenai macam-macamnya bisa dipelajari seperti di bawah ini.
1. Kata ulang berdasarkan bentuk
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, kata ini menurut Rohmadi, dkk (2013:86-94)
dikelompokkan menjadi empat golongan. Empat golongan yaitu, seperti berikut.
a. Dwilingga (utuh)
Bentuk pengulangan atas seluruh bentuk dasar tanpa variasi fonem dan afiksasi disebut
dengan dwilingga. Contoh:
Ibu menjadi ibu-ibu
Tontonan menjadi tontonan-tontonan
Sahabat menjadi sahabat-sahabat
b. Dwipurwa (sebagian)
Perulangan sebagian ialah perulangan atas sebagian dari bentuk dasar suatu kata. Dalam hal
ini, bentuk dasar tidak diulang seluruhnya, melainkan hanya diulang sebagian saja. Contoh:
Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk tunggal.
Laki menjadi lelaki, bukan laki-laki
Tamu menjadi tetamu, bukan tamu-tamu
Pohon menjadi pepohonan, bukan pohon-pohon
c. Kata ulang berimbuhan atau afiksasi
Perulangan dengan berimbuhan bukan merupakan dua proses berurutan, melainkan proses
yang terjadi sekaligus antara perulangan dan pembubuhan imbuhan (afiksasi). Proses
perulangan tersebut terjadi bersama-sama dengan proses afiksasi dan bersama-sama pula
mendukung satu fungsi. Contoh:
Kata dasar motor menjadi motor-motor; perulangan dari bentuk motor yang berarti
lebih dari satu, fungsi semantiknya terlihat pada bentuk motor yang berarti tunggal
dan motor-motor merupakan bentuk jamak.
Kata dasar motor menjadi motor-motoran; perulangan dan imbuhan -an terbentuk
bersama-sama. Proses terbentuknya adalah dari motor langsung menjadi motor-motor
ditambah -an. Nosi motor-motoran ialah menyerupai atau seperti. Dengan demikian,
nosi motor-motor tidak ada hubungannya dengan nosi motor-motor.
Orang-orangan, kata dasar orang, bukan dari orang-orang + -an
Kuda-kudaan, kata dasar kuda, bukan dari kuda-kuda + -an
KATA MAJEMUK
Sifat sifat kata Majemuk
Sifat kata majemuk terdiri dari majemuk sintaksis dan majemuk asintaksis. Berikut
penjelasannya:
Makna setiap unsure menjadi satu kesatuan,
Hubungan antar unsur (gabungan leksem),
Jenis kata yang bergabung (struktur),
Kata majemuk berstatus kata, tidak sama dengan frase,
Gabungan kata jadian, seperti: pemeran pembangunan, dan
Konsep kata majemuk terdiri dari idiom dan semi idiom (kata majemuk adalah konsep
sintaksis, idiom konsep semantis).