Anda di halaman 1dari 17

Ejaan Bahasa

Indonesia Yang
Disempurnakan
(EYD) Edisi V

KELOMPOK 2
Yasirli Amri (2201021012)
Zhafirah Zahrim Febrina (2201021013)
Agandhi Nur Habib (2201022003)
Rifki Candra (2201022035)
PENGERTIA
N
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang
bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam
suatu batas.
Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan
kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku kata,


atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh
lebih luas dari sekedar masalah pelafalan.
Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata
bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan
huruf miring, serta penulisan unsur serapan.

EYD di sini diartikan sebagai tata bahasa yang


disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah
perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena
dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat
kesempurnaan yang mendetail.
Sejarah Ejaan
Bahasa Indonesia
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa
menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947. Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van
Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).Ejaan ini digunakan untuk
menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu
menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, dengan :
1. Huruf (u) ditulis (oe).
2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi
tanda trema (”)
4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
· Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
· Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
· Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947. Sistem ejaan
suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia. Ciri khusus Ejaan
Republik/ Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus,
misalnya ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya :
a. Berlari-larian b. Berlari2-an
6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya :
a. Tata laksana b. Tata-laksana c. Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam
Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah,
misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu
ejaan dari perumusan ejaan melayu dan
Indonesia.

Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa


Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera
Utara.

Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan


dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi
konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden RI meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No.
156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa
pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.
0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi
dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Ruang Lingkup Ejaan
Yang Disempurnakan
(EYD)
1. Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan. Misalnya : Dia
teman baik saya.
2. Kata Turunan (Kata Berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu : Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
- Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk
dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.
- Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.
- Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.
3. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
- Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya : laki lelaki
- Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya : rumah rumah-rumah
- Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya : sayur sayur-mayur
- Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya : main bermain-main

4. Gabungan Kata
- Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada
umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : mata kuliha, orang tua.
- Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi
tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.
- Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
5. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sedangkan kata ganti ku, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.

6. Kata Depan (di, ke, dari)


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya,
kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermain di jalan
Saya pergi ke kampung halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.

7. Kata Sandang ( si dan sang)


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengrimi surat tidak jelas.
8. Partikel (Kata Tugas)
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk
yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan
mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel
sebagai berikut :
- Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu lalu?
Apatah gerangan salahku?
- Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya
kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
- Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap.
Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang
mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.
2. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan ,
yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII,
IX, X.
3. Penulisan Singkatan dan Akronim
Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya : - dll = dan lain-lain - yth = yang terhormat
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin Mengemudi IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
4. Pemakaian Tanda Baca
a. Tanda Titik ( . )
b. Tanda Koma ( , )
c. Tanda Titik Nanya ( ? )
d. Tanda Titik Nanya ( ? )
e. Tanda Titik Koma ( ; )
f. Tanda Titik Dua ( : )
g. Tanda Elipsis (....)
h. Tanda Garis Miring ( / )
i. Tanda Petik Tunggal ( ’....’ )
j. Tanda Petik ( ”....” )
k. Tanda Penyikat atau Apostrof ( ‘ )
5. Penulisan Unsur Serapan
Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia
menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia
sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang
ada.

Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang :


(a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan
(b) unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa
Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia.

Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua
bagian, yaitu :
- Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun
ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas
academica, de facto, bridge.
- Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam kaidah bahasa Indonesia,
baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi,
yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai