Anda di halaman 1dari 5

Nama : M.

Arjuna Alvarizi
Nim : 2113055
Prodi : Teknik Industri S1

RESUME TENTANG EJAAN BAHASA INDONESIA


Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang di
standardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni :
1. Aspek Fonologis , yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad
2. Aspek Morfologi , yang menyangkut penggambaransatuan-satuan morfemis dan ,
3. Aspek Sintaksis , yang menyangkut penanda ujaran tanda baca
Keraf juga mengatakan bahwa Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi
antaralambang-lambang itu (pemisahannya,penggabungannya) dalam suatu bahasa.
A. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia
yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari
pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan
unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.
Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis, karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD
digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
- Ciri - Ciri Ejaan Bahasa Indonesia (EYD)
1. Perubahan huruf /j/, /dj/, /nj/, /ch/, /tj/, /sj/ pada ejaan Republik
menjadi /y/, /j/, /ny/, /kh/, /c/, /sy/
-contoh : jang - yang, Djadi - jadi, Njonja - nyonya, Chabar – khabar
2. Kata ulang ditulis dengan satu cara yakni menggunakan tanda hubung
(tidak diperkenankan menggunakan tanda angka /2/)
-contoh : Besar2 = Besar-besar
3. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan
tetap digunakan
-contohnya pada kata furqan, dan xenon
4. Awalan "di-" dan kata depan "di" dibedakan penulisannya.
Kata depan "di"
-contoh : di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi
sementara "di-" pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.
5. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua
tidak digunakan sebagai penanda perulangan

B. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)


Ejaan Bahasa Indonesia adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak
tahun 2015 berdasarkan peraturan Pemerintah Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia no 50 tahun 2015 tentang pedoman umum
Ejaan Bahasa Indonesia. EBI ini menggantikan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
- Ciri – Ciri EBI
Pada EBI huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser
dan survei)
•Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis
Contohnya seperti pada lafal: petak, kena, militer
•Penggunaan huruf tebal
Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul buku, bab,
dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema
dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus. Penulisan cetak tebal
untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, dan bagian-
bagian karangan seperti judul, bab, dan subbab
•Penggunaan huruf kapital
Pada EYD tidak diatur bahwa huruf kapital digunakan untuk menulis unsur
julukan, sedangkan dalam EBI, unsur julukan tidak diatur ditulis dengan
awal huruf kapital

C. Ejaan Van Ophuijsen


Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah
digunakan untuk Bahasa Indonesia. Ejaan ini digunakan untuk menulis kata-
kata Bahasa melayu menurut model yang dimengerti oleh orang belanda.
Ada tiga ciri penanda lingual dalam Ejaan van Ophuijsen, yaitu:
1. Penggunaan huruf j dibaca /y/
2. Penggunaan huruf oe dibaca /u/
3. Penggunaan tanda diakritik meliputi tanda koma (,), ain (‘), dan trema (¨)

- Ciri – Ciri Ejaan Van Ophuijsen


1. Huruf 'j' untuk menuliskan bunyi 'y', seperti pada kata jang, pajah, sajang
2. Huruf 'oe' untuk menuliskan bunyi 'u', seperti pada kata-kata goeroe,
itoe, oemoer (kecuali diftong 'au' tetap ditulis 'au’)
3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
bunyi hamzah, seperti pada kata-kata ma'moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï
4. Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu
menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi

D. Ejaan Suwandi
Ejaan Republik (Edjaan Republik atau Edjaan Soewandi) adalah
ketentuan ejaan dalam bahasa Indonesia yang berlaku sejak 19 Maret 1947.
Ejaan ini biasa dikenal sebagai ejaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu, yang mengumumkan berlakunya ejaan tersebut. Ejaan
ini menggantikan ejaan warisan masa kolonial yang sebelumnya digunakan,
yaitu Ejaan Van Ophuijsen, yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

- Ciri-ciri Ejaan Suwandi


1. Huruf oe diganti dengan u 
-contoh : Soekarno jadi Sukarno , Soeharto jadi Suharto
2. Lalu ada juga bunyi hamzah atau bunyi sentak, yang sebelumnya
dinyatakan dengan tanda (‘), ditulis menjadi ‘k’
-contoh : ta’ jadi tak, pa’ jadi pak, dan ma’lum jadi maklum

E. Pelafalan pada Ejaan


Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara
pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar
orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang
dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf.
Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak
sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.
Ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana,
yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa
yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan
tulisan.
- Contoh: Teknik Lafal yang salah , Tehnik Lafal yang benar : Teknik (T e k n i k)
Energi Lafal yang salah: enerhi, Enersi, Enerji Lafal yang benar: Energi (E n e r g
i)

F. Pemakaian Huruf pada Ejaan


Ejaan Bahasa Indonesia menggunkan 26 huruf didalam abjadnya , yaitu mulai
dengan huruf “A”nsampai dengan huruf “Z” merupakan huruf serapan dan
sekarang huruf-hururf tersebut dipakai secara resmi di delam Bahasa
Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan
jangan diganti dengan huruf lain.
-Contoh: Aktif tidak boleh diganti dengan aktip
G. Pemisah Suhu Kata pada Ejaan
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu
dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan
suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada
bagian akhir setiap baris tulisan.
Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur
dalam Ejaan yang disempurnakan seperti ini:
1. Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan
di antara vocal tersebut
- Contoh: Main ma-in, taat ta-at
2. Apabila di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan
dilakukan di antara kedua konsonan tersebut
-Contoh: Ambil am-bil, undang un-dang
3. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal
pemisahannya dilakukan sebelum konsonan
-Contoh: bapak: ba-pak, sulit: su-lit
4. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya
dilakukan di antara konsonan pertama dan konsonan kedua
-Contoh: Bangkrut:bang-krut, instumen: in-stru-men
5. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang
biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan
sebagai satu kesatuan
-Contoh: Minuman: mi-num-an, Bantulah: ban-tu-lah

H. Penulisan Huruf Kapital pada Ejaan


1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
-Contoh: Dia membaca buku
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung
-Contoh: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari raya
-Contoh: Tahun Hijriah tarikh Masehi

I. Penulisan Huruf Miring pada Ejaan


1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan
-Contoh: Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan
Prapanca

J. Partikel pada Ejaan


1.Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
-Contoh: -Bacalah buku itu baik-baik!
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya
-Contoh: Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana.
Catatan: Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya
-Contoh:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu. -Pegawai negeri mendapat
kenaikan gaji per 1 Januari.
Catatan: Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf
dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Anda mungkin juga menyukai