Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Ejaan

Widyatmike Gede Mulawarman


FKIP Universitas Mulawarman di Indonesia
DEFINISI EJAAN
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah
kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam tulisan (huruf- huruf) serta penggunaan tanda
baca.
 Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan
dan pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan
bahasa.
 Ejaan hanya terkait pada tata tulis yang meliputi pemakaian huruf,
penulisan kata, termasuk penulisan kata atau istilah serapan, dan
pemakaian tanda baca. Dalam ejaan tidak terdapat kaidah pemilihan
kata atau penyusunan kalimat.
SEJARAH EJAAN DI INDONESIA
 Ejaan bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan
dan penyempurnaan.
 Ada empat ejaan yang resmi pernah digunakan di Indonesia, sejak
zaman penjajahan Belanda hingga ejaan yang saat ini digunakan.
1. Ejaan van Ophoijsen
2. Ejaan Republik
3. Ejaan yang Disempurnakan
4. Ejaan Bahasa Indonesia
EJAAN VAN OPHUIJSEN
 Pada tahun 1900, Prof. Charles van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari
Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapat
dipakai dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan pengajaran.
 Van Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar bahasa dari Melayu, yaitu
Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Soetan
Ibrahim.
 Dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan Ejaan Belanda, Van
Ophuijsen dan teman-teman berhasil membuat ejaan bahasa Melayu,
yang ejaan tersebut lazim disebut sebagai “Ejaan Van Ophuijsen” mulai
tahun 1901 selama kurang lebih 46 tahun.
bunyi vokal a ẻ e i o oe
bunyi diftong a֗֗ı ao֗֗e o֗֗ı
bunyi trema ֗֗
b p m g k ng
bunyi konsonan d t n dj tj nj
r s l j h w
bunyi hamzah ‘
bunyi ain ‘
bunyi asing ch sj z f  
EJAAN REPUBLIK (EJAAN
SOEWANDI)

 Pada tahun 1947 munculah sebuah ejaan baru


sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen.
 Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi mulai
diterapkan sejak tanggal 19 Maret 1947.
1. Huruf /oe/ diganti dengan /u/
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/
3. Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan
4. Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar
suku kata diftong (taat) ..
5. Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi
6. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya.

Perubahan
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
 Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim disingkat dengan EYD.
 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang memuat berbagai patokan pemakaian ejaan
yang baru.
 Bersama buku tersebut, lahir pula sebuah buku yang berfungsi sebagai pendukung buku yang
pertama, yaitu buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
 Ejaan ini direvisi pertama tahun 1987 dan kedua tahun 2009.
1. Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut:

/dj/ djalan menjadi /j/ jalan


/j/ pajung menjadi /y/ payung
/nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi
/sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat
/tj/ tjukup menjadi /c/ cukup
/ch/ achir menjdi /kh/ akhir

Perubahan
2. Peresmian penggunaan huruf berikut yang sebelumnya
belum resmi adalah:
pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf
pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas
pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat
3. Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah
sebagai berikut:
pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q
pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X

Perubahan
4. Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai
kata depan dilakukan seperti berikut:
• penulisan awalan di- diserangkaikan dengan
kata yang mengikutinya, seperti dimakan,
dijumpai (di- + V)

• penulisan kata depan di dipisahkan dengan


kata yang mengikutinya, seperti di muka, di
pojok, di antara. (di + N)

Perubahan
EJAAN BAHASA INDONESIA
 EBI menggantikan EYD yang sudah
digunakan sejak tahun 1972 sampai 2015.
 EYD mengalami revisi sebanyak 2 kali, pada
tahun 1987 dan 2009.
 Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) mulai
digunakan sejak ditetapkan Permendikbud No.
50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesa PUEBI
 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
diterbitkan tahun 2016.
PERBEDAAN EYD DAN EBI
 Pada EYD, huruf diftong hanya tiga, yaitu ai, au, oi. Sedangkan pada
EBI, huruf diftong ditambah satu, yaitu ei (misalnya pada kata geiser
dan survei).
 Pada EYD tidak diatur bahwa huruf kapital digunakan untuk menulis
unsur julukan (hanya menuliskan nama orang). Pada EBI, unsur
julukan diatur ditulis dengan awal huruf kapital. Contoh: Dewa
Pedang, Jenderal Kancil, Raja Dangdut.
 Pada EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu: (a) menuliskan judul
buku, bab, dan semacamnya; (b) mengkhususkan huruf; dan (c)
menulis lema atau sublema dalam kamus. Sedangkan pada EBI, fungsi
ISI PUEBI
1. Pemakaian huruf (huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan,
huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf
miring, dan huruf tebal)
2. Penulisan kata (kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang,
gabungan kata, pemenggalan kata, kata depan, partikel,
singkatan dan akronim, angka dan bilangan, kata ganti, dan
kata sandang)
ISI PUEBI
3. Penempatan tanda baca, di antaranya: tanda titik (.),
tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (;),
tanda hubung (-), tanda pisah (—), tanda titik titik/elipsis (…),
tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung biasa ((…)), tanda
petik tunggal (‘…’), tanda petik ganda (“…”),
tanda kurung siku ([…]), tanda garis miring (/),
dan tanda apostrof (‘…). Tanda baca di tersebut diaplikasikan
dalam teks sesuai dengan kaidah yang berlaku secara resmi.
4. Penulisan unsur serapan.
5. Kembali ke EYD

Anda mungkin juga menyukai