Anda di halaman 1dari 21

Sejarah Ejaan

Bahasa Indonesia
Kelompok 1
M. Irvan Zaky (03011182227003)
Rasikha Amalia (03011182227023)
Abdul Qodir (03011282227049)
Aflahrizq Kasyfu (03011182227025)
Pengertian Ejaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ejaan Yang Terealisasi
Ejaan van Ophuijsen
Ejaan Soewandi/Republik
Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Ejaan Yang Disempurnakan Edisi Ke-lima (EYD V)
Ejaan van Ophuijsen
Ejaan van Ophuijsen merupakan sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia yang dimuat dalam Kitab Logat
Melajoe (1901) oleh Charles Adriaan van Ophuijsen dan merupakan ejaan Latin resmi yang pertama di negeri ini. Buku
Kitab Logat Melajoe disusun dengan bantuan Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan M. Taib Sutan Ibrahim.

Buku itu menjadi acuan ejaan Latin resmi pertama di Indonesia saat itu. Ada tiga ciri penanda lingual dalam Ejaan van
Ophuijsen, yaitu (1) penggunaan huruf j dibaca /y/, (2) penggunaan huruf oe dibaca /u/, dan (3) penggunaan tanda diakritik
meliputi tanda koma (,), ain (‘), dan trema (¨). Ejaan van Ophuijsen berlaku dari tahun 1901 sampai dengan tahun 1947.
Ejaan van Ophuijsen
Contoh :

Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti
mulaï. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.

Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, saja, wajang, dsb.

Huruf oe untuk menuliskan kata-kata doeloe, akoe, Soekarno, Repoeblik

Tanda diakritis, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, jum’at, ta’(dieja tak), pa’, (dieja
pak), dsb.

Huruf tj yang dieja c, seperti Tjikini, tjara, pertjaya, dsb.

Huruf ch yang dieja kh, seperti chusus, achir, machloe’, dsb.


Ejaan Soewandi/Republik
Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik. Ejaan ini muncul karena dilatarbelakangi adanya keinginan para cendekiawan dan
budayawan Indonesia yang hadir dalam Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, 25—28 Juni 1938, untuk melepaskan pengaruh
kolonial Belanda terhadap bahasa Indonesia. Saat itu, Mr. Soewandi selaku Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan, melalui surat keputusannya No. 264/Bhg. A, 19 Maret 1947, memutuskan untuk mengganti Ejaan van
Ophuijsen. Ejaan pengganti itu disebut “Ejaan Soewandi” atau “Ejaan Republik”. Disebut “Ejaan Republik” karena ejaan
tersebut lahir setelah kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Ada empat ciri penanda lingual dalam Ejaan
Soewandi, yaitu (1) penggantian huruf oe menjadi u, (2) bunyi sentak ditulis dengan k, (3) kata ulang boleh ditulis dengan
angka 2, dan (4) tidak dibedakan antara penulisan di sebagai awalan dan di sebagai kata depan.
Ejaan Soewandi/Republik
Contoh :

Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata dulu (doeloe), aku (akoe), Sukarno (Soekarno), republik (repoeblik).

Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, pada kata-kata makmur (ma'moer), tak (ta') , pak (pa’).

Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada mobil2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

Awalan di– dan kata depan di keduanya ditulis serangkai dengan kata yang menyertainya.

Penghapusan tanda diakritis atau pembeda antara huruf vokal tengah / yang disebut schwa oleh para linguis atau ê ‘pepet’
disamakan dengan é ‘taling’.
Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan
Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) menyusun program pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh. Program
tersebut berisi konsep ejaan yang menjadi awal lahirnya EYD. Konsep tersebut dikenal dengan nama Ejaan Baru atau
Ejaan LBK. Hampir tidak ada perbedaan berarti di antara ejaan LBK dengan EYD.
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 27,
tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaian ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia.
Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD).

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan daripada Ejaan
Suwandi atau Ejaan Republik
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Contoh :

"tj" menjadi "c": tjutji → cuci


"dj" menjadi "j": djarak → jarak
"j" menjadi "y": sajang → sayang
"nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk
"sj" menjadi "sy": sjarat → syarat
"ch" menjadi "kh": achir → akhir

Aturan pada
Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
Penulisan kata.
Penulisan tanda baca.
Penulisan singkatan dan akronim.
Penulisan angka dan lambang bilangan.
Penulisan unsur serapan.
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.

Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya2 pada kata furqan, dan
xenon.

Awalan "di-" dan kata depan "di" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada contoh di rumah, di sawah,
penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-" pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.

Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang pernah berlaku sejak tahun 2015
hingga 2022 untuk menggantikan EYD berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2015
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI)
Perbedaan pertama terletak pada diakritik pelafalan vokal [e]. Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal e mempunyai tiga
contoh pelafalan yang berbeda. Namun, pada ejaan sebelumnya, yaitu di EYD hanya dicontohkan dua pelafalan [e].
Diakritik pertama yang disajikan pada EYD adalah vokal [é] (taling tertutup) pada kata enak, petak, dan sore. Diakritik
kedua, pelafalan vokal [ê] (pepet) pada kata emas, kena, dan tipe. Diakritik pelafalan vokal [e] yang tidak disampaikan di
EYD adalah diakritik ketiga, yaitu pelafalan vokal [è] (taling terbuka) pada kata militer, ember, dan pendek.

Perbedaan kedua antara PUEBI dengan EYD adalah terdapat tambahan diftong [ei]. Jika sebelumnya di EYD telah
disampaikan terdapat tiga diftong, PUEBI telah menyempunkan informasi terkait diftong di bahasa Indonesia sebanyak
empat, yaitu ai, au, oi, dan ei.

Perbedaan ketiga adalah adanya aturan penulisan huruf kapital. Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus
digunakan pada huruf awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan. Selanjutnya pada aturan
terbaru di PUEBI ditambahkan satu ketentuan, yaitu selain nama-nama tersebut, kapital juga digunakan untuk huruf awal
julukan. Contoh julukan yang dimaksud seperti Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan sebagainya.
Ejaan Yang Disempurnakan Edisi Ke-lima
(EYD V)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbud Ristek, meluncurkan secara resmi
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) edisi V pada 18 Agustus 2022.
Ejaan Yang Disempurnakan Edisi Ke-lima
(EYD V)
Penambahan kaidah baru, yaitu penambahan gabungan huruf vokal yang disebut Monoftong.

Penulisan kata terikat maha- dengan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan, semua
ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan. Contohnya: Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih,
Tuhan Yang Maha Pengampun.

Penghapusan kaidah pemakaian tanda titik dalam daftar pustaka antara nama penulis, tahun, judul tulisan, dan tempat
terbit. Aturan penulisan daftar pustaka tidak lagi diatur EYD, melainkan masuk ke dalam pedoman teknis penulisan karya
ilmiah.
Ejaan Yang Tidak Terealisasi
Ejaan Pembaharuan
Ejaan Melindo
Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pembaharuan adalah sistem ejaan bahasa Indonesia yang dirancang oleh sebuah panitia yang diketuai oleh Prijono
dan E. Katoppo pada tahun 1957 untuk hasil keputusan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, namun sistem ejaan ini
tidak pernah dilaksanakan.

Ejaan Pembaharuan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu
dilaksanakan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah
diumumkan secara formal sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.
Ejaan Pembaharuan
Contoh :

Gabungan konsonan dj diubah menjadi j

Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts

Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ

Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń

Gabungan konsonan sj diubah menjadi š

Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim dikata diftong ditulis sesuai pelafalannya yaitu menjadi ay, aw,
dan oy.
Ejaan Melindo
Ejaan Melindo merupakan bentuk penggabungan aturan penggunaan huruf Latin di Indonesia dan aturan penggunaan huruf
latin oleh Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1959. Hal ini bermula dari peristiwa Kongres Bahasa Indonesia Kedua
yang dilaksanakan tahun 1954 di Medan.

Akan tetapi, karena terjadi masalah politik antara Indonesia dan Malaysia pemikiran merumuskan ejaan bersama tidak
dapat dilaksanakan.
Ejaan Melindo
Gabungan konsonan tj pada kata tjara, diganti dengan c

Gabungan konsonan nj pada kata njanji, ditulis dengan huruf nc

Gabungan ny pada kata menyapu akan ditulis meñapu

Gabungan sy pada kata syair ditulismenjadi Ŝyair

Gabungan ng pada kata ngopi ditulismenjadi ɳopi

Diftong oi seperti pada kata koboi ditulis menjadi koboy


Daftar Pustaka
"KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 5 September 2022

Sudaryanto, Hermanto (2018). "Pemakaian Ejaan dalam Bahasa Indonesia/Melayu pada Iklan Tempo Doeloe dan Implikasinya bagi
Perkuliahan Bahasa Indonesia". Transformatika. 2 (1): 60. ISSN 2549-5941.

Sudaryanto (2018). "Tiga Fase perkembangan Bahasa Indonesia (1928 - 2009): Kajian Linguistik Historis". Aksis. 2 (1): 3. ISSN
2580-9040.

"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempunakan".


badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/pedoman_umum-ejaan_yang_disempurnakan.pdf Diakses tanggal 5
September 2022

"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia". badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf Diakses tanggal


5 September 2022

"EYD V". ejaan.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 5 September 2022


Surat Keputusan. ejaan.kemdikbud.go.id/eyd/surat-keputusa/. Diakses tanggal 5 September 2022

Yerry Mijianti (2018). Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai