Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH :
RIDHO ALIF
RAIHAN RIDHO
SEPTA MAULANA
NUR IHDA ADELIYA
VENI FAUZIYYAH
ZULFA HAIKAL

BAB I
PENDAHULUAN
EJAAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam pekembangannya, penyempurnaan ejaan di dalam Bahasa Indonesia


mengalami berbagai tahap sejak sebelum lahirnya Sumpah Pemuda pada tahun
1928 sampai sekarang. Perkembangan yang dimaksud disini antara lain ialah
adanya penerapan ejaan oleh Ch. A. Van Ophujsen, Ejaan Republik Soewandi
(1947), Ejaan Melindo (1959), Ejaan Pembaharuan, Ejaan Baru, dan yang terakhir
Ejaan Yang Disempurnakan (1972), yang akhirnya EYD ini disahkan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972. Yang dalam setiap
perkembangannya selalu mengalami pembaharuan di dalamnya. Ejaan adalah
aturan atau kaidah yang perlu dipatuhi agar keteraturan dalam penulisan bahasa
dapat tercapai baca. Yang dimaksud ejaan adalah penulisan dan pemakaian huruf,
penulisan kata, angka dan bilangan. Materi utama yang dibahas dalam EYD
meliputi kaidah tentang penulisan huruf, pemakaian huruf, penulisan kata, serta
penulisan angka dan bilangan..

B. RUMUSAN MASALAH

A. Apa yang dimaksud dengan ejaan?


B. Apa saja macam dan bagaimana sejarah perkembangan ejaan di Indonesia?
C. Bagaimana cara dalam memakai dan menulis huruf dengan baik dan benar?
D. Bagaimana cara dalam menulis dan menggunakan kata serta angka dengan
baik dan benar?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian ejaan.
2. Untuk mengetahui macam-macam ejaan dan sejarah berkembangnya ejaan
di Indonesia.
3. Untuk mengetahui cara pemakaian dan penulisan huruf dengan benar.
4. Untuk mengetahui cara dalam menulis dan menggunakan kata serta angka
dengan baik dan benar.
BAB II

PEMBAHASAN

 PENGERTIAN EJAAN

Dalam buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia (2019) karya Yunus Abidin,
ejaan merupakan aturan yang melambangkan bunyi bahasa menjadi bentuk
huruf, kata serta kalimat. Ejaan juga bisa diartikan sebagai kumpulan
peraturan penulisan huruf, kata serta penggunaan tanda baca. Mengutip dari
buku Esai Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia (2020) karya Widya Fitriantiwi,
yang dimaksud ejaan adalah kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa
supaya keteraturan dan keseragaman dalam penulisan bahasa dapat tercapai.
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. sedangkan
mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata. Jadi
kesimpulannya adalah ejaan adalah aturan atau kaidah yang perlu dipatuhi
agar keteraturan dalam penulisan bahasa dapat tercapai.

 MACAM- MACAM EJAAN

Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan-


perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk penyempurnaan. Dalam
language planning proses ini dikenal dengan istilah elaborasi, yaitu pembutan
aturan-aturan kaidah kebahasaan seperti dalam kaidah penulisan (ortografis).

1. Ejaan van Ophuysen

Ejaan van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai Pustaka
dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947. Disebut Ejaan van
Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya dari Ch. A. van Ophuysen yang
dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Disebut
dengan Ejaan Balai Pustakan karena pada waktu itu Balai Pustaka merupakan
suatu lembaga yang terkait dan berperan aktif serta cukup berjasa dalam sejarah
perkembangan bahasa Indonesia.

Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :

a. Huruf y ditulis dengan j.

b. Huruf u ditlus dengan oe

c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.

d. Huruf j di tulis dengan dj.

e. Huruf c ditulis dengan tj.

f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.

2. Ejaan Republik

Ejaan Republik merupakan hasil penyederhanaan dari pada Ejaan van


Ophuysen. Ejaan Republik mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1947. Pada waktu
itu yang menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik
Indonesia adalah Mr. Suwandi, maka ejaan tersebut dikenal pula atau dinamakan
juga dengan Ejaan Suwandi. Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan
dari Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun
1938 dan yang menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus istilah. Beberapa
perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan Ophusyen dapat
diperhatikan dalam uraian di bawah ini:
a. Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam Ejaan
Republik.

b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik.

c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.

d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.

e. Tanda trema (") dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan Republik.

3. Ejaan Pembaharuan

Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk


memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia
Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah
berhasil disusun itu dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang
pernah mengetuai kepanitiaan ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.
Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan
ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara
resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan. Salah satu hal yang
menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf
yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak
dalam contoh di bawah ini:

a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j

b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts

c. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ

d. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń


e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š

Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut diftong ditulis
berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.

4. Ejaan Melindo

Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia), merupakan suatu hasil perumusan ejaan


Melayu dan Indonesia pada tahun 1959. Perumusan Ejaan Melindo ini diawali
dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia yang kedua pada tahun
1945, di Medan, Sumatera Utara. Bentuk rumusan Ejaan Melindo adalah
merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Tetapi Ejaan Melindo
ini belum sempat dipergunakan, karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi
antara negara kita Republik Indonesia dengan pihak Malaysia. Hal yang berbeda
ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata
tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan konsonan nj seperti njonja,
diganti dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru. Dalam Ejaan Pembaharuan
kedua gabungan konsonan itu diganti dengan ts dan ń.

5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)

Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis
oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia
Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan
suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas
dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19
september 1967.

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain :

a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.


b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi j

c. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny

d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy

e. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh.

6. Ejaan Yang Disempurnakan

Secara definisi, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem


ejaan bahasa Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57tahun
1972 yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik
Indonesia.Pedoman ejaan bahasa Indonesia disebut pedoman umum,karena
dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun ada hal-hal lain yang
bersifat khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu,yang disesuaikan dengan
bertitik tolak pada pedoman umum itu.Ejaan Yang Disempurnakan merupakan
hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang disusun sebelumnya,terutama ejaan
Republik yang dipadukan pula dengan konsep-konsep ejaan Pembaharuan,ejaan
Melindo, dan ejaan Baru.

 PEMAKAIAN EJAAN

Ejaan bahasa Indonesia mengatur 4 hal, yakni:

Pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan
bilangan, serta tanda baca.

Untuk pemakaian huruf,


1. Dalam pemakaian, huruf di Indonesia menggunakan hurruf abjad yang
terdiri dari 26 huruf. Untuk pelafalan bunyinya bias dilihat pada kolom ke- 3
– A, Be, Ce.
2. Huruf vokal atau yang dikenal sebagai huruf hidup yaitu yang
melambangkan vokal yang berfungsi untuk menghidupkan kata. Huruf vokal
yang ada di Indonesia yakni terdiri dari 5 huruf yakni a, i, u, e, o. Bisa dilihat
pada pemakaian huruf vokal. Bisa digunakan pada posisi awal, tengah,
maupun akhir.
Huruf vokal : a.
Posisi awal : angan.
Posisi tengah : sampah.
Posisi akhir : tiba.
3. Pemakaian huruf konsonan, biasa dikenal dengan huruf mati. Merupakan
huruf yang dihasilkan dari bunyi hambat. Huruf konsonan terdiri dari 21
huruf. Huruf konsonan dapat digunakan pada posisi awal, tengah,
maupunakhir dari sebuah kata.
Awal : bambu.
Tengah : sabtu.
Akhir : sebab.
4. Pemakaian huruf diftong, merupakan 2 buah bunyi vokal yang berjejer
dalam satu suku kata. Ada beberapa diftong dalam Bahasa Indonesia yaitu
ai, au, oi dan ei – contohnya pan – tau, san – tai, se – poi.
5. Selanjutnya yaitu pemakaian huruf kluster – yaitu gabungan dari 2 buah
konsonan dalam satu suku kata. Misalnya, kluster juga sering disebut dengan
konsonan rangkap, seperti khawatir, sayang, sunyi, syarat, transaksi. Kluster
dalam Bahasa Indonesia yaitu kh, sy, ny, ng.
 PENULISAN HURUF

Penulisan ejaan mencakup beberapa hal, yaitu:

 Penulisan huruf abjad

Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf abjad terdiri atas huruf A, B, C, D,


E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Huruf
abjad ini bisa ditulis dalam bentuk huruf kapital maupun tidak,
tergantung pada pemakaian dan tujuan penggunaannya. 

 Penulisan huruf vokal

Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf vokal terdiri atas huruf a, i, u, e, o.


Sama seperti huruf abjad, huruf vokal juga bisa ditulis dalam huruf
kapital atau tidak.

 Penulisan huruf konsonan

Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf konsonan adalah huruf yang tidak
termasuk huruf vokal, yakni b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w,
x, y, z. Penulisan kapital atau tidaknya juga bergantung pada pemakaian
dan tujuan penggunaannya.

 Penulisan huruf diftong

Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf diftong merupakan dua vokal yang
diucapkan bersamaan. Huruf diftong terdiri atas ai, au, oi. Contoh
katanya ialah 'santai', 'pulau', 'survei', dan 'kalian'.

 Penulisan gabungan huruf konsonan


Dalam ejaan bahasa Indonesia, penulisan gabungan huruf konsonan
berarti dua huruf konsonan dijadikan satu, seperti kh, ny, sy, ng. contoh
katanya 'ikhtisar', 'nyata', 'syarat', dan 'ngarai'.

 Penulisan pemenggalan kata

Dalam ejaan bahasa Indonesia, pemenggalan kata sering dilakukan jika:

1. Ada huruf vokal yang berurutan dan terlettak di tengah kata.


Pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf vokalnya. Contoh kata
‘aula’ jika dipenggal menjadi ‘au-la’.
2. Ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan di antara
dua huruf vokal, yang terletak di tengah kata. Pemenggalan
dilakukan sebelum huruf konsonan. Contohnya kata ‘ba-pak’, dan
‘mu-ta-khir’.
3. Ada dua huruf konsonan yang berurutan yang terletak di tengah kata.
Pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan. Contohnya
‘man-di’ dan ‘makh-luk’.
4. Ada tiga huruf konsonan atau lebih yang terletak di tengah kata.
Pemenggalan kata dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan
kedua. Contohnya ‘in-stu-men’.

 PENULISAN KATA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata penulisan adalah
proses, cara, perbuatan menulis atau menuliskan. Penulisan berasal dari kata dasar
tulis. Penulisan kata terbagi menjadi 6 bagian :

A. Kata dasar /kata tunggal


Adalah kata yang ditulis sebagai satu kesatuan. Penamaan kata dasar lebih
pada yang belum mengalami proses morfologis.

Contoh : 'Buku' itu sangat 'tebal’

Kantor pajak penuh sesak

B. Kata turunan

Merupakan kata dasar yang sudah mengalami proses morfologis seperti


proses pengimbuhan ,pengulangan, penyingkatan, dsb.

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata


dasarnya. Contoh: 'di'ampuni , 'di'perpanjang, dll.

2. Bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awaln dan
akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh: 'meng'garisbawahi,
'me'nyebarluas'kan' , dll.

C. Kata ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda


hubung. Contoh: anak-anak, mondar-mandir, dll.

D. Gabungan kata

1. Kata majemuk ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua,


kambing hitam, rumah sakit, dll.

2. Gabungan kata termasuk istilah khusus yang mungkin


menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan
hubungan diantara unsur unsur yang bersangkutan. Contoh: anak-isteri,
adik-kakak, dll.
3. Gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: apabila, adakalanya,
daripada, dll.

E. Kata depan

Di, ke, dari ditulis terpisah dari kata uang mengkutinya. Contoh:
murid duduk 'di' bangku , dsb. Kecuali kata tsb sudah dianggap salah satu
kata serangkai. Seperti, kepada , daripada, dll.

F. Penulisan kata serapan

1. Kata asing yang sudah diserap sepenuh nya ke dalam bahasa


Indonesia

2. Kata asing yang di pertahankan karena sifatnya


keinternasionalannya, penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara
asing. Contoh: chatting, browser dll.

3. Kata asing yang berfungsi memperkaya istilah ditulis sesuai EYD.


Contoh: fotokopi, manajemen , dll. Contoh unsur serapan:

a. Actor -> actor

b. Check -> cek

c. Coin -> koin

PENULISAN ANGKA DAN BILANGAN

Angka digunakan untuk menyertakan lambang bilangan atau nomor dalam


tulisan, lazim digunakan angka arab (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) atau angka romawi (I,
II, III, IV).
 Angka digunakan untuk menyatakan :

Ukuran panjang 0,5 cm), berat (7 kg), luas (1000 ha) da nisi (10 cc).

Satuan waktu : (1 jam 20 menit, pukul 15.00, tahun 2021).

Nilai uang : (Rp. 5000.00) atan 2000 rupiah.

Kuantitas : (10 persen, 20 orang).

 Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,


atau kamar pada alamat.

Contoh : Jalan anggur, blok A3, nomor 16 Hotel abadi, kamar 215.

Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat pada kitab suci.

Contoh : bab V, pasal 7, halaman 112, surah Yasin : 17.

Penulisan lambang bilangan pecahan ditulis sebagai berikut :

½ = setengah

¾ = tiga perempat.

Penulisan lambang bilangan tingkat dapat ditulis dengan 3 cara : (a) Paku
Buwono kesepuluh (b) Paku Buwono X (c) Paku Buwono ke-10.

Penulisan lambing bilangan yang mendapat akhiran –an ada 2 cara, (a) tahun
’60-an atau ( b) tahun enam puluhan.

Lambang bilangan yang digunakan secara berurutan, seperti dalam perincian


dan pemaparan.
BAB III

KESIMPULAN

1. Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan.


Perkembangan tersebut diantara nya ejaan Ophujsen, ejaan Soewandi,
ejaan Republik, ejaan Pembaharuan, ejaan Melindo, ejaan Baru, dan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD).
2. Ejaan adalah aturan atau kaidah yang perlu dipatuhi agar keteraturan dalam
penulisan bahasa dapat tercapai.
3. Ejaan memiliki komponen-komponen penulisan dan pemakaian huruf,
penulisan kata dan angka serta bilangan, dan unsur serapan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan
atau kaidah penggunaan Bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan
maupun tulisan.
5. Penulisan dan pemakaian huruf yang terdapat dalam ejaan yaitu penulisan
huruf abjad, vokal, diftong, konsonan dan huruf kluster.
6. Penulisan kata yang terdapat dalam sebuah ejaan yakni kata dasar, kata
ulang, kata ganti, gabungan kata,dll.
7. Penulisan angka dan bilangan yang terdapat dalam sebuah ejaan yakni
digunakan untuk penulisan angka romawi, dll.
8. Dari penjabaran diatas, ejaan sangat dibutuhkan dalam hal kepenulisan.
Misalnya dalam penulisan karya ilmiah, skripsi, dan thesis.

DAFTAR PUSAKA
Anonim. 2012. “Dari Ejaan van Ophujsen hingga EYD”.
www.matakuliah.com. Pada 25 Februari 2013.
Fakultas Pertanian UB. 2010. Modul Bahasa Indonesia dan Penulisan
Ilmiah.Malang.
Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo. Safioedin, Asis. 1987. Membina Bahasa
Indonesia.Bandung: Penerbit Alumni.Yaqin, M. Zubad Nurul. 2011.
Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: UIN-Maliki Press. Wilyarsa, I Gusti
Agung. 2012. ‘’ https://nanopdf.com/download/ejaan-bahasa-
indonesia-blog-ub_pdf ‘’ pada 19 september 2021.

Anda mungkin juga menyukai