Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa


Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan huruf miring,serta penulisan
unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.
Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Tingkatnya EYD
digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar. Justru itu
untuk memahami EYD sangatlah penting guna mengetahui sebuah
pembahasan.

Dalam buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia (2019) karya Yunus Abidin,
ejaan yang disempurnakan merupakan aturan yang melambangkan bunyi
bahasa menjadi bentuk huruf, kata serta kalimat. Ejaan yang disempurnakan
juga bisa diartikan sebagai kumpulan peraturan penulisan huruf, kata serta
penggunaan tanda baca. Mengutip dari buku Esai Penerapan Ejaan Bahasa
Indonesia (2020) karya Widya Fitriantiwi, yang dimaksud ejaan yang
disempurnak an adalah kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa supaya
keteraturan dan keseragaman dalam penulisan bahasa dapat tercapai.1

Perkembangan bahasa Indonesia telah banyak berubah karena sulitnya


membaca bagi Sebagian masyarakat. Di dalam sejarah perkembangan, Bahasa
Indonesia telah berulang kali mengalami perubahan ejaan. Ejaan pertama yang
berlaku di Indonesia adalah Ejaan Van Ophuijsen, yang disebarkan melalui
terbitan yang berjudul Kitab Logat Melajoe pada tahun 1901. Ejaan tersebut
1
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/30/115052769/ejaan-pengertian-fungsi-
penulisan-dan-pemakaiannya.

1
bertahan hingga tahun 1947 meskipun sejak tahun 1938 melalui kongres
Bahasa Indonesia 1 Solo mulai berlaku Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik.
Pemberlakuan Ejaan Soewandi bertujuan meyederhanakan Ejaan Van
Ophuijsen, diantaranya dengan mengganti huruf oe menjadii u. Ejaan
Soewandi mengalami pula serangkaian proses pengubahan yang menghasilkan
beberapa konsep penyempurnaan, yakni konsep “Ejaan Pembaharuan” (1957),
“Ejaan Melindo” (1959), dan “Ejaan Baru Bahasa Indonesia” (1966).
Ragam Bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media
lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi kapan dapat membantu
pemahaman. Ciri-ciri ragam Bahasa lisan diantaranya: Memerlukan kehadiran
orang lain, unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap, terikat ruang dan
waktu, dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media
tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur
sampai pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasar. Dalam ragam tulis
kita berurusan denga tata cara penulisan dan kosa kata. Ciri-ciri ragam bahasa
tulis adalah sebagai berikut: tidak memerlukan kehadiran orang lain, unsur
gramatikal dinyatakan secara lengkap, tidak terikat ruang dan waktu,
dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang penulis rumuskan
adalah :
1. Apa yang dimaksud ejaan yang disempurnakan ?
2. Bagaimana sejarah ejaan yang disempurnakan?
3. Bagaimana penggunaan ejaan yang disempurnakan?
4. Apa perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian ejaan yang disempurnakan
2. Mengetahui sejarah ejaan yang disempurnakan
3. Mengetahui penggunaan ejaan yang disempurnakan

2
4. Mengetahui perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ejaan yang Disempurnakan

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa


Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan huruf miring,serta penulisan
unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.
Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Tingkatnya EYD
digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar. Justru itu
untuk memahami EYD sangatlah penting guna mengetahui sebuah
pembahasan.

Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan


pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa.
Pengertian ini senada dengan KBBI, ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi dalam membentuk huruf serta penggunaan tanda
baca dalam tataran wacana.2

Ejaan menurut Harimurti adalah penggambaran bunyi Bahasa dengan


kaidah-kidah tulis menulis yang distandarisasikan, yang lazimnya mempunyai
tiga aspek yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem
dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut
penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek sintaksis yang menyangkut
penanda ujaran berupa tanda baca.3

Dalam buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia (2019) karya Yunus Abidin,
ejaan yang disempurnakan merupakan aturan yang melambangkan bunyi
bahasa menjadi bentuk huruf, kata serta kalimat. Ejaan yang disempurnakan
2
KBBI (2008:353)
3
Krida Laksana, 2008:54

4
juga bisa diartikan sebagai kumpulan peraturan penulisan huruf, kata serta
penggunaan tanda baca. Mengutip dari buku Esai Penerapan Ejaan Bahasa
Indonesia (2020) karya Widya Fitriantiwi, yang dimaksud ejaan yang
disempurnak an adalah kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa supaya
keteraturan dan keseragaman dalam penulisan bahasa dapat tercapai.4

B. Sejarah Ejaan yang Disempurnakan


Perkembangan bahasa Indonesia telah banyak berubah karena sulitnya
membaca bagi Sebagian masyarakat. Di dalam sejarah perkembangan, Bahasa
Indonesia telah berulang kali mengalami perubahan ejaan. Ejaan pertama yang
berlaku di Indonesia adalah Ejaan Van Ophuijsen, yang disebarkan melalui
terbitan yang berjudul Kitab Logat Melajoe pada tahun 1901. Ejaan tersebut
bertahan hingga tahun 1947 meskipun sejak tahun 1938 melalui kongres
Bahasa Indonesia 1 Solo mulai berlaku Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik.
Pemberlakuan Ejaan Soewandi bertujuan meyederhanakan Ejaan Van
Ophuijsen, diantaranya dengan mengganti huruf oe menjadii u. Ejaan
Soewandi mengalami pula serangkaian proses pengubahan yang menghasilkan
beberapa konsep penyempurnaan, yakni konsep “Ejaan Pembaharuan” (1957),
“Ejaan Melindo” (1959), dan “Ejaan Baru Bahasa Indonesia” (1966).
Proses pengubahan tersebut berakhir pada 16 Agustus 1972, ketika presiden
mencanangkan pemberlakuan sistem ejaan baru bahasa Indoneia mulai 17
Agustus 1972 (Keputusan Presiden no. 57 1972). Ejaan baru tersebut dikenal
dengan nama Ejaan Baru Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, yang
kemudian menjadi Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan lazim
disingkat dengan EYD. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, disingkat Pedoman Umum EYD. Penggunaan pedoman itu
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, No. 0196/U/1975, dan berlaku mulai 31 Agustus 1975.

4
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/30/115052769/ejaan-pengertian-fungsi-
penulisan-dan-pemakaiannya.

5
C. Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dalam Ragam Tulis
Adapun penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan yang harus kita ketahui
meliputi:
1. Huruf
a. Huruf Abjad
Huruf abjad yang digunakan dalam ejaan Bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf berikut ini. Cara pelafalan setiap huruf disertakan di
sebelahnya:

HURUF LAFAL HURUF LAFAL


Aa A Nn en
Bb be Oo o
Cc Ce Pp pe
Dd de Qq qi
Ee e Rr er
Ff ef Ss es
Gg Ge Tt te
Hh ha Uu u
Ii i Vv ve
Jj je Ww we
Kk ka Xx eks
Ll el Yy ye
Mm Em Zz zet

b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a,i,u,e,dan o.
Huruf vocal
A→api, padi, Lisa
I→ itu, simpan, murni
U→ulang, bumi, ibu
E→enak, petak, sore
O→oleh, kota, Radio
*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan
kata menimbulkan keraguan. Misalnya:

6
Anak-anak bermain di teras (téras)
Upacara itu dihadiri pejabat teras
Kami menonton film seri (séri)
Pertandingan itu berakhir seri
c. Huruf Konsonan
Terdapat 21 huruf yang melambangkan konsonan pada bahasa
Indonesia. Huruf-huruf tersebut terdiri atas huruf
b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,dan z.
d. Huruf Diftong
Pada Bahasa Indonesia, terdapat diftong yang dilambangkan dengan
ai.au,dan oi.
ai→ai, syaitan, pandai
au→aula, saudara, harimau
oi→___, boikot, amboi
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam Bahasa Indonesia, terdapat empat gabungan huruf yang
melmbangkan konsonan, yaitu kh, ng,ny,I dan sy. Masing-masing
gabungan huruf tersebut melambangkan satu bunyi konsonan.
Misalnya: kh→khusus, akhir, Tarikh
ng→ngilu, bangun, senang
ny→nyata, hanyut
sy→syarat, isyarat
f. Huruf kapital atau huruf besar
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat. Misalnya:
Dia mengantuk
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras
Pekerjaan itu belum selesai
g. Huruf miring

7
Huruf miring di dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip di dalam tulisan. Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan,buku Negarakartagama, surat kabar
Suara Karya.
h. Huruf tebal
1) Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulis yang sudah
ditulis miring.Misalnya: huruf dh,seperti pada kata Ramadhan, tidak
terdapat dalam ejaan bahasa Indonesia, kata et dalam ungkapan ora
et labora berarti ‘dan’.
2) Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian
karangan, seperti judul buku,bab, atau sub bab. Misalnya:
a) Latar Belakang
b) Masalah
c) Tujuan
D. Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis
1. Ragam bahasa lisan
Ragam Bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui
media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi kapan dapat
membantu pemahaman.
Ciri-ciri ragam Bahasa lisan diantaranya:
1. Memerlukan kehadiran orang lain.
2. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap.
3. Terikat ruang dan waktu.
4. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Ragam bahasa lisan memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

1. Dapat disesuaikan dengan situasi.


2. Faktor efesiensi.
3. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain
berupa tekan dan gerakanggota badan agar pendengar mengerti

8
apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak
pembicara.
4. Faktor kecepatan pembicara segera melihat reaksi pendengar
terhadap apa yang dibicarakannya.
5. Lebih bebs bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas
pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
6. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan
penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.

Sedangkan kelemahan ragam bahasa lisan diantaranya:

1. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap bahkan


terdapat frase-frase sederhana.
2. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3. Tidak orang semua bisa melakukan bahasa lisan secara baik.
4. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan seringkali menggunakan
ragam bahasa tidak formal.
2. Ragam Bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui
media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan
kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasar. Dalam ragam tulis kita berurusan denga tata cara penulisan
dan kosa kata.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut:
1. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
3. Tidak terikat ruang dan waktu.
4. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Sama halnya dengan dengan ragam bahasa lisan, bahasa tulis juga
memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan diantaranya:

9
1. Informasi yang disajikan bisa dipilih dan untuk dikemas sebagai
media atau materi yang sebagai media atau materi yang menarik
dan menyenangkan.
2. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan
masyrakat.
3. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan
informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu
mencanggihkan wawasan pembaca.
Sedangkan kelemahan dari ragam bahasa tulis diantaranya:
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan
itu tidak ada akiabatnya Bahasa tulisan harus disusun lebih
sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur.
Jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap
cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelaskan
atau di tolong, oleh karena itu, dalam bahasa tulisan diperlukan
keseksamaan yang lebih besar.

Berdasarkan beberapa ciri serta kelebihan dan kelemahan yang


dimiliki oleh ragam bahasa lisan maupun tulis. Berikut ini dapat kita
tarik beberapa perbedaan diantara kedua ragam tersebut:

1. Bahasa lisan didukung isyarat paralinguistic


2. Bahasa tulis dapat menyimpan inspirasi tanpa bergantung pada
ruang dan waktu.
3. Bahasa tulis dapat memindahkan bahasa dari bentuk oral ke
bentuk visual, memungkinkan kata-kata lepas dari konteks
aslinya.
4. Sintaksis Bahasa lisan kurang tersetruktur dibandingkan dengan
sintaksis bahasa ulis.

10
5. Bahasa tulis banyak mengandung penanda metalingual yang
menghubungkan antara fraksa klausa.
6. Struktur Bahasa tulis umumnya S P O, Bahasa lisan memiliki
topik sebuta (topic comment) (givon).
7. Bahasa lisan sering mengulangi bentuk sintaksis.
8. Bahasa lisan dapat diperluas sambil terus berbicara.5

5
http://ayatullahfachtur.blogspot.com

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Huruf menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah huruf
tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang
melambangkan bunyi bahasa. aksara Arab dan Cina.
Ejaan menurut Harimurti adalah penggambaran bunyi Bahasa dengan
kaidah-kidah tulis menulis yang distandardisasikan, yang lazimnya
mempunyai tiga aspek yakni aspek fonologis yang menyangkut
penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek
morfologis yang menyangkut penggambaran satu.
Berikut ini dapat kita tarik beberapa perbedaan diantara kedua ragam
tersebut:
1. Bahasa lisan didukung isyarat paralinguistic
2. Bahasa tulis dapat menyimpan inspirasi tanpa bergantung pada ruang
dan waktu.
3. Bahasa tulis dapat memindahkan bahasa dari bentuk oral ke bentuk
visual, memungkinkan kata-kata lepas dari konteks aslinya.
4. Sintaksis Bahasa lisan kurang tersetruktur dibandingkan dengan
sintaksis bahasa ulis.
5. Bahasa tulis banyak mengandung penanda metalingual yang
menghubungkan antara fraksa klausa.
6. Struktur Bahasa tulis umumnya S P O, Bahasa lisan memiliki topik
sebuta (topic comment) (givon).
7. Bahasa lisan sering mengulangi bentuk sintaksis.
8. Bahasa lisan dapat diperluas sambil terus berbicaraan-satuan morfemis,
aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
(Kridalaksana, 2008:54).

12
B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan
kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/30/115052769/ejaan-pengertian-
fungsi-penulisan-dan-pemakaiannya. Di akses pada tanggal 25 November 2021
pukul 23.00 WIB
http://ayatullahfachtur.blogspot.com Di akses pada tanggal 25 November 2021
pukul 23.10 WIB
Arifin, E. Zainal. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Akademika Pressindo.
Kushartanti & Yuwono, Untung. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal
Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Waridah, Emawati. 2013. EYD: Ejaan yang Disempurnakan & Seputar
Kebahasa-Indonesiaan. Bandung: Ruang Kata. 2014. Pedoman Kata Baku dan
Tidak Baku Dilengkapi
Ejaan yang Disempurnakan. Bandung: Ruang Kata.
Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

14

Anda mungkin juga menyukai