Anda di halaman 1dari 24

BAB 5

Ejaan dari Masa ke


Masa
Disusun oleh :
• Siti Syifa Inaziah
• Nurul Ramadhiani
• Seftia Ayu Zian Kharisma
• Algi Chandra Aulia
• Muhammad Fahmi
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

A. Pengertian Ejaan

Ejaan ( spelling ) adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Dalam KBBI Daring ( 2016 ) disebutkan bahwa ejaan adalah kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi ( kata, kalimat, dan sebagainya ) dalam bentuk tulisan ( huruf-huruf ) serta
penggunaan tanda baca. Secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian
tanda baca. Dari beberapa definisi ejaan sebagaimana diungkapkan oleh pakar di atas, dapat
dijelaskan bahwa ejaan adalah kaidah yang mengatur pelambangan bunyi ujar, tata cara penulisan
kata, penulisan kalimat, dan tanda bacanya.

Sejarah Ejaan Indonesia sendiri diawali dengan ditetapkannya Ejaan Van Ophuijsen. Setelahnya, ada
beberapa pembaruan ejaan yang diubah oleh pemerintah, mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan
Kasusastraan ( LBK ), Ejaan yang Disempurnakan ( EYD ), hingga Ejaan Bahasa Indonesia ( EBI )
Ejaan Van
Ophuijsen
Sejarah Ejaan Van Ophuijsen

Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada
1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang
diciptakan oleh Charles A. Van Ophuijsen. Ejaan Van Ophuijsen berlaku sampai dengan
tahun 1947.

Adapun ciri - ciri Ejaan Van Ophuysen :


• Huruf “I” untuk membedakan antara huruf I sebagai akhiran dan karenanya harus
dengan diftong seperti mulai dengan ramai, juga digunakan untuk huruf “y” soerabaia.
• Huruf “j” untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang dan sebagainya.
• Huruf “oe” untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe,oemoer, dan sebagainya.
Ejaan
Republik
Sejarah Ejaan Republik
1978 - 1972
Sejarah Ejaan Republik diresmikan pada tanggal 19 maret 1947 menggantikan ejaan
sebelumnya yaitu ejaan Van Ophuysen. Ejaan ini dikenal juga dengan nama Ejaan
Soewandi atau bisa juga disebut Ejaan Republik.

Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk
menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres
Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan
ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan Republik / Ejaan Soewandi. Berikut
beberapa perubahan pada Ejaan Republik, yaitu :

• Huruf “oe” diganti dengan “u” pada kata-kata guru, itu, umur, dan sebagainya.
• Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan “k” pada kata-kata tak, pak, rakjat, dan
sebagainya
• Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
• Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
Ejaan
Pembaharuan
Sejarah Ejaan Republik
1956 - 1961
Ejaan pembaharuan direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu
dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia pada tahun 1957
oleh Profesor Prijono dan E. Katoppo. Namun, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan
secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan. Berikut ciri – ciri dari ejaan
Pembaharuan , yaitu :
• Gabungan konsonan ‘dj’ diubah menjadi ‘j’
• Gabungan konsonan ‘tj’ diubah menjadi ‘ts’
• Gabungan konsonan ‘ng’ diubah menjadi ‘ŋ’
• Gabungan konsonan ‘nj’ diubah menjadi ‘ń’
• Gabungan konsonan ‘sj‘diubah menjadi ‘š’
• Gabungan vokal (diftong) ‘ai’, ‘au’, dan ‘oi’, ditulis berdasarkan
pelafalannya yaitu menjadi ‘ay’, ‘aw’, dan ‘oy’.
Ejaan
Melindo
Sejarah Ejaan Melindo ( Melayu - Indonesia )
1961 - 1967
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan
penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena
adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.

Ciri-ciri Ejaan Melindo, yaitu


• Gabungan konsonan ‘tj’, seperti pada kata tjinta, diganti dengan ‘c’ menjadi cinta
• Juga gabungan konsonan ‘nj’ seperti njonja, diganti dengan huruf ‘nc’, yang sama
sekali masih baru
Ejaan
Baru atau LBK
Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan (LBK)
1967 - 1972
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan
ini merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal diresmikan pada saat itu.
Perubahan yang terdapat dalam Ejaan Baru ( Ejaan LBK ) adalah sebagai berikut :

• Diftong tetap Di- dan ke- dibedakan preposisi dan imbuhan.


Contoh : Di masjid dilaksanakan acara akad nikah.
• Kata ulang ditulis secara lengkap menggunakan tanda hubung.
Contoh : kupu - kupu, murid - murid
• Beberapa istilah asing diubah.
Contoh : guerilla menjadi gerilya, extra menjadi ekstra, qalb menjadi kalbu
Ejaan
Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan
1972- 2015
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1972. Berdasarkan putusan presiden No. 57
tahun 1972 oleh presiden Republik Indonesia Suharto, untuk menggantikan ejaan Republik (
ejaan Suwandi ). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang


dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12
Oktober 1972, No. 156/P/1972 menyusun buku Pedoman Umum yang berisi pemaparan
kaidah ejaan yang lebih luas.
Ejaan
Bahasa
Indonesia
Ejaan Bahasa Indonesia
2015- Sekarang
Ejaan Bahasa Indonesia dipergunakan untuk mengganti Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan – EYD. Meskipun belum ada keputusan Presiden tentang adanya
penggunaan ejaan baru untuk bahasa Indonesia, namun Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah menerbitkan edisi
keempat tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ( PUEBI ) di Jakarta, Maret 2016.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ( PUEBI ) ini disusun berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 yang
diterbitkan pada tanggal 26 November 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia, serta untuk menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan ( PUEYD ) edisi ketiga. Pedoman ini diharapkan dapat mengakomodasi
perkembangan bahasa Indonesia yang makin pesat.
Perubahan PUEYD menjadi PUEBI
Beberapa perubahan dari EYD dan EBI sebagaimana tertuang pada lampiran Permendiknas
RI No. 46 Tahun 2009 ( Pedoman Umum EYD ) dan lampiran Permendikbud RI No. 50 Tahun
2015 ( PUEBI ). Adanya perubahan dari EYD dan EBI berupa 20 penambahan, 10 penghilangan,
4 pengubahan, dan 2 pemindahan. Adapun penyebab dari perubahan PUEYD menjadi PUEBI
adalah sebagai berikut :

 Adanya Kemajuan dalam Berbagai Ilmu


Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang semakin maju, membuat penggunaan bahasa
Indonesia dalam berbagai hal semakin meluas juga baik secara tulisan maupun lisan. Ini
yang menjadi salah satu alasan kenapa perlunya perubahan pada ejaan bahasa
Indonesia.

 Memantapkan Fungsi Bahasa Indonesia


Ejaan bahasa Indonesia perlu disempurnakan untuk memantapkan fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa Negara.
Fungsi PUEBI dan Perbedaan dengan EYD
o Fungsi PUEBI
Bisa dikatakan bahwa PUEBI ini berfungsi sebagai sebuah petunjuk atau pedoman yang
akan membuat kamu bisa membuat tulisan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Dengan menaati PUEBI, maka tulisanmu akan lebih mudah dipahami oleh pembaca.

o Perbedaan PUEBI dengan PUEYD


Ada beberapa perbedaan yang signifikan antara PUEBI dengan PUEYD, diantaranya
sebagai berikut :
• Pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca. Perbedaan pertama terletak pada
diakritik pelafalan vokal [ e ]
• Perbedaan kedua antara PUEBI dengan EYD adalah terdapat tambahan diftong [ ei ]
• Perbedaan ketiga adalah adanya aturan penulisan huruf kapital
• Selanjutnya adalah penggunaan tanda baca
Pedoman
Umum Ejaan
Bahasa
Indonesia
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun 2015 telah ditetapkan
menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Pedoman ini disusun untuk menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan ( PUEYD ). Pedoman ini diharapkan dapat mengakomodasi
perkembangan bahasa Indonesia yang makin pesat. Dimana baik secara langsung atau
tidak langsung akan mempercepat proses tertib berbahasa Indonesia sehingga
memantapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Beberapa Contoh Penggunaan PUEBI
 Pemakaian Huruf
• Huruf Abjad
Ada sekitar 29 huruf, yaitu : A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W,
X, Y, Z
• Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan Vokal terdiri dari 5 huruf,yaitu : a, i, u, e, o
• Diftong
Ada sekitar empat diftong yang dilambangkan dengan huruf vokal, yakni ai, au, ei,
dan oi
• Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu
bunyi konsonan
• Huruf Kapital
̵ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat
̵ Huruf kapita dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang serta julukan
̵ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan
̵ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang.
Beberapa Contoh Penggunaan PUEBI
 Singkatan dan Akronim
• Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik pada setiap unsur singkatan itu
Co : A. H. Nasution
• Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik
Co : LAN  Lembaga Administrasi Negara
 Angka dan Bilangan
• Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika di pakai secara berurutan seperti dalam perincian
Co : Mereka menonton drama itu sampai tiga kali
Diantara 72 orang yang hadir, hanya 52 orang yang setuju, 15 orang tidak
setuju, dan 5 orang abstain.
• Angka dipakai untuk menomori alamat
Co : Jalan Tanah Abang I No. 5 atau Jalan Tanah Abang I/5
Beberapa Contoh Penggunaan PUEBI
 Pemenggalan Kata
• Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Co : Bu – ah, Ma – in
• Huruf diftong ai, au, ei dan oi tidak dipenggal
Co : Pan – dai
• Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan ( termasuk gabungan huruf
konsonan ) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Co : Ba – pak
 Kata Depan
• Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Co : Di mana dia sekarang ?
Mari kita berangkat ke kantor
Khimat itu terbuat dari kain jet black
 Bentuk Ulang
• Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung ( - ) di antara unsur-
unsurnya.
Co : Kupu - kupu, Makan - makan
Sekian
Terima Kasih !!

Anda mungkin juga menyukai