A. Pengertian Ejaan
Ejaan ( spelling ) adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Dalam KBBI Daring ( 2016 ) disebutkan bahwa ejaan adalah kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi ( kata, kalimat, dan sebagainya ) dalam bentuk tulisan ( huruf-huruf ) serta
penggunaan tanda baca. Secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian
tanda baca. Dari beberapa definisi ejaan sebagaimana diungkapkan oleh pakar di atas, dapat
dijelaskan bahwa ejaan adalah kaidah yang mengatur pelambangan bunyi ujar, tata cara penulisan
kata, penulisan kalimat, dan tanda bacanya.
Sejarah Ejaan Indonesia sendiri diawali dengan ditetapkannya Ejaan Van Ophuijsen. Setelahnya, ada
beberapa pembaruan ejaan yang diubah oleh pemerintah, mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan
Kasusastraan ( LBK ), Ejaan yang Disempurnakan ( EYD ), hingga Ejaan Bahasa Indonesia ( EBI )
Ejaan Van
Ophuijsen
Sejarah Ejaan Van Ophuijsen
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada
1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang
diciptakan oleh Charles A. Van Ophuijsen. Ejaan Van Ophuijsen berlaku sampai dengan
tahun 1947.
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk
menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres
Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan
ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan Republik / Ejaan Soewandi. Berikut
beberapa perubahan pada Ejaan Republik, yaitu :
• Huruf “oe” diganti dengan “u” pada kata-kata guru, itu, umur, dan sebagainya.
• Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan “k” pada kata-kata tak, pak, rakjat, dan
sebagainya
• Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
• Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
Ejaan
Pembaharuan
Sejarah Ejaan Republik
1956 - 1961
Ejaan pembaharuan direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu
dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia pada tahun 1957
oleh Profesor Prijono dan E. Katoppo. Namun, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan
secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan. Berikut ciri – ciri dari ejaan
Pembaharuan , yaitu :
• Gabungan konsonan ‘dj’ diubah menjadi ‘j’
• Gabungan konsonan ‘tj’ diubah menjadi ‘ts’
• Gabungan konsonan ‘ng’ diubah menjadi ‘ŋ’
• Gabungan konsonan ‘nj’ diubah menjadi ‘ń’
• Gabungan konsonan ‘sj‘diubah menjadi ‘š’
• Gabungan vokal (diftong) ‘ai’, ‘au’, dan ‘oi’, ditulis berdasarkan
pelafalannya yaitu menjadi ‘ay’, ‘aw’, dan ‘oy’.
Ejaan
Melindo
Sejarah Ejaan Melindo ( Melayu - Indonesia )
1961 - 1967
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan
penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena
adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ( PUEBI ) ini disusun berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 yang
diterbitkan pada tanggal 26 November 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia, serta untuk menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan ( PUEYD ) edisi ketiga. Pedoman ini diharapkan dapat mengakomodasi
perkembangan bahasa Indonesia yang makin pesat.
Perubahan PUEYD menjadi PUEBI
Beberapa perubahan dari EYD dan EBI sebagaimana tertuang pada lampiran Permendiknas
RI No. 46 Tahun 2009 ( Pedoman Umum EYD ) dan lampiran Permendikbud RI No. 50 Tahun
2015 ( PUEBI ). Adanya perubahan dari EYD dan EBI berupa 20 penambahan, 10 penghilangan,
4 pengubahan, dan 2 pemindahan. Adapun penyebab dari perubahan PUEYD menjadi PUEBI
adalah sebagai berikut :
Pedoman ini disusun untuk menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan ( PUEYD ). Pedoman ini diharapkan dapat mengakomodasi
perkembangan bahasa Indonesia yang makin pesat. Dimana baik secara langsung atau
tidak langsung akan mempercepat proses tertib berbahasa Indonesia sehingga
memantapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Beberapa Contoh Penggunaan PUEBI
Pemakaian Huruf
• Huruf Abjad
Ada sekitar 29 huruf, yaitu : A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W,
X, Y, Z
• Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan Vokal terdiri dari 5 huruf,yaitu : a, i, u, e, o
• Diftong
Ada sekitar empat diftong yang dilambangkan dengan huruf vokal, yakni ai, au, ei,
dan oi
• Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu
bunyi konsonan
• Huruf Kapital
̵ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat
̵ Huruf kapita dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang serta julukan
̵ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan
̵ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang.
Beberapa Contoh Penggunaan PUEBI
Singkatan dan Akronim
• Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik pada setiap unsur singkatan itu
Co : A. H. Nasution
• Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik
Co : LAN Lembaga Administrasi Negara
Angka dan Bilangan
• Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika di pakai secara berurutan seperti dalam perincian
Co : Mereka menonton drama itu sampai tiga kali
Diantara 72 orang yang hadir, hanya 52 orang yang setuju, 15 orang tidak
setuju, dan 5 orang abstain.
• Angka dipakai untuk menomori alamat
Co : Jalan Tanah Abang I No. 5 atau Jalan Tanah Abang I/5
Beberapa Contoh Penggunaan PUEBI
Pemenggalan Kata
• Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Co : Bu – ah, Ma – in
• Huruf diftong ai, au, ei dan oi tidak dipenggal
Co : Pan – dai
• Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan ( termasuk gabungan huruf
konsonan ) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Co : Ba – pak
Kata Depan
• Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Co : Di mana dia sekarang ?
Mari kita berangkat ke kantor
Khimat itu terbuat dari kain jet black
Bentuk Ulang
• Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung ( - ) di antara unsur-
unsurnya.
Co : Kupu - kupu, Makan - makan
Sekian
Terima Kasih !!