Kata baku
sering digunakan ketika melakukan percakapan resmi, seperti pidato, ceramah,
presentasi, dan lain-lain.
Adapun kata tidak baku ialah kebalikan dari kata baku. Kata ini termasuk kata yang tidak
tercantum pada KBBI dan biasanya dipakai untuk berkomunikasi sehari-sehari dengan
teman sebaya atau yang lebih muda.
2. Yang mengatur tatabaha Indonesia adalah kekuatan hukum yang mendasari Perpres 63
tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia adalah:
a. Perbedaan diakritik pelafalan vokal [e] Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal e
mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda. Namun, pada ejaan sebelumnya,
yaitu di EYD hanya dicontohkan dua pelafalan [e]. Diakritik pertama yang disajikan
pada EYD adalah [é] (taling tertutup) pada kata enak, petak, dan sore. Diakritik
kedua, pelafalan vokal [ê] (pepet) pada kata emas, kena, dan tipe. D iakritik pelafalan
vokal [e] yang tidak disampaikan di EYD adalah diakritik ketiga, yaitu pelafalan
vokal [è] (taling terbuka) pada kata militer, ember, dan pendek.
b. Perbedaan diftong [ei] Jika sebelumnya di EYD telah disampaikan terdapat tiga
diftong, PUEBI telah menyempunkan informasi terkait diftong di bahasa Indonesia
sebanyak empat, yaitu ai, au, oi, dan ei. Tambahan diftong [ei] ini muncul karena
adanya kata yang telah diserap seperti kata survei, eigendom, dan geiser.
c. Aturan penulisan huruf kapital Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus
digunakan pada huruf awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan. Selanjutnya pada aturan terbaru di PUEBI ditambahkan satu
ketentuan, yaitu selain nama-nama tersebut, kapital juga digunakan untuk huruf awal
julukan. Contoh julukan yang dimaksud seperti Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan
sebagainya.
d. Aturan penulisan huruf tebal Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai
untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain itu, huruf tebal
juga digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab,
dan subbab.
e. penggunaan tanda baca Tanda baca merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama
dalam bahasa tulis. Pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972, tanda baca titik
koma (;) tidak dijabarkan selengkap di PUEBI. Pada aturan sebelumnya, titik koma
(;) hanya digunakan untuk memisahkan bagaian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara. Selain itu, juga terdapat aturan, yaitu sebagai pengganti tanda hubung untuk
memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk. Selain dua aturan tersebut,
aturan lain juga disampaikan di PUEBI. Aturan lain tersebut adalah tanda titik koma
(;) digunakan pada akhir princian yang berupa klausa dan digunakan untuk
memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan
tanda koma.