Anda di halaman 1dari 3

1. Kata baku merupakan kata yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.

Kata baku
sering digunakan ketika melakukan percakapan resmi, seperti pidato, ceramah,
presentasi, dan lain-lain.
Adapun kata tidak baku ialah kebalikan dari kata baku. Kata ini termasuk kata yang tidak
tercantum pada KBBI dan biasanya dipakai untuk berkomunikasi sehari-sehari dengan
teman sebaya atau yang lebih muda.

2. Yang mengatur tatabaha Indonesia adalah kekuatan hukum yang mendasari Perpres 63
tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia adalah:

 Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035).

3. Ketentuan-ketentuan Bahasa Indonesiamenjadi Bahasa internasioal:


a. Bahasa tersebut harus digunakan dalam diplomasi dan perdagangan internasional.
b. Bahasa harus berperan besar dalam penyebaran ilmu pengetahuan.
c. Bahasa memiliki yang sederhana dari segi bunyi Bahasa dan
grametikalnya,sehingga penutur asing dengan mudah mempelajarinya.
d. Bahasa tersebut harus memiliki penutur yang peduli dan percaya diri memilikinya
4. EYD pertama kali diterbitkan pada tahun 1972. Kemudian, pada tahun 1987 di depan
namanya ditambahkan frasa pedoman umum sehingga menjadi Pedoman Umum EYD
Edisi II. Pada tahun 2009 pedoman dimutakhirkan menjadi Pedoman Umum EYD Edisi
III. Lalu, pada tahun 2015 pedoman tersebut diubah lagi menjadi Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) Edisi IV.Beberapa waktu lalu, Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbudristek resmi menerbitkan EYD Edisi V
sebagai wujud komitmen dalam memberikan layanan kebahasaan dan kesastraan yang
makin berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.EYD
Edisi V merupakan bentuk kaidah kebahasaan yang lebih adaptif, responsif, dan
akomodatif sehingga pengguna bahasa dapat mengekspresikan pemikiran, ide, dan
perasaannya dengan lebih tertib, baik, dan terarah.
EYD adalah: EYD merupakan tata bahasa pada bahasa Indonesia yang mengatur
pemakaian bahasa Indonesia dalam penulisan, mulai dari penggunaan dan juga penulisan
huruf kapital, huruf miring dan juga penulisan unsur serapan.
Contoh: Huruf kapital pada EYD juga harus digunakan untuk kata yang berkaitan dengan
gelar kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan. 
Seperti: Salah satu pahlawan yang berjasa untuk bangsa Indonesia adalah Pangeran
Diponegoro.
5. pedoman yang dipakai saat ini adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI). Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa
Indonesia yang pernah berlaku sejak tahun 2015 hingga 2022. EBI diatur berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2015, yang menggantikan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) edisi
ketiga. Pedoman yang mengatur Ejaan Bahasa Indonesia disebut Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI).

Perbedaan EBI dan EYD:

a. Perbedaan diakritik pelafalan vokal [e] Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal e
mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda. Namun, pada ejaan sebelumnya,
yaitu di EYD hanya dicontohkan dua pelafalan [e]. Diakritik pertama yang disajikan
pada EYD adalah [é] (taling tertutup) pada kata enak, petak, dan sore. Diakritik
kedua, pelafalan vokal [ê] (pepet) pada kata emas, kena, dan tipe. D iakritik pelafalan
vokal [e] yang tidak disampaikan di EYD adalah diakritik ketiga, yaitu pelafalan
vokal [è] (taling terbuka) pada kata militer, ember, dan pendek.
b. Perbedaan diftong [ei] Jika sebelumnya di EYD telah disampaikan terdapat tiga
diftong, PUEBI telah menyempunkan informasi terkait diftong di bahasa Indonesia
sebanyak empat, yaitu ai, au, oi, dan ei. Tambahan diftong [ei] ini muncul karena
adanya kata yang telah diserap seperti kata survei, eigendom, dan geiser.
c. Aturan penulisan huruf kapital Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus
digunakan pada huruf awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan. Selanjutnya pada aturan terbaru di PUEBI ditambahkan satu
ketentuan, yaitu selain nama-nama tersebut, kapital juga digunakan untuk huruf awal
julukan. Contoh julukan yang dimaksud seperti Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan
sebagainya.
d. Aturan penulisan huruf tebal Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai
untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain itu, huruf tebal
juga digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab,
dan subbab.
e. penggunaan tanda baca Tanda baca merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama
dalam bahasa tulis. Pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972, tanda baca titik
koma (;) tidak dijabarkan selengkap di PUEBI. Pada aturan sebelumnya, titik koma
(;) hanya digunakan untuk memisahkan bagaian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara. Selain itu, juga terdapat aturan, yaitu sebagai pengganti tanda hubung untuk
memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk. Selain dua aturan tersebut,
aturan lain juga disampaikan di PUEBI. Aturan lain tersebut adalah tanda titik koma
(;) digunakan pada akhir princian yang berupa klausa dan digunakan untuk
memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan
tanda koma.

Anda mungkin juga menyukai