Anda di halaman 1dari 8

Perbedaan EYD

dan PUEBI
Zafira Kartika (2210501071)
Rima Putri Sari (2210501079)
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
1. Ejaan Van Ophujisen (1901-1947)
2. Ejaan Soewandi (1947-1972)
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
(1972-2015)
4. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) (2015-
sekarang)
EYD dan PUEBI
● Ejaan bahasa Indonesia yang sebelumnya berlaku dikenal dengan EYD, yaitu
Ejaan Yang Disempurnakan melalui Kepres Nomor 57 Tahun 1972. Hingga pada
saat ini, ejaan bahasa Indonesia terbaru telah ada, yaitu Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) melalui Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015.
● Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman ejaan
bahasa Indonesia terbaru dari sepanjang sejarah ejaan bahasa Indonesia.
Perbedaan EYD dan PUEBI
Terdapat lima hal yang menjadi perbedaan antara PUEBI dengan EYD. Kelima perbedaan tersebut tersebar
ke dalam dua subbab ejaan, yaitu pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca .
1. Diakritik vokal [e]
Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal [e] mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda.
Namun, pada ejaan sebelumnya, yaitu di EYD hanya dicontohkan dua pelafalan [e].
a. [é] (taling tertutup) contohnya pada kata enak, petak, dan sore.
b. [ê] (pepet) contohnya pada kata emas, kena, dan tipe.
c. [è] (taling terbuka) contohnya pada kata militer, ember, dan pendek.
2. Diftong
Diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku
kata. Jika sebelumnya di EYD telah disampaikan terdapat tiga diftong,
Puebi telah menyempunkan informasi terkait diftong di Bahasa
Indonesia sebanyak empat, yaitu ai, au, oi, dan ei.
Tambahan diftong [ei] ini muncul karena adanya kata yang telah diserap
seperti kata survei, eigendom, dan geiser.
3. Aturan Penulisan Huruf Kapital
Pada aturan EYD sebelumnya, penulisan huruf kapital harus
digunakan pada huruf awal nama orang, nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan. Selanjutnya pada
aturan terbaru di PUEBI ditambahkan satu ketentuan, yaitu
selain nama-nama tersebut, kapital juga digunakan untuk huruf
awal julukan. Contohnya julukan yang dimaksud seperti
Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan sebagainya.
4. Aturan Penulisan Huruf Tebal
Pedoman ini hanya tersedia di PUEBI. Dalam PUEBI dijelaskan bahwa
huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring. Selain itu, huruf tebal juga digunakan untuk menegaskan
bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, dan subbab.
5. Pengunaan Tanda Baca
Pada aturan EYD sebelumnya, titik koma (;) hanya digunakan untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara serta sebagai pengganti tanda
hubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk. Selain
dua aturan tersebut, aturan lain juga ditambahkan di PUEBI. Aturan lain tersebut
adalah tanda titik koma (;) digunakan pada akhir perincian yang berupa klausa
dan digunakan untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat
yang sudah menggunakan tanda koma.

Anda mungkin juga menyukai