sekarang.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman ejaan bahasa Indonesia
terbaru dari sepanjang sejarah ejaan bahasa Indonesia. Ejaan bahasa Indonesia yang sebelumnya
berlaku dikenal dengan EYD, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan melalui Kepres Nomor 57 Tahun 1972.
Hingga pada saat ini, ejaan bahasa Indonesia terbaru telah ada, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) melalui Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015.
Setidaknya terdapat lima hal yang menjadi perbedaan antara PUEBI dengan EYD. Kelima perbedaan
tersebut tersebar ke dalam dua subbab ejaan, yaitu pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca.
2. Diftong
Diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku kata. Jika sebelumnya di
EYD telah disampaikan terdapat tiga diftong, PUEBI telah menyempunkan informasi terkait
diftong di bahasa Indonesia sebanyak empat, yaitu ai, au, oi, dan ei.
Tambahan diftong [ei] ini muncul karena adanya kata yang telah diserap seperti kata survei,
eigendom, dan geiser.
Contoh julukan yang dimaksud seperti Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan sebagainya.
4. Aturan Penulisan Huruf Tebal
Pedoman ini hanya tersedia di PUEBI. Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai
untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain itu, huruf tebal juga
digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, dan subbab.