Anda di halaman 1dari 14

Makalah

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Dosen Pembimbing :
Ristawati S Pd.M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK : 2
AMANDA PUSRI
AITSA FAZA
ZURAIDA
USWATUN HASANAH
UTIA KHARA

FAKULTAS HUKUM DAN SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM KEBANGSAAN INDONESIA
BIREUEN – ACEH
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini,
serta salawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW. Semoga di hari kiamat nanti kita mendapatkan syafaat darinya.
Amin ya Rabba Alaamin.
Dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga menyadari dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik
maupun sarannya dari pembaca makalah ini. Sehingga di kemudian hari dapat
menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat digunakan dengan baik dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bireuen, 21 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULAN ................................................................................................................ 4
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 4
1.3 TUJUAN ................................................................................................................ 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
A. Pengertian Ejaan ....................................................................................................... 5
B. Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan .......................................................... 5
C. Penggunaan EYD Dalam Bahasa Lisan Dan Tulisan ........................................ 9
BAB III............................................................................................................................. 13
PENUTUP........................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran,


dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara
teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan penulisan tanda baca.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia, ejaan
Republik atau ejaan Soewandi, yang berlaku sejak tahun 1927. Tepatnya pada 16
agustus 1972, telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Apabila pedoman ini
dipelajari dan ditaati maka tidak akan terjadi kesalahan pengejaan kata.
Pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak
dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-
pengertian yang diwakilinya. Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang cirri
bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang cirri-
ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain dari pada tanda bunyi
bebas yang selalu terikat pada suatu sistem, diketahui oleh masyarakat bahasa
berdasarkan perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut, beberapa permasalahan pokok yang akan diteliti


antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana penggunaan ejaan yang disederhanakan ?
2. Bagaimana penggunaan EYD dalam bahasa lisan dan tulisan ?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuannya adalah :


1. Untuk mengertahui penggunaan ejaan yang disederhanakan.
2. Untuk penggunaan EYD dalam bahasa lisan dan tulisan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ejaan

Ejaan adalah aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan


huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan
pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan
melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah sistem aturan yang
jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan memberikan dampak pada ketepatan dan kejelasan makna. Seperti saat
pengemudi sedang mengemudikan kendaraannya, ejaan adalah rambu lalu lintas
yang harus dipatuhi oleh pengemudi.

Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan
menteri ini, maka EYD revisi sebelumnya diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak
tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Republik. EYD
memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat, dan penggunakan
tanda baca. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk menstandarkan bahasa
Indonesia secara baik dan benar (Waridah, 2013: 1).

B. Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ejaan yaitu kaidah dalam


menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan lain sebagainya) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.1

1
Winci Firdaus, dkk. Bahasa Indonesia, (Banda Aceh: CV Hasanah Banda Aceh, 2009), hal. 39

5
Dalam ejaan yang disempurnakan terdiri dari lima pembahasan yaitu,
pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca.

1. Pemakaian Huruf
Pemakaian atau penggunaan huruf dalam alfabet latin adalah 26 buah,
sedangkan jumlah fonem dalam bahasa Indonesia adalah 28 buah. Alfabet
mempunyai dua jenis huruf yaitu huruf konsonan dan huruf vokal. Adapun huruf
vocal adalah (a, i, u, e, o), sedangkan huruf konsonan adalah huruf yang selain huruf
vokal.

Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf sebagai berikut. Perhatikan


lafal setiap huruf.

Huruf Lafal Huruf Lafal Huruf Lafal


Aa [a] Jj [je] Ss [es]
Bb [be] Kk [k] Tt [te]
Cc [ce] Ll [el] Uu [u]
Dd [de] Mm [em] Vv [fe]
Ee [e] Nn [en] Ww [we]
Ff [ef] Oo [o] Xx [eks]
Gg [ge] Pp [pe] Yy [ye[
Hh [ha] Qq [ki] Zz [zet]
Ii [i] Rr [er]

Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a, i, u, e, o sisanya adalah
konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia
juga digunakan gabungan konsonan (diagraf) sebanyak empat pasang. Setiap
pasangan itu menghasilkan satu bunyi yang dapat membedakan arti. Karena itu, kh,
ng, ny, sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan).

Gabungan Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
kh khusus akhir tarikh
ng ngilu bangun senang
ny nyata banyak -
sy syarat isyarat arasy

6
Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutan
harus dalam satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah
kualitasnya) yang berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf Diftong
Di Awal Di Tengah Di Akhir
ai Ain syaitan pandai
au aula saudara harimau
oi - boikot amboi

2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring


Huruf kapital adalah huruf yang ditulis dengan menggunakn huruf besar. Huruf
besar disebut juga sebagai huruf kapital yang mempunyai aturan tersendiri dalam
tulis menulis. Karena tidak semua tulisan dicetak atau ditulis dengan menggunakan
huruf kapital.

Pemakaian huruf kapital disesuaikan dengan aturannya. Huruf kapital memiliki


beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut: (1) Huruf kapital ditulis pada huruf
pertama kata pada awal kalimat, (2) huruf kapital ditulis sebagai huruf pertama
petikan langsung, (3) huruf kapital ditulis sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan, (4) huruf kapital ditulis sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang, (5) huruf kapital ditulis sebagai
huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama lembaga,
(6) huruf kapital ditulis sebagai huruf pertama unsurunsur nama orang, (7) huruf
kapital ditulis sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, (8)
huruf kapital ditulis sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah, (9) huruf kapital ditulis dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi.2

2
Susan Nauli Silitonga, SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN EJAAN DALAM KARANGAN
SISWA SD NEGERI GEMAWANG SINDUADI MLATI SLEMAN , (Yogyakarta: Universitas
Sleman Yogyakarta, 2016), hal. 14-15

7
Pemakaian huruf miring:

a. Nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan ditulis
dengan huruf miring: Majalah Tempo, Surat kabar Harian Aceh
b. Dipakai untuk menegaskan huruf bagian kata atau kelompok kata: Huruf
pertama kata pergi adalah p, buatlah contoh paragraf dengan judul kupu-
kupu
c. Nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya: Nama
ilmiah buah manggis adalah Carcinia Mangostana.3

3. Penulisan Kata

Kata atau morfem adalah gabungan atau kumpulan dari beberapa huruf, baik itu
huruf konsonan maupun horof vokal. Kata merupakan bentuk huruf-huruf bebas
yang biasa disatukan dengan huruf yang lainnya. Kata juga merupakan bentuk
bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Sebuah kata dapat terbentuk dari satu
kata atau lebih. Misalnya: dan, di, ke, yang, dengan, maka, lalu, berjalan, menulis,
berlari-lari, menyebarluas, disebarluaskan, mempertanggungjawabkan, dan lain
sebagainya.

4. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab,
bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks,
dan lampiran.
Misalnya:
- Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan

3
Winci Firdaus, dkk. Bahasa Indonesia . . . , hal. 43-47

8
C. Penggunaan EYD Dalam Bahasa Lisan Dan Tulisan

Meskipun sudah sering didengar, ternyata belum semua orang


memahami makna istilah "baik dan benar" dalam berbahasa. Tidak semua bahasa
yang baik itu benar dan sebaliknya, tidak semua bahasa yang benar itu baik.
Tentunya yang terbaik adalah bisa berbahasa dengan baik dan benar. Untuk dapat
melakukannya, perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan baik dan benar
tersebut.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat
komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan
bicara. Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai
derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.

1. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan
upacara pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada
pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang
terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di
sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan
yang sangat akrab dan intim.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku,
baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam
bahasa baku adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola
kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami
sedang ikuti.

9
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam
bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku
harus mengikuti aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum
ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa
lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau
bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/;
serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.

5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang


mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku
sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud
aslinya.

 Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Buku itu sangat menarik
 Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: bergerigi, terhapus
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
Misalnya: Bertanda tangan, tanda tangani
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: memberitahukan, ditandatangani, melipatgandakan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: dwiwarna, antibiotik, biokimia, mahasiswa

10
 Singkatan dan Akronim
1. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai berikut.
a. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik.
Misalnya:
- nomor disingkat no.
- halaman disingkat hlm.
b. Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik.
Misalnya:
- atas nama disingkat a.n.
Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan
huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya:
- Perseroan Terbatas disingkat PT
- Perusahaan Dagang disingkat PD
- Comannditaire Venootschap disingkat CV
c. Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai
satu tanda titik.
Misalnya:
- dan kawan-kawan disingkat dkk.
- dan lain-lain disingkat dll.
Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf
awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya:
- BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
- DKI (Daerah Khusus Ibukota)
d. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak di ikuti titik.
Misalnya:
- Au aurum
- TNT trinitrotoleun
- cm centimeter
- Rp rupiah

11
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau
gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim dibaca
diperlakukan sebagai kata. Ada tiga ketentuan dalam penulisan akronim.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
- FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
- ISPA (Infeksi Salurana Pernafasan Atas)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.
Misalnya:
- Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
- Kadin (Kamar Dagang dan Industri)
- Sespa (Sekolah Staf dan Pemimpin Administrasi)
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
- rudal peluru kendali
- iptek ilmu pengetahuan dan teknologi

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali
masyarakat dihadapkan pada situasi dan kondisi berbahasa yang tidak mendukung,
maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa
Indnesia yang baik dan benar dalam komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering
terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-
kesalahan tersebut dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti
aturan-aturan ketata bahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah
kebiasaan dan parahnya lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di benarkan
penggunaan dalam keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama
untuk selalu mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah
tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki
peran penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.

B. Saran

Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat


menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis.
Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD diharapkan para pembaca
dapat memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan suatu karya
tulis.Dan semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, AG. 2016. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial


Masyarakat di Indonesia. Tulungagung: Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Tulungagung, Vol 9, No.1
Departemen Pendidikan Nasional. 1990. KBBI. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Firdaus, Winci. dkk. 2009. Bahasa Indonesia. Banda Aceh: CV Hasanah
Fasya, TK. 2020. Budaya Pop “Hasanah”. Diakses melalui
https://aceh.tribunnews.com/2020/08/21/budaya-pophasanah
Muazzinah & Ade, Amuji. 2020. Tata Kelola Retribusi Parkir Sebagai Upaya
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh. Diakses melalui
https://journal.arraniry.ac.id/index.php/jai/article/view/546

14

Anda mungkin juga menyukai