Dosen Pembimbing :
Ristawati S Pd.M.Pd
Disusun Oleh :
KELOMPOK : 2
AMANDA PUSRI
AITSA FAZA
ZURAIDA
USWATUN HASANAH
UTIA KHARA
Segala puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini,
serta salawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW. Semoga di hari kiamat nanti kita mendapatkan syafaat darinya.
Amin ya Rabba Alaamin.
Dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga menyadari dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik
maupun sarannya dari pembaca makalah ini. Sehingga di kemudian hari dapat
menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat digunakan dengan baik dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULAN
1.3 TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan memberikan dampak pada ketepatan dan kejelasan makna. Seperti saat
pengemudi sedang mengemudikan kendaraannya, ejaan adalah rambu lalu lintas
yang harus dipatuhi oleh pengemudi.
Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak
tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Republik. EYD
memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat, dan penggunakan
tanda baca. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk menstandarkan bahasa
Indonesia secara baik dan benar (Waridah, 2013: 1).
1
Winci Firdaus, dkk. Bahasa Indonesia, (Banda Aceh: CV Hasanah Banda Aceh, 2009), hal. 39
5
Dalam ejaan yang disempurnakan terdiri dari lima pembahasan yaitu,
pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca.
1. Pemakaian Huruf
Pemakaian atau penggunaan huruf dalam alfabet latin adalah 26 buah,
sedangkan jumlah fonem dalam bahasa Indonesia adalah 28 buah. Alfabet
mempunyai dua jenis huruf yaitu huruf konsonan dan huruf vokal. Adapun huruf
vocal adalah (a, i, u, e, o), sedangkan huruf konsonan adalah huruf yang selain huruf
vokal.
Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a, i, u, e, o sisanya adalah
konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia
juga digunakan gabungan konsonan (diagraf) sebanyak empat pasang. Setiap
pasangan itu menghasilkan satu bunyi yang dapat membedakan arti. Karena itu, kh,
ng, ny, sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan).
6
Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutan
harus dalam satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah
kualitasnya) yang berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf Diftong
Di Awal Di Tengah Di Akhir
ai Ain syaitan pandai
au aula saudara harimau
oi - boikot amboi
2
Susan Nauli Silitonga, SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN EJAAN DALAM KARANGAN
SISWA SD NEGERI GEMAWANG SINDUADI MLATI SLEMAN , (Yogyakarta: Universitas
Sleman Yogyakarta, 2016), hal. 14-15
7
Pemakaian huruf miring:
a. Nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan ditulis
dengan huruf miring: Majalah Tempo, Surat kabar Harian Aceh
b. Dipakai untuk menegaskan huruf bagian kata atau kelompok kata: Huruf
pertama kata pergi adalah p, buatlah contoh paragraf dengan judul kupu-
kupu
c. Nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya: Nama
ilmiah buah manggis adalah Carcinia Mangostana.3
3. Penulisan Kata
Kata atau morfem adalah gabungan atau kumpulan dari beberapa huruf, baik itu
huruf konsonan maupun horof vokal. Kata merupakan bentuk huruf-huruf bebas
yang biasa disatukan dengan huruf yang lainnya. Kata juga merupakan bentuk
bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Sebuah kata dapat terbentuk dari satu
kata atau lebih. Misalnya: dan, di, ke, yang, dengan, maka, lalu, berjalan, menulis,
berlari-lari, menyebarluas, disebarluaskan, mempertanggungjawabkan, dan lain
sebagainya.
4. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab,
bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks,
dan lampiran.
Misalnya:
- Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
3
Winci Firdaus, dkk. Bahasa Indonesia . . . , hal. 43-47
8
C. Penggunaan EYD Dalam Bahasa Lisan Dan Tulisan
1. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan
upacara pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada
pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang
terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di
sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan
yang sangat akrab dan intim.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku,
baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam
bahasa baku adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola
kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami
sedang ikuti.
9
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam
bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku
harus mengikuti aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum
ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa
lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau
bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/;
serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Buku itu sangat menarik
Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: bergerigi, terhapus
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
Misalnya: Bertanda tangan, tanda tangani
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: memberitahukan, ditandatangani, melipatgandakan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: dwiwarna, antibiotik, biokimia, mahasiswa
10
Singkatan dan Akronim
1. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai berikut.
a. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik.
Misalnya:
- nomor disingkat no.
- halaman disingkat hlm.
b. Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik.
Misalnya:
- atas nama disingkat a.n.
Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan
huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya:
- Perseroan Terbatas disingkat PT
- Perusahaan Dagang disingkat PD
- Comannditaire Venootschap disingkat CV
c. Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai
satu tanda titik.
Misalnya:
- dan kawan-kawan disingkat dkk.
- dan lain-lain disingkat dll.
Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf
awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya:
- BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
- DKI (Daerah Khusus Ibukota)
d. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak di ikuti titik.
Misalnya:
- Au aurum
- TNT trinitrotoleun
- cm centimeter
- Rp rupiah
11
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau
gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim dibaca
diperlakukan sebagai kata. Ada tiga ketentuan dalam penulisan akronim.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
- FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
- ISPA (Infeksi Salurana Pernafasan Atas)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.
Misalnya:
- Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
- Kadin (Kamar Dagang dan Industri)
- Sespa (Sekolah Staf dan Pemimpin Administrasi)
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
- rudal peluru kendali
- iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali
masyarakat dihadapkan pada situasi dan kondisi berbahasa yang tidak mendukung,
maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa
Indnesia yang baik dan benar dalam komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering
terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-
kesalahan tersebut dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti
aturan-aturan ketata bahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah
kebiasaan dan parahnya lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di benarkan
penggunaan dalam keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama
untuk selalu mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah
tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki
peran penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14