Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ejaan yang Benar (EYD)

2.1.1 Pengertian Ejaan

Ejaan adalah aturan tulis menulis. Secara lengkap dapat dikatakan bahwa ejaan
adalah keseluruhan peraturan tentang bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran
dan bagaimana hubungan antar lambing tersebut (pemisahan dan penggabungan dalam
suatu bahasa). Secara teknis ejaan adalah aturan tulis-menulis dalam suatu bahasa yang
berhubungan dengan penulisan huruf, pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan
unsure serapan, dan pemakaian tanda baca.
Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia, Prof. Dr. H. Zaenal Arifin,M.Hum. dan
Drs. S. Amran Tasai, M.Hum. (2010), Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang
itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang
dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, kata, pemakaian tanda baca.
Terdapat banyak pengertian mengenai ejaan. Beberapa pakar memiliki pendapat
yang berbeda-beda. Beberapa di antara pengertian tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Keraf, mengatakan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan
lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu
(pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf)
serta penggunaan tanda baca.
3. Arifin, Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi uraian
dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang yang dimaksud.
Terkait dengan aturan-aturan penggunaan EYD, melalui Pusat Pembinaan Bahasa
pemerintah menerbitkan buku pedoman yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk
melihat dan memahami penggunaan EYD. Dalam buku pedoman tersebut memuat
sejumlah hal yang terkait dengan kaidah-kaidah tulis yang harus diikuti.
Masalah ejaan adalah masalah tulis-menulis dalam bahasa Indonesia. Dalam
usaha memodemkan bahasa Indonesia, cara menulis atau aturan tulis-menulis dalam
bahasa Indonesia sangat perlu diutamakan karena tulisan merupakan tempat pencurahan
konsep pikir para penulis.
Ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tapi juga berkaitan
dengan cara mengatur penulisan huruf mnjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata,
kelompok kata atau kalimat. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antara lambing-lambang
itu(pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).
Saat ini bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan sebagai system tata bahasa yang resmi. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan tidak hanya meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf capital dan
huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca saja,
melainkan juga meliputi pedoman umum pembentukan istilah dan pedoman
pemenggalan kata.
Secara defenitif, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah system
ejaan bahasa Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57. Tahun 1972
yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia.
Sistem ejaan ini, pada mulanya disebarkan melalui buku kecil yang berjudul Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Buku kecil ini merupakan buku patokan
pemakaian sistem ejaan ini. Karena buku penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang
dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal
12 Oktober 1972 No. 156/p/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku pedoman
bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih
luas. Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya No.
0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Kemudian pada tahun 1987,
kedua buku pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan Putusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan
tata bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang cukup
penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi prioritas lebih dahulu. Dalam
hubungan itu, ejaan antara lain, berfungsi sebagai berikut :
1. Landasan pembakuan tata bahasa.
2. Landasan pebakuan kosakata dan peristilahan.
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.

Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya juga
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.
Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di capai jika segala ketentuan yang terdapat di
dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.

2.1.2 Perkembangan Ejaan

1. Ejaan yang Diresmikan (Ejaan Van Ophuijsen) 1901-1947

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang
disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh
Engku Nawawi Gelar Soetan M’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal
yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai berikut.

a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang.


b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-
kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’. dinamai’.
https://blogmateri.wordpress.com/2015/02/12/pengertian-eyd/

https://www.academia.edu/35357829/B_._SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN_EJAAN

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31833/1/NURYANI-FITK.pdf

https://www.academia.edu/7101079/Perkembangan_Ejaan_Bahasa_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai