Makalah ini disuse untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
1. Yusrijal (2022010105)
2. Mariyah Anggraeni (2022010113)
3. Vira Amalia (2022010102)
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayahnya. Shalawat serta salam tidak lupa
kami sanjungkan kepada junjungan umat, Rasulullah SAW. Penulis merasa
bersyukur karena telah menyelesaikan makalah mengenai “Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI)” sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Di dalam makalah
ini, kami menjelaskan mengenai pengertian, ruang lingkup, penulisan huruf, dan
mengenai beberapa penulisan kata (dasar, berimbuhan, dan bentuk ulang) sesuai
dengan Ejaan Bahasa Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina Gantina, M. Pd. Selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia atas bimbingan yang diberikan dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Tidak lupa pula kami berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam
pembelajaran berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran sebanyak-banyaknya dari pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa
resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas dari kaidah dan
aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang diperlukan dalam kaidah
kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan, makna, dan
kelogisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam bahasa yang
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulis maupun lisan (Murtiani et al, 2016).
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu,
masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang ahli bahasa dari
Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi
Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat ejaan bahasa Melayu
dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen
dianggap kurang berhasil dikarenakan kesulitan dalam memelayukan tulisan beberapa
kata dari bahasa Arab yang memiliki warna bunyi bahasa khas. Namun, oleh van
Ophuijsen, kesulitan tersebut terus diperbaiki dan disempurnakan, sehingga pada tahun
1926, sistem ejaan menjadi bentuk yang tetap. Semenjak itu sistem ejaan terus
berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, kemudian
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD).
Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengubah Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) menjadi Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pedoman penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Perubahan tersebut bukanlah sesuatu yang tidak biasa, sebagaimana
pendapat Chaer (2007) bahwa bahasa bersifat dinamis (as cited in Yanti, 2016).
Bahasa tidak pernah lepas dari berbagai aspek kehidupan manusia semenjak
keberasaan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Kehidupan
manusia akan terus berubah dan tidak tetap, karena eratnya keterkaitan dan keterikatan
manusia dengan bahasa, maka bahasa pun akan terus ikut berubah, tidak tetap, dan tidak
statis.
Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang berkaitan dengan
ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca
(Rahmadi, 2017).
Ejaan bahasa Indonesia yang digunakan saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem
tulisan fonemis merupakan sistem tulisan yang menggunakan satu lambang atau satu
huruf saja untuk satu fonem secara konsisten.
Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantik dan leksikon
yang paling terlihat, sebab hampir setiap saat muncul kata-kata baru sebagai akibat dari
perubahan ilmu dan budaya, atau juga kemunculan kata-kata lama dengan makna yang
baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan terus terjadi,
secara otomatis pula akan bermunculan konsep- konsep baru yang disertai wadah
penampungnya, yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru. Jika kelahiran konsep tersebut
belum disertai dengan wadahnya, maka manusia sendiri yang akan menciptakan
istilahnya (Chaer, 2007, as cited in Yanti, 2016).
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca (Murtiani et al,
2016). Dalam menulis berbagai karya ilmiah, diperlukan aturan tata bahasa yang
menyempurnakannya sebab karya tersebut memerlukan tingkat kesempurnaan yang
mendetail. Karya ilmiah tersebut dapat berupa artikel, resensi, profil, karya sastra,
jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Sehingga PUEBI dapat diartikan sebagai
suatu ketentuan dasar secara menyeluruh yang berisi acuan penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar.
2.2 Ruang Lingkup
Salah satu letak perbedaan antara PUEBI dengan PUEYD adalah adanya
penambahan ruang lingkup. Pada PUEYD hanya terdapat tiga ruang lingkup, yaitu
pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Sementara pada PUEBI
ditambahkan satu bagian ruang lingkup yaitu penulisan unsur serapan. Pada makalah ini,
penulis hanya membahas dua bagian ruang lingkup yaitu pemakaian huruf dan penulisan
kata.
2.3 Pemakaian Huruf
2.3.1 Huruf Abjad
Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi
bahasa, sementara abjad merupakan kumpulan atau sistem aksara itu sendiri
berdasarkan urutan yang umum dan baku dalam bahasa tertentu. Ejaan Bahasa
Indonesia terdiri dari 26 huruf abjad, yaitu sebagai berikut.
Tabel 2.1 Huruf abjad berdasarkan PUEBI
∗ Huruf e mewakili dua fonem, yaitu /e/ dan /ə/ beserta alofonnya. Fonem /e/
memiliki dua alofon, yaitu [e] dan [ɛ]. Fonem /e/ dilafalkan [e] jika terdapat
pada suku kata buka dan tidak diikuti suku kata yang mengandung alofon [ɛ]
(Alwi et al, 2008). Fonem /e/ dilafalkan [ɛ] jika terdapat pada suku kata tutup
akhir. Fonem /ə/ hanya memiliki satu alofon, yaitu [ə]. Pada PUEBI,
digunakan tiga diakritik yang mewakili fonem beserta alofon dari huruf e
sebagai panduan pengucapan yang benar apabila suatu ejaan kata
menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Misalnya:
Masakan Ibu sangat enak (énak).
b. Diakritik (è) dilafalkan [𝖼].
Misalnya:
Ayah saya senang memelihara bebek (bèbèk).
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].
Misalnya:
Akibat perkatannya, timbul pertanyaan di benak (bênak) Adi.
∗ Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu
pengetahuan. Huruf x pada posisi awal kata dilafalkan [s].