Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

 Mata Kuliah :
Bahasa Indonesia

 Dosen Pengajar :
Rika Rahmawati, M.Pd.

 DISUSUN OLEH :
Anis Fuad ( 4201201001 )
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Bahasa Indonesia ini yang berjudul
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah
satu tugas Bahasa Indonesia. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
dalam penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pembaca dapat mengetahui tentang
Sejarah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dari makalah
yang kami buat ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu selama proses
penyusunan makalah ini.

Serang, 09 Oktober 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

BAB 2 PEMBAHANSAN

2.1 Perkembanbangan Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

2.2 Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia Menurut Para Ahli

2.3 Cara Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

1.1 Latar Belakang

Secara umum, orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan bahasa. Hal
ini terjadi karena orang terikat pada kata atau nama itu. Di dalam bahasa, sebetulnya ejaan
berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat)
dengan menggunakan huruf dan tanda baca. Di dalam perkembangannya, bahasa Indonesia pernah
menggunakan beberapa macam ejaan. Mulai tahun 1901, penulisan bahasa Indonesia (waktu itu
masih bernama bahasa Melayu) dengan abjad Latin mengikuti aturan ejaan yang disebun Ejaan van
Ophusyen. Peraturan ejaan itu digunakan sampai bulan Maret 1947, yaitu ketika dikeluarkan
peraturan ejaan yang baru oleh Mentri Pengajaran. Pendidikan dan Kebudayaan, Mr. Soewandi
dengan surat keputusan No. 264/Bhg.A. tanggal 19 Maret 1947 (kemudian diperbaharui dengan
lampiran pada surat keputusan tanggal 1 April 1947, No. 345/Bhg. A). Peraturan ejaan yang baru itu
disebut Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada saat ini bahasa Indonesia meggunakan ejaan yang
disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan mulai Agustus1972.

Di dalam bahasa Indonesia, ejaan memiliki pengertian yang lebih luas, yaitu berhubungan
dengan ragam bahasa tulis. Ada berbagai macam pengertian yang mencoba menjelaskan
pengertian ejaan. Pengertian ejaan yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah cara atau aturan menuliskan kata-kata dalam huruf. Sedangkan di dalam Ensiklopedia
Indonesia, ejaan adalah cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa. Ejaan pada dasarnya
adalah aturan melambangkan bunyi bahasa menjadi huruf, kata, ataupun kalimat. Secara umum
ejaan dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang mengatur penulisan bunyi bahasa menjadi
huruf, huruf menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Pada KBBI kalimat memiliki arti sepatah kata
atau sekelompok kata yang merupakan satuan yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi dalam pemakaian bahasa agar tercipta
keteraturan bentuk dalam bahasa tulis. Apabila sudah teratur, maka makna yang ingin disampaikan
akan jelas dan tidak akan terjadi kesalahan dalam memahami makna tersebut. Ejaan yang benar
harus selalu dipelajari, dimengerti, dan diterapkan dalam pelajaran bahasa Indonesia agar bahasa
Indonesia dapat digunakan dengan benar.
Penggunaan bahasa yang benar menurut kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis. Menurut Tarigan
(2008:4) “Keterampilan menulis sangat dibutuhkan di era kehidupan modern karena ketrampilan
menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Perkembanbangan Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia.
2. Apakah yan Dimaksud Ejaan Bahasa Indonesia.
3. Bagaimana Cara Menulis Ejaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Memberikan Informasi kepada pembaca tentang perkembangan sejarah Ejaan Bahasa
Indonesia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Ejaan Bahasa Indonesia
3. Mahasiswa dapat melakukan bagaimana cara menuliskan serta mengaplikasikan Ejaan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar di lingkungan sehari hari kita.
BAB 2

2.1. Sejarah Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia


1. Ejaan van Opjuijsen

Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun 1901. Fyi, bahasa
Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu. Bisa ditebak dari namanya, ejaan ini
disusun oleh orang Belanda bernama Charles A. van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi
Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Gimana sih ciri-ciri ejaan yang benar menurut van Ophuijsen? 

Huruf / gabungan huruf / diftong / diakritik Contoh penggunaa dalam kata

1. J jang : sajang

2. Oe kamoe : oemoer

3. Dj djoedjoer : satoe

4. Tj tjoetjoe : tjantik

5. Nj njanji : njonja

6. Ch chawatir : choesoes

7. Sj sjahrir ;sjarat

8. Tanda diakritik ( ‘ ) ma’mur : ra’yat : jum’at : ma’af

9. Angka “2” untuk pengulangan Poera2 : koera2

2. Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 264/Bhg.A. Kenapa disebut Ejaan Soewandi? Benar sekali! Karena penyusunnya adalah Mr.
Raden Soewandi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan. Ejaan ini dikenal juga sebagai Ejaan Republik 
Pembaharuan dari Ejaan Soewandi terletak dalam penggunaan diftong (gabungan dua huruf
vokal) oe  yang diganti menjadi huruf u, dan dihapuskannya tanda apostrof. Nah, tanda apostrof ini
diganti menjadi huruf k atau tidak dituliskan sama sekali. Contohnya:

 Jum’at → Jumat
 ra’yat → rakyat
 ma’af → maaf

3. Ejaan Pembaharuan

Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin menyarankan
agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang disarankan panitia yang diketuai Prijono
dan E. Katoppo antara lain: membuat standar satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi  dieja
menjadi ay, aw, dan oy. Selain itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang 
memiliki makna tunggal seperti kupukupu dan alunalun.

Contoh kalimat : “koboi junior naik kerbau” ditulis jadi “koboy junior naik kerbaw”.

4. Ejaan Melindo

Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. draft penyusunan ejaan ini disusun pada tahun
1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu, yang dalam hal ini adalah Malaysia.
Perubahan yang diajukan dalam ejaan ini tidak jauh berbeda dari Ejaan Pembaharuan.

Ejaan Melindo ini bertujuan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua negara. .
Tapi sayang, ejaan ini pun gagal diresmikan akibat ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia
waktu itu.

5. Ejaan LBK ( Lembaga Bahasa dan Kesusastraan )

  Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal diresmikan itu.
Panitianya masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk pada tahun 1967. Isinya
juga tidak jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan. Hanya ada perbedaan di beberapa
kaidahnya saja.

Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah asing
sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu; guerilla → gerilya.
6. Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD )

Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara beberapa dertan ejaan di atas,
EYD ini yang paling lama. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa
Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf
“e”. penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan
“z” yang kental dengan unsur bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia. 

7. Ejaan Bahasa Indonesia ( EBI )

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50


Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun resmi berlaku sebagai ejaan
baru Bahasa Indonesia. Katanya, latar belakang diresmikan ejaan baru ini adalah karena
perkembangan pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas.
Ejaan ini menyempurnakan EYD, terutama dalam hal penambahan diftong, penggunaan huruf
kapital, dan cetak tebal.

 Huruf diftong yang berlaku antara lain: ai, au, ei, oi


 Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis. Contohnya seperti pada lafal: petak, kena, militer
 Penulisan cetak tebal untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, dan
bagian-bagian karangan seperti judul, bab, dan subbab.
 Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin
 Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog.

2.2 Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia Menurut Para Ahli

Ejaan Menurut Wikipedia adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan


kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga
aspek yaitu:

 Aspek Fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan


penyusunan abjad
 Aspek Morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
 Aspek Sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Ejaan Menurur Keraf adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang
bunyi- ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,
penggabungannya) dalam suatu bahasa.

Ejaan Menurut KBBI adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat)
dalam bentuk tulisan (Huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

Ejaan Menurut Arifin adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi uraian
dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang yang dimaksud.

2.3 Cara Penggunaan Ejaan yang Baik dan Benar

A. Pemakaian Huruf
 Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama
huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama


Aa a Jj Je Ss es
Bb be Kk Ka Tt te
Cc ce Ll El Uu u
Dd de Mm Em Vv ve
Ee e Nn En Ww we
Ff ef Oo O Xx eks
Gg ge Pp Pe Yy ye
Hh ha Qq Ki Zz zet
Ii I Rr Er

 Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan u.

Contoh :

Diawal Ditengah Diakhir


A Api Padi Lusa

E Enak Petak Sore

I Itu Simpan Murni

O Oleh Kota Radio

U Ulang Bumi Ibu

 Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d,f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

 Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

 Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan


konsonan,yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

 Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata merupakan pemisahan huruf atau kelompok huruf dari kata. ... Huruf
vokal terdiri dari A, I, U, E, O. Sedangkan huruf konsonan adalah huruf selain vokal contoh K, J, L,
M, N, dan lain - lain.

B. Penggunaan Huruf Kapital dan Miring


 Huruf Kapital atau Huruf Besar

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:
 Dia mengantuk.
 Apa maksudnya?

 Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:

majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat


kabar Suara Rakyat.

C. Penulisan Kata
 Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:
 Ibu percaya bahwa engkau tahu.
 Kantor pajak penuh sesak.
 Buku itu sangat tebal.
 Kata Turunan

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.


Misalnya:
 bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
 Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
Anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupukupu,
kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-mandir,
ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda,

 Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya: Duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis,
model linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.

 Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
 Kain itu terletak di dalam lemari.
 Bermalam sajalah di sini.
 Di mana Siti sekarang?
 Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
 Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
 Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
 Partikel
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
 Bacalah buku itu baik-baik.
 Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?
 Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
 Siapakah gerangan dia?
 Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
 A.S Kramawijaya
 Muh. Yamin
 Suman Hs.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
 DPR Dewan Perwakilan Rakyat
 PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
 GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
 Angka dan Lambang
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
 Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1000), V (5.000), M (1.000.000)
D. Penulisan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau
Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsure pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas
dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’axplanation de l’homme. Unsur-unsur yang dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.Kedua, unsur pinjaman
yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasaIndonesia. Dalam hal ini
diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentukIndonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
 Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
 aa (Belanda) menjadi a

paal pal

baal bal

actaaf oktaf

 ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e

aerob aerob

aerodimanics aerodonamika

 ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e

haemoglobin hemoglobin

haematite hematit

 ai tetap ai

trailer trailer

caisson kaison

 au tetap au

audiogram audiogram

autrotoph autrotrof
E. Pemakaian Tanda Baca
 Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
 Ayahku tinggal di Solo.
 Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya:
 Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
 Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.
 Satu, dua, … tiga!
 Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenisdan
setara.
Misalnya:
 Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga
 Tanda Dua Titik (:)
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
Misalnya:
 Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
 Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
 Tanda Hubung (-)
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
 Di samping cara-cara lama itu juga-
cara yang baru

 Tanda Pisah (―)


Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat.
Misalnya:
 Kemerdekaan bangsa itu―saya yakin akan tercapai―diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
 Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
 Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
 Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
 Kapan ia berangkat?
 Saudara tahu, bukan?
 Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
 Alangkah seramnya peristiwa itu!
 Bersihkan kamar itu sekarang juga!
 Tanda Kurung ((…))

Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


Misalnya:
 Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.

 Tanda Kurung Siku ([…])


Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau ekurangan itu memang terdapat di naskah asli.
Misalnya:
 Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

 Tanda Petik (“…”)


Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan daan nskah atau bahan
tertulis lain.
Misalnya:
 “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
 Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
 Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomormpada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
 No. 7/PK/1973
 Jalan Kramat III/10
 tahun anggaran 1985/1986
 Tanda Penyingkat atau Apostrof
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
 Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
 Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
 1 Januari ’88. (’88 = 1988)

BAB 3

3.1 Kesimpulan
Ejaan Bahasa Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan dan perkembangan.
Saampai saat ini, ejaan yang dipakai di Indonesia ada empat ejaan. Ejaan tersebut antara lain Ejaan
van Opjuijsen ( 1901-1947 ). Ejaan Soewandi / Ejaan Reoublik ( 1947-1972 ), Ejaan Yang
Disempurnakan ( EYD ), serta Ejaan Bahasa Indonesia ( EBI ).

Ejaan Bahasa Indonesia sendiri adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015
berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang
Disempurnakan. Adapun latar belakang dari perubahan ini antara lain karena adanya kemajuan
dalam berbagai ilmu serta memantapkan fungsi bahasa Indonesia

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

https://blog.ruangguru.com/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia
https://www.google.com/search?
q=pengertian+pemenggalan+kata&oq=pengertian+pemengga&aqs=chrome.1.69i57j0l
4.9637j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://www.slideshare.net/BramAgusLeonardo/makalah-bahasa-indonesia-ejaan-bahasa-indonesia

https://bahasa.foresteract.com/kaidah-ejaan/#:~:text=Fungsi%20ejaan%20yang
%20utama%20adalah,kosa%20kata%20maupun%20dengan
%20peristilahan.&text=Adapun%20fungsi%20ejaan%20secara
%20khusus,pembakuan%20kosa%20kata%20dan%20peristilahan

Anda mungkin juga menyukai