Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
“ EJAAN BAHASA INDONESIA “

Dosen Pengampu : Dra.Hj.Nurbeda , S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. M. ADRIANSYAH : PM.02.221.1051
2. BILI NABILA PUTRI : PM.02.221.1009
3. MIRA SARI : PM.02.221.1064
4. KHAIRUNNISA ANANDA PUTRI D. : PM.02.221.1046

Prodi/Semester : PGMI/1A2

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI )


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI )YASNI BUNGO
TAHUN AJARAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu


Wa Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul Ejaan Bahasa dapat
terselesaikan. Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata
kuliah Bahasa Indonesia, Dra.Hj.Nurbeda , S.Pd,M.Pd yang telah mengarahkan
dan membimbing pembuatan makalah yang baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik
bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.

Muara Bungo, 02 November 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

A. Pengertian dan Macam-Macam Ejaan.......................................................2


B. Sejarah Perkembangan Ejaan.............................................................................2
C. Penulisan Huruf..................................................................................................8
D. Penulisan Kata....................................................................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................19

Kesimpulan............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, penyempurnaan ejaan Bahasa Indonesia
mengalami berbagai tahap sejak sebelum Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga
sekarang. Perkembangan yang dimaksud antara lain adanya penerapan ejaan
oleh Ch.A.Van Ophujsen, atas nama pemerintah Belanda, penetapan Ejaan
Republik Soewandi (1947), Ejaan Pembaharuan Prijono (1957), Ejaan Melindo
Slametmuljana (1959), Ejaan Baru Bahasa Indonesia Anton Moeliono (1967),
Ejaan Yang Disempurnakan I.B.Mantra (1972), yang akhirnya EYD ini
disahkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1972. Dan dalam
setiap perkembangannya selalu mengalami pembaharuan di dalamnya.
Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. Menurut Tasai
(2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang
itu. Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata,
dan pemakaian tanda baca.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan atau
kaidah penggunaan Bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun
tulisan. Materi utama yang dibahas dalam EYD meliputi kaidah tentang
penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ejaan dan apa saja macamnya?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia?
3. Apa dan bagaimana penulisan huruf yang baik dan benar?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Macam-Macam Ejaan
Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa
yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau
gambar-gambar bunyi.1 Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca.
Menurut Tasai (2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan
bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-
lambang itu. Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan
kata, dan pemakaian tanda baca.
Adapun macam-macam ejaan menurut perkembangannya, antara lain :

1. Ejaan Ophujsen (1901)


2. Ejaan Soewandi atau ejaan Republik (1947)
3. Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono-Katoppo (1956)
4. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) (1959)
5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK
(Lembaga Bahasa dan Kesusastraan) (1966)
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972)

B. Sejarah Perkembangan Ejaan


a. Ejaan Ophujsen (1901)
Ejaan Ophuysen didasarkan atas prakarsa pemerintah Hindia Belanda menugaskan
Charles Adrian van Ophuysen untuk menuliskan bahasa Melayu. Tugas itu
diselesaikannya pada tahun 1901 sejak permulaan usahanya pada tahun 1896. Sejak tahun
1901 itulah baru timbul keseragaman ejaan untuk menuliskan bahasa Melayu.

 Kelebihan Ejaan Ophuysen


1. Berhasil menghindarkan kesulitan penulisan bahasa Melayu dari huruf
Arab-Melayu ke dalam huruf Latin
1
Anonim. 2012. “Dari Ejaan van Ophujsen hingga EYD”. www.makalahkuliah.com. Pada 25
Februari 2013.

2
3

2. Membantu pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan roda


pemerintahan
3. Membantu penyebaran bahasa-bahasa daerah cara yang lebih luas
dengan mencetak buku-buku pelajaran dan buku lain dalam bahasa
daerah tersebut dengan huruf Latin.

 Kekurangan

1. Terlalu bertegak di atas konsep bahasa Belanda


2. Memasukkan fonem asing ayang bukan merupakan fonem bahasa
Melayu seperti: ain, hamzah, z, f, ch, sj, oe, dl, ts sehingga seringkali
timbul cara penulisan yang salah

Contoh :

- hadir sering dibaca had-lir karena kadang-kadang ditulis hadlir

- hasil sering dibaca hat-sil karena kadang-kadang ditulis hatsil

b. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947)


Ejaan Republik (edjaan republik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa
Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut
dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.
Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai
berlaku sejak tahun 1901.2

Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

 huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.

 bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (')
ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

2
Fakultas Pertanian UB. 2010. Modul Bahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah. Malang.
Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Safioedin, Asis. 1987. Membina Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.
4

 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-
barat2-an.

 awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah,
tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan


van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-
hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai
berikut :
a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.Bunyi
hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata
tak, pak, maklum, rakjat.
b. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-
jalan2, ke-barat2- an.
c. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada
dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis,
dikarang.
o Kebaikan Ejaan Soewandi :
1. Lambang oe diubah dengan u yang lebih sesuai dengan ilmu ejaan umum
2. Menundukkan ucapan kata asing pada kebiasaan ucapan
dalam masyarakat Contoh: hadlir  hadir export ekspor
3. Kata dari bahasa asing tidak
disisipi e-pepet Contoh:
peraktek praktek
o Kekurangan Ejaan Soewandi :
1. Tidak membedakan e-taling dengan
e-pepet Contoh: seri
c. Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo
Ejaan Pembaharuan merupakan penyempurnaan dari ejaan Republik
karena ejaan tersebut terdapat unsur-unsur yang kurang dapat
5

dipertanggungjawabkan. Ejaan pembaruan merupakan hasil dari E.Katoppo


dan Prof. Dr. Prijono. Pembaharuan ejaan ini mengalami beberapa kesulitan
seperti biaya perombakan mesin tik sehingga ejaan ini tidak diresmikan.3
Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah disederhanakannya huruf-
huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf-huruf tunggal. Atau
bersifat fonemis artinya setiap fonem dalam ejaan itu diusahakan hanya
dilambangkan dengan satu huruf.
Tampak seperti contoh di bawah ini :
1. Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j
2. Gabungan konsonan tj di ubah menjadi ts
3. Gabungan konsonan ng di ubah menjadi ŋ
4. Gabungan konsonan nj di ubah menjadi ñ
5. Gabungan konsonan sj di ubah menjadi š
Gunakan vokal ai, au dan oi(di sebut diftong) di tulis berdasarkan
pelafalannya yaitu ay, aw, dan oy.
Misal :
satai → satay
Harimau → harimaw
Amboi → amboy
Serta huruf j, seperti pada kata jang di ubah menjadi y sesuai dengan ejaan
Bahasa Indonesia.

d. Ejaan Melindo (1959)


Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan
yang disusun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan
pihak Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia) dipimpin oleh Syed Nasir bin
Ismail yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa

3
Yaqin, M. Zubad Nurul. 2011. Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: UIN-Maliki Press.
Wilyarsa,I Gusti Agung. 2012. ”Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia”. www.ejaan
indonesia.blogspot.com. Pada 25 Februari 2013.
6

Indonesia tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo.

Awalnya Ejaan Melindo dimaksudkan untuk menyeragamkan ejaan


yang digunakan di kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu
terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia, Ejaan itupun
akhirnya gagal diresmikan.Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak
pernah diumumkan.
e. Ejaan Baru Bahasa Indonesia / LBK (Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan)
Ejaan Baru Bahasa Indonesia merupakan hasil dari usaha pembaharuan
yang berasaskan pada dasar pemikiran:

• Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan


• Ejaan Soewandi yang kurang dapat mencerminkan kodrat bahasa
Indonesia
Ejaan ini merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan melindo.
Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa dan
Kasusaatraan, sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa)
juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan ejaan yang
disebut Ejaan Baru. Namun lebih dikenal dangan ejaan LBK. Konsep Ejaan ini
di susun berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain:
1) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki
agar setiap fonem dilambangkan dengan satu huruf.
2) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan secara teknis itu di sesuaikan dengan keperluan praktis seperti
keadaan percetakan dan mesin tulis.
3) Pertimbangan Ilmiah yaitu Pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan itu mencerminkan studi yang mendalam mengenai
kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya.
Perubahan yang terdapat dalam ejaan Baru :
1) Gabungan konsonan dj diubah menjadi j

Misalnya :
remdja → remaja
7

djalan → jalan
2) Gabungan konsonan tj
diubah menjadi c.
Misalnya :
tjakap → cakap batja → baca
3) Huruf asing f, v, dan z dimasukkan ke dalam sistem ejaan bahasa
Indonesia karena huruf huruf itu banyak digunakan.
Misalnya : Fasih, vakum, zaman.

f. Ejaan Yang Disempurnakan


Secara definisi, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah
sistem ejaan bahasa Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57
tahun 1972 yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden
Republik Indonesia.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia disebut pedoman umum,karena dasarnya
hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun ada hal-hal lain yang
bersifat khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu, yang disesuaikan dengan
bertitik tolak pada pedoman umum itu.
Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari
beberapa ejaan yang disusun sebelumnya, terutama ejaan Republik yang
dipadukan pula dengan konsep-konsep ejaan Pembaharuan, ejaan Melindo, dan
ejaan Baru.
- Perubahan huruf

- Ejaan lama :
Dj → djika, wadjar Tj →tjakap,pertjaja Nj → njata,sunji

a) Penulisan tanda baca


b) Penulisan singkatan dan akronim
c) Penulisan angka dan lambang bilangan
d)Penulisan unsur serapan.

 Kelebihan Ejaan Yang Disempurnakan yakni :


8

1. Dapat dipertanggungjawabkan dari sudut ilmu ejaan umum


2. Aturan penulisan kata, huruf dan tanda tanya jauh lebih tegas

C. Penulisan Huruf
A. Huruf Besar dan Huruf Kapital
Huruf besar dan huruf kapital digunakan untuk hal-hal berikut :
1. Awal kalimat dan huruf pertama
petikan langsung. Contoh: Dia
berangkat ke sekolah.
Ibu bertanya,” Mengapa kamu menangis?”
2. Ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, nama
Tuhan, termasuk kata gantinya.
Contoh: Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab
3. Nama diri, huruf awal gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang
diikuti nama orang.
Contoh: Sultan Hasanudin, Gubernur Joko Widodo, Profesor Samsuri
4. Huruf pertama nama bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan,
hari, hari raya dan peristiwa sejarah.
Contoh: bangsa Indonesia, tahun Masehi, hari Senin, hari Kebangkitan
Nasional

Huruf pertama khas dalam geografi.


Contoh: Danau Towuti, Afrika Selatan, Jalan Surabaya
5. Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan,
ketatanegaraan, dan dokumen resmi.
Contoh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan
Perwakilan Rakyat, Surat Perintah Sebelas Maret
6. Huruf pertama semua kata utama dalam buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan.
Contoh: Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Atas, majalah
Trubus
9

7. Singkatan nama gelar dan sapaan, huruf pertama kata


petunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai kata
ganti.
Contoh : Dr. Nuril Huda, Kapan Saudara datang?, Silahkan diminum,
Mbak!
B. Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut :
1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam karangan. Contoh: majalah Tempo, harian Kompas. buku
Dasar- dasar Penulisan
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau
kelompok kata. Contoh: Bab ini tidak membicarakan…,
Huruf pertama kata abad ialah a
3. Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Contoh: Penataran merupakan kata lain dari upgrading

D.Penulisan Kata
A. Kata Dasar
Kata asli yang belum medapat imbuhan. Kata dasar yang terdapat dalam kalimat
ditulis satu- kesatuan.
Contoh :
 Dia tidak suka marah
 Siapa yang datang ?
B. Kata Turunan
Kata yang diturunkan dari kata dasar asli, bisa disebut kata berimbuhan.
 Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh :
o Pemanas (pe+panas)
o Jawaban (jawab+an)

Awalan atau akhiran ditulis serangkai denan kata yang mendahului apabila bentuk
10

dasarnya berupa gabungan kata. Contoh :


o Bersuka ria (ber + suka ria)
o Dimejahijaukan (di + meja hijau + kan)
o Membabi buta (me-N + babi buta)
 Jika bentuk dasarnya berupa kata gabung dan mendapat awalan dan
akhiran, kata ditulis serangkai. Contoh :
o Mengedepankan (me-N + ke + depan + kan)
o Mempertanggungjawabkan (me-N + pe + tanggung jawab + kan)
 Jika salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
ditulis serangkai. Contoh :
o Pascasarjana
o Prasangka
o Mahasiswa
C. Kata Ulang
Kata dasar yang diulang. Dapat berupa kata ulang murni (sama dengan kata
dasar) dan kata ulang sebagian (berbeda dengan kata dasar). Kata dasar yang
berupa kata ulang ditulis lengkap menggunakan tanda gabung.
Contoh :
- Sepandai-pandai
- Lauk-pauk
D. Gabungan Kata
Kata dasar yang terbentuk dari penggabungan dua kata. Bisa disebut kata
majemuk, kata dasar yang berasal dari gabungan kata yang punya makna
tertentu.
 Gabungan kata yang lazim, kata majemuk termasuk istilah khusus
bagiannya ditulis terpisah.
Contoh :
o Sapu tangan
o Mata pisau
o Mata hati
 Gabungan kata termasuk istilah khusus yang menimbulkan salah baca
11

dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur


yang bersangkutan. Contoh : alat pandang-dengar.
 Gabungan kata yang sudah diangap padu, kata ditulis serangkai.

Contoh :
o Apabila (apa + bila)
o Daripada (dari + pada)
o Adapun (ada + pun)
E.Kata Ganti
Kata ganti –ku, -mu dan –nya ditulis dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh :
o Ayahmu orang yang dermawan
o Buku ini miliknya
F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
daripada. Contoh :
o Ayah berangkat ke masjid
o Saya dari masjid
G. Kata Sandang
Kata sandang berupa Si dan Sang ditulis secara terpisah dari kata
yang megikutinya. Contoh :
o Si Unyil
o Sang Raja
H. Partikel
1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh :
o Bacalah buku itu dengan baik !
o Akankah kita tetap menjadi saudara ?
2. Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Kecuali :
adapun, bagaimanapun, maupun, biarpun, walaupun.
Contoh :
o Sepetak tanah pun aku tak punya.
12

o Sepucuk surat pun tak datang.


3. Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap dtulis terpisah dari kalimat
yang mendampinginya.
Contoh :
o Dia membaca buu itu per bab.
o Dia menggaji karyawannya per hari

I. Angka dan Lambang Bilangan

Dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Contoh : 1, 2, 3.


 Digunakan untuk ukuran panjang, berat, isi, satuan
waktu, nilai uang. Contoh :
o 3 meter kain, 10 kilogram beras, 5 liter.
o Pukul 12.30, 100 dolar, tahun 1962.
o Penulisan lambang bilangan
dengan huruf. Contoh :
sebelas (11), dua per tiga
(2/3).
 Penulisan kata
bilangan tingkat.
Contoh :
o Bab III
o Bab tiga
o Bab ke-3
 Penulisan kata bilangan yang
mendapat akhiran –an. Contoh :
o Tahun 60-an
o Tahun enam puluhan
 Akta dan Kuitansi, bilangan ditulis dengan kata dan huruf
skaligus dalam teks. Contoh :
o Telah diterima uang sebesar Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah).

4. Penggunaan Tanda Baca


13

A. Tanda Baca Titik (.)


Ada beberapa kaidah penggunaan tanda baca titik (.). kaidah-kaidah tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
1. Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan
berupa kalimat tanya atau kalimat seruan.
Contoh:
a. Saya beragama Islam
b. Kita adalah saudara
2. Tanda baca titik digunakan dibelakang angka atau huruf
dalam suatu bagan,ikhtisar,atau daftar.
Contoh:
a. 4.1 Pembahasan
b. Tabel 10. Rekapitulasi data

3. Tanda baca titik digunakan untuk memisahkan angka jam,menit,dan


detik yang menunjukan jangka waktu.
Contoh:
a. Pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik )
4. Tanda baca titik digunakan diantara nama penulis,judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,dan tempat terbit
dalam daftar pustaka.
Contoh:
a. Lestariningrum,Dwi.1998.Teknik Menjahit.Malang:Intan.
b. Syamsu,M.2007.Belajar Mengaji.Malang:UIN Press.
5. Tanda baca titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukan jumlah.
Contoh:
a. Tamu yang hadir adalah 24.200 orang.
b. Ayamnya berjumlah 5.500 ekor.
6. Tanda baca titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatanya yang tidak menunjukan jumlah.
14

Contoh:
a. 6 juni adalah tanggal kelahiranya.
b. Dia mendapat gaji setiap tanggal 2.
7. Tanda baca titik tidak digunakan pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan atau kapala ilustrasi,tabel,dan sebagainya.
Contoh:
a. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
b. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
8. Tanda baca titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim
surat,nama dan alamat penerima surat,serta tanggal surat.
Contoh:
a. Yth.Rektor UIN Malang Jalan Gajayana 50 Malang
b. Malang,28 Maret 2010
B. Tanda Baca Koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut

Tanda baca koma (,) digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu


perincian atau pembilang.
Contoh:
a. Saya membeli kertas,pena,dan tinta
b. Saya suka apel,durian,dan pisang
2. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara,
apabila kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.
Contoh:
a. Ayah suka buah,tetapi ibu tidak
b. Dia tidak kakakku,melainkan sepupuku
3. Tanda baca (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului
induk kalimat. Contoh:
a. Jika hari tidak hujan,saya akan datang
b. Atas perhatian Bapak,saya berterima kasih
4. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
15

Contoh:
a. Saya tidak akan datang,jika ayah tidak mengijinkan
b. Saya akan memaafkan,jika ia mau bertobat
5. Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
a. Dia malas belajar.oleh karena itu,dia tidak naik kelas
b. Dia sudah berstatus mahasiswa .akan tetapi,dia seperti anak-anak
C. Tanda Baca Titik Koma (;)
Kaidah-kaidah enggunaan tanda baca titik koma (;) adalah sebagai berikut.
1. Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis atau setara. Contoh:
a. Ayah sedang mengaji; ibu sedang memasak; adik sedang belajar;
meraka sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing
2. Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:

a. Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan kami masing-


masing.Ayah sedang membaca koran; ibu menjahit kayu;saya asyik
membersihkan taman di depan rumah.
D. Tanda Baca Titik Dua (:)
Terdapat beberapa kaidah penggunaan tanda baca titik dua (:) kaidah-kaidah
yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
1. Tanda baca titik dua (:) digunakan sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian atau perincian. Contoh:
a. Ketua: Ahmad Wijaya, Sekretaris: Siti Tantowi
2. Digunakan di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan
ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan subjudul,serta nama kata
dan penerbit buku acuan. Contoh:
a. Tempo, I ( 1971 ). 34:7
16

a. Surat yasin:19

E. Tanda Hubung (-)


Kaidah-kaidah penggunaan tanda hubung (-) adalah sebagai berikut
1. Digunakan untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan an-,
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan
rangkap. Contoh:
a. se-Indonesia.
b. Hadiah ke-2
c. Mem-PHK-kan
d. Sinar-X
2. Digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan bahasa
asing. Contoh:
a. di-smash
b. di-drill
c. di-carge
d. mem-backup
F. Tanda Pisah (--)
Tanda pisah (--) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
“sampai ke” atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah (--) dinyatakan
dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
Contoh:

a. 1910-1945
b. Tanggal 15-10 April 1970.
G. Tanda Elipsis (...)
Tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang hilang.
Contoh:
a. Sebab-sebab kemerosotan akhlak di kalangan mahasiswa ... atau
diteliti lebih lanjut.
b.kata adalah kumpulan huruf yang sudah bermakna lengkap (
17

Suwono,1999:13)

H. Tanda Kurung ( )
Tanda kurung () digunakan untuk hal-hal sebagai berikut.
1. Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh:
a. Lampiran: 1 (satu) bendel
b. ABRI ( Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
2. Di gunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian pokok pembicaraan. Contoh:
a. Opera Van Java (acara komedi) cukup menghibur masyarakat
b. Aku ( puisi karya Chairil Anwar ) aalah puisi Angaktan 45.
I. Tanda Tanya (?)
Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang
membutuhkan jawaban.
Contoh:
a. Siapa yang pergi ke Bandung ?
b. Dimana kamu membeli tas itu?
J. Tanda Seruan (!)
Tanda seru (!) digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa sruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhanya,atau emosi yang kuat.
Contoh:
a. Duduklah!
b. Ambilkan buku itu!
K. Tanda Kurung Siku ([. .])
Tanda kurung siku ([...]) digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Contoh:

Persamaan kedua proses ini (perbedaanya dibicarakan pada Bab II [lihat halaman
35-38])
a. Konsep tentang pengetahuan (hubunganya dengan konsep ilmu
secara umum [ lihat halaman 124]) juga diterangkan pada Bab III
18

buku ini.
L. Tanda Petik (“...”)
Tanda petik (“...”) ini digunakan untuk meakhiri petikan langsung.
Adapun kaidah penggunaan tanda petik (“...”) yang dumaksud
adalah sebagai berikut.
Contoh:
a. Kata Toto,”saya juga berpuasa”.
b. Pesan Ayah, “jangan berani pada ibumu”.
M. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
Tanda petik tunggal (‘...’) digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
a. Reformasi ‘perubahan’
b. Mastery Learning ‘belajar tuntas’
N. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring (/) digunakan di dalam menulis nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
a. Tahun anggaran 2011/2012
b. Semester genap 2012/2013
c. Jalan Kramat III/10 Jakarta
O. Tanda Apostrof (΄)
Tanda penyingkat atau apostrof (΄) ini digunakan untuk menunjukan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Contoh:
a. Malam΄lah tiba (΄lah = telah)
b. 1 Januari ΄88 (΄88 = 1988)

5. Unsur Serapan
Sampai saat ini Bahasa Indonesia berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia menerima berbagai unsur dari
bahasa – bahasa lain termasuk dari bahasa asing. Unsur dari bahasa asing
tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa indonesia. Contoh kata yang sudah
19

melalui penyerapan, yaitu :

• Accomodation menjadi Akomodasi


• System menjadi Sistem
• Variety menjadi Varietas
• Scriptie menjadi Skripsi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan. Perkembangan
tersebut diantaranya ejaan Ophujsen, ejaan Soewandi, ejaan Pembaharuan,
ejaan Melindo, ejaan Baru, dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2. Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa
yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-
lambang atau gambar-gambar bunyi.
3. Ejaan memiliki komponen-komponen penulisan huruf, penulisan kata,
penggunaan tanda baca, serta unsur serapan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan atau
kaidah penggunaan Bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan
maupun tulisan
5. Penulisan huruf yang terdapat dalam ejaan yaitu penulisan hurf miring dan
huruf kapital.
6. Penulisan kata yang terdapat dalam sebuah ejaan yakni kata dasar, kata
ulang, kata ganti, gabungan kata, dll.
7. Pemakaian tanda baca yang terdapat dalam ejaan diantaranya tanda titik,
tanda koma, tanda seru, tanda tanya, titik dua, tanda petik, tanda miring,
dll.
8. Dari penjabaran diatas, ejaan sangat dibutuhkan dalam hal kepenulisan.
Misalnya dalam penulisan karya ilmiah, skripsi, dan thesis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. “Dari Ejaan van Ophujsen hingga EYD”.


www.makalahkuliah.com. Pada 25 Februari 2013.
Fakultas Pertanian UB. 2010. Modul Bahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah.
Malang. Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Safioedin, Asis. 1987. Membina Bahasa
Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.
Yaqin, M. Zubad Nurul. 2011. Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: UIN-
Maliki Press. Wilyarsa, I Gusti Agung.2012. ”Perkembangan
Ejaan Bahasa Indonesia”.
www.ejaanindonesia.blogspot.com. Pada 25 Februari 2013.

Anda mungkin juga menyukai