Anda di halaman 1dari 23

Kaidah Penggunaan Ejaan

Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Anya Pratiwi : 23.22.201.0028
Muhammad Fadhil : 23.22.201.0037
Nanang Adrian Pratama : 23.22.201.0039
Irfan Faizun : 23.22.201.0033

Dosen Pengajar : Septia Uswatun Hasanah, S.pd., M.pd

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANG BUMI RUWAI JURAI BANDAR LAMPUNG
2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang


telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kaidah Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia” ini dengan
baik dan benar. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai hal-hal terkait Ejaan, yaitu kaidah penggunaan,
Ejaan Bahasa Indonesia bagi pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Septia
Uswatun Hasanah, S.Pd., M.Pd selaku dosen Mata Kuliah
Umum Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa manusia tidak
pernah luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat diperlukan untuk memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan bagi para yang membacanya.
DAFTAR ISI

Cover...........................................................................
Kata Pengantar............................................................2
Daftar Isi......................................................................3
BAB I Pendahuluan.....................................................4
1. Latar Belakang.......................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................5
3. Tujuan....................................................................5
BAB II Pembahasan....................................................6
1. pemakaian huruf ….................................................6
2. penulisan kata ……………….................................7
3. angka dan bilangan ….............................................7
4. pemakaian tanda baca...............................................8
BAB III Penutup........................................................13
1. Kesimpulan...........................................................13
Daftar Pustaka.........................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


kehidupan manusia. Banyak orang Indonesia yang kurang
mengetahui bahasanya sendiri, serta pengetahuan tentang tanda
baca. Bukan berarti tidak tahu melainkan kurang sesuai dengan
kaidah-kaidah yang ada di dalam bahasa Indonesia. Tanda baca
dan Ejaan menjadi penting karena penggunaan yang tidak sesuai
akan mengubah makna bahasa yang akan diungkapkan. Secara
teknis ejaan merupakan penulisan huruf, penulisan kata dan
pemakaian tanda baca. Sedangkan tanda baca itu sendiri
dimaksudkan agar bahasa tulis menjadi mudah untuk dipahami,
sehingga pesan yang diungkapkan dapat dipahami sama.
2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut :
1.Jelaskan pengertian Ejaan dan bagaimana perkembangan
?
2. Sebutkan fungsi-fungsi Ejaan?
3. Jelaskan Ejaan yang diresmikan?
4. Jelaskan Ejaan yang tidak diresmikan?
5.Bagaimana ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa
Indonesia?
6. Jelaskan contoh Ejaan yang disempurnakan ?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ejaan dan bagaimana


perkembangannya.
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi Ejaan.
3. Untuk mengetahui Ejaan yang diresmikan.
4. Untuk mengetahui Ejaan yang tidak diresmikan.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa
Indonesia.
6. Untuk mengetahui contoh Ejaan yang disempurnakan
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan
bunyi ujaran dan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu
(pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara
teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan
kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

B. Perkembangan Ejaan
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan
huruf latin yang disebut Ejaan Van Ophuijsen. Merancang ejaan
itu yang dibantu oleh, Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taibsoetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam
Ejaan Van Ophuijsen yaitu:
-Huruf ‘’j’’ untuk menuliskan kata-kata‘’jang,” pajang,sajang
-Huruf ‘’oe’’ untuk menuliskan kata-kata‘Oemoer,Itoe.
- Tanda diakritik seperti koma ain dan trerna,untuk menuliskan kata-kata
ma’moer,’akal,ta’,pa’,dan dinamai’
Kemudian Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk
menggantikan Ejaan Van Ophuijsen, ejaan ini dikena oleh masyarakat
dengan julukan ejaan republik. hal-hal yang perlu diketahui sehubungan
dengan pergantian ejaan itu, yaitu:
- Huruf oe diganti dengan u seperti pada guru, itu, umur.
- Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-
kata tak, pak, maklum dan rakjat.
- Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2
- Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutnya, seperti kata depan di, pada, dirumah, dikebun,
disamakan, dengan imbuhan di-pada ditulis dan di karang.
Setelahnya pada Kongres bahasa Indonesia II Medan (1959) sidang
perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-syeh Nasir bin
Ismail,ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan Ejaan Melindo (Melayu–Indonesia). Perkembangan politik selama
tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu. Baru pada
tanggal 16 Agustus 1972 melalui pidato Kenegaraannya Presiden Republik
Indonesia Meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan keputusan Presiden
No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudulPedoman Ejaan bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

C. Fungsi Ejaan

Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang


menyangkut tata bahasa maupun kosa kata dan
peristilahan, ejaan memiliki fungsi yang cukup penting.
Oleh karena itu pembakuan ejaan perlu di beri prioritas
terlebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain
berfungsi sebagai :
1. Landasan pembakuan tata Bahasa
2. Landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke
dalam bahasa Indonesia
Apabila pembakuan telah dilaksanakan, maka pembakuan
aspek bahasan yang lain pun dapat ditunjang dengan
keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai bahasa
yang bersangkutan telah menaati segala ketentuan yang
terdapat di dalam buku pedoman.
Secara praktis ejaan memiliki fungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang
disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis
itu dapat di pahami jika segala ketentuan yang terdapat di
dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.

3 D. Ejaan Yang Diresmikan

1. Ejaan Van Ophuijsen

Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah


Melayu dan daerah-daerah yang telah menggunakan
Bahasa Melayu. Akan tetapi, karena terjadi kontak
budaya dengan dunia Barat, sebagai akibat dari
kedatangan orang Barat dalam menjajah di Tanah
Melayu itu, di sekolah-sekolah Melayu telah digunakan
aksara latin secara tidak terpimpin. Oeh sebab itu, pada
tahun 1900, menurut C.A. Mees (1956:30), Van
Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari Belanda mendapat
perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapai
dipakai dalam bahasa Melayu, terutama untuk
kepentingan pengajaran.

Jika penyususnan ejaan itu tidak cepat-cepat


dilakukan, dikhawatirka bahwa sekolah-sekolah
tersebut akan menyusun dengan cara yang tidak
terpimpin sehingga akan muncul kekacauan dalam
ejaan tersebut. Dalam menyusun ejaan tersebut, Van
Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar bahasa dari
Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Thaib Soetan Ibrahim.

Dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan


Ejaan Belanda, Van Ophuijsen dan teman-teman berhasil
membuat ejaan bahasa Melayu, yang ejaan tersebut lazim
disebut sebagai “Ejaan Van Ophuijsen”. Ejaan tersebut
diresmikan pemakaiannya pada tahun 1901.Ejaan van
Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan
Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia
Merdeka
2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka yakni pada
masa pendudukan Jepang, pemerintah sudah mulai
memikirkan keadaan ejaan kita yang sangat tidak mampu
mengikuti perkembangan ejaan internasional. Oleh sebab
itu, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan melakukan pengubahan ejaan untuk
menyempurnakan ejaan yang dirasakan sudah tidak sesuai
lagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh sebab itu, pada tahun 1947 muncullah sebuah
ejaan yang baru sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen.
Ejaan tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia,Dr.
Soewandi, pada tanggal 19 Maret 1947 yang disebut
sebagai Ejaan Republik. Karena Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan
yang diresmikan itu disebut juga sebagai Ejaan Soewandi.
3.Ejaan Yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik
Indonesia(Bapak Soeharto) meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim
disingkat dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972.
Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
yang memuat berbagai patokan pemakaian ejaan yang
baru. Buku yang beredar yang memuat kaidah-kaidah
ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh suatu
badan yang berada di bawah Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, yang diketuai oleh Prof. Dr. Amran
Halim dengan dasar surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12Oktober 1972,
Nomor 156/P/1972. Hasil kerja komisi tersebut adalah
berupa sebuah buku yang berjudul Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
diberlakukan dengan surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0196/1975. Bersama
buku tersebut, lahir pula sebuah buku yang berfungsi
sebagai pendukung buku yang pertama, yaitu buku
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.Badan itu
bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
yang sekarang bernama Pusat Bahasa.

E. Ejaan Yang Tidak Diresmikan


1. Ejaan Melindo
Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai
pula merasakan kelemahan yang terdapat pada Ejaan
Republik itu. Ada kata-kata yang sangat mengganggu
penulisan karena ada satu bunyi bahas yang
dilambangkan dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj, ng,
dan ch. Para pakar bahasa menginginkan satu lamabang
untuk satu bunyi. Gagasan tersebut dibawa ke dalam
pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia.4
Dari pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang
Perutusan Indonensia dan Melayu (Slametmulyana dan
Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperanan sebagi
ketua perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama
yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo
(Melayu-Indonesia).
Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu
bunyi bahasa dilambangkan dengan satu huruf. Salah satu
lambing itu adalah huruf j sebagai pengganti dj, huruf c
sebagai pengganti huruf tj, huruf η sebagai pengganti
ng, dan huruf ή sebagai pengganti nj. Sebagai contoh :
sejajar sebagai pengganti sedjadjar
mencuci sebagai pengganti mentjutji
meηaηa sebagai pengganti dari menganga
berήaήi sebagai pengganti berjanji
Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di
samping terdapat beberapa kesukaran teknis untuk
menuliskan beberapa huruf, politik yang terjadi pada
kedua negara antara Indonesia-Malaysia tidak
memungkinkan untuk meresmikan ejaan tersebut.
Perencanaan pertama yang dilakukan dalam ejaan
Melindo, yaitu penyamaan lambang ujaran antara
kedua negara, tidak dapat diwujudkan. Perencanaan
kedua, yaitu pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu
lambang, juga tidak dapat dilaksanakan. Berbagai
gagasan tersebut dapat dituangkan dalam Ejaan bahasa
Indonensia yang disempurnakan yang berlaku saat ini.

F. Ruang Lingkup Ejaan Dalam Bahasa Indonesia


Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal
dengan huruf abjad dan ada juga penggabunganuntuk
melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau
penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan
Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana hanya
ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa
Inggris yang satu lambang memiliki beberapa bunyi.
Karena bahasa Indonesia menggunakan satu sistem
ejaan, padadasarnya lafal singkatan dan kata mengikuti
bunyi nama huruf secara
konsisten, seperti: bus (dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan
(pemenggalan kata),
(1)menggunakan tanda hubung, (2)tidak memenggal kata
dengan garis
bawah, (3)hindari penggalan satu huruf. Begitupun
dengan nama
orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan nama
pertama dan nama
kedua. Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan
yang berlaku.
G. Contoh Ejaan Yang Disempurnakan
Bunuh Diri Dikalangan Remaja
Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri
terus bertambah. Tidak hanya dikalangan orang dewasa
tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak.
Sebenarnya tidak seorangpun yang menginginkan seperti
ini tetapi keinginan manusia sering kali diarahkan oleh
banyak faktor yang terjadi diluar kendali kita sendiri
sampai akhirnya seseorang tiba pada keyakinan bahwa
bunuh diri justru adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan
masalahnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan
bagaimana menghindarinya.
Dalam paragraf di atas ada beberapa kesalahan
penerapan EYD, yaitu penulisan kata dikalangan,
seorangpun, dan diluar seharusnya dipisahkan,
penulisan kata sering kali seharusnya digabungkan,
dan sebelum kata tetapi seharusnya diberi tanda baca
koma.
1. Pemakaian Huruf
Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal
dengan huruf abjad dan ada juga penggabungan
untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau),
atau penggabungan khusus, seperti: ng(lambang).
Ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis
dimana hanya ada satu bunyi utuk satu lambang,
lain dengan bahasa Inggris yang satu lambang
memiliki beberapa bunyi. Karena bahasa Indonesia
menggunakan satu sistem ejaan, pada asarnya lafal
singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf
secara
konsisten, seperti: bus (dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan
(pemenggalan kata),
(1)menggunakan tanda hubung, (2)tidak memenggal
kata dengan garis
bawah, (3)hindari penggalan satu huruf.
Begitupun dengan nama
orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan nama
pertama dan nama
kedua. Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan
ejaan yang berlaku.
2. Penulisan Kata
Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Penulisan kata turunan:
- imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar
- kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan
kata yang langsung mengikutinya.
- kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis
serangkai dengan kata tersebut
- kalau salah satu unsur gabungan kata hanya
dipakai dalam unsur
kombinasi:
Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal
kapital, maka antara keduanya diberi tanda hubung.
Jika jika kata maha diikuti kata esa dan
selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka
ditulis terpisah.
Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan kata hubung.
Penulisan gabungan kata:
- kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya
ditulis terpisah.
- istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan
salah baca diberi
tanda hubung.
- kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Kata
depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya. Kata si dan sang ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan partikel:
- partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
- partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap
ditulis terpisah. Penulisan singkatan dan Akronim:-
singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,
jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.

3. Angka dan bilangan


- Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan
atau nomor.
- angka digunakan untuk menyatakan : panjang,
berat, dan isi, satuan
waktu, mata uang, nomor jalan.
- penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga
perdelapan)
- penulisan kata bilangan tingkat
- penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an
ditulis dengan
angka atau dengan ejaan.
- Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang
besar dapat dieja
sebagian supaya mudah dibaca, kecuali dalam
dokumen resmi.
- bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf
sekaligus kecuali pada
dokumen resmi.
- bilangan yang dilambangkan dengan kata dan
huruf, penulisannya
harus tepat.

4.Pemakaian Tanda Baca


Orang sering mengabaikan tanda baca yang
sebenarnya sangat membantu orang dalam
memahami bacaan.
1) Tanda titik (.)
2) Tanda koma (,)
3) Tanda titik koma (; )
4) Tanda titik dua (: )
5) Tanda hubung (-)
6) Tanda tanya (?)
7) Tanda seru (!)
8) Tanda kurung ((…))
9) Tanda garis miring ( / )
10) Tanda petik ganda ("“…” ")
11) Tanda pisah (--)
12) Tanda elipsis (...…)
13) Tanda kurung siku ([ ])
14) Tanda petik tunggal ( ' '‘…)
15) Tanda penyingkat ( ‘' )
Berikut produk yang disajikan untuk melengkapi
pemahaman tentang Ejaan : Bandingkanlah kedua
paragraf berikut ini

Kejahatan merupakan suatu peristiwa


penyelewengan terhadap norma norma atau
perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya
ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia
perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan
biasanya dilakukan oleh sebagian besar warga
masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil
wakil masyarakat seharusnya ada sesuatu keserasian
pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun
tidak mustahil terjadi perbedaan perbedaan
perbedaan tersebut mungkin timbul kareana kedua
unsure tadi tidak sepakat mengenai kepentingan
kepentingan pokok yang harus dilindungi

Dapatkah anda memahami tulisan tersebut


diatas?Mungkin dapat tetapi agak sulit. Cobalah
membaca kembali tulisan dibawah ini ! Kejahatan
merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap
norma-norma atau perilaku teratur yang
menyebabkan terganggunya ketertiban dan
ketentraman kehidupan manusia. Perilaku yang
dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya
dilakukan oleh sebagian besar warga masyarakat
atau penguasa yang menjadi wakil-wakil
masyarakat. Seharusnya ada sesuatu keserasian
pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak
mustahil terjadi perbedaan. Perbedaan-perbedaan
tersebut mungkin timbul kareana kedua unsur tadi
tidak sepakat mengenai kepentingan-kepentingan
pokok yang harus dilindungi.

Kita dapat melihat bahwa tulisan yang sudah


diberi tanda baca serta diperbaiki ejaannya jauh
lebih mudah dan juga lebih cepat untuk
dipahami.Itulah mengapa, kemampuan dalam
menerapkan ejaan dan tanda baca sangat dituntut
dalam tulis menulis

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah memahami apa yang telah


dipaparkan di atas, kita dapat mengambil
kesimpilan bahwa bahasa itu tidak terlepas dari
yang nama nya Ejaan dan Tanda Baca. Ejaan
dan Tanda Baca itu juga saling berkaitan. Oleh
karena itu Ejaan dan penggunaan Tanda baca
perlu kita pahami dan pelajari agar tulisan kita
mudah dipahami dan dimengerti orang lain yang
membacanya.
Ejaan sendiri mengalami beberapa
tahapan sebelum akhirnya menjadi sempurna,
yang seperti kita gunakan saat ini. Begitu pun
juga dengan penggunaan tanda baca pun perlu
diperhatikan dalam penulisan karena tanda baca
memiliki aturan dan tata letak penggunaannya.

B. Kritik dan Saran

Demikian makalah yang dapat kami buat.


Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan
di hati atau belum sesuai dengan apa yang
Anda harapkan, kami mohon maaf. Karena
kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun kami agar dalam tugas-tugas
selanjutnya, kami dapat menyelesaikannya
dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian,Tanggerang:


E.Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai,2015 .
http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-ejaan-dan-tanda-baca.html
http://budipurnomoagung.blogspot.co.id/2013/11/fungsi-ragam-bahasa-dan-
ejaan.html?m=1. Pukul 20.31
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta.
:KawanPustaka
Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Di Peruruan Tinggi). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai