BAHASA INDONESIA
DOSEN PENGAMPU:
DR. FATMAWATI, M.Pd
DISUSUN OLEH:
BUDI ARIF SETIAWAN
DIAN KARTINI NST
ZAIFUL AMRAN
FITRI SUHADA
Assalammualaikum wr.b. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan edisi V
(M3&M4)”. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah BAHASA INDONESIA dari ibuk
dr. fatmawati, m.pd. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca tentang ejaan bahasa indonesia.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibuk fatmawati selaku dosen mata
kuliah bahasa indonesia. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah ejaan bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen.
Setelahnya, ada beberapa pembaruan ejaan yang diubah oleh pemerintah, mulai dari Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan Baru/Lembaga
Bahasa dan Kasusastraan (LBK), Ejaan yang Disempurnakan (EyD), hingga Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI).
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada
1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang diciptakan oleh
Charles A. van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk
menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa
Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan
yang baru yang disebut Ejaan Republik/Ejaan Soewand
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan?
2. Bagaimana penggunaan huruf dalam ejaan bahasa Indonesia edisi v?
3. Bagaimana Cara penulisan kata dalam ejaan?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Menjelaskan sejarah perkembangan ejaan
2. Menjelaskan penggunaan huruf dalam ejaan
3. Menjelaskan cara penulisan kata dalam ejaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN
Sejarah ejaan bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen. Ejaan ini
dengan menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan bahasa Belanda yang rancang oleh Charles A.
van Ophuijsen. Dalam pelaksanaannya, Ch. van Ophuijsen mendapat bantuan dari Engku
Nawawi dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Dengan adanya perubahan pada sisem ejaan,
maka ejaan bahasa Melayu yang pada awalnya menggunakan aksara Arab Melayu (abjad Jawi)
berubah menjadi aksara Latin. Aksara atau abjad Jawi adalah salah satu dari abjad pertama yang
digunakan untuk menulis bahasa Melayu, dan digunakan sejak zaman Kerajaan Pasai, sampai
zaman Kesultanan Malaka, Kesultanan Johor, dan juga Kesultanan Aceh serta Kesultanan Patani
pada abad ke-17. Bukti dari penggunaan ini ditemukan di Batu Bersurat Terengganu, bertarikh
1303 Masehi (702 H). Penggunaan alfabet Romawi pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-
19. Abjad Jawi merupakan tulisan resmi dari negeri-negeri Melayu tidak bersekutu pada zaman
kolonialisme Britania. Sebelum kemerdekaan, ejaan yang diberlakukan adalah Ejaan van
Ophuijsen yang diresmikan pada 190. Ejaan ini berlaku sampai dengan tahun 1947. Setelah
kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami enam kali perubahan ejaan, Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi (1947−1956), Ejaan Pembaharuan (1956−1961), Ejaan Melindo (1961−1967),
Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK) (1967−1972), Ejaan yang Disempurnakan
(EYD) (1972−2015), dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) (2015 sampai sekarang).
Pada 28 Oktober 1928, beberapa perwakilan pemuda di Nusantara yang berkumpul dalam
Kongres Pemuda Kedua untuk mencetuskan ikrar Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak
bersejarah dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Ikrar ini menegaskan cita-cita akan “Tanah air Indonesia”, “Bangsa Indonesia”, dan “Bahasa
Indonesia” yang akhirnya baru terwujud 17 tahun kemudian pada 17-08-45.Setelah 87 tahun
berselang, cita-cita ikrar tersebut telah menjadi identitas tak terbantahkan untuk negara yang
telah merdeka selama 70 tahun ini. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki tumpah darah satu,
yaitu tanah air Indonesia, dan berbahasa pemersatu, yaitu bahasa Indonesia.
Akan tetapi, ada suatu hal yang mungkin bikin penasaran, kenapa, kok, ejaan bahasa Indonesia
jaman dulu yang dituangkan pada Sumpah Pemuda 87 tahun yang lalu berbeda dengan ejaan
sekarang pertama kali disahkan pada momentum Sumpah Pemuda tersebut, tapi sekarang malah
beda ejaannya.Apakah benar demikian? Dari mana sih asalnya ejaan yang tertuang di zaman
Sumpah Pemuda? Bagaimana pula ceritanya bahasa persatuan kita bisa bertransformasi dari
ejaan tempo dulu menjadi ejaan yang disempurnakan (EyD) yang dipakai dalam kehidupan
Indonesia modern?
Nah, Zenius Blog kali ini mau mengulik sejarah ejaan bahasa Indonesia. Siapa yang menyangka,
ejaan sebagai bagian dari bahasa, ternyata bisa dijadikan alat politik untuk mengendalikan suatu
kelompok masyarakat? Ya, ternyata penetapan standar ejaan yang mungkin terlihat sepele terkait
erat dengan usaha se kelompok penguasa untuk melenggangkan pengaruhnya yang kita gunakan
sehari-hari sekarang?Sebagian dari kita mungkin dengan gampangnya berpikir bahwa bahasa
Indonesia yang kita gunakan sehingga kadang menuai pro dan kontra.
Siapa saja penguasa-penguasa di Indonesia yang turut andil dalam ejaan bahasa kita sehari-hari?
Baiklah, langsung saja kita masuk ke pembahasan bahasa Indonesia jaman dulu.
Pengenalan Ejaan
Sebelum membahas jauh mengenai sejarah ejaan bahasa Indonesia, gue mau menjelaskan
secara singkat tentang ejaan itu sendiri.Salah satu sifat bahasa adalah berubah. Perubahan itu bisa
karena pemakainya, baik karena kesepakatan atau keterbiasaan, bisa juga atas kemauan
pemerintah, atau kebutuhan lainnnya. Salah satu yang bisa berubah dari bahasa adalah ejaan.
Ejaan adalah kata turunan dari eja yang ditambahkan imbuhan –an. Kalau kita cek di Tesaurus
Bahasa Indonesia bikinan Eko Endarmoko, ejaan juga berarti pelafalan, pelafazan, pengucapan,
penyuaraan, atau penyebutan suatu huruf atau kata.Ya, intinya ejaan adalah bagaimana kita
mengucapkan (secara lisan) sebuah kata. Ejaan sendiri diatur dalam kaidah berbahasa baku,
termasuk di dalam bahasa Indonesia.
Jadi, ejaan tidak hanya diatur dari segi cara pengucapan tapi juga cara menulis dan penggunaan
tanda baca.
Sebelum mempunyai tata bahasa baku dan resmi menggunakan aksara latin, bahasa
Melayu (sebagai cikal-bakal Bahasa Indonesia) ditulis menggunakan aksara Jawi (arab gundul)
selama beratus-ratus tahun lamanya.
Lalu, sejak bangsa Eropa datang dan nangkring di Nusantara, barulah kita mengenal aksara
latin.Ejaan latin yang dipakai untuk bahasa Melayu pun sudah berubah berkali-kali sesuai
dengan kebijakan para penulis buku pada waktu itu.
Ternyata, Nusantara yang diduduki Belanda punya gaya ejaan yang berbeda dengan
Semenanjung Melaya yang notabene dikolonisasi Inggris.Hal ini pastinya bikin ruwet, bahasa
sama tapi kaidah ejaan latin beda. Eh, ditambah dengan aksara Jawi yang asing di mata bangsa
Eropa.
Untuk mengatasinya, tahun 1897, seorang linguis Londo (sebutan orang Belanda) kelahiran
Batavia, yang bernama A.A. Fokker mengusulkan agar ada penyeragaman ejaan di antara dua
wilayah ini.Hingga akhirnya, van Ophuijsen (sistem orthografi) membakukan segalanya tentang
Bahasa Melayu.
Bayangkan, kalau elo disuruh menulis kalimat ini menggunakan ejaan bahasa Indonesia jaman
dulu: “saya selalu galau jika memikirkannya”. Jadinya seperti ini: saja selaloe galaoe djika
memikirkannja.Lebih efisien kalau kita pakai ejaan yang sekarang, kan? Lagipula, ada beda
antara pengucapan dan penulisan.
2. PRINSIP KELUWESAN
Keluwesan berarti kemampuan adaptasi terhadap perkembangan zaman. Pada contoh yang gue
sebutin sebelumnya, keliatan kan, dengan ejaan zaman sekarang, kita lebih luwes menulis dan
mengucapkannya.
“Kalau begitu, huruf x bisa mewakili partikel –nya seperti yang digunakan bahasa alay akhir-
akhir ini, dong?”- anak muda masa kini
3. PRINSIP KEPRAKTISAN
Prinsip kepraktisan ini terkait dengan penggunaan tanda diakritis. Apa tuh tanda diakritis? Itu
lho, tanda di atas huruf yang biasanya dipake di negara-negara yang masih berbahasa tonal,
kayak Mandarin, Jerman, Ceko, Vietnam, Islandia, atau Spanyol.
Tanda diakritis tetap dipertahankan di negara-negara tersebut karena adanya perbedaan makna
yang dikandung. Dulu, bahasa kita sempat menggunakan penanda diakritis lho, tetapi dihapuskan
dengan alasan kepraktisan.
B. PENGGUNAAN HURUF DALAM EJAAN
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) adalah pedoman resmi yang dapat
dipergunakan oleh instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar.
Penggunaan Huruf
A. Huruf Abjad
H. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan - I. Tanda Elipsis (…)
nya
J. Tanda Petik ("…")
I. Kata Sandang si dan sang
K. Tanda Petik Tunggal ('…')
Penggunaan Tanda Baca
L. Tanda Kurung ((…))
A. Tanda Titik (.)
M. Tanda Kurung Siku ([…])
B. Tanda Koma (,)
N. Tanda Garis Miring (/)
C. Tanda Titik Koma (;)
O. Tanda Apostrof (')
D. Tanda Titik Dua (:)
A. HURUF ABJAD
B. HURUF VOCAL
C. HURUF KONSONAN
1. Monoftong
Monoftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vokal eu yang
dilafalkan [ɘ].
2. Diftong
Diftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy melambangkan satu bunyi konsonan.
F. HURUF KAPITAL
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama awal kalimat.
o Misalnya:
o Apa maksudnya?
o Tolong ambilkan buku itu!
o Kita harus bekerja keras.
o Pekerjaan itu akan selesai dalam 1 jam.
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
o Misalnya:
o Amir Hamzah
o Dewi Sartika
o André-Marie Ampère
o James Watt
o Mujair
o Rudolf Diesel
o Bapak Koperasi
o Jenderal Kancil
Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
o Misalnya:
o 5 ampere
o 15 watt
o ikan mujair
o mesin diesel
Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori, hukum, dan rumus.
o Misalnya:
o teori Darwin
o hukum Archimedes
o rumus Phytagoras
Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna 'anak
dari', seperti bin, binti, boru, dan van, kecuali dituliskan sebagai awal nama atau huruf
pertama kata tugas dari.
o Misalnya:
o Buddha
o Hindu
o Islam
o Kristen
o Konghucu
o Al-Qur'an
o Alkitab
o Weda
o Allah
o Tuhan
o Allah Yang Maha Kuasa akan menunjukkan jalan-Nya.
o Ya, Tuhan, bimbinglah hamba ke jalan yang Engkau beri rahmat.
o Tuhan YME (Yang Maha Esa)
o Allah Swt. (Subhanahuwataala)
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
kebangsawanan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang dan
gelar akademik yang mengikuti nama orang.
o Misalnya:
o Mahaputra Yamin
o Teuku Umar
o La Ode Khairudin
o Kiai Haji Hasjim Asy'ari
o Doktor Mohammad Hatta
o Irwansyah, Magister Humaniora
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan.
o Misalnya:
o bangsa Indonesia
o suku Dani
o bahasa Tolaki
o aksara Kaganga
Huruf kapital tidak digunakan pada nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara yang berupa
bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
o tahun Hijriah
o bulan Agustus
o hari Jumat
o hari Lebaran
o tarikh Masehi
o bulan Maulid
o hari Galungan
o hari Natal
Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
o Konferensi Asia Afrika
o Perang Dunia II
o Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
o Hari Pendidikan Nasional
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama ditulis dengan huruf
nonkapital.
Misalnya:
o Kami memperingati proklamasi kemerdekaan setiap tahun.
o Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
o Benua Afrika
o Asia Tenggara
o Pulau Miangas
o Jazirah Arab
o Dataran Tinggi Dieng
o Gunung Semeru
o Pegunungan Himalaya
o Bukit Barisan
o Danau Toba
o Ngarai Sianok
o Lembah Baliem
o Sungai Mamberamo
o Tanjung Harapan
o Selat Lombok
o Teluk Persia
o Terusan Suez
o Jawa Barat
o Jakarta
o Kabupaten Konawe
o Kota Kupang
o Kecamatan Rengasdengklok
o Distrik Samofa
o Desa Sentul
o Kelurahan Rawamangun
o Jalan Polonia
o Gang Kelinci
o Lantai II Gedung Tabrani
o Ruang Poerwadarminta Gedung Yudistira
Huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti nama diri ditulis dengan huruf
nonkapital.
Misalnya:
o berlayar ke teluk
o mandi di sungai
o menyeberangi selat
o berenang di danau
Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis ditulis dengan
huruf nonkapital.
Misalnya:
o jeruk bali (Citrus maxima)
o kacang bogor (Voandzeia subterranea)
o nangka belanda (Anona muricata)
o petai cina (Leucaena glauca)
Catatan:
o Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan
atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
o Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula
aren, dan gula anggur.
o Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
Huruf kapital digunakan untuk nama geografi yang menyatakan asal daerah.
Misalnya:
o batik Cirebon
o bubur Manado
o film Indonesia
o kopi Gayo
o satai Madura
o soto Banjar
o tari Bali
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk unsur bentuk ulang
utuh) seperti pada nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata
tugas.
Misalnya:
o Bosnia dan Herzegovina
o Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
o Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
o Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
o Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 tentang
Penggunaan Bahasa Indonesia
o Perserikatan Bangsa-Bangsa
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur bentuk ulang
utuh) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah, serta nama media massa,
kecuali kata tugas yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
o Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
o Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
o Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
o Berita berjudul "Listrik Sahabat Petani" dimuat di paktani.com.
o Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar dan nama
pangkat.
Misalnya:
G. HURUF MIRING
A. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, judul film, judul album lagu, judul
acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan nama media massa yang dikutip dalam
tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Acara Bulan Bahasa dimuat di kabarbahasa.com.
Sinetron Keluarga Cemara sudah ditayangkan sebanyak belasan episode.
Film Habibie dan Ainun diangkat dari kisah nyata.
Menteri Pendidikan meluncurkan album Simfoni Merdeka Belajar.
Siniar Celetuk Bahasa mengangkat tema kebahasaan.
Lakon Petruk Jadi Raja dipentaskan semalam suntuk.
A. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Imbuhan ber- pada kata berjasa bermakna 'memiliki'.
Dalam bab ini tidak dibahas penggunaan tanda baca.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan!
B. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.
Misalnya:
Kita perlu memperhitungkan rencana kegiatan dengan baik agar tidak malapeh awo.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
Ungkapan tut wuri handayani merupakan semboyan pendidikan.
Istilah men sana in corpore sano sering digunakan dalam bidang olahraga.
A. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.
Catatan:
Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak tebal
ditandai dengan garis bawah dua.
A. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian karangan, seperti bab atau subbab.
Misalnya:
BAB I PENDAHULUAN
A. KATA DASAR
Kata dasar ditulis secara mandiri.
Misalnya:
kantor
pergi
ramai
sangat
B. KATA KETURUNAN
a. KATA BERHIMBUHAN
a. Kata yang mendapat imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkai dengan imbuhannya.
Misalnya:
berjalan
mempermudah
menulis gerejawi
dijual kamerawan
lukisan
seniman
pembaca sukuisme
semula
terbatas
kemauan
gelembung pemungutan
kemilau perbaikan
kinerja
b. kata yang mendapat bentuk terikat ditulis seringkai jika mengacu pada konsep keilmuan
tertentu
misalnya :
misalnya:
non-Indonesia anti-PKI
pan-Afrika non-ASEAN
pro-Barat non-Korpri
pasca-Orba
d. kata yang ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat dirangkaikan dengan
kata hubung (-).
Misalnya:
anti-mainstream
pasca-reshuffle
pra-Aufklaerung
super-jegeg
e. bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berhimbuhan mengacu pada nama atau sifat
tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan
Misalnya:
Yang Maha Esa
Tuhan Yang Maha Kuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan Yang Maha Pengampun
Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki
b. BENTUK ULANG
a. Bentuk ulang ditulisdengan menggunakan tanda hubung (-) dianatara unsur-unsurnya.
Misalnya :
sayur-mayur
serba-serbi
terus-menerus
kupu-kupu
kura-kura
anak-anak
c. GABUNGAN KATA
a. Unsur gabungan kata, termasuk istilah kita, ditulis terpisah
Misalnya:
cendera mata
duta besar
ibu kota
kambing hitam
mata acara
meja tulis
model linear
orang tua
rumah sakit
segi empat
simpang lima
wali kota
b. gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan
tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya
misalnya:
c. gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
d. Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran ditulis terpisah.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
Misalnya:
acapkali
adakala
darmabakti
apalagi
dukacita padahal
bagaimana
hulubalang peribahasa
barangkali
kacamata perilaku
beasiswa
karyawisata puspawarna
belasungkawa
kasatmata saputangan
bilamana
kosakata sediakala
bumiputra
manasuka segitiga
daripada
matahari sukacita
olahraga sukarela
syahbandar
C. PEMENGGALAN KATA
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
Misalnya:
ci-leun-cang
seu-da-ti
seu-lu-mat
Misalnya:
:Ap-ril
ban-tu
man-di
som-bong
swas-ta
Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
am-bruk
ben-trok
in-fra
ul-tra
in-stru-men
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
ba-nyak
kong-res
makh-luk
masy-hur
a. Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan
di-ambil
ke-kasih
mem-bantu
peng-intai
per-buat
se-buah
ter-bawa
letak-kan
makan-an
ke-kuat-an
me-rasa-kan
per-buat-an
di-per-jual-beli-kan
per-tanggung-jawab-kan
mem-per-tanggung-jawab-kan
non-aktif
swa-foto
apa-kah
apa-tah
pergi-lah
b. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan
seperti pemenggalan pada kata dasar.
Misalnya:
me-ma-kai
me-ngun-ci
me-nu-tup
me-nya-pu
pe-mi-kir
pe-nga-rang
pe-no-long
pe-nye-but
c. Pemenggalan kata yang mendapat sisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
d. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak
dilakukan.
Misalnya:
i pandemi ini.
mau mengambilnya.
3. Jika kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung
dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Misalnya:
biografi bio-grafi
biodata bio-data
fotografi foto-grafi
fotokopi foto-kopi
introspeksi intro-speksi
introjeksi intro-jeksi
kilogram kilo-gram
kilometer kilo-meter
pascapanen pasca-panen
pascasarjana pasca-sarjana
4. Nama orang yang terdiri atas dua kata atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara kata
tersebut.
Misalnya:
Misalnya:
D. KATA DEPAN
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
E. PARIKEL
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
Jangankan dua kali, sekali kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
3. Bentuk pun yang merupakan bagian kata penghubung seperti berikut ditulis serangkai.
adapun
andaipun
ataupun
bagaimanapun
biarpun
jikapun
kalaupun
kendatipun
maupun
meskipun
sekalipun
sementangpun
sungguhpun
walaupun
Misalnya:
4. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', 'mulai', atau 'melalui' ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di setiap unsur
singkatan itu.
Misalnya:
dr. dokter
Dr. doktor
Prof. profesor
2. Singkatan nama orang dalam bentuk inisial ditulis tanpa tanda titik.
Misalnya:
LS Lilis Suryaningsih
3. Singkatan, termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PT perseroan terbatas
SD sekolah dasar
UI Universitas Indonesia
4.a Singkatan yang terdiri atas lebih dari dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen
atau surat-menyurat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. halaman
ttd. tertanda
Angka Arab 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V̄
(5.000), M̄ (1.000.000)
2. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan huruf, kecuali
jika digunakan secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
3. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti ukuran panjang, berat, luas, isi, dan
waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang dan persentase.
Misalnya:
10 liter ¥100
2 tahun 6 bulan 5 hari 5%
1 jam 20 menit 7 persen
4. Bilangan berupa angka pada awal kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kata didahului kata
seperti sebanyak, sejumlah, dan sebesar atau diubah susunan kalimatnya.
Misalnya:
Misalnya:
2. Kata ganti kau yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan kata yang lain.
Misalnya:
Misalnya:
2. Kata sang ditulis dengan huruf awal kapital jika merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:
Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
Pura dibangun oleh umat hindu untuk memuja sang hyang widhi wasa
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasan dengan
menggunakan huruf, kata,dan tanda baca sebagai sarananya.
EYD (ejaan yang disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan
penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
Pemakaian huruf
Penulisan huruf
Penulisan kata
B. SARAN
sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk mengingatkan kepada
masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Karena bagaimana pun bahasa memiliki peran penting dalam proses
pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini. Dengan mempelajari ejaan yang
disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa
Indonesia akan menjadi lebih mudah untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnkan
dengan sungguh agar dapat dimengerti
DAFTAR PUSTAKA
https://ejaan.kemdikbud.go.id/
EYD V
https://www.zenius.net/blog/sejarah-eyd-ejaan-bahasa-indonesia