Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa
resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas dari kaidah dan
aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang diperlukan dalam kaidah
kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan, makna, dan
kelogisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam bahasa yang
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulis maupun lisan (Murtiani et al, 2016).
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu,
masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang ahli bahasa dari
Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi
Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat ejaan bahasa Melayu
dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen
dianggap kurang berhasil dikarenakan kesulitan dalam memelayukan tulisan beberapa
kata dari bahasa Arab yang memiliki warna bunyi bahasa khas. Namun, oleh van
Ophuijsen, kesulitan tersebut terus diperbaiki dan disempurnakan, sehingga pada tahun
1926, sistem ejaan menjadi bentuk yang tetap. Semenjak itu sistem ejaan terus
berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi,
kemudian Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama,
dan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengubah Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) menjadi Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pedoman penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Perubahan tersebut bukanlah sesuatu yang tidak biasa, sebagaimana
pendapat Chaer (2007) bahwa bahasa bersifat dinamis (as cited in Yanti, 2016). Bahasa
tidak pernah lepas dari berbagai aspek kehidupan manusia semenjak keberadaan manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Kehidupan manusia akan terus
berubah dan tidak tetap, karena eratnya keterkaitan dan keterikatan manusia dengan
bahasa, maka bahasa pun akan terus ikut berubah, tidak tetap, dan tidak statis.
Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang berkaitan dengan ejaan.
Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (Rahmadi,
2017). Ejaan bahasa Indonesia yang digunakan saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem
tulisan fonemis merupakan sistem tulisan yang menggunakan satu lambang atau satu
huruf saja untuk satu fonem secara konsisten.
Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantik dan leksikon
yang paling terlihat, sebab hampir setiap saat muncul kata-kata baru sebagai akibat dari
perubahan ilmu dan budaya, atau juga kemunculan kata-kata lama dengan makna yang
baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan terus terjadi,
secara otomatis pula akan bermunculan konsep-konsep baru yang disertai wadah
penampungnya, yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru. Jika kelahiran konsep tersebut
belum disertai dengan wadahnya, maka manusia sendiri yang akan menciptakan
istilahnya (Chaer, 2007, as cited in Yanti, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)?

2. Apa saja ruang lingkup dari PUEBI?

3. Bagaimanakah aturan penulisan huruf berdasarkan PUEBI?

4. Bagaimanakah aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mendeskripsikan pengertian dari PUEBI.
2. Mendeskripsikan ruang lingkup dari PUEBI.
3. Mendeskripsikan aturan penulisan huruf berdasarkan PUEBI.
4. Mendeskripsikan aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)


Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca (Murtiani et al,
2016). Dalam menulis berbagai karya ilmiah, diperlukan aturan tata bahasa yang
menyempurnakannya sebab karya tersebut memerlukan tingkat kesempurnaan yang
mendetail. Karya ilmiah tersebut dapat berupa artikel, resensi, profil, karya sastra,
jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Sehingga PUEBI dapat diartikan sebagai
suatu ketentuan dasar secara menyeluruh yang berisi acuan penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar. Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca

2.2 Ruang Lingkup


Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Berdasarkan Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972. Pedoman
Ejaan yang Disempurkan ini berbicara tentang 1) Penulisan huruf, 2) pemakaian huruf,
3) penulisan kata, 4) penulisan unsur-unsur serapan 5) pemakaian tanda baca. Ejaan
Yang Disempurnakan ( EYD ) disempurnakan lagi dengan keluarnya Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indinesia Nomor 50 , Tahun 20015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, yang ditetapkan tanggal 26 November 2015
dan ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indinesia, Anies
Baswedan. Salah satu letak perbedaan antara PUEBI dengan PUEYD adalah
adanya penambahan ruang lingkup. Pada PUEYD hanya terdapat tiga ruang lingkup,
yaitu pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Sementara pada
PUEBI ditambahkan satu bagian ruang lingkup yaitu penulisan unsur serapan.

2.3 Pemakaian Huruf


2.3.1 Huruf Abjad
Huruf Abjad Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan
bunyi bahasa, sementara abjad merupakan kumpulan atau sistem aksara itu
sendiri berdasarkan urutan yang umum dan baku dalam bahasa tertentu. Ejaan
Bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf abjad, yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.1 Huruf abjad berdasarkan PUEBI


2.3.2 Huruf Vokal
Huruf vokal merupakan huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan oleh arus udara
yang tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir
pada pembentukan vokal itu. Huruf-huruf vokal pada bahasa Indonesia terdiri
dari lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
Tabel 2.2 Huruf vokal dan contoh pemakaiannya dalam kata
Huruf vokal dan contoh pemakaiannya dalam kata :
a. Diakritik (è) dilafalkan [e].Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (tèras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kècap)
b. Diakritik (è) dilafalkan [Ɛ].Misalnya:
Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. Diakritik (è) dilafalkan (ǝ) .Misalnya :
Pertandingan itu berakhir seri (sèri).
Upacra itu dihadiri pejabat teras (tèras) Bank Indonesia .
Keterangan :
∗Huruf e mewakili dua fonem, yaitu /e/ dan /ə/ beserta alofonnya. Fonem /e/
memiliki dua alofon, yaitu [e] dan [ɛ]. Fonem /e/ dilafalkan [e] jika
terdapat pada suku kata buka dan tidak diikuti suku kata yang mengandung
alofon [ɛ] (Alwi et al, 2008). Fonem /e/ dilafalkan [ɛ] jika terdapat pada suku
kata tutup akhir. Fonem / ə / hanya memiliki satu alofon, yaitu [ə]. Pada
PUEBI, digunakan tiga diakritik yang mewakili fonem beserta alofon dari
huruf e sebagai panduan pengucapan yang benar apabila suatu ejaan kata
menimbulkan keraguan.

Singkatan/kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku


AC [a se] [ a ce]
BBC [be be se],[bi bi ,si] [be be ce]
LNG [el en ji ] [el en ge]
MTQ [em te kyu] [em te ki]
IGGI [ay ji ji ay] [I ge ge i]
Makin [mangkin] [makin]
Memiliki [memili’ki] [memiliki]
Pascasarjana [Paskasarjana] [pascasarjana]

Akronim Bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat
internasional mempuyai kaidah tersendiri,yakni tidak dilafalkan seperti lafal
Indonesia, tetapi singkatan tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.

Misalnya :
Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
Unesco [u nest jo] [yu nes ko]
Unicef [u ni tjef] [yu ni sef]

2.3.3 Huruf Konsonan


Huruf konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan dengan
menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran suara di atas glotis.
Pada pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang terlibat: keadaan pita suara,
penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap, dan cara alat ucap itu
bersentuhan atau berdekatan (Alwi et al, 2008). Huruf-huruf konsonan pada
bahasa Indonesia dilambangkan oleh 21 huruf yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p,
q, r, s, t, v, w, x y, dan z.

Tabel 2.3 Huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata


Keterangan :
Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan
ilmu pengetahuan. Huruf x pada posisi awal kata dilafalkan [s].

2.3.4 Huruf Diftog


Huruf diftong merupakan huruf vokal yang berubah kualitasnya pada
saat pengucapannya dan dalam sistem tulisannya dilambangkan oleh dua huruf
vokal. Kedua huruf vokal tersebut tidak dapat dipisahkan karena tergolong dalam
satu suku kata. Diftong berbeda dengan deretan vokal (Alwi et al, 2008), karena
setiap huruf vokal pada deretan vokal mendapat hembusan yang sama atau hampir
sama, dan kedua huruf vokal tersebut berada dalam dua suku kata yang berbeda.
Contoh huruf diftong dalam bahasa Indonesia adalah ai, au, ei, dan oi.
Tabel 2.4 Huruf diftong dan contoh pemakaiannya dalam kata
2.3.5 Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy dalam bahasa Indonesia
melambangkan satu bunyi konsonan. Gabungan huruf (ny) dan (sy)
melambangkan konsonan palatal, sedangkan konsonan velar dilambangkan oleh
gabungan huruf (ng) dan (kh).
Tabel 2.5 Gabungan huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata

2.3.6 Huruf capital


Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan berukuran lebih
besar dari huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf
kapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat.
Misalnya:
Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama seseorang,
termasuk julukan . Misalnya:
Gorys Keraf
Pangeran Diponegoro
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.Misalnya
“Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella.
“Katakan kepadanya,” kata Shira kepadaku, “lebih baik jujur saja.”
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama agama,
kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang
diakui di Indonesia. Ya Tuhan, tolong ampuni kami.

5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang,
termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
Nabi Muhammad SAW
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat

6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
Silakan duduk, Yang Mulia.
Terima kasih, Dokter.

7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Gubernur Riau
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa. Misalnya:
bahasa Indonesia
suku Dayak
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari raya atau hari besar keagamaan. Misalnya:
bulan Juni , tahun Masehi , hari Selasa , hari Nyepi

10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
Agresi Militer Belanda II .
Perjanjian Renville
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
Kepulauan Seribu
Sungai Siak
12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas. Misalnya:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .
Komisi Pemberanasan Korupsi

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, makalah, nama
majalah, dan surat kabar, kecuali kata tugas, yang tidak terletak pada posisi
awal. Misalnya:
Majalah Bobomemberikan informasi yang bermanfaat bagi anak-anak.
Dia sedang membaca novel Dusta di Balik Penjelajahan Columbus.
14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:
S.T. sarjana teknik
Nn. Nona
15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan paman, serta kata atau ungkapan
lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
“Wajah Kakak terlihat pucat, apa Kakak sakit?” tanya Raisa.
Ibu berkata kepadaku, “Tolong bersihkan sayuran itu, Nak.”

2.3.7 Huruf Miring


Huruf Miring Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring, tetapi tidak
sama dengan tulisan tangan pada kursif. Berikut adalah ketentuan-ketentuan
penggunaan huruf miring.
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdiri atas
novel Laskar Pelangi , Sang Pemimpi , Edensor , dan Maryamah
Karpov.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.

2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,


bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat Misalnya:
Penulisan kata yang benar adalah dekret , bukan dekrit .
Jelaskan maksud dari peribahasa esa hilang dua terbilang!

3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing. Misalnya:
Go Gek Cap Lak (upacara bakar tongkang) adalah ritual tahunan
masyarakat di Bagansiapiapi yang sudah terkenal hingga di
mancanegara.
Ora et labora memiliki makna ‘berdoa dan bekerja’
2.3.8 Huruf Tebal
Huruf tebal adalah huruf yang dicetak tebal atau vet. Berikut adalah ketentuan-
ketentuan penggunaan huruf tebal.
1. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang telah ditulis
dengan huruf miring. Misalnya:

Kata yang memiliki akhiran -is adalah kata sifat.Contohnya akhiran–


is pada kata ekonomis yang berarti ‘bersifat ekonomi (hemat)’
2. Huruf tebal dapat digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab. Misalnya:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP

2.4 Penulisan Kata


2.4.1 Kata Dasar
Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri dan
tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa, baik diucapkan
maupun dituliskan. Kata dasar dapat diartikan sebagai suatu kata yang
menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar dan bahkan menjadikan kata
tersebut memiliki makna yang berbeda. Misalnya:
Kakek itu sangat kurus.
Dia pergi ke pasar
2.4.2 Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan atau kata turunan adalah kata-kata yang sudah


berubah bentuk dan makna disebabkan pemberian imbuhan berupa
awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), atau awalan-akhiran
(konfiks). Kata berimbuhan terbagi menjadi:
1. Imbuhan yang ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
Bersalah
Tarikan
Kemilau
Persembahan
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
adikuasa
antarnegara
dwibahasa
prakarya
2.4.3 Bentuk Ulang
Bentuk ulang adalah kata dasar yang mengalami pengulangan
(reduplikasi), hingga membentuk makna yang berbeda (Murtiani et al,
2016). Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di
antara unsur-unsurnya. Berdasarkan pendapat Badudu (1983), kata ulang
menurut bentuknya ada beberapa macam, yaitu:
a. Kata ulang dengan mengulang seluruh morfem: kuda-kuda, sakit-
sakit, berapa- berapa, perubahan-perubahan.

b. Kata ulang berimbuhan: berjalan-jalan, gigi-geligi, anak-anakan.

c. Kata ulang yang mengalami perubahan bunyi: bolak-balik, serta-


merta, serba-serbi.

d. Kata ulang dwipurwa: lelaki, tetamu, leluhur, tetanaman.


Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
buku pelajaran → buku-buku pelajaran
mobil mewah → mobil-mobil mewah

2.4.4 Gabungan Kata

Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.

Misalnya:

 duta besar
 model linear
 kambing hitam
 persegi panjang
 orang tua
 rumah sakit jiwa
 simpang empat
 meja tulis
 mata acara
 cendera mata

Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda
hubung (-) di antara unsur-unsurnya.

Misalnya:
 anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)
 anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)
 ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)
 ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami)
 buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru)
 buku sejarah-baru (buku tentang sejarah baru)

Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau
akhiran.

Misalnya:

 bertepuk tangan
 menganak sungai
 garis bawahi
 sebar luaskan

Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.

Misalnya:

 dilipatgandakan
 menggarisbawahi
 menyebarluaskan
 penghancurleburan
 pertanggungjawaban

Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.

Misalnya:

 acapkali
 adakalanya
 apalagi
 bagaimana
 barangkali
 beasiswa
 belasungkawa
 bilamana
 bumiputra
 darmabakti
 dukacita
 hulubalang
 kacamata
 kasatmata
 kilometer
 manasuka
 matahari
 olahraga
 padahal
 peribahasa
 perilaku
 puspawarna
 radioaktif
 saptamarga
 saputangan
 saripati
 sediakala
 segitiga
 sukacita
 sukarela
 syahbandar
 wiraswata

2.4.5 Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.

Misalnya:

 bu-ah
 ma-in
 ni-at
 sa-at

b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.

Misalnya:

 pan-dai
 au-la
 sau-da-ra
 sur-vei
 am-boi

c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di
antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.

Misalnya:

 ba-pak
 la-wan
 de-ngan
 ke-nyang
 mu-ta-khir
 mu-sya-wa-rah

d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.

Misalnya:

 Ap-ril
 cap-lok
 makh-luk
 man-di
 sang-gup
 som-bong
 swas-ta

e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing- masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya:

 ul-tra
 in-fra
 ben-trok
 in-stru-men

Catatan: Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.

Misalnya:

 bang-krut
 bang-sa
 ba-nyak
 ikh-las
 kong-res
 makh-luk
 masy-hur
 sang-gup

Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur
pembentuknya.

Misalnya:
 ber-jalan
 mem-pertanggungjawabkan
 mem-bantu
 memper-tanggungjawabkan
 di-ambil
 mempertanggung-jawabkan
 ter-bawa
 mempertanggungjawab-kan
 per-buat
 me-rasakan
 makan-an
 merasa-kan
 letak-kan
 per-buatan
 pergi-lah
 perbuat-an
 apa-kah
 ke-kuatan
 kekuat-an

Catatan:

(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti
pada kata dasar.

Misalnya:

 me-nu-tup
 me-ma-kai
 me-nya-pu
 me-nge-cat
 pe-mi-kir
 pe-no-long
 pe-nga-rang
 pe-nge-tik
 pe-nye-but

(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.

Misalnya:

 ge-lem-bung
 ge-mu-ruh
 ge-ri-gi
 si-nam-bung
 te-lun-juk
(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak
dilakukan.

Misalnya:

 Beberapa pendapat mengenai masalah itu


telah disampaikan ....
 Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.

Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung
dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu
dipenggal seperti pada kata dasar.

Misalnya:

 biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi


 biodata, bio-data, bi-o-da-ta
 fotografi, foto-grafi, fo-to-gra-fi
 fotokopi, foto-kopi, fo-to-ko-pi
 introspeksi, intro-speksi, in-tro-spek-si
 introjeksi, intro-jeksi, in-tro-jek-si
 kilogram, kilo-gram, ki-lo-gram
 kilometer, kilo-meter, ki-lo-me-ter
 pascapanen, pasca-panen, pas-ca-pa-nen
 pascasarjana, pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na

Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara unsur-
unsurnya.

Misalnya:

 Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf


Supratman.
 Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.

Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.

Misalnya:

Ia bekerja di DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.

Catatan: Penulisan berikut dihindari.

 Ia bekerja di DLL-
AJR.
 Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.

2.4.6 Kata Depan

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

 Di mana dia sekarang?


 Kain itu disimpan di dalam lemari.
 Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
 Mari kita berangkat ke kantor.
 Saya pergi ke sana mencarinya.
 Ia berasal dari Pulau Penyengat.
 Cincin itu terbuat dari emas.

2.4.7 Partikel

Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

 Bacalah buku itu baik-baik!


 Apakah yang tersirat dalam surat itu?
 Siapakah gerangan dia?
 Apatah gunanya bersedih hati?

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

 Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
 Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
 Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.

Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.

Misalnya:

 Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.


 Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
 Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
 Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.

Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

 Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.


 Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
 Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

2.4.8 Singkatan dan Akronim

. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada
setiap unsur singkatan itu.

Misalnya:

 A.H. Nasution = Abdul Haris Nasution


 H. Hamid = Haji Hamid
 Suman Hs. = Suman Hasibuan
 W.R. Supratman = Wage Rudolf Supratman
 M.B.A. = master of business administration
 M.Hum. = magister humaniora
 M.Si. = magister sains
 S.E. = sarjana ekonomi
 S.Sos. = sarjana sosial
 S.Kom. = sarjana komunikasi
 S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat
 Sdr. = saudara
 Kol. Darmawati = Kolonel Darmawati

Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

 NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia


 UI = Universitas Indonesia
 PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa
 WHO = World Health Organization
 PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia
 KUHP = Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

 PT = perseroan terbatas
 MAN = madrasah aliah negeri
 SD = sekolah dasar
 KTP = kartu tanda penduduk
 SIM = surat izin mengemudi
 NIP = nomor induk pegawai

Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

 hlm. = halaman
 dll. = dan lain-lain
 dsb. = dan sebagainya
 dst. = dan seterusnya
 sda. = sama dengan di atas
 ybs. = yang bersangkutan
 yth. = yang terhormat
 ttd. = tertanda
 dkk. = dan kawan-kawan

Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-masing
diikuti oleh tanda titik.

Misalnya:

 a.n. = atas nama


 d.a. = dengan alamat
 u.b. = untuk beliau
 u.p. = untuk perhatian
 s.d. = sampai dengan

Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik.

Misalnya:

 Cu = kuprum
 cm = sentimeter
 kVA = kilovolt-ampere
 l = liter
 kg = kilogram
 Rp = rupiah

Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa
tanda titik.

Misalnya:

 BIG = Badan Informasi Geospasial


 BIN = Badan Intelijen Negara
 LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
 LAN = Lembaga Administrasi Negara
 PASI = Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

 Bulog = Badan Urusan Logistik


 Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Kowani = Kongres Wanita Indonesia
 Kalteng = Kalimantan Tengah
 Mabbim = Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
 Suramadu = Surabaya Madura

Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku
kata ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

 iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi


 pemilu = pemilihan umum
 puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
 rapim = rapat pimpinan
 rudal = peluru kendali
 tilang = bukti pelanggaran

2.4.9 Angka dan Bilangan

Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.

 Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
 Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄
(1.000.000)

Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:

 Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.


 Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
 Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
 Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.

Misalnya:

 Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.


 Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Catatan: Penulisan berikut dihindari:

 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.


 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan
kalimatnya diubah.

Misalnya:

 Panitia mengundang 250 orang peserta.


 Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.

Catatan: Penulisan berikut dihindari:

 250 orang peserta diundang panitia.


 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.

Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah
dibaca.

Misalnya:

 Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.


 Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
 Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai
uang.

Misalnya:
 0,5 sentimeter
 5 kilogram
 4 hektare
 10 liter
 2 tahun 6 bulan 5 hari
 1 jam 20 menit
 Rp5.000,00
 US$3,50
 £5,10
 ¥100

Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.

Misalnya:

 Jalan Tanah Abang I No. 15 atau


 Jalan Tanah Abang I/15
 Jalan Wijaya No. 14
 Hotel Mahameru, Kamar 169
 Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201

Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya:

 Bab X, Pasal 5, halaman 252


 Surah Yasin: 9
 Markus 16: 15—16

Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan Utuh

Misalnya:

 dua belas (12)


 tiga puluh (30)
 lima ribu (5.000)

b. Bilangan Pecahan

Misalnya:

 setengah atau seperdua (1/2)


 seperenam belas (1/16)
 tiga perempat (3/4)
 dua persepuluh (2/10)
 tiga dua-pertiga (3 2/3)
 satu persen (1%)
 satu permil (1o/oo)

Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

 abad XX
 abad ke-20
 abad kedua puluh
 Perang Dunia II
 Perang Dunia Ke-2
 Perang Dunia Kedua

Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

 lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)


 tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
 uang 5.000-an (uang lima ribuan)

Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-
undangan, akta, dan kuitansi.

Misalnya:

 Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
 Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah)
untuk pembayaran satu unit televisi.

Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut.

Misalnya:

 Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah
lima puluh sen).
 Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan
pada laporan pertanggungjawaban.

Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.

Misalnya:
 Kelapadua
 Kotonanampek
 Rajaampat
 Simpanglima
 Tigaraksa

2.4.10 Kata Ganti

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu,
dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

 Rumah itu telah kujual.


 Majalah ini boleh kaubaca.
 Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
 Rumahnya sedang diperbaiki.

2.4.11 Kata Sandang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

 Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.


 Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
 Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
 Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
 Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
 Dalam cerita itu si Buta berhasil menolong kekasihnya.

Catatan: Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama Tuhan.

Misalnya:

 Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.


 Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.

2.5 PEMAKAIAN TANDA BACA


1. Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.

Misalnya:

 Mereka duduk di sana.


 Dia akan datang pada pertemuan itu.

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

 I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia


A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
...

Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu
perincian.

Misalnya:

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai


1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
2) bahasa negara ....

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti
pada Misalnya III.A.2.b).

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret
digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.

Misalnya:
 Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
 Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
 Bagan 2 Struktur Organisasi
 Bagan 2.1 Bagian Umum
 Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia
 Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
 Gambar 1 Gedung Cakrawala
 Gambar 1.1 Ruang Rapat

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu
atau jangka waktu.

Misalnya:

 pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
 00.00.30 jam (30 detik)

Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.

Misalnya:

 Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Jakarta.
 Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.

Misalnya:

 Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.


 Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
 Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.

Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.

Misalnya:

 Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.


 Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
 Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau
tabel.

Misalnya:

 Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


 Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
 Gambar 3 Alat Ucap Manusia
 Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal
surat.

Misalnya:

 Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki


Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
 Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
 Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
 21 April 2013
 Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)

2. Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Misalnya:

 Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.


 Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
 Satu, dua, ... tiga!

Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam
kalimat majemuk (setara).

Misalnya:

 Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.


 Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
 Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

 Kalau diundang, saya akan datang.


 Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
 Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

Catatan: Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.

Misalnya:

 Saya akan datang kalau diundang.


 Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
 Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh
karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.

Misalnya:

 Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar
negeri.
 Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
 Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.

Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan
kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.

Misalnya:

 O, begitu?
 Wah, bukan main!
 Hati-hati, ya, jalannya licin!
 Nak, kapan selesai kuliahmu?
 Siapa namamu, Dik?
 Dia baik sekali, Bu.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:

 Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."


 "Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia adalah makhluk sosial."

Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat
tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:

 "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.


 "Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
 "Wow, indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.

Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan
tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

 Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta
13130
 Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
 Surabaya, 10 Mei 1960
 Tokyo, Jepang

Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.

Misalnya:

 Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.


 Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
 Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara Beta.

Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.

Misalnya:

 Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat,
1950), hlm. 25.
 Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni,
1977), hlm. 12.
 W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia,
1967), hlm. 4.

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:

 B. Ratulangi, S.E.
 Ny. Khadijah, M.A.
 Bambang Irawan, M.Hum.
 Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).

Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.

Misalnya:

 12,5 m
 27,3 kg
 Rp500,50
 Rp750,00

Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.

Misalnya:

 Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
 Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
 Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
 Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti
laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.

Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!

 Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.

Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk
menghindari salah baca/salah pengertian.

Misalnya:

 Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.


 Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:

 Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.


 Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

3. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:
 Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
 Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.

Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.

Misalnya:

Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah


(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang
sudah menggunakan tanda koma.

Misalnya:

 Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
 Agenda rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

4. Tanda Titik Dua (:)

Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
penjelasan.

Misalnya:

 Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.


 Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.

Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.

Misalnya:

 Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.


 Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:

 Ketua : Ahmad Wijaya


Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
 Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.

Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.

Misalnya:

 Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"


Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"

Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab
suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar
pustaka.

Misalnya:

 Horison, XLIII, No. 8/2008: 8


 Surah Albaqarah: 2—5
 Matius 2: 1—3
 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
 Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

5. Tanda Hubung (-)

Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.

Misalnya:

 Di samping cara lama, diterapkan juga ca-


ra baru ….
 Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
put laut.
 Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
 Parut jenis ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.

Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.

Misalnya:

 anak-anak
 berulang-ulang
 kemerah-merahan
 mengorek-ngorek

Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan
angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.

Misalnya:

 11-11-2013
 p-a-n-i-t-i-a

Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.

Misalnya:

 ber-evolusi
 meng-ukur
 dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
 mesin hitung-tangan

Bandingkan dengan

 be-revolusi
 me-ngukur
 dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
 20 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
 mesin-hitung tangan

Tanda hubung dipakai untuk merangkai


a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-
SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya,
STNK-ku).

Catatan: Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut
melambangkan jumlah huruf.

Misalnya:

 BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)


 LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
 P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau
bahasa asing.

Misalnya:

 di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')


 ber-pariban (bahasa Batak, 'bersaudara sepupu')
 di-back up
 me-recall
 pen-tackle-an

Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

Misalnya:

 Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.


 Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.

6. Tanda Pisah (—)

Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

 Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
 Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain.

Misalnya:
 Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara
internasional.
 Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.
 Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.

Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan'
atau 'sampai ke'.

Misalnya:

 Tahun 2010—2013
 Tanggal 5—10 April 2013
 Jakarta—Bandung

7. Tanda Tanya (?)

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya:

 Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?


 Siapa pencipta lagu "Indonesia Raya"?

Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya:

 Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).


 Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

8. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.

Misalnya:

 Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!


 Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
 Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
 Masa! Dia bersikap seperti itu?
 Merdeka!

9. Tanda Elipsis (…)

Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian
yang dihilangkan.

Misalnya:

 Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.


 Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ....
 ..., lain lubuk lain ikannya.

Catatan:

(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.

(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).

Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Misalnya:

 "Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"


 "Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat."

Catatan:

(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.

(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).

10. Tanda Petik ("…")

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain.

Misalnya:

 "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.


 "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat."
 Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga
negara berhak memperoleh pendidikan."

Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:

 Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.


 Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
 Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
 Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa
Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
 Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
 Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.

Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.

Misalnya:

 "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.


 Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!

11. Tanda Petik Tunggal ('…')

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.

Misalnya:

 Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"


 "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika,"ujar Pak
Hamdan.
 "Kita bangga karena lagu 'Indonesia Raya' berkumandang di arena olimpiade itu," kata Ketua
KONI.

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan.

Misalnya:

 tergugat 'yang digugat'


 retina 'dinding mata sebelah dalam'
 noken 'tas khas Papua'
 tadulako 'panglima'
 marsiadap ari 'saling bantu'
 tuah sakato 'sepakat demi manfaat bersama'
 policy 'kebijakan'
 wisdom 'kebijaksanaan'
 money politics 'politik uang'
12. Tanda Kurung ((…))

Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya:

 Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).


 Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
 Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama
kalimat.

Misalnya:

 Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun
1962.
 Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.

Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat
dimunculkan atau dihilangkan.

Misalnya:

 Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.


 Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda
pemerincian.

Misalnya:

 Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
 Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.

13. Tanda Kurung Siku ([…])

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Misalnya:

 Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.


 Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
 Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat
dalam tanda kurung.

Misalnya:

 Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38])
perlu dibentangkan di sini.

14. Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:

 Nomor: 7/PK/II/2013
 Jalan Kramat III/10
 tahun ajaran 2012/2013

Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.

Misalnya:

 mahasiswa/mahasiswi = 'mahasiswa dan mahasiswi'


 dikirimkan lewat darat/laut = 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
 buku dan/atau majalah = 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
 harganya Rp1.500,00/lembar = 'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'

Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Misalnya:

 Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.


 Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
 Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

15. Tanda Penyingkat (')

Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun dalam konteks tertentu.

Misalnya:

 Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)


 Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
 Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
 5-2-'13 ('13 = 2013)

2.6 PENULISAN UNSUR SERAPAN

Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari
bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur
serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto, de
jure, dan l’exploitation de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur
asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam
hal ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.

a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)

mazhab ( ‫ ) هب مذ‬mazhab

qadr ( ‫) قدر‬ kadar

sahabat ( ‫ ) بة صحا‬sahabat

*haqiqat ( ‫) حقيقة‬ hakikat

‘umrah ( ‫) عمرة‬ umrah

ga’ib ( ‫) غائب‬ gaib

iqamah ( ‫) إقامة‬ ikamah

khatib ( ‫ ) خاطب‬khatib

riya’ ( ‫ ) رضاء‬rida

zalim ( ‫) ظالم‬ zalim

‘ain ( . Arab) pada awal suku kata menjadi a, i, u ‘aja’ib ( ..... ) ajaib sa‘adah ( ..... ) saadah ‘ilm (
... ) ilmu qa‘idah ( ..... ) kaidah ‘uzr ( ... ) uzur ma‘unah ( ..... ) maunah
‘ain ( . Arab) di akhir suku kata menjadi k ’i‘ tiqad ( ...... ) iktikad mu‘jizat ( ..... ) mukjizat
ni‘mat ( .... ) nikmat ruku‘ ( .... ) rukuk sima‘ ( .... ) simak ta‘rif ( ..... ) takrif

aa (Belanda) menjadi a paal pal baal bal octaaf oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e aerobe aerob aerodinamics aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e haemoglobin hemoglobin haematite hematit trailer trailer
caisson kaison

au tetap au audiogram audiogram autotroph autotrof tautomer tautomer hydraulic hidraulik


caustic kaustik

c di depan a, u, o, dan konsonan menjadi k calomel kalomel construction konstruksi cubic kubik
coup kup classification klasifikasi crystal kristal

c di depan e, i, oe, dan y menjadi s central sentral cent sen circulation sirkulasi coelom selom
cybernetics sibernetika cylinder silinder

cc di depan o, u, dan konsonan menjadi k accomodation akomodasi acculturation akulturasi


acclimatization aklimatisasi accumulation akumulasi acclamation aklamasi

cc di depan e dan i menjadi ks accent aksen accessory aksesori vaccine vaksin

cch dan ch di depan a, o, dan konsonan menjadi k saccharin sakarin charisma karisma cholera
kolera chromosome kromosom technique teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s echelon eselon machine mesin

ch yang lafalnya c menjadi c charter carter chip cip

ck menjadi k check cek ticket tiket

ç (Sanskerta) menjadi s çabda sabda çastra sastra

.ad ( . Arab) menjadi d ’af.al ( .... ) afdal .a’if ( .... ) daif far. ( ... ) fardu ha.ir ( .... ) hadir

e tetap e effect efek description deskripsi synthesis sintesis

ea tetap ea idealist idealis habeas habeas

ee (Belanda) menjadi e stratosfeer stratosfer systeem sistem

ei tetap ei eicosane eikosan eidetic eidetik einsteinium einsteinium

eo tetap eo stereo stereo geometry geometri zeolite zeolit


eu tetap eu neutron neutron eugenol eugenol europium europium

fa ( . Arab) menjadi f 'af.al ( .... ) afdal ‘arif ( .... ) arif faqir ( .... ) fakir fa.ih ( .... ) fasih mafhum (
..... ) mafhum

f tetap f fanatic fanatik factor faktor fossil fosil

gh menjadi g ghanta genta sorghum sorgum

gain ( . Arab) menjadi g ga’ib ( .... ) gaib magfirah ( ..... ) magfirah magrib ( .... ) magrib

gue menjadi ge igue ige gigue gige

.a ( . Arab) menjadi h .akim ( .... ) hakim i.la. ( ..... ) islah si.r ( ... ) sihir

hamzah ( . Arab) yang diikuti oleh vokal menjadi a, i, u ’amr ( ... ) amar mas’alah ( ..... ) masalah
’i.la. ( ..... ) islah qa’idah ( ..... ) kaidah ’ufuq ( ... ) ufuk

hamzah ( . Arab) di akhir suku kata, kecuali di akhir kata, menjadi k ta’wil ( ..... ) takwil
ma’mum ( ..... ) makmum mu’min ( .... ) mukmin

hamzah ( . Arab) di akhir kata dihilangkan imla’ ( ..... ) imla istinja’ ( ....... ) istinja/tinja munsyi’
( ..... ) munsyi wu.u’ ( .... ) wudu

i (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi i 'i‘tiqad ( ...... ) iktikad muslim ( .... ) muslim
na.i.ah ( ..... ) nasihat .a.i. ( .... ) sahih

i pada awal suku kata di depan vokal tetap i iambus iambus ion ion iota iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i politiek politik riem rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan i variety varietas patient pasien hierarchy hierarki

jim ( . Arab) menjadi j jariyah ( ..... ) jariah janazah ( ..... ) jenazah 'ijazah ( ..... ) ijazah

kha ( . Arab) menjadi kh khu.u. ( .... ) khusus makhluq ( ..... ) makhluk tarikh ( ..... ) tarikh

ng tetap ng contingent kontingen congres kongres linguistics linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e foetus fetus oestrogen estrogen oenology enologi

oo (Belanda) menjadi o komfoor kompor provoost provos

oo (Inggris) menjadi u cartoon kartun proof pruf pool pul

oo (vokal ganda) tetap oo zoology zoologi coordination koordinasi


ou menjadi u jika lafalnya u gouverneur gubernur coupon kupon contour kontur

ph menjadi f phase fase physiology fisiologi spectograph spektograf

ps tetap ps pseudo pseudo psychiatry psikiatri psychic psikis psychosomatic psikosomatik

pt tetap pt pterosaur pterosaur pteridology pteridologi ptyalin ptialin

q menjadi k aquarium akuarium frequency frekuensi equator ekuator

qaf ( . Arab) menjadi k ‘aqiqah ( ..... ) akikah maqam ( .... ) makam mu.laq ( .... ) mutlak

rh menjadi r rhapsody rapsodi rhombus rombus rhythm ritme rhetoric retorika

sin ( . Arab) menjadi s asas ( .... ) asas salam ( .... ) salam silsilah ( .... ) silsilah

sa ( . Arab) menjadi s asiri ( ..... ) asiri .adis ( .... ) hadis sulasa ( . .... ... ) selasa waris ( .... ) waris

.ad ( . Arab) menjadi s ‘a.r ( ... ) asar mu.ibah ( ..... ) musibah khu.u. ( .... ) khusus .a.. ( .. ) sah

syin ( . Arab) menjadi sy ‘asyiq ( .... ) asyik ‘arsy ( ... ) arasy syar. ( ... ) syarat

sc di depan a, o, u, dan konsonan menjadi sk scandium skandium scotopia skotopia scutella


skutela sclerosis sklerosis

sc di depan e, i, dan y menjadi s scenography senografi scintillation sintilasi scyphistoma


sifistoma

sch di depan vokal menjadi sk schema skema schizophrenia skizofrenia scholastic skolastik

t di depan i menjadi s jika lafalnya s actie aksi ratio rasio patient pasien

.a ( . Arab) menjadi t kha.. ( .. ) khat mu.laq ( .... ) mutlak .abib ( .... ) tabib

th menjadi t theocracy teokrasi orthography ortografi thrombosis trombosis methode (Belanda)


metode

u tetap u unit unit nucleolus nukleolus structure struktur institute institut

u (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi u ruku’ ( .... ) rukuk syub.at ( .... . ) syubhat
sujud ( .... ) sujud ’ufuq ( ... ) ufuk

ua tetap ua aquarium akuarium dualisme dualisme squadron skuadron

ue tetap ue consequent konsekuen duet duet suede sued


ui tetap ui conduite konduite equinox ekuinoks equivalent ekuivalen

uo tetap uo fluorescein fluoresein quorum kuorum quota kuota

uu menjadi u lectuur lektur prematuur prematur vacuum vakum

v tetap v evacuation evakuasi television televisi vitamin vitamin

wau ( . Arab) tetap w jadwal ( .... ) jadwal taqwa ( .... ) takwa wujud ( .... ) wujud

wau ( . Arab, baik satu maupun dua konsonan) yang didahului u dihilangkan nahwu ( ... ) nahu
nubuwwah ( ..... . ) nubuat quwwah ( .... . ) kuat

aw (diftong Arab) menjadi au, termasuk yang diikuti konsonan awrat ( .... ) aurat hawl ( ... ) haul
mawlid ( .... ) maulid walaw ( ... ) walau

x pada awal kata tetap x xanthate xantat xenon xenon xylophone xilofon

x pada posisi lain menjadi ks executive eksekutif express ekspres latex lateks taxi taksi

xc di depan e dan i menjadi ks exception eksepsi excess ekses excision eksisi excitation eksitasi

xc di depan a, o, u, dan konsonan menjadi ksk excavation ekskavasi excommunication


ekskomunikasi excursive ekskursif exclusive eksklusif

y tetap y jika lafalnya y yakitori yakitori yangonin yangonin yen yen yuan yuan

y menjadi i jika lafalnya ai atau i dynamo dinamo propyl propil psychology psikologi yttrium
itrium

ya ( . Arab) di awal suku kata menjadi y ‘inayah ( ..... ) inayah yaqin ( .... ) yakin ya‘ni ( .... )
yakni

ya ( . Arab) di depan i dihilangkan khiyanah ( ..... ) khianat qiyas ( .... ) kias ziyarah ( ..... ) ziarah

z tetap z zenith zenit zirconium zirkonium zodiac zodiak zygote zigot

zai ( . Arab) tetap z ijazah ( ..... ) ijazah khazanah ( ..... ) khazanah ziyarah ( ..... ) ziarah zaman (
... ) zaman

zal ( . Arab) menjadi z azan ( .... ) azan izn ( ... ) izin ustaz ( ..... ) ustaz zat ( ... ) zat

.a ( . Arab) menjadi z .afi. ( .... ) hafiz ta‘.im ( ..... ) takzim .alim ( .... ) zalim

Konsonan ganda diserap menjadi konsonan tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya: accu aki =allamah alamah commission komisi effect efek ferrum ferum gabbro gabro
kaffah kafah salfeggio salfegio tafakkur tafakur tammat tamat 'ummat umat

Perhatikan penyerapan berikut!

'Allah Allah mass massa massal massal

Catatan:

Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi
diubah.

Misalnya: bengkel nalar Rabu dongkrak napas Selasa faedah paham Senin kabar perlu sirsak
khotbah pikir soal koperasi populer telepon lahir

Selain kaidah penulisan unsur serapan di atas, berikut ini disertakan daftar istilah asing yang
mengandung akhiran serta penyesuaiannya secara utuh dalam bahasa Indonesia.

-aat (Belanda) menjadi –at advocaat advokat

-age menjadi -ase percentage persentase etalage etalase

-ah (Arab) menjadi –ah atau –at =aqidah ( ..... ) akidah 'ijazah ( ..... ) ijazah ‘umrah ( .... ) umrah
'akhirah ( .... ) akhirat 'ayah ( ... ) ayat ma‘siyyah ( ...... ) maksiat 'amanah ( ..... ) amanah, amanat
hikmah ( .... ) hikmah, hikmat ‘ibadah ( ..... ) ibadah, ibadat sunnah ( ... ) sunah, sunat surah ( .... )
surah, surat

-al (Inggris), -eel dan -aal (Belanda) menjadi –al structural, structureel struktural formal, formeel
formal normal, normaal normal

-ant menjadi -an accountant akuntan consultant konsultan informant informan

-archy (Inggris), -archie (Belanda) menjadi arki anarchy, anarchie anarki monarchy, monarchie
monarki oligarchy, oligarchie oligarki

-ary (Inggris), -air (Belanda) menjadi -er complementary, complementair komplementer primary,
primair primer secondary, secundair sekunder

-(a)tion (Inggris), -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si action, actie aksi publication, publicatie
publikasi

-eel (Belanda) menjadi -el materieel materiel moreel morel

-ein tetap -ein casein kasein protein protein


-i, -iyyah (akhiran Arab) menjadi –i atau -iah ‘alami ( ..... ) alami 'insani ( ...... ) insani ‘aliyyah (
...... ) aliah ‘amaliyyah ( ...... ) amaliah

-ic, -ics, dan -ique (Inggris), -iek dan -ica (Belanda) menjadi -ik, ika dialectics, dialektica
dialektika logic, logica logika physics, physica fisika linguistics, linguistiek linguistik phonetics,
phonetiek fonetik technique, techniek teknik

-ic (Inggris), -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik electronic, elektronisch elektronik mechanic,
mechanisch mekanik ballistic, ballistisch balistik

-ical (Inggris), -isch (Belanda) menjadi -is economical, economisch ekonomis practical, practisch
praktis logical, logisch logis

-ile (Inggris), -iel (Belanda) menjadi -il mobile, mobiel mobil percentile, percentiel persentil
projectile, projectiel proyektil

-ism (Inggris), -isme (Belanda) menjadi -isme capitalism, capitalisme kapitalisme communism,
communisme komunisme modernism, modernisme modernisme

-ist menjadi -is egoist egois hedonist hedonis publicist publisis

-ive (Inggris), -ief (Belanda) menjadi -if communicative, communicatief komunikatif


demonstrative, demonstratief demonstratif descriptive, descriptief deskriptif

-logue (Inggris), -loog (Belanda) menjadi -log analogue, analoog analog epilogue, epiloog epilog
prologue, proloog prolog

-logy (Inggris), -logie (Belanda) menjadi -logi technology, technologie teknologi physiology,
physiologie fisiologi analogy, analogie analogi

-oid (Inggris), oide (Belanda) menjadi -oid anthropoid, anthropoide antropoid hominoid,
hominoide hominoid

-oir(e) menjadi -oar trotoir trotoar repertoire repertoar

-or (Inggris), -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir director, directeur direktur inspector, inspecteur
inspektur amateur amatir formateur formatur

-or tetap -or dictator diktator corrector korektor distributor distributor

-ty (Inggris), -teit (Belanda) menjadi -tas university, universiteit universitas quality, kwaliteit
kualitas quantity, kwantiteit kuantitas

-ure (Inggris), -uur (Belanda) menjadi -ur culture, cultuur kultur premature, prematuur prematur
structure, struktuur struktur
-wi, -wiyyah (Arab) menjadi -wi, -wiah dunyawi ( ...... ) duniawi kimiyawi ( ....... ) kimiawi
lugawiyyah ( ...... ) lugawiah

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca. 2.

2. Ruang lingkup PUEBI adalah pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca,
dan penulisan unsur serapan. 3.

3. Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi bahasa.
Pemakaian huruf yang diatur dalam PUEBI antara lain: huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf miring, dan
huruf tebal. 4.

4. Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri dan tersusun dari
morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang
digunakan dalam berbahasa, baik diucapkan maupun dituliskan. Pedoman penulisan kata
yang diatur oleh PUEBI adalah kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, dan lain-lain.

3.2 Saran

1. Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca:

2. Memahami PUEBI dan menerapkannya dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

3. Menjadikan PUEBI sebagai patokan dalam menulis berbagai karya ilmiah.


DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia . edisi ketig. Jakarta: Balai Pustaka
Badudu, J.S. 1983.Inilah Bahasa Indonesia yang Benar . Jakarta: PT. Gramedia.
https://www.scribd.com/document/373732616/Makalah-Pedoman-Umum-Ejaan-Bahasa-
Indonesia-PUEBI

Anda mungkin juga menyukai